Skripsi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Penelitian menggunakan data 45 perusahaan selama 2001-2004 dan menganalisis hubungan leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, kepemilikan saham publik dan status perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil menunjukkan u
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Bambang Irawan
No. Mahasiswa : 00312367
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII
Oleh :
Nama : Bambang Irawan
No. Mahasiswa : 00312367
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
ii
3. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
” Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini
tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi apapun sesuai peraturan
yang berlaku. ”
Yogyakarta, 23 Januari 2006
Penyusun,
( Bambang Irawan)
iii
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA
Hasil Penelitian
diajukan oleh
Nama : Bambang Irawan
Nomor Mahasiswa : 00312367
Jurusan : Akuntansi
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada tanggal
Dosen Pembimbing,
(Drs. Arief Bachtiar, MSA, Ak)
iv
5. BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI BERJUDUL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Disusun Oleh : BAMBANG IRAWAN
Nomor Mahasiswa : 00312367
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS
Pada tanggal : 23 Januari 2006
Pembimbing Skripsi/Penguji : Drs. Arief Bacthiar, MSA, Ak ............................
Penguji : Drs. Yunan Najamudin, MBA ............................
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Suwarsono, MA
v
6. HALAMAN MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “berlapang-
lapanglah dalam majelis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan “berdirilah kamu”,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Mujaadilah : 11)
vi
7. HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada bapak ,ibu
dan adikku tercinta.
Terima kasih atas dorongan, doa serta bantuannya
baik moril maupun spiritual.
vii
8. KATA PENGANTAR
Assalamu.alikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena
atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Perusahaan Manufkatur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong bagi kelancaran penulisan
skripsi. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Drs. Muhammad Suwarsono, MA selaku dekan FE UII.
2. Bapak Drs. Arief Bachtiar, MSA, Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang
banyak membantu memberikan koreksi dan masukan dengan penuh kesabaran
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
3. Keluargaku (bapak, ibu dan adik) terima kasih atas segala dukungan dan
dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
4. Mas Adi, Ucoq, Andi, Rossi, Hendro dan teman-teman sekalian terima kasih atas
segala bantuannya.
viii
9. 5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis berharap bahwa hasil-hasil penelitian yang telah disusun dapat
memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan semoga berguna bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa slripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakrta, ...................................2006
Penyusun
(Bambang Irawan)
ix
10. DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul ............................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ....................................................... iii
Halaman Pengesahan ..................................................................................... iv
Halaman Berita Ujian ..................................................................................... v
Halaman Motto .............................................................................................. vi
Halaman Persembahan ................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................... viii
Daftar Isi ........................................................................................................ x
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv
Abstraksi ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5
1.4. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
2.1. Pengertian ............................................................................................... 8
2.2. Luas Pengungkapan ................................................................................ 11
x
11. 2.3. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan .............................................. 16
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan laporan keuangan ..................................... 20
2.5. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 24
2.6. Formulasi Hipotesis ............................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 29
3.1. Perusahaan Sampel ................................................................................ 29
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 31
3.3. Definisi dan Variabel Penelitian ............................................................ 32
3.4. Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 38
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 38
4.2. Uji Asumsi Dasar Klasik Regresi .......................................................... 40
4.2.1. Uji Heterokedastisitas ............................................................... 40
4.2.2. Uji Multikolinearitas ................................................................. 42
4.2.3. Uji Autokorelasi ........................................................................ 43
4.3. Signifikansi Model ................................................................................ 44
4.4. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 45
4.4.1. Pengujian Hipotesis Pertama (Ha1) ........................................... 47
4.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2) .............................................. 47
4.4.3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Ha3) .............................................. 47
4.4.4. Pengujian Hipotesis Keempat (Ha4) .......................................... 47
xi
13. DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Daftar Perusahaan Sampel .................................................................... 30
4.1 Daftar Indeks Pengungkapan ................................................................ 39
4.2 Tabel Uji Auto Korelasi ........................................................................ 43
4.3 Inkhtisar Analisis Data .......................................................................... 50
xiii
14. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Daftar item-item yang digunakan sebagai alat ukur
Pengungkapan laporan keuangan tahunan ......................................... 64
2. Data observasi 179 Perusahaan .......................................................... 71
3. Hasil Analisis SPSS ............................................................................ 77
xiv
15. ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode
2001-2004. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear-
berganda dan t-test.
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi leverage, likuiditas
profitabilitas (ROA), porsi kepemilikan saham publik, umur perusahaan, ukuran
perusahaan, status perusahaan, operating profit margin, net profit margin, dan return on
equity diprediksikan memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel ukuran perusahaan, porsi
kepemilikan saham publik, status perusahaan mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan, sedangkan umur perusahaan secara negatif berpengaruh terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Variabel lainnya seperti leverage, likuiditas,
profitabilitas, operating profit margin, net profit margin, dan return on equity tidak
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
xv
16.
17. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia
usaha. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat
lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya, sehingga akan
lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang
semakin berubah.
Untuk mengikuti perkembangan bisnis yang semakin komplek, diperlukan
keseimbangan informasi yang sesuai dan memadai. Menurut FASB di dalam SFAC
No. 5 (1984, paragraf 13) dikatakan sesuai bila seperangkat laporan keuangan selama
suatu periode harus menunjukkan financial position at the end of the period, earning
for the period, comprehensive income for the period, cash flow during the period,
investment by end distributions to owners during the period. Sedangkan memadai
menunjukkan bahwa secara individual laporan keuangan akan mencakup balace
sheet atau statements of financial position, income statement, statement of retain
earnings, statement of change in financial position (statement of sources and
application of funds) (SFAC No. 1. 1978, paragraf 6). Karena itu pihak perusahaan
harus bisa menentukan sistem dan prosedur akuntansi bisnisnya yang semakin
berkembang dengan mempertimbangkan kepentingan “stakeholder”.
18. 2
Profesi akuntansi sebagai penyedia informasi bisnis tidak dapat melepaskan
diri dari perkembangan perekonomian ini. Semakin besar suatu usaha bisnis,
semakin dirasakan perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggung jawaban
maupun untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi. Dalam hubungannya dengan
pengujian informasi keuangan untuk pihak luar, profesi akuntansi perlu mengatur
cara-cara pengujian informasi keuangan suatu badan usahan dan memberi jasa audit
untuk menentukan kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, tujuan
pelaporan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor, calon
investor, kreditur, calon kreditur dan para pemakai lainnya dalam membuat
keputusan investasi, kredit, dan keputusan lainnya secara rasional. Menurut Susanto
(1992) dalam Subroto (2003), informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
sangat penting sebagai dasar untuk mengalokasikan dana-dana investasi secara
efisien dan produktif. Daarough (1993) dalam Subroto (2003) menunjukkan arti
pentingnya informasi laporan keuangan dengan menyatakan bahwa, perusahaan-
perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna
dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja dan
pembuatan kontrak-kontrak. Susanto (1992) dalam Subroto (2003) menyatakan
bahwa kualitas keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan. Agar informasi yang disajikan
19. 3
dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interprestasi,
maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup
(adequate disclosure). Selanjutnya, informasi-informasi apa sajakah yang harus
diungkapkan dalam laporan keuangan masih menjadi perdebatan di kalangan ahli
akuntansi, karena pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
sangat bervariasi dan masing-masing mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda.
Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dalam dipahami, relevan,
andal, dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan
menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
Agar laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat
menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan, salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan membuat kriteria perlunya disclosure (pengungkapan)
tertentu yang dapat mencakup semua perusahaan publik (Baridwan, 1992: 1-6)
dalam Subiyantoro (1996).
Laporan tahunan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi investor
sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pasar
modal dan juga sebagai sarana pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya
20. 4
yang dipercayakan kepadanya. Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi guna pengambilan keputusan, informasi diungkapkan pada
dasarnya diarahkan kepada para pemegang saham, para investor lainnya dan
kreditur. Tetapi para karyawan, instansi pemerintah dan masyarakat luas juga
merupakan penerima laporan tahunan dan bentuk pengungkapan lainnya.
Keputusan yang dibuat oleh para investor pada dasarnya merupakan
keputusan beli-jual-simpan dan keputusan para kreditur pada dasarnya berkaitan
dengan pemberian kredit untuk perusahaan. Tujuan penyajian informasi kepada
karyawan, pelanggan dan masyarakat luas belum diformulasikan dengan baik, tetapi
pada dasarnya diasumsikan bahwa informasi yang bermanfaat bagi para investor dan
kreditur juga bermanfaat bagi pihak lainnya.
Dalam mekanisme pasar modal, pengungkapan badan usaha merupakan suatu
cara untuk menyalurkan pertanggung jawaban perusahaan kepada para investor
untuk memudahkan alokasi sumber daya. Hal ini menunjukkan bahwa laporan
tahunan merupakan media yang penting untuk menyapaikan corporate disclosure
(pengungkapan pada laporan tahunan) oleh manajemen suatu badan usaha dan
merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan investasi
oleh para investor.
Penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal penelitian Binsar H. Simanjutak
dan Lusy Widiastuti (2004) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
21. 5
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.”
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat
pengaruh antara leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, operating profit margin, net profit margin, status
perusahaan dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji ulang pengaruh leverage,
likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan,
operating profit margin, net profit margin, status perusahaan dan return on equity
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian adalah :
1. Untuk menguji ulang penelitian sebelumnya berkenaan dengan ada tidaknya
pengaruh antara leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik,
ukuran perusahaan, umur perusahaan, operating profit margin, net profit
margin, status perusahaan dan return on equity terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
22. 6
2. Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan.
3. Memberi kesempatan kepada para peneliti berikutnya untuk
menyempurnakan dan memperluas penelitian.
1.4 Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam bab ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang digunakan untuk membahas
masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Mencakup teori-teori dan konsep
yang relevan dan mendukung analisis pemecahan masalah dalam penelitian
ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang variabel yang dipakai dalam penelitian,
pemilihan sampel, data yang diperlukan, sumber pengumpulan data, metode
analisis, pengolahan data dan pengujian hipotesis. Bab ini akan merupakan
landasan dalam menganalisis data.
23. 7
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini akan membahas deskripsi penelitian berdasarkan data-data
yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian, serta pengujian dan
analisis hipotesis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari hasil analisis yang telah
dilakukan dan saran-saran yang mungkin dapat diajukan dan dilaksanakan
untuk penelitian selanjutnya.
24. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hendriksen (2002) mengemukakan bahwa pengungkapan dalam pengertian
terluas hanya berarti penyampaian (release) informasi. Para akuntan cenderung
menggunakan kata ini dalam pengertian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian
informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya
laporan tahunan. Pengungkapan dalam pengertian tersempitnya mencakup hal-hal
seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap.
Dalam artian luas, pengungkapan berkenaan dengan informasi yang disajikan
baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi pendukung lainnya
seperti : catatan kaki, peristiwa sesudah tanggal laporan, analisis manajemen
mengenai operasi pada tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan
laporan keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain di
luar historical cost.
Wolk (1991) dalam Bambang Subroto (2003) mengemukakan bahwa
pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun
komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan,
analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan
operasi, dan laporan keuangan tambahan. Laporan keuangan dan komunikasi
25. 9
pelengkap tersebut disebut sebagai pelaporan keuangan (financial reporting).
Pengungkapan dalam laporan keuangan diperlukan oleh para investor dan pemakai
informasi lainnya sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Hal ini sesuai
dengan apa yang dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concept # 5
(SFAC) bahwa kebutuhan untuk pengambilan keputusan bagi investor, kreditur dan
pemakai informasi lain, meliputi seluruh informasi yang terdapat di dalam laporan
keuangan, catatan atas laporan keuangan, informasi pelengkap, media pelaporan
keuangan lain dan informasi lain.
Pengungkapan informasi oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa
kepentingan. Elliot dan Jacobson (1994) dalam Bambang Subroto (2003),
menunjukkan manfaat pengungkapan informasi oleh perusahaan-perusahaan pencari
laba (profit making enterprises) berdasarkan pada tiga kategori kepentingan yaitu,
kepentingan perusahaan, kepentingan investor bukan pemilik, dan kepentingan
nasional.
Manfaat utama pengungkapan informasi bagi perusahaan adalah dapat
diperolehnya biaya modal yang lebih rendah. Biaya modal yang lebih rendah
tersebut diperoleh oleh perusahaan berkaitan dengan berkurangnya risiko informasi
bagi investor dan kreditur. Pengungkapan memberikan jaminan bahwa laporan
keuangan menjadi lebih lengkap dan akurat sehingga risiko kesalahan pengambilan
keputusan yang didasarkan pada laporan keuangan tersebut menjadi berkurang.
Dengan demikian, investor dan kreditur bersedia membeli sekuritas dengan harga
26. 10
tinggi, akibat dari harga sekuritas yang tinggi tersebut biaya modal perusahaan
menjadi rendah.
Manfaat pengungkapan bagi kepentingan investor adalah berkurangnya risiko
informasi. Berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor akan mengurangi
kesalahan pembuatan keputusan investasi. Dengan demikian, investor menjadi lebih
percaya kepada perusahaan yang memberikan pengungkapan secara lengkap,
akibatnya sekuritas perusahaan menjadi lebih menarik bagi banyak investor dan
harganya akan naik. Kenaikkan harga saham ini pada akhirnya akan meningkatkan
kemakmuran investor.
Pengungkapan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan nasional.
Manfaat dapat diperoleh sebagai akibat dari adanya biaya modal perusahaan yang
rendah dan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor. Dengan
diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, pertumbuhan ekonomi
dapat meningkat, kesempatan kerja menjadi lebih luas, dan pada akhirnya standar
kehidupan akan meningkat pula. Sebagai akibat berkurangnya resiko informasi yang
dihadapi investor, pasar modal menjadi lebih likuid. Likuiditas pasar modal ini
diperlukan oleh perekonomian nasional, karena dapat membantu alokasi modal
secara efektif (Bambang Subroto, 2003).
27. 11
2.2 Luas Pengungkapan
Imhoff (1992) dalam Binsar dan Lusy (2004) menyatakan kualitas tampak
sebagai atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas
akuntansi masih memiliki makna ganda (abigous) banyak penelitian yang
menggunakan indeks of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas
pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari sisi
laporan tahunan. Dengan kata lain imhof mengatakan bahwa tingginya kualitas
informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan.
Berapa banyak informasi tersebut harus diungkapkan tidak hanya bergantung
pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar yang dibutuhkan (Hendriksen,
2002). Ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu :
1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup)
Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku,
dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterprestasikan dengan benar
oleh investor.
2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar
memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan
menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial.
28. 12
3. Full disclosure (pengungkapan penuh)
Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian infornasi yang
diungkapkan secara relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian
informasi secara melimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak
baik (Ainun dan Fuad, 2000) dalam Binsar dan Lusy (2004). Bagi beberapa
pihak pengungkapan secara penuh diartikan sebagai penyajian informasi
yang berlebihan dan karena itu tidak bisa disebut layak. Terlalu banyak
informasi akan membahayakan, karena penyajian rinci dan yang tidak
penting justru mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan sulit
ditafsirkan. (Hendriksen, 2002). Dampak negatif lainnya adalah kompetisi
yang dinamis dalam pasar produk. Healy dan Palepu (1993) dalam Subroto
(2003) mengemukakan tersebarnya informasi penting yang berkaitan dengan
strategi bisnis dan rencana perusahaan merugikan posisi kompetitif
perusahaan sendiri.
Scott (1997:92) dalam Subroto (2003) menunjukkan dua manfaat
pengungkapan penuh (full disclosure) yang dapat dicapai secara simultan. Pertama,
pengungkapan memungkinkan investor membuat keputusan investasi lebih baik, dan
kedua, pengungkapan meningkatkan kemampuan pasar modal untuk investasi
langsung yang paling produktif. Pengungkapan tidak saja penting pada masa
sekarang, tetapi akan menjadi semakin penting pada masa mendatang.
29. 13
Informasi yang diungkap dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan
menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan informasi yang diharuskan
oleh peraturan yang berlaku. Peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam
laporan tahunan di Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu melalui keputusan
ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah melalui keputusan
ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996 kemudian diubah dengan keputusan ketua
Bapepam No. Kep-06/PM/2000. Peraturan yang lama hanya berlaku bagi perusahaan
kecil, sedangkan peraturan yang baru berlaku bagi semua perusahaan yang telah
melakukan penawaran umum dan perusahaan publik.
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untk
memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan
untuk pengmabilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya (Meek, Roberts
dan Gray, 1995) dalam Suripto (1998). Menurut peraturan mengenai laporan tahunan
yang berlaku di Indonesia, pengungkapan sukarela semacam itu dimungkinkan.
Perusahaan mempunyai kepentingan untuk memberikan informasi yang
memadai. Perusahaan bersaing antara satu dengan yang lain di pasar modal dalam
jenis sekuritas, termin dan imbal hasil (return) yang ditawarkan. Sementara itu
terdapat ketidakpastian kualitas perusahaan dan sekuritasnya. Investor membutuhkan
informasi untuk menilai waktu dan ketidakpastian aliran kas sekarang dan di masa
30. 14
datang sehingga dapat menilai perusahaan dan mengambil keputusan. Perusahaan
memenuhi kebutuhan tersebut sebagian melalui pemberian informasi secara sukarela.
Pertimbangan manajemen untuk mengungkap informasi secara dipengaruhi
oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkap informasi secara
sukarela bila membuat yang diperoleh dari pelaporan informasi tersebut lebih besar
dari biayanya. Manfaat terutama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan
secara sukarela informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan adalah biaya
modal yang rendah (Elliot dan Jacobson, 1994) dalam Subroto (2003). Manfaat
tersebut diperoleh karena pengungkapan informasi oleh perusahaan akan membantu
investor dan kreditor memahami risiko investasi. Informasi yang tidak cukup dan
tidak lengkap akan tercermin dalam biaya modal sebagai premium di atas risk-free
rate of return ditambah economic risk premium.
Biaya pengungkapan informasi oleh perusahaan dapat digolongkan kedalam
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya pengungkapan langsung adalah
biaya-biaya yang dikelurkan oleh perusahaan untuk mengembangkan dan
menyajikan informasi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan, biaya
pemrosesan, biaya pengauditan (bila diperlukan) dan biaya penyebaran informasi.
Biaya pengungkapan tidak langsung adalah biaya-biaya yang timbul akibat
diungkapkannya dan/atau tidak diungkapkannya informasi. Biaya-biaya tersebut
meliputi biaya litigasi dan propretiary cost (biaya competitive disadvantage dan
biaya politik). Biaya litigasi timbul karena pengungkapan informasi yang tidak
31. 15
mencukupi atau pengungkapan informasi yuang menyesatkan. Kerugian perusahaan
karena informasi tersebut digunakan oleh pesaing untuk memperkuat daya saing
mereka. Biaya politik terjadi bila praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi
oleh politik.
Besarnya biaya dan manfaat pengungkapan pengungkapan informasi tertentu
berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain. Biaya langsung
pengungkapan informasi bagi perusahaan yang besar akan lebih rendah karena
terdapatnya unsur biaya tetap. Kerugian persaingan yang diakibatkan oleh
pengungkapan informasi riset dan pengembangan lebih besar untuk perusahaan yang
bergerak dalam industri bahan kimia dibanding perusahaan dalam industri yang lain.
Oleh karena itu, trade-off biaya dan manfaat pengungkapan informasi secara
sukarela kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik tertentu perusahaan dan hal
tersebut akan mengakibatkan perbedaan luas pengungkapan dalam laporan tahunan
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain .
Investor sering kali mencari sumber informasi selain laporan tahunan untuk
memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak informasi yang diungkapkan maka
laporan keuangan semakin informatif dan penyajian informasi yang semakin tinggi.
Oleh karena itu manajemen perlu memperimbangkan cost and benefit dalam
menyajikan pengungkapan di dalam laporan keuangan atau laporan tahunan.
32. 16
2.3 Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu proses
pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting
bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar, yaitu investor publik
diluar lingkup menejemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan.
Dasar perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen
kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Konsep teori keagenan
adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen (Anthony dan
Govindarajan,1995:569). Prinsipal (seseorang atau lebih) mempekerjakan orang
yakni untuk melakukan pekerjaan. Dengan kontraktersebut, prinsipal
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Menurut Herianto
dan Sudomo (1998:240) teori keagenan membahas hubungan antara manajemen
dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan prinsipal adalah
pemegang saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Prinsipal
menyediakan fasilitas dan dan untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak
manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan
pemegang saham kepadanya. Agen diwajibkan memberikan laporan periodik pada
prinsipal tentang usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya
melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan
keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya.
33. 17
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan secara garis
besar dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu pemakai langsung (direct user)
dan pemakai tidak langsung (indirect user). Kelompok pertama (pemakai langsung)
meliputi antara lain : pemilik, manajer, kreditur, pemasok, pelanggan dan karyawan.
sedangkan kelompok yang kedua mencakup analis sekuritas, penasihat investasi,
pengacara dan asosiasi perdagangan.
Meskipun kepentingan masing-masing kelompok pemakai laporan keuangan
ini tidak sama, tetapi laporan keuangan tidak boleh menyimpang dari aturan yang
menghendaki bahwa ia merupakan sumber informasi keuangan yang bersifat umum.
Di Indonesia hal ini telah didukung oleh suatu ketentuan yang disebut dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan pedoman penyusunan laporan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat umum, sehingga tidak
sepenuhnya dapat memenuhi informasi setiap pemakai laporan keuangan.
Menurut pandangan tradisional, pengungkapan yang disajikan harus
memenuhi kriteria relevan sesuai dengan tujuan kualitatif pelaporan keuangan
(Subiyantoro, 1996). Hal ini akan menimbulkan kesulitan karena suatu informasi
relevan untuk suatu tujuan mungkin tidak relevan untuk tujuan yang lain, sedangkan
elemen-elemen pengungkapan mencakup :
a. Laporan laba-rugi.
b. Laporan perubahan posisi keuangan.
c. Laporan sumber dan penggunaan dana.
d. Catatan atas laporan keuangan.
34. 18
e. Laporan audit.
Jadi secara garis besar penempatan pengungkapan mengikuti pedoman
berikut:
1. Laporan keuangan
Terdiri dari tiga laporan utama yaitu : neraca, laporan laba-rugi dan laporan
perubahan posisi keuangan. Pengungkapan dalam laporan keuangan bisa
dalam bentuk laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan termasuk
rincian dan tabel-tabel untuk menjelaskan angka yang terdapat dalam laporan
keuangan yang disajikan secara komparatif dalam periode yang lalu.
2. Catatan kaki.
Ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan,
sehingga dalam catatan kaki sering disajikan catatan-catatan yang
berhubungan dengan item-item neraca dan laporan laba-rugi.
3. Data statistik.
Data-data ini disusun dan diolah dari angka-angka yang terdapat dalam
laporan keuangan dan sering kali disajikan secara terpisah di dalam laporan
tambahan.
4. Laporan auditor.
Laporan ini merupakan media yang paling sesuai untuk mengungkap
penyimpangan dan akibat penyimpangan penerapan prinsip akuntansi dan
35. 19
akibatnya, perbedaan pendapat antara auditor dan manajemen perusahaan
yang diaudit.
Pengungkapan informatif yang memadai yang disajikan oleh suatu
perusahaan tidak sama dengan perusahaan lain. Memadai berarti tidak berlebihan
namun juga tidak kurang sehingga tidak menyesatkan orang yang membacanya.
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 disebutkan bahwa
manajemen wajib mengungkapkan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
manajemen laporan keuangannya. Para pemakai laporan keuangan membutuhkan
keterangan kebijakan akuntansi pilihan sebagai bagian informasi yang dibutuhkan
untuk membuat penilaian, keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak
dapat membuat penilaian handal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan
dengan jelas kebijakan akuntansi pilihan yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan.
Dalam pengungkapan terdapat data yang kuatitatif dan kriteria data yang
material dan relevan bagi investor dan kreditor, maka harus ditekankan pada
informasi keuangan atau data lain yang dapat dipergunakan dalam pengambilan
keputusan. Tetapi dalam pembuatan perbandingan dari waktu ke waktu dan diantara
perusahaan yang berbeda-beda, para investor tidak dapat berasumsi bahwa semua
data kuantitatif yang dilaporkan memiliki profitabilitas kecermatan yang sama.
Selain data kuantitatif yang disajikan dalam laporan keuangan, ada gunanya
menyajikan rincian yang lebih luas mengenai data kualitatif seperti segmen badan
36. 20
usaha yang menyajikan diversifikasi produk atau geografis dari pertumbuhan normal
atau merger dalam perkembangan perusahaan.
Bagi data nonkuantitatif yang relevan dan bermanfaat untuk diungkapkan
hanya jika informasi tersebut berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dan
menambah nilai informasi secara keseluruhan dan bukan menguranginya dengan
adanya keterangan yang terlalu terinci dan sulit dianalisis.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu hal yang harus dilakukan
oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan, pengungkapan ini melibatkan
keseluruhan proses pelaporan. Tetapi terdapat beberapa metode yang berbeda-beda
untuk pengungkapan ini, pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan ini pada
setiap kasus tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan kepentingan
relatifnya.
Metode yang biasa dari pengungkapan ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : bentuk dan susunan laporan yang formal, terminologi dan penyajian yang
terinci, informasi selipan, catatan kaki, ikhtisar tambahan dan skedul, komentar
sertifikat auditor, dan pernyataan direktur utama atau ketua dewan komisaris. Selain
itu terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan perusahaan yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah
37. 21
leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, status
perusahaan, umur perusahaan, operating profit margin dan return on equity.
Leverage merupakan perbandingan antara utang dengan aktiva. Perusahaan
dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan yang tinggi. Jika
menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan emebutuhkan biaya lebih
tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menyediakan
informasi secara lebih komprehensif.
Likuiditas tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Kesehatan suatu
perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan
current ratio) diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Hal
ini didasarkan dari adanya pengharapan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat
akan lebih mengungkapkan informasi dari pada perusahaan yang lemah. Tetapi
sebaliknya, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang
mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci
untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio
likuiditas yang tinggi.
Tingkat Profitabilitas, rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi
akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab
mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong
kompensasi terhadap manejemen.
38. 22
Saham Publik, adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh
investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal
ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan,
semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan
demikian pengungkapan perusahaan semakin luas.
Ukuran Perusahaan yang dinyatakan dengan market capitalized diharapkan
berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Perusahaan yang
berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih
tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lainnya
adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih
rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive
disadvantage yang lebih rendah pula.
Umur Perusahaan, umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif
dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa
perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih
banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang
perusahaan.
Status Perusahaan, Susanto (1992) dalam Suripto (1998) menyatakan bahwa
terdapat beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk kemungkinan perusahaan
yang berstatus asing memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding
39. 23
perusahaan domestik. Pertama, perusahaan dengan penanam modal asing
mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari
perusahaan induknya di luar negeri. Kedua, perusahaan berstatus asing mungkin
emepunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi
kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya.
Terakhir, kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada
perusahaan berstatus asing dari pelanggan, pemasok, analisis dan masyarakat pada
umumnya (Suripto, 1998).
Operating Profit Margin (OPM), adalah informasi laba di dalam laporan
laba-rugi yang dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada publik tentang
kegiatan utama perusahaan. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan
kepada pengguna laporan keuangan adalah sebagai dasar untuk membandingkan
kegiatan utama perusahaan dengan perusahaan lain dalam industry yang sama.
Perusahaan dengan laba positif cenderung untuk mengungkapkan informasi secara
luas dan sebaliknya.
Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk
meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi
ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk
meramalkan kinerja masa yang akan datang, menraik investor, serta untuk mengukur
harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut adalah informasi yang penting
yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar penilaian atas perusahaan. Dimana
40. 24
perusahaan yang ingin mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapan
informasi net profit margin secara luas dalam laporan keuangan.
Return on Equity (ROE), rasio ini menunjukkan “earning power” dari
investasi nilai buku para pemegang saham dan frekuensi penggunaan dalam
membandingkan dengan beberapa perusahaan dalam industri yang sejenis. ROE
yang tinggi menunjukkan penerimaan perusahaan akan kesempatan investasi yang
sangat baik dan manajemen biaya yang sangat efektif. Apabila perusahaan telah
memilih untuk melaksanakan tingkat utang yang tinggi dari standar industri, maka
ROE yang tinggi merupakan hasil dari asumsi yang berlebihan dari risiko finansial
(Sabardi, 1993).
2.5 Penelitian Sebelumnya
Wallace et al. (1994) dalam Marwata (2001) meneliti perbedaan tingkat
kelengkapan ungkapan perusahaan dalam laporan tahunan mencerminkan
karakteristik perusahaan di Spanyol. Dengan analisis regresi linier berganda,
diperoleh hasil bahwa indeks kelengkapan ungkapan secara signifikan positif dengan
besar perusahaan (yang diukur dengan aktiva atau penjualan) dan status pendaftaran.
Likuiditas secara signifikan berhubungan negatif dengan indeks kelengkapan
ungkapan.
Subiyantoro (1996) melakukan penelitian yang sama dengan yang dilakukan
oleh Wallace, Naser and Mora (1994) untuk kasus di Indonesia. Peneliti menguji
karakteristik perusahaan yang mungkin menjelaskan kelengkapan pengungkapan
41. 25
keuangan dalam laporan tahunan terhadap sampel yang terdiri dari 64 perusahaan
Indonesia yang terdaftar di BEJ. Kelengkapan diukur dengan indek yang
menujukkan tingkat kerincian pengungkapan terhadap 18 item informasi wajib
dalam laporan tahunan perusahaan. Analisis regresi digunakan untuk menentukan
karakteristik perusahaan yang menjelaskan variasi indek pengungkapan wajib dalam
laporan tahunan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa firm size, leverage
dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap indek kelengkapan pengungkapan.
Suripto (1998) dalam Fitriani (2001) menguji pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, dengan
menggunakan 68 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995
sebagai sampel penelitian. Hasil pengujian menunjukkan bahwa luas ungkapan
sekarela dalam laporan tahunan masih rendah namun variasinya bersifat sistematik.
Variabel besar perusahaan dan rencana penerbitan sekuritas pada tahun berikutnya
atau tidak secara statistik signifikan mempengaruhi luas ungkapan sukarela
perusahaan dalam laporan tahunan.
Ainun dan Fuad (2000) melakukan penelitian tentang analisis hubungan
antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe
kepemilikan perusahaan. Dengan mengambil sampel sebanyak 32 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ, di mana periode penelitiannya adalah laporan
keuangan tahun 1996. dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa leverage keuangan
memiliki hubungan yang signifikan positf terhadap indeks kelengkapan
42. 26
pengungkapan. Di sisi lain tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
prosentase kepemilikan saham oleh publik dengan kelengkapan pengungkapan.
Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikansi perbedaan tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 102 perusahaan dengan periode penelitian pada laporan
keuangan tahun 1999. dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status
perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin dan Kantor Akuntan Publik. Faktor
yang mempengaruhi indeks pengungkapan sukarela adalah variabel seperti
pengungkapan wajib, kecuali jenis perusahaan, sedang tingkat leverage dan likuiditas
tidak mempengaruhi pengungkapan wajib dan sukarela.
Marwata (2001) melakukan penelitian terhadap karakteristik perusahaan
dengan tingkat kelengkapan ungkapan sukarela pada laporan keuangan. Dengan
besarnya sampel sebanyak 132 perusahaan dengan periode penelitian laporan
keuangan tahun 1995. Hasil uji signifikansi masing-masing variabel individual
menunjukkan bahwa besar perusahaan dan penerbitan sekuritas pada tahun
berikutnya berkaitan positif secara statistik signifikan dengan kualitas ungkapan
sukarela dalam laporan tahunan. Penelitian ini tidak menemukan kaitan secara
statistik signifikan antara kualitas ungkapan laporan keuangan dan variabel-variabel
ungkitan, likuiditas, basis perusahaan, umur perusahaan di bursa dan struktur
kepemilikan perusahaan.
43. 27
Nugraheni,dkk. (2000) menganilisis faktor-faktor fundamental perusahaan
terhadap kelengkapan laporan keuangan. Dengan sampel sebanyak 76 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ. Dengan menggunakan variabel independen seperti
tingkat likuiditas, tingkat leverage, tingkat profitabilitas dan common stock ratio.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa secara parsial dan secara
bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar faktor-faktor
fundamental perusahaan terhadap tingkat pengungkapan perusahaan.
Subroto (2003) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan kepada ketentuan pengungkapan wajib oleh perusahaan-
perusahaan publik dan implikasinya terhadap kepercayaan para investor di pasar
modal. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian variabel-variabel seperti ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP),
kepercayaan investor, indeks pengungkapan wajib. Berdasarkan penelitan ini
menghasilkan kesimpulan bahwa variabel kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP),
ukruan perusahaan berpengaruh positif, sedangkan leverage, profitabilitas,
kepercayaan investor dan indeks pengungkapan wajib berpengaruh negatif.
2.6 Formulasi Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka hipotesis alternatif dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ha1 : Terdapat pengaruh positif antara leverage dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
44. 28
Ha2 : Terdapat pengaruh positif antara likuiditas dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha3 : Terdapat pengaruh positif antara profitabilitas dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha4 : Terdapat pengaruh positif antara porsi kepemilikan saham oleh publik
dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Ha5 : Terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha6 : Terdapat pengaruh positif antara umur perusahaan dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha7 : Terdapat pengaruh positif antara operating profit margin dengan
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Ha8 : Terdapat pengaruh positif antar net profit margin dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha9 : Terdapat pengaruh positif antara return on equity dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Ha10 : Terdapat pengaruh positif antara status perusahaan dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
45. 29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan seluruh rangkaian yang akan
dilakukan dalam rangka untuk menjawab pokok masalah, maupun untuk
membuktikan atau menyanggah hipotesis yang dirumuskan. Oleh karena itu pada
bagian ini akan dijelaskan tentang populasi dan sampel penelitian, sumber data dan
teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel penelitianserta metode
analisis data.
3.1 Perusahaan Sampel
Pupolasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Adapun pemilihan samplingnya didasarkan pada purposive
sampling dengan tujuan mendapat sampel yang representatif sesuai kriteria yang
ditetapkan pada penelitian ini, dimana kriterianya adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ untuk periode laporan keuangan tahun 2001-2004. Adapun
prosedur pemilihan sampelnya adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
masuk kategori industri manufaktur.
2. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan mempublikasikan
laporan keuangan tahunannya secara rutin tahun 2001-2004.
46. 30
3. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam 50 rangking terbesar dari total
frekuensi perdagangan tahun 2001-2004.
Dari perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai dengan 2004
yakni sebanyak 170 perusahaan dan berdasarkan uraian kriteria penentuan
sampel diatas, maka diperoleh sampel yang berjumlah 45 perusahaan
manufaktur. Berikut daftar perusahaan sampel :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Sampel
No. Perusahaan
1 Ades Alfindo
2 Asahimas Flat Glass
3 Asiaplast Industries Tbk
4 Astra International Tbk
5 Astra Otoparts Tbk
6 Bentoel International Investama Tbk
7 Budi Acid Jaya
8 Cahaya Kalbar Tbk
9 Dankos Laboratories
10 Daya Sakti Unggul Corp. Tbk
11 Darya-Varia Laboratories Tbk
12 Dynaplast Tbk
13 Eterindo Wahanatama Tbk
14 Fajar Surya Wisesa Tbk
15 Kasogi International Tbk
16 Gudang Garam Tbk
17 Gadjah Tunggal Tbk
18 HM Sampoerna Tbk
19 Kageo Igar Jaya
20 Intikeramik Alamasri Industri
21 Indofarma Tbk
22 Indorama Syntetics
23 Indah Kiat Pulp & Paper
24 Indocement Tunggal Perkasa Tbk
25 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
47. 31
26 Kedawung Setia Industrial Tbk
27 Kalbe Farma
28 GT Kabel Indonesia Tbk
29 Komatsu Indonesia
30 Mulia Industrindo
31 Mayora Indah
32 Hanson Industri Utama Tbk
33 Apac Centertex Corporation Tbk
34 Sierad Produce Tbk
35 SMART Tbk
36 Semen Gresik (Persero) Tbk
37 Selamat Sampurna Tbk
38 Suparma Tbk
39 Sunson Textile Manufacture Tbk
40 Siantar Top Tbk
41 Suba Indah
42 Tirta Mahakam Plywood Industry
43 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
44 Tempo Scan Pacific
45 Unilever Indonesia Tbk
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data yang berupa data sekunder yakni
laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan (diaudit), harga saham
penutupan perusahaan, total saham yang tercatat di BEJ dan tahun perusahaan
tercatat di BEJ. Seluruh data yang dikumpulkan berasal dari Pusat Referensi Pasar
Modal Bursa Efek Jakarta dan Indonesian Capital Market Directory.
48. 32
3.3. Definisi dan Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian diukur sebagai berikut :
a. Debt to Equity Ratio
Ratio ini merupakan perbandingan antara rasio total utang dengan total
aktiva, yang merupakan proxy dari leverage.
b. Current Ratio
Ratio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar,
yang merupakan proxy dari likuiditas.
c. ROA
Diukur dengan membagi earning after tax (EAT) dengan total aktiva, dan
merupakan proxy dari profitabilitas.
d. PUB
Diukur dengan rasio dengan membagi antara jumlah saham yang dimiliki
masyarakat dengan total saham perusahaan.
e. Size
Diukur dengan kapitalisasi pasar, yaitu log size, yang didapat dengan
mengalikan harga saham per 31 Desember tahun 2001-2004 dengan jumlah
saham yang beredar (outstanding shares) tahun 2001-2004.
49. 33
f. MUR
Diukur berdasarkan selisih antara tahun 2001-2004 dengan first issue di BEJ.
g. OPM
Diukur dengan membandingkan antara operating profit dengan net sales.
h. NPM
Diukur dengan membagi antara profit (loss) after tax dengan penjualan
bersih, dan merupakan proxy dari profitabilitas
i. ROE
ROE membandingkan antara earning profit (loss) after tax dengan
shareholders equity.
j. Status Perusahaan
Diukur berdasarkan penanam modalnya, yaitu bila perusahaan tersebut
merupakan penanam modal asing (PMA) maka skor = 1 dan bila penanam
modal dalam negeri (PMDN) maka skor = 0.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Variabel ini mengukur berapa banyak butir laporan keuangan
yang material diungkap oleh perusahaan diukur dengan indeks disclosure. Indeks
disclosure merupakan hasil pembagian antara skor disclosure yang telah diraih
50. 34
dengan total nilai maksimum yang mungkin diraih (Subiyantoro, 1996). Butir
pengungkapan laporan keuangan yang diukur meliputi yang bersifat wajib
(mandatory) maupun sukarela (voluntary).
Dalam melakukan perhitungan indeks, peneliti menggunakan cara yang
digunakan oleh Subiyantoro (1996) di mana item–item informasi yang digunakan
mencakup manadatory dan voluntary. Misal jika jumlah item yang dijadikan
pedoman kelengkapan pengungkapan berjumlah 100 sedangkan yang dipenuhi
perusahaan dalam laporan tahunannya sebanyak 60, maka indeksnya sebesar
60/100=0,6. jadi rumusnya adalah :
Indeks = n
k
Keterangan : n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
3.4. Teknik Analisis Data
kegiatan pengolahan data meliputi pemberian skor atas pengungkapan item-
item yang ada di laporan tahunan dan menyusun data sheet. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat luasnya pengungkapan.
51. 35
Analisis data menggunakan regresi berganda (multiple regression) untuk
menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan
regresi yang digunakan adalah :
D = a + b1 DER + b2 CURRAT + b3 ROA + b4 PUB + b5 Size + b6 MUR +
b7 OPM + b8 NPM + b9 ROE + b10 Status + e
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan SPSS. Urutan
caranya adalah sebagai berikut :
A. Uji Asumsi Klasik Regresi
1. Uji Autokorelasi
Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna antara
residual error pada periode t dengan residual error pada periode t-1
(sebelumnya). Pendeteksiannya menggunakan Durbin Watson Test
(Ghozali, 2001:61). Jika nilai Durbin Watson diantara du (Durbin Watson
maksimal) dan 4-dl (Durbin Watson minimal) maka tidak terjadi
autokorelasi.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan
yang sempurna antara beberapa atau semua variable bebas dalam model
regresi. Pendeteksiannya menggunakan tolerance value dan VIF
52. 36
(Variance Inflation Factor), dimana jika terjadi VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2001:57).
3. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varian residual yang tidak sama pada suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksiannya dengan
menggunakan uji Park, yaitu jika salah satu beta (koefisien regresi)
tersebut signifikan secara statistik maka disimpulkan terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2001:71).
B. Uji t Statistik
Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel secara individu
berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Jika t- hitung > t tabel (+)
atau t- hitung < t tabel (-), dan koefisien regresi bernilai positif maka
variabel secara individu berpengaruh positif terhadap variabel terikat.
Adapun rumus t-tabel adalah tα/z (n-z), yaitu dimana α adalah tingkat
kesalahan acak dan n adalah jumlah observasi (Wijaya, 2000:70).
C. Signifikan Model
Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan ά = 5%. Pengujian
ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel bebas
secara sempurna (serentak) terhadap variabel terikat yang dinyatakan
53. 37
dengan koefisien determinasi majemuk (R2). R2 = 1 berarti variabel bebas
berpengaruh tethadap variabel terikat dan jika R2 = 0 berarti variabel
bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terkat.
54. 38
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian terhadap objek penelitian
yaitu 179 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama
periode penelitian 2001-2004.
4.1. Hasil Penelitian
Seperti disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa populasi/satuan
pengamatan yang menjadi objek penelitian adalah laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur periode 2001-2004 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan
secara rutin mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun, sehingga diperoleh
laporan keuangan (sampel) dengan jumlah 45 buah laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur.
Pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa serta menelaah setiap
laporan keuangan yang dijadikan sampel, dengan menggunakan scoring instrument.
Scoring instrument terdiri dari alat untuk menetapkan indeks kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dan nilai karakteristik perusahaan. Yang pertama
terdiri dari 18 item yang terperinci dalam 98 sub-item. Sedangkan karakteristik
perusahaan diukur dengan nilai-nilai dari Debt to Equity Ratio, Current Ratio,
Profitabilitas, Porsi Saham Publik, Ukuran Perusahaan (Size), Operating Profit
55. 39
Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Status Perusahaan, dan Umur
Perusahaan (MUR). Item-item informasi yang terdapat pada alat tersebut telah
digunakan oleh peneliti sebelumnya, yang secara keseluruhan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Indeks kelengkapan pengungkapan merupakan hasil pembagian antara
jumlah skor pengungkapan yang diraih (pada sebuah laporan keuangan yang
ditelaah) dengan total nilai maksimum yang mungkin diraih (sebanyak jumlah sub-
item yang digunakan). Misal pada perusahaan Astra International Tbk (tahun 2001)
jumlah skor pengungkapan yang diraih adalah 83, maka nilai indeks kelengkapan
pengungkapan yang diraih adalah 83/98=0,847. Secara keseluruhan, indeks
kelengkapan pengungkapan yang diperoleh terangkum pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Daftar Indeks Pengungkapan
Indeks Pengungkapan
No. Perusahaan Code 2001 2002 2003 2004
1 Ades Alfindo ADES 0.735 0.765 0.561 0.469
2 Asahimas Flat Glass AMFG 0.653 0.714 0.643 0.551
3 Asiaplast Industries Tbk APLI 0.643 0.714 0.51 0.265
4 Astra International Tbk ASII 0.847 0.816 0.765 0.602
5 Astra Otoparts Tbk AUTO 0.745 0.755 0.724 0.561
6 Bentoel International Investama Tbk RMBA 0.694 0.714 0.561 0.480
7 Budi Acid Jaya BUDI 0.673 0.633 0.561 0.520
8 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.469 0.52 0.469 0.490
9 Dankos Laboratories DNKS 0.714 0.745 0.561 0.531
10 Daya Sakti Unggul Corp. Tbk DSUC 0.755 0.796 0.592 0.520
11 Darya-Varia Laboratories Tbk DVLA 0.704 0.643 0.602 0.490
12 Dynaplast Tbk DYNA 0.765 0.684 0.622 0.480
13 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA 0.704 0.694 0.551 0.480
14 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 0.551 0.561 0.541 0.439
15 Kasogi International Tbk GDWU 0.694 0.561 0.551
56. 40
16 Gudang Garam Tbk GGRM 0.857 0.898 0.643 0.531
17 Gadjah Tunggal Tbk GJTL 0.714 0.612 0.592 0.551
18 HM Sampoerna Tbk HMSP 0.684 0.714 0.633 0.551
19 Kageo Igar Jaya IGAR 0.684 0.663 0.602 0.541
20 Intikeramik Alamasri Industri IKAI 0.684 0.622 0.48 0.429
21 Indofarma Tbk INAF 0.663 0.704 0.612 0.490
22 Indorama Syntetics INDR 0.612 0.622 0.582 0.551
23 Indah Kiat Pulp & Paper INKP 0.653 0.694 0.469 0.510
24 Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP 0.622 0.622 0.52 0.520
25 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW 0.51 0.52 0.541 0.388
26 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI 0.612 0.561 0.52 0.429
27 Kalbe Farma KLBF 0.643 0.612 0.582 0.510
28 GT Kabel Indonesia Tbk KLBI 0.541 0.531 0.51 0.449
29 Komatsu Indonesia KOMI 0.52 0.602 0.551 0.490
30 Mulia Industrindo MLIA 0.49 0.469 0.449 0.418
31 Mayora Indah MYOR 0.582 0.602 0.541 0.469
32 Hanson Industri Utama Tbk MYRX 0.51 0.633 0.52 0.418
33 Apac Centertex Corporation Tbk MYTX 0.663 0.643 0.602 0.449
34 Sierad Produce Tbk SIPD 0.704 0.633 0.582 0.490
35 SMART Tbk SMAR 0.735 0.612 0.571 0.418
36 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR 0.755 0.755 0.602 0.561
37 Selamat Sampurna Tbk SMSM 0.612 0.663 0.561 0.469
38 Suparma Tbk SPMA 0.551 0.51 0.49 0.378
39 Sunson Textile Manufacture Tbk SSTM 0.592 0.622 0.469 0.418
40 Siantar Top Tbk STTP 0.531 0.592 0.469 0.388
41 Suba Indah SUBA 0.622 0.612 0.612 0.459
42 Tirta Mahakam Plywood Industry TIRT 0.602 0.602 0.561 0.469
43 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 0.602 0.571 0.48 0.449
44 Tempo Scan Pacific TSPC 0.52 0.571 0.541 0.449
45 Unilever Indonesia Tbk UNVR 0.541 0.653 0.592 0.418
4.2. Uji Asumsi Dasar Klasik Regresi
4.2.1. Uji Heterokedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa variansi residual
dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah tidak sama. Bila variansi tersebut
57. 41
sama, maka berarti telah terjadi masalah heterokedastisitas. Adapun cara untuk
mendeteksi heterokedastisitas adalah menggunakan metode Park Test.
Dalam uji tersebut semua variabel bebas diregresikan terhadap logaritma
natural kuadrat residual (Ln Res2). Bila ternyata ada satu atau lebih variabel bebas
yang berpengaruh signifikan terhadap Ln Res2, maka dinyatakan telah terjadi
masalah heterokedastisitas menurut metode Park Test.
Di bawah ini hasil Park Test yang diolah dengan SPSS sebagai
berikut:
Coefficients a
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -10,899 3,022 -3,606 ,000
DER -,199 ,286 -,070 -,695 ,488
CURRAT -,057 ,117 -,040 -,491 ,624
ROA ,174 1,805 ,014 ,096 ,923
PUB 1,107 1,027 ,091 1,078 ,282
LNSIZE ,188 ,117 ,158 1,608 ,110
MUR -,017 ,045 -,035 -,386 ,700
STATUS -,460 ,509 -,077 -,905 ,367
OPM -,686 1,342 -,047 -,511 ,610
NPM -,887 1,217 -,104 -,728 ,467
ROE ,094 ,144 ,059 ,655 ,514
a. Dependent Variable: LN_RES_2
Sumber : Lampiran. 3
Dari hasil di atas terlihat bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang
memiliki p-value lebih kecil dari α (5%), sehingga dinyatakan bahwa semua variabel
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Ln Res2. Dengan demikian
disimpulkan bahwa dalam regresi tidak ditemui masalah heterokedastisitas.
58. 42
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas di
antara satu dengan lainnya, dimana variabel bebas ini tidak bersifat orthogonal.
(Sritua Arief, 1993: 23). Variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol.
Dalam penelitan ini uji multikolinearitas dilihat berdasarkan VIF (Variance
Inflation Factor) dimana apabila nilai VIF lebih besar dari 10 maka dinyatakan
terjadi masalah multikolinearitas. Selanjutnya dipaparkan hasil SPSS tentang nilai
VIF sebagai berikut:
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,178 ,129 1,385 ,168
DER ,005 ,012 ,036 ,377 ,707 ,557 1,794
CURRAT -,009 ,005 -,136 -1,738 ,084 ,844 1,186
ROA ,060 ,077 ,109 ,785 ,433 ,269 3,719
PUB ,100 ,044 ,183 2,292 ,023 ,805 1,242
LNSIZE ,016 ,005 ,299 3,212 ,002 ,594 1,684
MUR -,006 ,002 -,278 -3,237 ,001 ,699 1,431
STATUS ,054 ,022 ,201 2,485 ,014 ,784 1,275
OPM ,021 ,057 ,032 ,372 ,710 ,677 1,476
NPM ,001 ,052 ,004 ,028 ,977 ,279 3,581
ROE ,004 ,006 ,061 ,714 ,476 ,706 1,417
a. Dependent Variable: D
Sumber : Lampiran. 3
59. 43
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak satupun variabel bebas yang
mempunyai nilai VIF lebih besar dari 10. Hal ini berarti dalam model regresi tidak
mengandung masalah multikolinearitas.
4.2.3. Uji Autokorelasi
Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan
metode Durbin-Watson. Angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah
DW-hitung (d), nilai bawah DW-tabel (dL), dan niali atas DW-tabel (dU). Dalam
penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 179 perusahaan dan variabel
bebas sebanyak 10, sehingga dapat dirumuskan perhitungan tabel Durbin-Watson
sebagai berikut:
Tabel 4.2 - Tabel Uji Autokorelasi
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,57 Ada autokorelasi
1,57 sampai 1,78 Tanpa kesimpulan
1,78 sampai 2,22 Tidak ada autokorelasi
2,22 sampai 2,43 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,43 Ada autokorelasi
Adapun hasil pengolahan SPSS yang menghasilkan DW-hitung adalah
sebagai berikut:
60. 44
Model Summaryb
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,369a ,136 ,084 ,099401 1,883
a. Predictors: (Constant), ROE, STATUS, CURRAT, LNSIZE, PUB, DER, OPM,
MUR, NPM, ROA
b. Dependent Variable: D
Sumber : Lampiran. 3
Dari tabel di atas tertera nilai DW-hitung sebesar 1,883 dan nilai tersebut bila
dilihat pada tabel pengujian DW-tabel, ternyata terletak pada antara dU (1,78) sampai
4-dU (2,22). Dengan demikian disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi
dalam model regresi yang terbentuk. Maka selanjutnya hasil regresi layak dianalisis
mengingat sudah memenuhi asumsi klasik dan tidak terdapat masalah klasik.
4.3. Signifikasi Model
Hasil output SPSS yang berkaitan dengan signifikansi model regresi adalah
berupa nilai R2 dan nilai F dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
Model Summaryb
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,369a ,136 ,084 ,099401 1,883
a. Predictors: (Constant), ROE, STATUS, CURRAT, LNSIZE, PUB, DER, OPM,
MUR, NPM, ROA
b. Dependent Variable: D
Sumber : Lampiran. 3
61. 45
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,261 10 ,026 2,641 ,005a
Residual 1,660 168 ,010
Total 1,921 178
a. Predictors: (Constant), ROE, STATUS, CURRAT, LNSIZE, PUB, DER, OPM, MUR,
NPM, ROA
b. Dependent Variable: D
Sumber : Lampiran. 3
Output statistik di atas menyatakan bahwa nilai R2 adalah sebesar 0,136 yang
berarti bahwa sebesar 13,6% variansi dependent variabel dijelaskan oleh kesepuluh
independent variabel (CURRAT, DER, ROA, MUR, LNSIZE, PUB, Status, OPM,
NPM dan ROE), dan sebanyak 86,4% variabel independen dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal selain kesepuluh variabel independen dalam regresi ini.
Pada tabel ANOVA dipaparkan nilai F sebesar 2,641 dengan nilai p-value
sebesar 0,005. Mengingat nilai tersebut bernilai lebih kecil dari besar α (5%) maka
disimpulkan bahwa kesepuluh variabel independen ternyata berpengaruh secara
simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4.4. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan analisis regresi berganda
pada enam variabel independen terhadap sebuah variabel dependen. Nilai
signifikansi (sig) dalam output SPSS merupakan p-value (nilai probabilitas) suatu
62. 46
koefisien regresi (B) yang digunakan sebagai dasar untuk menerima atau menolak
hipotesis penelitian.
Adapun arah pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel
dependen, ditentukan berdasarkan tanda positif atau negatif pada koefisien regresi
(B) variabel yang bersangkutan. Nilai t-hitung dalam SPSS selanjutnya
dikonversikan menjadi p-value pada kolom “sig”, dimana nilai p-value akan
dibandingkan dengan nilai α sebesar 5%. Bila p-value bernilai lebih kecil dari α (5%)
maka dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan.
Hasil pengolahan SPSS pada regresi berganda adalah sebagai berikut:
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,178 ,129 1,385 ,168
DER ,005 ,012 ,036 ,377 ,707 ,557 1,794
CURRAT -,009 ,005 -,136 -1,738 ,084 ,844 1,186
ROA ,060 ,077 ,109 ,785 ,433 ,269 3,719
PUB ,100 ,044 ,183 2,292 ,023 ,805 1,242
LNSIZE ,016 ,005 ,299 3,212 ,002 ,594 1,684
MUR -,006 ,002 -,278 -3,237 ,001 ,699 1,431
STATUS ,054 ,022 ,201 2,485 ,014 ,784 1,275
OPM ,021 ,057 ,032 ,372 ,710 ,677 1,476
NPM ,001 ,052 ,004 ,028 ,977 ,279 3,581
ROE ,004 ,006 ,061 ,714 ,476 ,706 1,417
a. Dependent Variable: D
Sumber : Lampiran. 3
63. 47
4.4.1. Pengujian Hipotesis Pertama (Ha1)
Variabel independen Leverage (DER) memiliki nilai koefisien regresi (B)
sebesar 0,005 dimana memiliki p-value sebesar 0,707. Mengingat p-value tersebut
bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho1 diterima dan
dinyatakan bahwa Leverage (DER) tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
4.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2)
Variabel independen Likuiditas (CURRAT) memiliki nilai koefisien regresi
(B) sebesar -0,009 dimana memiliki p-value sebesar 0,084. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho2 diterima dan
dinyatakan bahwa Likuiditas (CURRAT) tidak berpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4.4.3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Ha3)
Variabel independen Profitabilitas (ROA) memiliki nilai koefisien regresi (B)
sebesar 0,060 dimana memiliki p-value sebesar 0,433. Mengingat p-value tersebut
bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho3 diterima dan
dinyatakan bahwa Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4.4.4. Pengujian Hipotesis Keempat (Ha4)
Variabel independen porsi saham publik (PUB) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar 0,100 dimana memiliki p-value sebesar 0,023. Mengingat p-value
64. 48
tersebut bernilai lebih kecil dari α (5%) dan koefisien regresi bernilai positif maka
disimpulkan bahwa Ho4 ditolak dan dinyatakan bahwa porsi saham publik (PUB)
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4.4.5. Pengujian Hipotesis Kelima (Ha5)
Variabel independen ukuran perusahaan (LNSIZE) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar 0,016 dimana memiliki p-value sebesar 0,002. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih kecil dari α (5%) dan keofisien regresi bernilai positif, maka
disimpulkan bahwa Ho5 ditolak dan dinyatakan bahwa ukuran perusahaan
(LNSIZE) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
4.4.6. Pengujian Hipotesis Keenam (Ha6)
Variabel independen umur perusahaan (MUR) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar -0,006 dimana memiliki p-value sebesar 0,001. Mengingat p-
value tersebut bernilai lebih kecil dari α (5%), namun koefisien regresi bernilai
negatif maka disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan dinyatakan bahwa umur
perusahaan (MUR) tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
4.4.7. Pengunjian Hipotesis Ketujuh (Ha7)
Variabel independen status perusahaan (Status) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar 0,054 dimana memiliki p-value sebesar 0,014. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih kecil dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho7 ditolak dan
65. 49
dinyatakan bahwa status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
4.4.8. Pengujian Hipotesis Kedelapan (Ha8)
Variabel independen Operating Profit Margin (OPM) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar 0,021 dimana memiliki p-value sebesar 0,710. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho8 diterima dan
dinyatakan bahwa operating profit margin tidak berpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4.4.9. Pengujian Hipotesis Kesembilan (Ha9)
Variabel independen Net Profit Margin (NPM) memiliki nilai koefisien
regresi (B) sebesar 0,001 dimana memiliki p-value sebesar 0,977. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpulkan bahwa Ho9 diterima dan
dinyatakan bahwa net profit margin tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
4.4.10. Pengujian Hipotesis Kesepuluh (Ha10)
Variabel independen Return on Equity (ROE) memiliki nilai koefisien regresi
(B) sebesar 0,004 dimana memiliki p-value sebesar 0,476. Mengingat p-value
tersebut bernilai lebih besar dari α (5%) maka disimpilkan bahwa Ho10 diterima dan
dinyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
66. 50
Tabel 4.3
Ikhtisar Hasil Analisis Data
Koefisien Regresi
Variabel (B) p-value Keterangan
Leverage (DER) 0,005 0,707 Tidak Signifikan
Likuiditas (CURRAT) -0,009 0,084 Tidak Signifikan
Profitabilitas (ROA) 0,060 0,433 Tidak Signifikan
Porsi Saham Publik (PUB) 0,100 0,023 Signifikan
Ukuran Perusahaan (LNSIZE) 0,016 0,002 Signifikan
Umur Perusahaan (MUR) -0,006 0,001 Signifikan
Status Perusahaan (Status) 0,054 0,014 Signifikan
Operating Profit Margin (OPM) 0,021 0,710 Tidak Signifikan
Net Profit Margin (NPM) 0,001 0,977 Tidak Signifikan
Return On Equity (ROE) 0,004 0,476 Tidak Signifikan
4.5. Pembahasan
4.5.1. Pembahasan Hasil Penelitian
Hipotesa pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara
leverage dengan kelengkapan penungkapan laporan keuangan, hal ini dibuktikan
dengan koefisien regresi sebesar 0,005 hal ini berarti bahwa berdasarkan penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa leverage mempunyai hubungan positif dengan
kelengkapan laporan keuangan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan laporan keuangan, yang ditunjukkan dengan nilai p 0,707 dengan
tingkat signifikansi α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai
leverage perusahaan yang termuat dalam laporan tahunan tidak memberikan makna
bagi investor. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa para investor tidak banyak
menaruh perhatian pada informasi dalam laporan tahunan. Dugaan yang lebih kuat
67. 51
terhadap tidak berpengaruhnya leverage terhadap kelengkapan pengungkapan adalah
karena adanya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis moneter.
Krisis moneter yang dialami pada tahun 1997 berakibat merosotnya nilai
tukar rupiah terhadap mata uang luar negeri, akibatnya perusahaan-perusahaan
publik yang mempunyai pinjaman dari luar negeri mengalami peningkatan jumlah
utang dan berakibat meningkatnya leverage mereka. Meningkatnya leverage tersebut
tidak mencerminkan adanya peningkatan kepercayaan dari para kreditur terhadap
kesehatan perusahaan tetapi karena adanya krisis tersebut. Hal ini tidak memberikan
makna tertentu kepada investor sehingga mereka tidak terpengaruh kepercayaan
kepada perusahaan publik yang bersangkutan. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suripto (1998), Gunawan (2002),
Subroto (2003), namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Subiyantoro (1996).
Hipotesis kedua menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif
terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan koefisien
regresi sebesar -0,009 dan nilai p 0,084. Hal ini berarti bahwa leverage tidak
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat likuiditas suatu perusahaan tidak
berpengaruh pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, yaitu semakin
tinggi likuiditas suatu perusahaan tidak semakin tinggi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
68. 52
yang sebelumnya yang dilakukan oleh Fitriani (2001), Wallace et al (1994) dalam
Marwata (2001), Binsar dan Lusy (2004).
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kelengkapan pengungkapan, hasil penelitian menunjukkan koefisien regresi
0,060 dan nilai p 0,433. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berhubungan
positif dengan kelengkapan pengunkapan namun tidak signifikan terhadap
kelengkapan penungkapan, yang berarti bahwa profitabilitas tidak mempunyai
pengaruh terhadap tingkat kelengkapan penungkapan laporan keuangan. Hasil
penelitian ini kosisten dengan yang dilakukan oleh Susanto (1992) dalam
Subroto(2003) yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas
dengan luas pengungkapan.
Pengaruh tidak signifikan dari profitabilitas terhadap kelengkapan
penungkapan laporan keuangan, diduga karena manajemen merasa tidak perlu
memberikan pengungkapan tentang keberhasilannya kepada publik, karena hal
tersebut tidak mempunyai pengaruh kepada posisinya dan kompensasi yang
diperolehnya. Hal ini dapat terjadi karena penetuan posisi dan kompensasi
manajemen pada perusahaan publik di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh
pemegang saham mayoritas yang pada umumhya adalah pendiri perusahaan. Hal lain
yang menyebabkan profitabilitas tidak signifikan dikarenakan profitabilitas dalam
penelitian ini adalah profitabilitas yang informasinya berasal dari laporan keuangan
perusahaan, sama dengan informasi lain yang berasal dari laporan tahunan, informasi
69. 53
tersebut diduga kurang mendapat perhatian dari investor sehingga informasi tersebut
tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan.
Hipotesis keempat menyatakan bahwa porsi kepemilikan saham oleh publik
berpengaruh positif terhadap kelengkapan penungkapan laporan keuangan.
Penelitian ini menunjukkan koefisien regresi 0,100 dan nilai p 0,023. Hal ini berarti
bahwa porsi sham publik mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang sahamnya dimiliki
oleh publik dalam jumlah yang tinggi cenderung untuk memberikan pengungkapan
yang lebih luas. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan porsi saham
publik tinggi memiliki control (pengendalian manajemen) yang lebih baik dibanding
perusahaan dengan porsi kepemilikan saham oleh publik kecil, artinya perusahaan
tersebut dalam kinerjanya pengambilan keputusan manajemen dipengaruhi oleh
publik, yaitu dengan memberikan pengungkapan informasi yang lebih luas maka
perusahaan secara tidak langsung memberikan gambaran kondisi ekonomi
perusahaan tersebut kepada publik dan para pemegang saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Binsar dan Lusy
(2004).
Hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,016 dan nilai p 0,002 yang artinya bahwa
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan penungkapan
70. 54
laporan keuangan. Hasil ini mendukung banyak penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah variabel yang paling konsisten
mempengaruhi pengungkapan. Beberapa studi yang memberikan bukti empiris
adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan penungkapan antara lain adalah
Subroto (2003), Suripto (1998), Subiyantoro (1996), Gunawan (2002) dan Marwata
(2001).
Hasil ini mendukung premis biaya politis dan keagenan seperti yang
dinyatakan oleh Ahmed dan Courtis (1999) dalam Subroto (2003). Menurut premis
biaya politis, perusahaan besar cenderung menarik perhatian publik dan rawan
menjadi sasaran bermacam-macam regulasi, oleh karena itu mereka cenderung untuk
lebih patuh pada ketentuan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk
menghindari sangsi yang dapat merugikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami
bahwa perusahaan besar lebih mematuhi ketentuan pengungkapan dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil.
Hipotesis keenam menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, penelitian ini menghasilkan
koefisien regresi sebesar -0,006 dan nilai p 0,001. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa variabel umur perusahaan secara negatif berpengaruh kepada kelengkapan
penungkapan laporan keuangan, artinya perusahaan berumur muda (first Issue di
BEJ) cenderung mengungkapkan informasi lebih luas dibandingkan perusahaan yang
lebih dahulu terdaftar di BEJ. Hal ini mungkin dikarenakan oleh adanya peraturan
71. 55
yang ditetapkan oleh Bapepam mengenai ketentuan pengungkapan laporan
keuangan, serta kemungkinan lain adalah untuk menarik perhatian calon investor.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwata
(2001), Binsar dan Lusy (2004) yang tidak menemukan pengaruh umur perusahaan
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa status perusahaan berpengaruh positif
terhadap kelengkapan penungkapan laporna keuangan, hasil penelitian ini
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,054 dan nilai p 0,014. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (1999) yang menemukan
bahwa perusahaan berstatus asing mempunyai kualitas pengungkapan lebih tinggi
daripada perusahaan berstatus domestik. Ada beberapa alasan yang dapat
dikemukakan bahwa perusahaan berstatus asing memberikan pengungkapan lebih
luas dibanding perusahaan berstatus domestik. Pertama, perusahaan berstatus
penanam modal asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dari perusahaan
induknya. Kedua, perusahaan berstatus asing mungkin mempunyai sistem informasi
manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan
kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga, kemungkinan juga terdapat
permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berstatus penanam modal
asing dari investor, analisis dan masyarakat pada umumnya.
Hipotesis kedelapan menyatakan bahwa operating profit margin
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil