SlideShare a Scribd company logo
FEB UTS
 Nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam
suatu periode tertentu (satu tahun) yang diukur dengan satuan
uang.
 Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional
 PDB = Nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil
dari warga negara yang bersangkutan ditambah warga negara
asing yang bekerja di negara yang bersangkutan
 PNB = dihitung dengan menjumlahkan semua nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara tersebut
ditambah dengan penduduk negara tersebut yang ada di luar
negeri
Pendapatan nasional merupakan ukuran dasar dari performasi
perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu juga
memperlihat hubungan antara variabel makroekonomi, yaitu
output,pendapatan dan pengeluaran.
Perusahaan
Rumah
TanggaPengeluaran
Gaji, bunga,
dividen, laba dan
sewa
barang & jasa
Jasa-jasa dari
faktor produksi
PemerintahPerusahaan
Rumah
Tangga
Luar Negeri
Pembelian
barang &
jasa
Pajak
Pajak
Pembayaran
gaji, bunga,
transfer
Gaji, bunga,
dividen, laba dan
sewa
Pembelian
barang & jasa
buatan luar
negeri (Import)
Pembelian barang
& jasa buatan
dalam negeri oleh
orang asing
(eksport)
Pembelian
barang & jasa
 Metode Produksi
◦ Didasarkan pada penjumlahan nilai tambah bruto
(gross value added) dari semua sektor produksi.
◦ Menurut BPS sektor tersebut meliputi:
 Pertanian; Pertambangan & Penggalian; Industri
pengolahan; Listrik, gas dan air bersih; Bangunan;
Perdagangan, restoran, dan hotel; Pengangkutan dan
komunikasi; Keuangan, persewaan bangunan dan jasa
perusahaan; Jasa-jasa
◦ Contoh: Biji gandum/kg dijual Rp. 1500; Gandum
 terigu= 2000; Terigu  roti = 3000; Roti  roti
bakar = 3500
 Metode Pengeluaran
◦ Metode ini menghitung pendapatan nasional
dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran,
baik yang dilakukan:
 Rumah tangga konsumen (C)
 Rumah tangga swasta/produsen (I)
 Rumah tangga pemerintah (G)
 Export netto (X – M)
◦ Secara matematik dirumuskan
 Y = AE = C + I + G + (X – M)  AE = Agregate Expenditure
◦ Hasil perhitungan dengan metode ini sering
disebut dengan Produksi Nasional Brutto (GNP)
 Metode Pendapatan
◦ Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari
faktor produksi dalam perekonomian:
 Tenaga kerja (W)
 Modal (i)
 Tanah (R)
 Skill/entrepreneurship (P)
◦ Rumus = Y = YW + Yi + YR + YP
◦ Hasil perhitungan ini sering disebut dengan
pendapatan nasional (National Income=NI)
 GDP Nominal mengukur nilai output atau
pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu
menurut harga pasar yang berlaku pada periode
tersebut (current price)
 GDP riil mengukur nilai output atau pendapatan
nasional dalam suatu periode tertentu menurut
harga pasar yang berlaku pada periode tertentu
menurut harga yang ditentukan (harga pada tahun
dasar/harga konstan)
 Konsep tingkat kesejahteraan hidup (standard of living) dalam
ekonomi konvensional banyak didekati dari ide fungsi utilitas,
dimana kesejahteraan bergantung pada keadaan sejumlah
kebutuhan moneter dan non-moneter.
 Pada periode setelah perang dunia II, standard of living
sepenuhnya dipahami dalam ukuran-ukuran material murni;
yaitu penguasaan barang dan jasa.
 Konsep ini secara natural membawa pada penggunaan PDB
riil per kapita sebagai indikator utama kesejahteraan.
◦ PDB mengukur jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
perekonomian dalam kurun waktu tertentu.
 PDB per kapita gagal merefleksikan sejumlah aspek penting
dari kesejahteraan manusia.
◦ Kelemahan-kelemahan ini membawa kita pada pemahaman yang
keliru dan cenderung over-estimate tentang tingkat kesejahteraan
perekonomian yang sebenarnya.
◦ Fokus pada PDB per kapita akan membuat pengambil kebijakan
terlalu bias pada pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan kebijakan.
 PDB seringkali gagal mencerminkan kesejahteraan
penduduk.
◦ Seringkali barang dan jasa yang amat dibutuhkan oleh penduduk, tidak
diproduksi. Karena itu daerah dengan PDB per kapita yang tinggi tidak
selalu mencerminkan penduduk-nya hidup lebih baik dari penduduk di
daerah dengan PDB per kapita yang lebih rendah.
PDRB per Kapita dan HDI Propinsi-Propinsi di Indonesia, 2002
PDRB per
Kapita
Peringkat HDI Peringkat
DI Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Barat
Papua
1,581
1,695
2,357
2,290
4,180
20
17
7
9
3
70.8
71.3
68.8
57.8
60.1
3
2
7
30
29
Sumber: UNDP and BPS (2004)
 PDB adalah ukuran yang jauh dari sempurna untuk
secara tepat menggambarkan besarnya output suatu
perekonomian.
◦ PDB konvensional tidak memperhitungkan kegiatan
sektor informal.
◦ PDB gagal menghitung kegiatan-kegiatan yang tidak
diperdagangkan di pasar seperti misalnya kegiatan
rumah tangga, kegiatan amal dan sukarela.
◦ PDB gagal memperhitungkan penurunan cadangan
sumber daya alam dan penurunan kualitas lingkungan.
 Studi Repetto, et.al menunjukkan bahwa perhitungan yang tepat
terhadap degradasi lingkungan, akan menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 3 persen! (R. Repetto, W.
Magrath, M. Wells, C. Beer, dan F. Rossini, Wasting Assets: Natural Resources in the
National Income Accounts. Washington, DC: World Resources Institute, Juni 1989.)
GREEN NATIONAL ACCOUNT
MEASUREMENT FOR INDONESIA
1990 1995
GDP (percent) 100.00 100.00
- Depreciation of Fixed Assets 4.64 4.22
NDP 95.36 95.78
- Imputed Environmental Costs 5.60 5.18
Degradation of Natural Resources (1.46) (1.85)
Destruction of Ecosystem (0.55) (1.46)
Depletion of Resources (3.50) (1.87)
Eco-Domestic Product (percent of GDP) 89.76 90.59
Source:Alisyahbana, Yusuf (2001)
 PDB tidak mampu memperhitungkan perubahan
dalam kualitas output.
◦ Contoh klasik: komputer, dimana kualitas barang telah
mengalami perbaikan secara dramatis sementara harganya
jatuh secara tajam.
 PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana
barang dan jasa didistribusikan diantara penduduk.
◦ PDB per kapita tidak menggambarkan keadilan dan
pemerataan.
 PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana
barang dan jasa diproduksi.
◦ Bisa jadi pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan
ekonomi yang mubazir dan tidak efisien, zhalim dan merusak
penghidupan pihak lain, dll.
 Fokus yang berlebihan terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam banyak aspek telah membahayakan
kehidupan ekonomi generasi mendatang.
◦ Pertumbuhan ekonomi berjalan beriring dengan
pertumbuhan penggunaan (eksploitasi) sumber daya alam.
 Pertumbuhan dalam eksploitasi sumber daya alam
sebagian merefleksikan: (i) kenaikan permintaan
akibat pertumbuhan penduduk, dan sebagian lagi
merefleksikan: (ii) pertumbuhan output per kapita
dan, (iii) pertumbuhan konsumsi per kapita.
◦ Sepanjang abad 20, jumlah penduduk dunia naik 4 kali lipat
dan output industri meningkat 40 kali lipat.
◦ Pada saat yang sama, konsumsi per kapita di negara-negara
maju jauh meningkat dibandingkan 100 tahun yang lalu.
 Evaluasi konsumsi apakah berlebihan atau tidak; dapat
dilakukan berdasarkan 2 kriteria: the discounted present value dari
arus utilitas (the maximize present value criterion) dan perbaikan
kesejahteraan sosial intertemporal (the sustainability criterion).
◦ Pangsa konsumsi terhadap output lebih tinggi dari yang seharusnya
diidentifikasi berdasarkan kriteria the maximize present value.
◦ Banyak negara gagal memenuhi kriteria keberlanjutan: investasi
dalam human capital dan physical capital tidak mencukupi untuk meng-
offset penurunan dalam natural capital.
◦ Di negara-negara miskin, kurang-nya investasi tidak berimplikasi
pada excessive consumption, konsumsi dan investasi keduanya tidak
mencukupi: konsumsi saat ini tidak menghasilkan standar hidup
yang layak bagi generasi sekarang dan investasi saat ini tidak
menjamin standar hidup yang lebih tinggi (atau bahkan sama) untuk
generasi mendatang.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sehingga menjadi
berlebihan (excessive consumption) adalah; (i) ketidakmampuan
untuk mengumpulkan resiko secara sempurna, (ii)pajak
terhadap pendapatan modal, dan (iii) underpricing sumber daya
alam.
 Underpricing sumber daya alam menjadi faktor paling dominan
yang menyebabkan excessive consumption.
 Underpricing sumber daya alam berasal dari tiga sumber.
◦ Kepemilikan sumber daya yang tidak jelas (common resources).
Common resources membawa pada eksploitasi yang berlebihan jika
eksploitasi tidak membutuhkan investasi yang besar.
 Contoh: di Indonesia, deforestrasi mencapai 2,6 juta hektar per tahun
dan indikasi overfishing mencapai 60%.
◦ Kegagalan internalisasi eksternalitas yang terkait dengan
penggunaan sumber daya alam.
 Contoh: kerusakan akibat penggunaan energi fosil, hilangnya keragaman
ekosistem akibat pembangunan pengontrol banjir, dll.
◦ Subsidi pemerintah. Misal subsidi BBM, subsidi listrik, dan subsidi
air.
 Subsidi menyebabkan harga turun dibawah biaya produksi, bahkan
sebelum memperhitungkan dampak eksternalitas-nya.
 International Energy Agency (1999) mengestimasi bahwa di India, China
dan Rusia, full-cost pricing akan menurunkan konsumsi energi berturut-
turut sebesar 7, 9 and 16 persen.
 Dampak biofisik yang berasosiasi dengan hilangnya natural capital
dapat sangat nonlinear: dampak hal ini mungkin kecil dalam
rentang tertentu, namun kemudian menjadi sangat besar sekali
critical threshold tercapai.
◦ Terlewatinya threshold akan membawa pada "bifurcation“: situasi dimana
karakteristik sistem alam berubah secara fundamental.
 Contoh: kenaikan gas rumah kaca mungkin merubah arah arus Atlantik
yang kini menghangatkan Eropa utara. Sejarah paleo-climatic menunjukkan
bahwa perubahan seperti ini adalah hal yang umum.
 Nonlinearitas dalam dinamika ekosistem berimplikasi serius pada
resiko yang terkait dengan hilangnya natural capital.
◦ Estimasi shadow prices untuk natural capital akan menjadi terlalu rendah
jika kita hanya memperhitungkan kasus-kasus utama daripada distribusi
keseluruhan hasil potensial dari hilangnya natural capital.
◦ Dibutuhkan identifikasi dimana konsumsi saat ini membahayakan
keberlanjutan kesejahteraan dan mengukur kerugian potensial yang
ditimbulkannya.
◦ Dibutuhkan indikator untuk mengkuantifisir kehilangan natural capital
dan potensi untuk substitusi antar berbagai bentuk kapital.
 Perhitungan PDB dalam perekonomian Islam harus
memasukkan parameter-parameter baru sesuai dengan
doktrin-doktrin Islam.
◦ Tujuan kehidupan adalah ‘Falah’
 kesejahteraan, keadilan, kebebasan, standar moral, di dunia dan
akhirat.
◦ Diperhitungkannya sektor-sektor Voluntary (wakaf, zakat, dan
sadaqah)
◦ Diperhitungkannya sektor-sektor informal dan Subsisten.
◦ Dimungkinkannya penggunaan variabel-variabel kebijakan
Islami
 Rate of profit share on investment dan rate of return on project
 Rasio Zakat (Zakat/PDB)
 pemenuhan kebutuhan dasar (kebutuhan agama, keamanan,
makanan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan)
 Perhitungan PDB dalam perekonomian Islam harus
menyediakan ukuran-ukuran kesejahteraan ekonomi
sekaligus sosial, sesuai dengan nilai-nilai Islam.
 Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan
sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) pada
suatu negara. Saat GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi
bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah
penduduk (GNP per kapita)
 Jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau
menambah waktu istirahatnya, maka hal itu bukan menggambarkan keadaan orang
itu menjadi lebih buruk. Seharusnya ukuran kesejahteraan ekonomi dalam konsep
GDP atau GNP riil harus mampu menggambarkan kesejahteraan pada suatu negara
secara riil.
Beberapa keberatan penggunaan dalam pengukuran GDP riil/kapita
 Umunya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP tidak
mencerminkan kondisi riil pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat.
 Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP.
 GNP tidak memperhitungkan kejadian seperti bencana alam
 GNP tidak memperhitungkan polusi
 GNP tidak menghitung nilai waktu istirahat (leisure time).
 Kesejahteraan dalam perspektif Islam tidak selalu
diwujudkan hanya dalam memaksimalkan kekayaan dan
konsumsi.
◦ Kesejahteraan sejati membutuhkan keseimbangan antara aspek
material dan spiritual.
◦ Determinan terpenting yang menentukan kesejahteraan adalah
dalam cara bagaimana kita memanfaatkan sumber daya langka
yang merupakan amanah dari Sang Pencipta.
◦ Kekayaan dan konsumsi yang lebih banyak akan lebih baik dari
yang sedikit jika dan hanya jika pertumbuhan tersebut dicapai
tanpa memperlemah jaringan moral masyarakat dan solidaritas
sosial, atau tanpa meningkatkan ketidakseimbangan alam.
 Jika dalam ekonomi konvensional penggunaan sumber daya
yang paling efisien ditentukan berdasarkan kriteria Pareto
Optimum, dalam Islam ditentukan berdasarkan kriteria
maqashid syariah.
◦ Setiap penggunaan sumber daya yang akan merusak atau
menggagalkan pencapaian dan realisasi maqashid syariah, harus
dipandang sebagai kesia-siaan dan inefisiensi.
 Pendapatan nasional harus dapat mengukur
penyebaran pendapatan individu rumah tangga
 Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi
di sektor pedesaan.
 Pendapatan nasional harus dapat mengukur
kesejahteraan ekonomi islam
 Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran
dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan
nilai santunan antar saudara dan sedekah/zakat.
Produksi
meningkat
Daya beli
meningkat
Peningkata
n konsumsi
Investasi
menngkat
Penerimaan
negara
meningkat
zakat
Mustahik
pajak
Muzakki
pembangunan
meningkat
 Dalam kerangka PDB pendekatan penerimaan,
PDB perekonomian Islami akan menjadi Y = r + w +
π
◦ Hired-factors of production
 Rent
 Wages and Salaries
◦ Entrepreneurial-factors of productions
 Profit; dihasilkan dari kegiatan-kegiatan investasi
partisipatif seperti:
 Mudharabah (profit-sharing agreement)
 Murabahah (trade with markup/cost-plus sale)
 Musyarakah (equity participation)
 Ijarah (leasing), dll
 Aktivitas sektor informal, dicirikan oleh:
◦ Ease of entry
◦ Reliance of indigenous resources
◦ Family ownership of enterprises
◦ Small scale of operation
◦ Labour intensive and adapted technology
◦ Skills acquired outside the formal school system
◦ Unregulated and competitive markets
 Sektor informal seringkali diabaikan, padahal
ukurannya sangat besar terutama di negara-negara
berkembang.
◦ Di beberapa negara berkembang, pekerja sektor informal
mencapai antara 30-70% dari total angkatan kerja (World
Bank. World Development Report. 1989)
 Sektor voluntary adalah signifikan.
◦ Pada 1996, penduduk Amerika Serikat menyumbang US$ 143 milyar ke
organisasi nirlaba. Diperkirakan sektor non-profit mencapai 8% dari
GDP –dua kali lipat dari angka 1960- dan mempekerjakan 10% dari total
angkatan kerja –lebih besar dari gabungan pekerja pemerintah pusat
dan federal. (The Economist, 30th May, 1998).
 Kedermawanan sangat terasa pasca bencana alam luar biasa. Pasca badai
Katrina, palang merah Amerika Serikat menerima US$ 807 juta, lebih besar
US$ 250 juta dari total penerimaan 2003-2004 (Center on Philanthropy at Indiana
University, 2005)
◦ Potensi dana filantropi di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 2,3 – 4,6
triliun per tahun (SWA No. 07/XXII/6-19 April 2006).
 Penting untuk meng-institusional-kan dan me-monetisasi:
◦ (i) institusi ekonomi-sosial Islam seperti zakat, wakaf, masjid, haji, dll
◦ (ii) instrument redistribusi pendapatan dalam Islam seperti waqf
properties development bond, cash-waqf certificate, zakat certificate, hajj saving
certificate, trust-fund, dll.
 Pengukuran penerimaan zakat sebagai % PDB dan dampaknya
terhadap fungsi konsumsi, dapat digunakan sebagai variabel
kebijakan ekonomi dan sosial.
 PDB adalah ukuran moneter dan tidak memasukkan transfer
payments.
 Di dalam perekonomian Islami dimana terdapat sistem intra-
family obligatory sebagaimana kegiatan-kegiatan sukarela
sebagai jenis transfer payments.
◦ Usaha untuk mengukur nilai jasa-jasa ini akan memberi perspektif
yang berharga dalam melihat cara kerja a built-in social security system
dalam masyarakat Islam.
 Dikeluarkannya intra-family services dari perhitungan
pendapatan nasional mempengaruhi perbandingan PDB
internasional secara serius.
◦ Di banyak negara miskin konsep keluarga jauh lebih luas dari di
Barat; other things being the same, hal ini berarti bahwa jasa yang
diproduksi oleh anggota keluarga besar mendapat tempat jauh lebih
penting dalam aktivitas ekonomi (Bauer and Yamey: 1972)
 Karakteristik utama dari transfer payments seperti ini adalah
kurangnya korespondensi antara jasa dan pembayaran.
◦ Kewajiban (payments) seringkali tidak diikuti dengan representasi
dari jasa tersebut namun sering diikuti oleh kegiatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan payment.
 Perhitungan pendapatan nasional dalam Islam harus
mengindikasikan sifat dasar dari distribusi output.
◦ Penting untuk mengetahui pendapatan rumah tangga per kapita
aktual.
 Perhitungan pendapatan nasional dalam Islam harus
mengindikasikan struktur komposisi dari output total.
◦ Kualitas dan isi dari PDB lebih penting daripada sekedar ukuran total
output.
◦ Produksi barang-barang kebutuhan dasar dan barang-barang mewah
mendapat timbangan yang sama dalam PDB konvensional.
◦ Dalam doktrin Islam, barang-barang kebutuhan dasar harus
diprioritaskan, dan karenanya harus direfleksikan dalam timbangan
yang berbeda dalam PDB Islami.
 Angka PDB per kapita rata-rata tidak memberi gambaran yang
tepat tentang tingkat kesejahteraan aktual.
◦ Tingkat kesejahteraan aktual lebih tepat diekspresikan dalam
indikator konsumsi kebutuhan efektif (barang & jasa kebutuhan
dasar) sebagai persentase dari konsumsi total.
 Pendekatan konvensional terhadap pembangunan
berkelanjutan
◦ Mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang.
◦ Mencapai pemerataan lintas-generasi.
◦ Mempertahankan tingkat kualitas kehidupan dan lingkungan.
 Permasalahan dengan pendekatan konvensional
◦ Pandangan bahwa nature is out there; terpisah dari manusia, dan
perkembangan hidup manusia mengandung dominasi atas alam.
◦ Karena alam adalah elemen terpisah dari manusia, maka manusia
berkuasa penuh atas alam dan dapat melakukan apa-pun sepanjang
bermanfaat untuk manusia.
 Perspektif Islam
◦ Islam meng-akomodasi konsep pembangunan berkelanjutan namun
dalam kerangka yang luas.
◦ Konsep Islam terhadap pembangunan berkelanjutan memiliki tiga
aspek berbasis harmonisasi alam, sosial, dan ekonomi yang akan
menjamin pembangunan berkelanjutan.
Pertemuan 9 pendapatan nasional dalam islam

More Related Content

What's hot

Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
Isme Semangat
 
liabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjangliabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjang
eksa ridwan
 
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi PemerintahanPersamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Sujatmiko Wibowo
 
Pengauditan saldo kas
Pengauditan saldo kasPengauditan saldo kas
Pengauditan saldo kas
Dina Nurmariyani
 
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGIAUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
EDIS BLOG
 
Akuntansi skpd rtm ib
Akuntansi skpd rtm ibAkuntansi skpd rtm ib
Akuntansi skpd rtm ibAmbara Sugama
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sujatmiko Wibowo
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Adi Jauhari
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Sujatmiko Wibowo
 
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docxAkuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
MariaReynildha2
 
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi NirlabaMateri Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
rusdiman1
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Bernard Anjas
 
Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi SuwardjonoRingkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi Suwardjonoxyrces
 
Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi Pasar ModalEfisiensi Pasar Modal
Efisiensi Pasar Modal
Syafril Djaelani,SE, MM
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
iyandri tiluk wahyono
 
pasar modal
pasar modalpasar modal
pasar modal
mas karebet
 
02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja
Alfath Zulhiansyah Zulhiansyah
 
Piutang wesel
Piutang weselPiutang wesel
Piutang wesel
Rahmatia Azzindani
 
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan PendapatanPengakuan Pendapatan
Pengakuan Pendapatan
DIAN WAHYU KARTIKA CANIAGO
 
Kartu plastik
Kartu plastikKartu plastik
Kartu plastik
dionteguhpratomo
 

What's hot (20)

Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
 
liabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjangliabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjang
 
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi PemerintahanPersamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
 
Pengauditan saldo kas
Pengauditan saldo kasPengauditan saldo kas
Pengauditan saldo kas
 
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGIAUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
 
Akuntansi skpd rtm ib
Akuntansi skpd rtm ibAkuntansi skpd rtm ib
Akuntansi skpd rtm ib
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
 
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docxAkuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
Akuntansi Perbankan (Soal & Kasus Pembahasan).docx
 
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi NirlabaMateri Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
 
Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi SuwardjonoRingkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
 
Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi Pasar ModalEfisiensi Pasar Modal
Efisiensi Pasar Modal
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
 
pasar modal
pasar modalpasar modal
pasar modal
 
02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja
 
Piutang wesel
Piutang weselPiutang wesel
Piutang wesel
 
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan PendapatanPengakuan Pendapatan
Pengakuan Pendapatan
 
Kartu plastik
Kartu plastikKartu plastik
Kartu plastik
 

Similar to Pertemuan 9 pendapatan nasional dalam islam

Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZANPpt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
Garuda Indonesia
 
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojan
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojanPpt national income rani,sarah,yoyo,ojan
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojan
Garuda Indonesia
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
Yuca Siahaan
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasional Pendapatan nasional
Pendapatan nasional
Ita Pitriyanti
 
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 vWeek 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Yusinadia Sekar Sari
 
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
zuhrofial imaniah
 
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomiPerekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
handy watung
 
Pendapatan Nasional
Pendapatan NasionalPendapatan Nasional
Pendapatan Nasional
Jogo Hera
 
Ekonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan NasionalEkonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan Nasional
Aori Meru
 
Makalah pertumbuhan ekonomi
Makalah pertumbuhan ekonomiMakalah pertumbuhan ekonomi
Makalah pertumbuhan ekonomi
Septian Muna Barakati
 
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomiPertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Muhammad Khoirul Fuddin
 
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomiPertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Muhammad Khoirul Fuddin
 
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
dengkol
 
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasionalPertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
Firman Bachtiar
 
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...Ahmad Zakariya
 
Makalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimiMakalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimi
Septian Muna Barakati
 
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesia
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesiaIndikator-indikator makro ekonomi di indonesia
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesia
febi pristan
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasional
nevi anisa
 
9. penghitungan-pendapatan-nasional-1
9. penghitungan-pendapatan-nasional-19. penghitungan-pendapatan-nasional-1
9. penghitungan-pendapatan-nasional-1
AGUS SETIYONO
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
Luce Scuola Elementare Nation
 

Similar to Pertemuan 9 pendapatan nasional dalam islam (20)

Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZANPpt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
Ppt national income RANI, SARAH,YOYO, FAuZAN
 
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojan
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojanPpt national income rani,sarah,yoyo,ojan
Ppt national income rani,sarah,yoyo,ojan
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasional Pendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 vWeek 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
 
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
 
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomiPerekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
 
Pendapatan Nasional
Pendapatan NasionalPendapatan Nasional
Pendapatan Nasional
 
Ekonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan NasionalEkonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan Nasional
 
Makalah pertumbuhan ekonomi
Makalah pertumbuhan ekonomiMakalah pertumbuhan ekonomi
Makalah pertumbuhan ekonomi
 
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomiPertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
 
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomiPertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
 
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
 
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasionalPertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
Pertumbuhan ekonomi, moneter, inflasi, pengangguran, pendapatan nasional
 
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...
Analisis pengaruh pmdn, ekspor pertambangan, tenaga kerja terhadap pdb sektor...
 
Makalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimiMakalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimi
 
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesia
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesiaIndikator-indikator makro ekonomi di indonesia
Indikator-indikator makro ekonomi di indonesia
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasional
 
9. penghitungan-pendapatan-nasional-1
9. penghitungan-pendapatan-nasional-19. penghitungan-pendapatan-nasional-1
9. penghitungan-pendapatan-nasional-1
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 

More from Center For Economic Policy Institute (CEPAT)

PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptxPERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Tata kelola Perusahaan & Risk management
Tata kelola Perusahaan & Risk managementTata kelola Perusahaan & Risk management
Tata kelola Perusahaan & Risk management
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
MANAJEMEN MODAL KERJADAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEKMANAJEMEN MODAL KERJADAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.pptMateri 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Pertemuan 11.pptx
Pertemuan 11.pptxPertemuan 11.pptx
PERTEMUAN 9-10.pptx
PERTEMUAN 9-10.pptxPERTEMUAN 9-10.pptx
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptxMateri 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptxMateri 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptxMateri 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptxMateri 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptxMateri 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptxMateri 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptxMateri 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan PerusahaanMateri 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptxMateri 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 

More from Center For Economic Policy Institute (CEPAT) (20)

PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptxPERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
PERTEMUAN 14 RISK REGISTERED RISK MANAGEMENT.pptx
 
Tata kelola Perusahaan & Risk management
Tata kelola Perusahaan & Risk managementTata kelola Perusahaan & Risk management
Tata kelola Perusahaan & Risk management
 
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
MANAJEMEN MODAL KERJADAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEKMANAJEMEN MODAL KERJADAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PEMBIAYAAN MODAL JANGKA PENDEK
 
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
PERTEMUAN 12 MANAJEMEN RISIKO BISNIS TINGKATKORPORASI, STRATEGI BISNIS DAN PR...
 
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.pptMateri 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
Materi 12 Dividen (Konsep dan Kebijakan) manajemen Keuangan.ppt
 
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 11 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
 
Pertemuan 11.pptx
Pertemuan 11.pptxPertemuan 11.pptx
Pertemuan 11.pptx
 
PERTEMUAN 9-10.pptx
PERTEMUAN 9-10.pptxPERTEMUAN 9-10.pptx
PERTEMUAN 9-10.pptx
 
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 10 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
 
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptxMateri 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
Materi 8 ANALISIS RISIKO BISNIS - RISIKO PADA INDUSTRI FARMASI.pptx
 
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptxMateri 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
Materi 9 MANAJEMEN KEUANGAN RISK AND RETURN TRADE-OFF.pptx
 
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptxMateri 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
Materi 7 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Kualitas.pptx
 
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 7 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
 
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptxMateri 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
Materi 5 MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM DAN OBLIGASI.pptx
 
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptxMateri 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
 
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptxMateri 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
Materi 4 Nilai waktu Dari Uang.pptx
 
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptxMateri 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
Materi 4 ANALISIS RISIKO BISNIS.pptx
 
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan PerusahaanMateri 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Materi 3 MANAJEMEN KEUANGAN Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
 
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptxMateri 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
Materi 3 ANALISIS RISIKO BISNIS1.pptx
 
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptxMateri 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
Materi 2 MANAJEMEN KEUANGAN.pptx
 

Recently uploaded

PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptxPPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
nugrohoaditya12334
 
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptxKelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
ErvinYogi
 
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdftantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
muhammadarsyad77
 
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdfModul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
muhammadarsyad77
 
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
ritaseptia16
 
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdfMateri Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
WiwikDewiSusilawati
 
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxMAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
JaffanNauval
 
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptxPPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
azfikar96
 
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
DebiCarolina2
 
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
anselmusl280
 
Good Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run withGood Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run with
ssuser781f6d1
 
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptxmateri perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
RaraStieAmkop
 
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptxANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
AnisaSyahfitri1
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (14)

PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptxPPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
 
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptxKelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
 
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdftantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
 
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdfModul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
 
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
 
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdfMateri Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
 
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxMAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
 
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptxPPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
 
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
 
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
 
Good Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run withGood Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run with
 
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptxmateri perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
materi perkuliahan ppt pengendalian intern.pptx
 
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptxANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
 

Pertemuan 9 pendapatan nasional dalam islam

  • 2.  Nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu (satu tahun) yang diukur dengan satuan uang.  Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional  PDB = Nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan ditambah warga negara asing yang bekerja di negara yang bersangkutan  PNB = dihitung dengan menjumlahkan semua nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara tersebut ditambah dengan penduduk negara tersebut yang ada di luar negeri Pendapatan nasional merupakan ukuran dasar dari performasi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu juga memperlihat hubungan antara variabel makroekonomi, yaitu output,pendapatan dan pengeluaran.
  • 3. Perusahaan Rumah TanggaPengeluaran Gaji, bunga, dividen, laba dan sewa barang & jasa Jasa-jasa dari faktor produksi
  • 4. PemerintahPerusahaan Rumah Tangga Luar Negeri Pembelian barang & jasa Pajak Pajak Pembayaran gaji, bunga, transfer Gaji, bunga, dividen, laba dan sewa Pembelian barang & jasa buatan luar negeri (Import) Pembelian barang & jasa buatan dalam negeri oleh orang asing (eksport) Pembelian barang & jasa
  • 5.  Metode Produksi ◦ Didasarkan pada penjumlahan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi. ◦ Menurut BPS sektor tersebut meliputi:  Pertanian; Pertambangan & Penggalian; Industri pengolahan; Listrik, gas dan air bersih; Bangunan; Perdagangan, restoran, dan hotel; Pengangkutan dan komunikasi; Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan; Jasa-jasa ◦ Contoh: Biji gandum/kg dijual Rp. 1500; Gandum  terigu= 2000; Terigu  roti = 3000; Roti  roti bakar = 3500
  • 6.
  • 7.  Metode Pengeluaran ◦ Metode ini menghitung pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran, baik yang dilakukan:  Rumah tangga konsumen (C)  Rumah tangga swasta/produsen (I)  Rumah tangga pemerintah (G)  Export netto (X – M) ◦ Secara matematik dirumuskan  Y = AE = C + I + G + (X – M)  AE = Agregate Expenditure ◦ Hasil perhitungan dengan metode ini sering disebut dengan Produksi Nasional Brutto (GNP)
  • 8.
  • 9.  Metode Pendapatan ◦ Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor produksi dalam perekonomian:  Tenaga kerja (W)  Modal (i)  Tanah (R)  Skill/entrepreneurship (P) ◦ Rumus = Y = YW + Yi + YR + YP ◦ Hasil perhitungan ini sering disebut dengan pendapatan nasional (National Income=NI)
  • 10.  GDP Nominal mengukur nilai output atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu menurut harga pasar yang berlaku pada periode tersebut (current price)  GDP riil mengukur nilai output atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu menurut harga pasar yang berlaku pada periode tertentu menurut harga yang ditentukan (harga pada tahun dasar/harga konstan)
  • 11.
  • 12.  Konsep tingkat kesejahteraan hidup (standard of living) dalam ekonomi konvensional banyak didekati dari ide fungsi utilitas, dimana kesejahteraan bergantung pada keadaan sejumlah kebutuhan moneter dan non-moneter.  Pada periode setelah perang dunia II, standard of living sepenuhnya dipahami dalam ukuran-ukuran material murni; yaitu penguasaan barang dan jasa.  Konsep ini secara natural membawa pada penggunaan PDB riil per kapita sebagai indikator utama kesejahteraan. ◦ PDB mengukur jumlah barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian dalam kurun waktu tertentu.  PDB per kapita gagal merefleksikan sejumlah aspek penting dari kesejahteraan manusia. ◦ Kelemahan-kelemahan ini membawa kita pada pemahaman yang keliru dan cenderung over-estimate tentang tingkat kesejahteraan perekonomian yang sebenarnya. ◦ Fokus pada PDB per kapita akan membuat pengambil kebijakan terlalu bias pada pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan kebijakan.
  • 13.  PDB seringkali gagal mencerminkan kesejahteraan penduduk. ◦ Seringkali barang dan jasa yang amat dibutuhkan oleh penduduk, tidak diproduksi. Karena itu daerah dengan PDB per kapita yang tinggi tidak selalu mencerminkan penduduk-nya hidup lebih baik dari penduduk di daerah dengan PDB per kapita yang lebih rendah. PDRB per Kapita dan HDI Propinsi-Propinsi di Indonesia, 2002 PDRB per Kapita Peringkat HDI Peringkat DI Yogyakarta Sulawesi Utara Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Papua 1,581 1,695 2,357 2,290 4,180 20 17 7 9 3 70.8 71.3 68.8 57.8 60.1 3 2 7 30 29 Sumber: UNDP and BPS (2004)
  • 14.  PDB adalah ukuran yang jauh dari sempurna untuk secara tepat menggambarkan besarnya output suatu perekonomian. ◦ PDB konvensional tidak memperhitungkan kegiatan sektor informal. ◦ PDB gagal menghitung kegiatan-kegiatan yang tidak diperdagangkan di pasar seperti misalnya kegiatan rumah tangga, kegiatan amal dan sukarela. ◦ PDB gagal memperhitungkan penurunan cadangan sumber daya alam dan penurunan kualitas lingkungan.  Studi Repetto, et.al menunjukkan bahwa perhitungan yang tepat terhadap degradasi lingkungan, akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 3 persen! (R. Repetto, W. Magrath, M. Wells, C. Beer, dan F. Rossini, Wasting Assets: Natural Resources in the National Income Accounts. Washington, DC: World Resources Institute, Juni 1989.)
  • 15. GREEN NATIONAL ACCOUNT MEASUREMENT FOR INDONESIA 1990 1995 GDP (percent) 100.00 100.00 - Depreciation of Fixed Assets 4.64 4.22 NDP 95.36 95.78 - Imputed Environmental Costs 5.60 5.18 Degradation of Natural Resources (1.46) (1.85) Destruction of Ecosystem (0.55) (1.46) Depletion of Resources (3.50) (1.87) Eco-Domestic Product (percent of GDP) 89.76 90.59 Source:Alisyahbana, Yusuf (2001)
  • 16.  PDB tidak mampu memperhitungkan perubahan dalam kualitas output. ◦ Contoh klasik: komputer, dimana kualitas barang telah mengalami perbaikan secara dramatis sementara harganya jatuh secara tajam.  PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa didistribusikan diantara penduduk. ◦ PDB per kapita tidak menggambarkan keadilan dan pemerataan.  PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa diproduksi. ◦ Bisa jadi pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan ekonomi yang mubazir dan tidak efisien, zhalim dan merusak penghidupan pihak lain, dll.
  • 17.  Fokus yang berlebihan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam banyak aspek telah membahayakan kehidupan ekonomi generasi mendatang. ◦ Pertumbuhan ekonomi berjalan beriring dengan pertumbuhan penggunaan (eksploitasi) sumber daya alam.  Pertumbuhan dalam eksploitasi sumber daya alam sebagian merefleksikan: (i) kenaikan permintaan akibat pertumbuhan penduduk, dan sebagian lagi merefleksikan: (ii) pertumbuhan output per kapita dan, (iii) pertumbuhan konsumsi per kapita. ◦ Sepanjang abad 20, jumlah penduduk dunia naik 4 kali lipat dan output industri meningkat 40 kali lipat. ◦ Pada saat yang sama, konsumsi per kapita di negara-negara maju jauh meningkat dibandingkan 100 tahun yang lalu.
  • 18.  Evaluasi konsumsi apakah berlebihan atau tidak; dapat dilakukan berdasarkan 2 kriteria: the discounted present value dari arus utilitas (the maximize present value criterion) dan perbaikan kesejahteraan sosial intertemporal (the sustainability criterion). ◦ Pangsa konsumsi terhadap output lebih tinggi dari yang seharusnya diidentifikasi berdasarkan kriteria the maximize present value. ◦ Banyak negara gagal memenuhi kriteria keberlanjutan: investasi dalam human capital dan physical capital tidak mencukupi untuk meng- offset penurunan dalam natural capital. ◦ Di negara-negara miskin, kurang-nya investasi tidak berimplikasi pada excessive consumption, konsumsi dan investasi keduanya tidak mencukupi: konsumsi saat ini tidak menghasilkan standar hidup yang layak bagi generasi sekarang dan investasi saat ini tidak menjamin standar hidup yang lebih tinggi (atau bahkan sama) untuk generasi mendatang.  Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sehingga menjadi berlebihan (excessive consumption) adalah; (i) ketidakmampuan untuk mengumpulkan resiko secara sempurna, (ii)pajak terhadap pendapatan modal, dan (iii) underpricing sumber daya alam.
  • 19.  Underpricing sumber daya alam menjadi faktor paling dominan yang menyebabkan excessive consumption.  Underpricing sumber daya alam berasal dari tiga sumber. ◦ Kepemilikan sumber daya yang tidak jelas (common resources). Common resources membawa pada eksploitasi yang berlebihan jika eksploitasi tidak membutuhkan investasi yang besar.  Contoh: di Indonesia, deforestrasi mencapai 2,6 juta hektar per tahun dan indikasi overfishing mencapai 60%. ◦ Kegagalan internalisasi eksternalitas yang terkait dengan penggunaan sumber daya alam.  Contoh: kerusakan akibat penggunaan energi fosil, hilangnya keragaman ekosistem akibat pembangunan pengontrol banjir, dll. ◦ Subsidi pemerintah. Misal subsidi BBM, subsidi listrik, dan subsidi air.  Subsidi menyebabkan harga turun dibawah biaya produksi, bahkan sebelum memperhitungkan dampak eksternalitas-nya.  International Energy Agency (1999) mengestimasi bahwa di India, China dan Rusia, full-cost pricing akan menurunkan konsumsi energi berturut- turut sebesar 7, 9 and 16 persen.
  • 20.  Dampak biofisik yang berasosiasi dengan hilangnya natural capital dapat sangat nonlinear: dampak hal ini mungkin kecil dalam rentang tertentu, namun kemudian menjadi sangat besar sekali critical threshold tercapai. ◦ Terlewatinya threshold akan membawa pada "bifurcation“: situasi dimana karakteristik sistem alam berubah secara fundamental.  Contoh: kenaikan gas rumah kaca mungkin merubah arah arus Atlantik yang kini menghangatkan Eropa utara. Sejarah paleo-climatic menunjukkan bahwa perubahan seperti ini adalah hal yang umum.  Nonlinearitas dalam dinamika ekosistem berimplikasi serius pada resiko yang terkait dengan hilangnya natural capital. ◦ Estimasi shadow prices untuk natural capital akan menjadi terlalu rendah jika kita hanya memperhitungkan kasus-kasus utama daripada distribusi keseluruhan hasil potensial dari hilangnya natural capital. ◦ Dibutuhkan identifikasi dimana konsumsi saat ini membahayakan keberlanjutan kesejahteraan dan mengukur kerugian potensial yang ditimbulkannya. ◦ Dibutuhkan indikator untuk mengkuantifisir kehilangan natural capital dan potensi untuk substitusi antar berbagai bentuk kapital.
  • 21.  Perhitungan PDB dalam perekonomian Islam harus memasukkan parameter-parameter baru sesuai dengan doktrin-doktrin Islam. ◦ Tujuan kehidupan adalah ‘Falah’  kesejahteraan, keadilan, kebebasan, standar moral, di dunia dan akhirat. ◦ Diperhitungkannya sektor-sektor Voluntary (wakaf, zakat, dan sadaqah) ◦ Diperhitungkannya sektor-sektor informal dan Subsisten. ◦ Dimungkinkannya penggunaan variabel-variabel kebijakan Islami  Rate of profit share on investment dan rate of return on project  Rasio Zakat (Zakat/PDB)  pemenuhan kebutuhan dasar (kebutuhan agama, keamanan, makanan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan)  Perhitungan PDB dalam perekonomian Islam harus menyediakan ukuran-ukuran kesejahteraan ekonomi sekaligus sosial, sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  • 22.  Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) pada suatu negara. Saat GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita)  Jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau menambah waktu istirahatnya, maka hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk. Seharusnya ukuran kesejahteraan ekonomi dalam konsep GDP atau GNP riil harus mampu menggambarkan kesejahteraan pada suatu negara secara riil. Beberapa keberatan penggunaan dalam pengukuran GDP riil/kapita  Umunya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP tidak mencerminkan kondisi riil pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat.  Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP.  GNP tidak memperhitungkan kejadian seperti bencana alam  GNP tidak memperhitungkan polusi  GNP tidak menghitung nilai waktu istirahat (leisure time).
  • 23.  Kesejahteraan dalam perspektif Islam tidak selalu diwujudkan hanya dalam memaksimalkan kekayaan dan konsumsi. ◦ Kesejahteraan sejati membutuhkan keseimbangan antara aspek material dan spiritual. ◦ Determinan terpenting yang menentukan kesejahteraan adalah dalam cara bagaimana kita memanfaatkan sumber daya langka yang merupakan amanah dari Sang Pencipta. ◦ Kekayaan dan konsumsi yang lebih banyak akan lebih baik dari yang sedikit jika dan hanya jika pertumbuhan tersebut dicapai tanpa memperlemah jaringan moral masyarakat dan solidaritas sosial, atau tanpa meningkatkan ketidakseimbangan alam.  Jika dalam ekonomi konvensional penggunaan sumber daya yang paling efisien ditentukan berdasarkan kriteria Pareto Optimum, dalam Islam ditentukan berdasarkan kriteria maqashid syariah. ◦ Setiap penggunaan sumber daya yang akan merusak atau menggagalkan pencapaian dan realisasi maqashid syariah, harus dipandang sebagai kesia-siaan dan inefisiensi.
  • 24.  Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga  Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan.  Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islam  Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah/zakat.
  • 26.  Dalam kerangka PDB pendekatan penerimaan, PDB perekonomian Islami akan menjadi Y = r + w + π ◦ Hired-factors of production  Rent  Wages and Salaries ◦ Entrepreneurial-factors of productions  Profit; dihasilkan dari kegiatan-kegiatan investasi partisipatif seperti:  Mudharabah (profit-sharing agreement)  Murabahah (trade with markup/cost-plus sale)  Musyarakah (equity participation)  Ijarah (leasing), dll
  • 27.  Aktivitas sektor informal, dicirikan oleh: ◦ Ease of entry ◦ Reliance of indigenous resources ◦ Family ownership of enterprises ◦ Small scale of operation ◦ Labour intensive and adapted technology ◦ Skills acquired outside the formal school system ◦ Unregulated and competitive markets  Sektor informal seringkali diabaikan, padahal ukurannya sangat besar terutama di negara-negara berkembang. ◦ Di beberapa negara berkembang, pekerja sektor informal mencapai antara 30-70% dari total angkatan kerja (World Bank. World Development Report. 1989)
  • 28.  Sektor voluntary adalah signifikan. ◦ Pada 1996, penduduk Amerika Serikat menyumbang US$ 143 milyar ke organisasi nirlaba. Diperkirakan sektor non-profit mencapai 8% dari GDP –dua kali lipat dari angka 1960- dan mempekerjakan 10% dari total angkatan kerja –lebih besar dari gabungan pekerja pemerintah pusat dan federal. (The Economist, 30th May, 1998).  Kedermawanan sangat terasa pasca bencana alam luar biasa. Pasca badai Katrina, palang merah Amerika Serikat menerima US$ 807 juta, lebih besar US$ 250 juta dari total penerimaan 2003-2004 (Center on Philanthropy at Indiana University, 2005) ◦ Potensi dana filantropi di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 2,3 – 4,6 triliun per tahun (SWA No. 07/XXII/6-19 April 2006).  Penting untuk meng-institusional-kan dan me-monetisasi: ◦ (i) institusi ekonomi-sosial Islam seperti zakat, wakaf, masjid, haji, dll ◦ (ii) instrument redistribusi pendapatan dalam Islam seperti waqf properties development bond, cash-waqf certificate, zakat certificate, hajj saving certificate, trust-fund, dll.  Pengukuran penerimaan zakat sebagai % PDB dan dampaknya terhadap fungsi konsumsi, dapat digunakan sebagai variabel kebijakan ekonomi dan sosial.
  • 29.  PDB adalah ukuran moneter dan tidak memasukkan transfer payments.  Di dalam perekonomian Islami dimana terdapat sistem intra- family obligatory sebagaimana kegiatan-kegiatan sukarela sebagai jenis transfer payments. ◦ Usaha untuk mengukur nilai jasa-jasa ini akan memberi perspektif yang berharga dalam melihat cara kerja a built-in social security system dalam masyarakat Islam.  Dikeluarkannya intra-family services dari perhitungan pendapatan nasional mempengaruhi perbandingan PDB internasional secara serius. ◦ Di banyak negara miskin konsep keluarga jauh lebih luas dari di Barat; other things being the same, hal ini berarti bahwa jasa yang diproduksi oleh anggota keluarga besar mendapat tempat jauh lebih penting dalam aktivitas ekonomi (Bauer and Yamey: 1972)  Karakteristik utama dari transfer payments seperti ini adalah kurangnya korespondensi antara jasa dan pembayaran. ◦ Kewajiban (payments) seringkali tidak diikuti dengan representasi dari jasa tersebut namun sering diikuti oleh kegiatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan payment.
  • 30.  Perhitungan pendapatan nasional dalam Islam harus mengindikasikan sifat dasar dari distribusi output. ◦ Penting untuk mengetahui pendapatan rumah tangga per kapita aktual.  Perhitungan pendapatan nasional dalam Islam harus mengindikasikan struktur komposisi dari output total. ◦ Kualitas dan isi dari PDB lebih penting daripada sekedar ukuran total output. ◦ Produksi barang-barang kebutuhan dasar dan barang-barang mewah mendapat timbangan yang sama dalam PDB konvensional. ◦ Dalam doktrin Islam, barang-barang kebutuhan dasar harus diprioritaskan, dan karenanya harus direfleksikan dalam timbangan yang berbeda dalam PDB Islami.  Angka PDB per kapita rata-rata tidak memberi gambaran yang tepat tentang tingkat kesejahteraan aktual. ◦ Tingkat kesejahteraan aktual lebih tepat diekspresikan dalam indikator konsumsi kebutuhan efektif (barang & jasa kebutuhan dasar) sebagai persentase dari konsumsi total.
  • 31.  Pendekatan konvensional terhadap pembangunan berkelanjutan ◦ Mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang. ◦ Mencapai pemerataan lintas-generasi. ◦ Mempertahankan tingkat kualitas kehidupan dan lingkungan.  Permasalahan dengan pendekatan konvensional ◦ Pandangan bahwa nature is out there; terpisah dari manusia, dan perkembangan hidup manusia mengandung dominasi atas alam. ◦ Karena alam adalah elemen terpisah dari manusia, maka manusia berkuasa penuh atas alam dan dapat melakukan apa-pun sepanjang bermanfaat untuk manusia.  Perspektif Islam ◦ Islam meng-akomodasi konsep pembangunan berkelanjutan namun dalam kerangka yang luas. ◦ Konsep Islam terhadap pembangunan berkelanjutan memiliki tiga aspek berbasis harmonisasi alam, sosial, dan ekonomi yang akan menjamin pembangunan berkelanjutan.