Tugas kelompok membahas akuntansi transaksi mudharabah. Terdapat penjelasan definisi mudharabah sebagai kerja sama antara pemilik modal dan pengelola, perbedaan mudharabah muthlaqah, muqayyadah dan musytarakah, serta landasan syar'i dan rukun transaksi mudharabah.
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 9 SAMPAI DENGAN 15 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REG...nishannisa
Tugas Perbankan Syariah Rapem 9 sampai dengan 15
Universitas Mercubuana Reguler 2 Kelas A71324EL
Nama Dosen : Shinta Melzatia, SE. M.Ak.
Nama Kelompok :
Annisa Fitri – 43216120254
Fidiyanti Puja Laselma - 43216120226
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 9 SAMPAI DENGAN 15 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REG...nishannisa
Tugas Perbankan Syariah Rapem 9 sampai dengan 15
Universitas Mercubuana Reguler 2 Kelas A71324EL
Nama Dosen : Shinta Melzatia, SE. M.Ak.
Nama Kelompok :
Annisa Fitri – 43216120254
Fidiyanti Puja Laselma - 43216120226
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
1. TUGAS KELOMPOK
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
NAMA DOSEN : SHINTA MELZATIA, SE. M.Ak.
NAMA KELOMPOK :
BERNABAS ENSI : 43216120173
AGUSTINUS MARLIANA : 43216120223
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2017
2. TATAP MUKA KE – 9 (RAA BAB 10)
AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan definisi jual beli dengan skema salam
Jual beli salam merupakan pembelian barang yang penyerahannya dilunasi di
muka, sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari. Akad ini
digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang
hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan menggunakan akad salam
a. Keuntungan menggunakan akad salam
Bagi petani
Skema salam pembayaran dimuka sangat membantu petani
dalam pembiayaan kebutuhan petani dalam memproduksi
barang pertanian.
Bagi pemerintah
Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran dimuka
akan dapat mempercepat pencapaian target target pemerintah
dalam meningkatnkan cadangan pengadaan produk pertanian.
Bagi pengusaha
Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi
meningkatkan efisiensi dan nilai penjualan pengusaha produk
pertanian. Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya
kepastian memperoleh barang yang di inginkan, sehingga tidak
perlu khawatir atas persaingan mendapatkan mendapatkan
barang saat panen dengan pengusaha lain.
Bagi bank syariah
Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank
syariah mengingat pembeli sudah menyerahkan uangnya
dimuka terlebih dahulu. Dengan demikian resiko kegagalan
membayar utang tidak ada ssama sekali,
3. b. Kerugian menggunakan akad salam
Bagi Petani
Jika hasil pertanian mengalami banyak keuntungan tidak dapat
menjual dengan harga lebih tinggi.
Bagi Bank Syariah
Jika petani gagal maka, bank syariah harus menanggung
semua kerugian.
3. Jelaskan perbedaan jual beli salam dengan jual beli murabahah
Jual beli salam objek yang diperjualbelikan masih dalam proses, sedangkan
jual beli murabahah barang yang diperjual belikan sudah ada ditangan.
4. Apakah landasan syar‟i dibolehkannya transaksi salam
Landasan syar‟i dibolehkannya transaksi salam adalah sebagaimana
disebutkan dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas Berikut :”Barang siapa
yang melakukan salaf (salam) hedaknya ia melakukan dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”
Ketentuan syar‟i transaksi salam diatur dalam fatwa DSN nomor 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang jual beli salam. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran, barang, salam parallel, waktu penyerahan, dan syarat
pembatalan kontrak
5. Jelaskan rukun transaksi salam
a. Transaktor, yakni pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilahi);
b. Objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan
dalam transaksi salam; dan
c. Ijab dan kabul yang menunjukkan peryataan kehendak jual beli secara
salam, baik berupa ucapan atau perbuatan.
4. TATAP MUKA KE – 10 (RAA BAB 11)
AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA’ DAN ISTISHNA’ PARALEL
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan definisi jual beli istishna‟
Transaksi bai‟ al-istisna‟ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari
pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat
atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan
menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga
serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui
cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Menurut jumhur fuqaha, bai‟ al-istishna‟ merupakan suatu jenis khusus dari
bai‟ as-salam.Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang manufaktur.
Dengan demikian, ketentuan bai‟ al-istishna‟ mengikuti ketentuan dan aturan
akad bai‟ as-salam
2. Jelaskan perbedaan antara jual beli istishna‟ dengan jual beli murabahah dan
jual beli salam
a. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian
dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan
pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan
harga yang transparan.
b. Jual beli salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya
ditentukan dengan sifat, barang itu ada di dalam tanggungan si
penjual. Misalnya si penjual berkata, “ Saya jual kepadamu satu meja
tulis dari jati, ukurannya 140x100 cm, tingginya 75 cm, sepuluh laci,
dengan harga Rp. 100.000,- “. Pembeli pun berkata, “ Saya beli meja
dengan sifat tersebut dengan harga Rp. 100.000,-”. Dia membayar
uangnya sewaktu akad itu juga, tetapi mejanya belum ada. Jadi, salam
ini merupakan jual beli utang dari pihak penjual dan kontan dari pihak
pembeli karena uangnya telah dibayarkan sewaktu akad
5. c. Transaksi bai‟ al-istisna‟ merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang
lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah
pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah
pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Menurut jumhur fuqaha, bai‟ al-istishna‟ merupakan suatu jenis khusus
dari bai‟ as-salam.Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang
manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai‟ al-istishna‟ mengikuti
ketentuan dan aturan akad bai‟ as-salam
3. Jelaskan rukun transaksi istishna‟
Adapun rukun-rukun istishna‟ ada tiga, yaitu:
a. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni‟) dan penjual (penjual
/shani‟).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna‟
yang berbentuk harga.
c. Ijab dan qobul/ serah terima.
4. Untuk keperluan apakah transaksi istishna‟ sangat cocok untuk digunakan
Jual beli istishna‟ sangat cocok di gunakan untuk teknik jual beli yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti menjahit di tukang jahit dan lain
sebagainya.
5. Jelaskan perbedaan antara istishna‟ dengan istishna‟ parallel
Istisna’ adalah bentuk kedua dari model jual beli dimana barang atau
komoditas ditransaksikan sebelum barang atau komoditas tersebut ada
wujudnya. Artinya, jika kita memesan sebuah barang dari sebuah pabrik atau
industri rumah tangga dengan karakteristik tertentu dengan bahan mentah
untuk barang pesanan tersebut berasal dari mereka, maka itulah istisna‟.
Akan tetapi, untuk membuat kontrak istisna‟ itu valid, maka diperlukan
kesepakatan harga dan spesifikasi barang oleh penjual dan pembeli, jika
keduanya berubah setelah kesepakatan ditanda tangani, maka kontrak
istisna‟ menjadi batal.
6. Istishna’ Paralel adalah sebuah bentuk akad Istishna‟ antara nasabah dan
bank syariah, kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah,
bank syariah memerlukan pihak lain sebagai Shani‟.
Istishna‟ parallel dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Bank sebagai penjual dalam akad istishna‟ dapat membuat
akad istishna‟ paralel dengan pihak lainnya dengan Bank bertindak
sebagai pembeli;
kewajiban dan hak dalam kedua akad istishna‟ tersebut harus terpisah;
pelaksanaan kewajiban salah satu akad Istishna‟ tidak boleh
tergantung pada akad istishna‟ paralel atau sebaliknya;
Jika bank yang bertindak sebagai pembeli dalam akad istishna‟ paralel
harus memenuhi kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah
dalam akad istishna‟ tidak memenuhi akad istishna‟;
Dalam hal pembayaran dilakukan secara angsuran, harus dilakukan
secara proporsional
Bank selaku mustashni’ tidak diperkenankan untuk memungut MDC
(margin during construction) dari nasabah (shani’) karena hal ini tidak
sesuai dengan prinsip syariah;
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad istishna‟.
Ketentuan istishna‟ berlaku pula pada istishna‟ paralel.
7. TATAP MUKA KE – 11 (RAA BAB 7)
AKUNTANSI TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan definisi mudharabah
Mudharabah adalah sebagai akad kerja sama usaha antara du pihak di mana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
2. Jelaskan perbedaan antara mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah, dan mudharabah musytarakah
Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik
dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan
oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal
tempat, cara, dan/atau objek investasi
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi
3. Dalam kondisi apakah masing-masing mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah, dan mudharabah musytarakah cocok diterapkan
Dalam transaksi Mudharabah muqayyadah bank syariah bersifat
sebagai agen yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib
Dalam Mudharabah Muthlaqah pemilik dana memberikan kewenangan
yang sangat luas kepada medharib untuk menggunakan dana yang
diinvestasikan
Dalam Mudharabah musytarakah pengelola dana berdasarkan akad
(mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi bersama
8. 4. Apakah landasan syar‟I dibolehkannya transaksi mudharabah
Dalil Al-quran landasan akad mudharabah yaitu :
Surah Al-Jumu‟ah ayat 10 artinya ”apabila telah ditunaikan salat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kami beruntung Surah Al-Baqarah ayat 283
artinya ”jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)
sedang kami tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang), akan tetapi jika sebagian
kamu memercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian,
Dan barang siapa yang menyembunyikan, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
5. Jelaskan rukun transaksi mudharabah
a. Pelaku (Transaktor )
Investor biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabhul maal,
sedang pengelola modal biasa disebut dengan istilah mudharib.
Memiliki kompetensi beraktivitas antara lain mampu membedakan
yang baik dan yang buruk dan tidak dalam keadaan tercekal seperti
pailit.
Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan
nonmuslim
Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi ia boleh mengawasi.
b. Objek mudharabah (Modal dan Kerja)
1. Modal
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset
lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah
dan jenisnya.
Modal harus tunai dan tidak utang.
9. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga
dapat dibedakan dari keuntungannya.
Pengelola dana tidak diperkenankan untuk
memudharabahkan kembali modal mudharabahnya.
Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain kecuali atas seiizin pemilik
dana.
Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur
modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri,
selama tidak dilarang secara syariah.
2. Kerja
Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan. Selling skill, management skill dan lain-lain.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh
diintervensi oleh pemilik dana.
Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan
syariah.
Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang
ada dalam kontrak.
Dalam hal pemilik dana tidak boleh melakukan kewajiban
atau melakukan pelanggarang terhadap kesepakatan,
pengelola dana sudah menerima modal dan sudah
bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan
imbalan/ganti rugi/upah.
c. Ijab dan Kabul
Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah
yang merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin
minkum). Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara rela
bersepakat unutk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
10. d. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua belah pihak yang terikat akad mudharabah. Syarat pembagian
keuntungan dalam investasi mudharabah meliputi hal-hal sebagai
berikut :
Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang
diperoleh. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh
kedua belah pihak dan bersifat proporsional atau dinyatakan
dalam angka persentase (nisbah) dari keunutngan sesuai
kesepakatan, inilah yang akan mencegah terjadinya
perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara
pembagian keuntungan.
Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak
Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan
dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat
menimbulkan riba.
Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah
dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apa pun
kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian
mudharib, maka mudharib wajib menanggung segala kerugian
tersebut.
11. TATAP MUKA KE – 12 (RAA BAB 8)
AKUNTANSI TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan definisi pembiayaan musyarakah
Implementasi pembiayaan musyarakah diperbankan bisa diartikan bahwa
pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada
suatu usaha untuk jangka waktu tebatas sesuai dengan kesepakatan. Hasil
usaha bersih dibagi antara bank sabagai penyandang dana (shahibul Al-
maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Pada
umumnya porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi
masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan
dikembalikan kepada bank. Dalam pembiayaan musyarakah bank boleh ikut
serta dalam manajemen proyek yang dibiayai. (Hendri
Tanjung, 2007: 77)
2. Jelaskan perbedaan antara transaksi dengan skema musyarakah dan yang
dengan skema mudharabah
Skema Mudharabah
Skema Pembiayaan Untuk Nasabah: Mengajukan Pembiayaan Perjanjian
Bagi Hasil Keuntungan Bagi Hasil Nasabah Modal Bank Proyek Modal
100%Skill
12. Keterangan:
a. Nasabah mengajukan pembiyaan kepada bank untuk memperoleh
modal usaha
b. Bank memberikan modal sebesar 100% untuk dikelola oleh nasabah
yang memiliki keahlian tertentu
c. Ketika akad berlangsung telah ditentukan proporsi bagi hasilnya
d. Jika terjadi kerugian ketika menjalankan usaha yang bukan merupakan
kelalaian nasabah maka kerugian di tanggung oleh bank
e. Setelah proses usaha berjalan lalu keuntungan dibagi sesuai
ketentuan nisbah. Selain itu nasabah juga mengembalikan modal
pokok kepada bank
Skema Musyarakah
Keterangan:
a. Nasabah mengajukan
pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk
mendapatkan tambahan modal
b. Antara nasabah dan bank saling berkontribusi dalam usaha ini
c. Dalam hal ini antara kedua belah pihak saling bekerja sama
d. Bank melakukan pembiayaan modal kepada nasabah dan dikelola
menurut keahlian masing-masing nasabah. keduanya bekerja sama
dalam melakukan suatu proyek yang keuntungannya dibagi
berdasarkan sesuai kesepakatan
13. 3. Jelaskan rukun transaksi musyarakah
a. Pelaku terdiri atas para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab Kabul / serah terima
d. Nisbah keuntungan
4. Jelaskan perbedaan antara musyarakah menurun dengan musyarakah
permanen
Perbedaan pada ketentuan penyertaan dana oleh mitra usaha dimana akad
musyarakah menurun bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga pada suatu saat kepemilikan atas
usaha akan didapati oleh satu pihak saja, sedangkan akad musyarakah
permanen penyertaan dana oleh mitra usaha selalu tetap hingga berakhirnya
akad.
5. Jelaskan perbedaan antara revenue sharing, profit sharing, dan gross profit
sharing. Jelaskan juga kelebihan dan kelemahan masing-masing metode bagi
hasil tersebut
Perbedaan revenue sharing, profit sharing dan gross profit sharing pada
perhitungan keuntungan yang dibagikan. Revenue sharing menggunakan
perhitungan pembagian keuntungan atas dasar penjualan atau kegiatan
usaha pada tahun berlangsung tanpa dikurangi beban-beban. Sedangkan
pada profit sharing pembagian keuntungan didasari perhitungan pendapatan
dikurangi beban-beban. Lain pula dengan gross profit sharing pembagian
keuntungan didasari perhitungan pendapatan dengan dikurangi harta pokok
dan dikurangi beban-beban.
14. Kelebihan dan kekurangan masing-masing system
Kelebihan :
Revenue sharing memiliki kelebihan nasabah akan selalu untung
(tidak ada resiko kerugian), pembagian keuntungan stabil.
Profit sharing memeliki kelebihan pembagian keuntungan
disesuaikan dengan kondisi usaha sehingga bisa saja pembagian
keuntungan sangat besar.
Gross profit sharing diperuntukan bagi usaha mikro sehingga dapat
dijangkau oleh kalangan menangah kebawah dan terdapat
kemudahan dalam perhitungan pembagian
Kekurangan :
Revenue sharing laba yang dibagikan selalu sama walaupun kondisi
usaha sedang maju-majunya.
Profit sharing terdapat kemungkinan rugi dan pembagian keuntungan
fluktuatif
Gross profit sharing tidak dapat dijangkau investor besar
15. TATAP MUKA KE – 13 (RAA BAB 12)
TRANSAKSI IJARAH
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ijarah
Akad Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (Ujrah) tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
2. Jelaskan perbedaan antara ijarah dengan ijarah muntahiya bittamlik
a. Objek
Bila dilihat dari segi objek yang disewakan, leasing hanya berlaku
untuk sewa menyewa barang saja. Jadi yang disewakan dalam leasing
terbatas pada manfaat barang saja. Bila kita ingin mendapatkan
manfaat tenaga kerja, kita tidak dapat menggunakan leasing.
Dilain pihak, dalam ijarah objek yang disewakan bias berupa barang
maupun jasa / tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan
manfaat tenaga kerja atau jasa disebut upah mengupah. Jadi yang
disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang maupun manfaat
tenaga kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah
memiliki cakupan yang lebih luas dari pada leasing.
b. Metode pembayaran
Bila dilihat dari segi metode pembayarannya, leasing hanya memiliki
satu metode pembayaran saja, yakni yang bersifat not contingent to
performance. Artinya pembayaran sewa pada leasing tidak tergantung
pada kinerja objek yang disewa.
Dilain pihak, dari segi metode pembayarannya ijarah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja
objek yang disewa (contingent to performance) dan ijarah yang
pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa
(contingent to performance). Ijarah yang pembayarannya tergantung
pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji atau sewa.
Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja
objek yang disewa disebut ju‟alah atau success fee.
16. c. Perpindahan kepemilikan (transfer of title)
Dari aspek perpindahan kepemilikan, dalam leasing kita kenal ada dua
jenis: operating lease dan financial lease. Dalam operating lease, tidak
terjadi pemindahan kepemilikan asset, baik diawal maupun diakhir
periode sewa.
Dalam financial lease, diakhir periode sewa sipenyewa diberikan
pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa
tersebut. Jadi transfer of title masih berupa pilihan, dan dilakukan
diakhir periode. Namun dalm praktiknya (di Indonesia), dalam financial
lease sudah tidak ada opsi lagi untuk membeli atau tidak membeli,
karena pilihan untuk membeli itu sudah dikunci diawal periode. Dalam
perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya bittamlik/ IMBT
(sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
d. Lease purchase
Variasi lainnya dari leasing adalah lease purchase (sewa beli), yakni
kontrak sewa sekaligus beli. Dalam syariah, akad lease and purchase
ini diharamkan karena adanya two in one (dua akad sekaligus) dan ini
menyebabkan gharar dalam akad, yakni ada ketidak jelasan akad.
e. Sale and lease back
Dalam istilah fiqh, jual beli seperti ini dinamakan bai al-„inah. Pada bai‟
al-„inah terjadi ta‟alluq yaitu dihadapkan pada dua akad yang saling
dikaitkan, sehingga berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2, karena
itu transaksi ini haram. Namun bila dua akad tersebut tidak ada ta‟alluq
maka hal ini dibolehkan
3. Jelaskan rukun transaksi ijarah
a. Mu‟jir(orang/barang yang disewa).
Mu‟jir adalah orang yang memberikan upah dan yang menyewakan
atau mu‟jir adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang
lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
b. Musta‟jir (orang yang menyewa)
Musta‟jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan
sesuatu atau musta‟jir adalah orang yang menyumbangkan
tenaganya, atau orang yang menjadi tenaga kerja dalam suatu
pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya itu.
17. c. Objek transaksi (manfaat)
Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki
manfaat yang jelas, seperti mengerjakan proyek, membajak sawah dan
sebagainya.
d. Sighat (ijab dan qabul).
Sighat merupakan suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak
untuk melakukan ijarah.
Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu‟jir) untuk
menyewakan barang atau jasa.Sedangkan Qabul adalah jawaban
persetujuan dari pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa
yang dipinjamkan oleh mu‟jir.
e. Imbalan atau Upah.
Upah sebagaimana terdapat dalam kamus umum Bahasa Indonesia
adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa
atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk
mengerjakan sesuatu.
4. Jelaskan bentuk pengawasan syariah pada transaksi ijarah dan IMBT
Pengawasan Syariah Transaksi Ijarah dan IMBT a. Memastikan penyaluran
dana berdasarkan prinsip ijarah tidak dipergunakan untuk kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip syariah. b. Memastikan bahwa akad pengalihan
kepemilikan dalam IMBT dilakukan setelah akad ijarah selesai. Dan dalam
akad ijarah, janji atau Wa‟ad untuk pengalihan kepemilikan harus dilakukan
pada saat berakhirnya akad. c. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip
ijarah untuk multijasa menggunakan perjanjian sebagaimana diatur dalam
fatwa yang berlaku tentang multi jasa dan ketentuan lainnya antara lain
ketentuan standar akad. d. Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan
menggunakan akad ijarah telah disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.
18. 5. Jelaskan keuntungan penggunaan transaksi ijarah dibanding jenis akad
lainnya
Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel
dalam hal objek transaksi. Pada akad murabahah, objek transaksi
haruslah berupa barang sedangkan pada akad ijarah, objek transaksi
dapat berupa jasa kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pariwisata,
dan lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah.
Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha
yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan ijarah yang relatif tetap.
19. TATAP MUKA KE – 14 (RAA BAB 13)
TRANSAKSI QARDH
SOAL – SOAL LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dana kebajikan
Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari
masyarakat yang dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan bisa juga
disebut dengan dana qardh. PSAK 59 dan PAPSI menggunakan istilah qardh
dan bukan istilah dana kebajikan. Akan tetapi, pada PSAK 101, istilah ini
diganti dengan istilah “Dana Kebajikan”. Tidak ada keterangan resmi alasan
penggantian istilah ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya istilah dana
kebajikan memberi fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana
tersebut, mengingat istilah qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang
terkait dengan pinjam meminjam tanpa bunga.
2. Jelaskan perbedaan antara dana infak dan sedekah pada dana kebajikan
dengan dana infak dan sedekah pada dana ZIS
a. Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah
semua jenis infak dan sedekah baik yang peruntukannya ditentukan
secara khusus oleh pemberi infak dan sedekah maupun yang tidak.
b. Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari
kedermawanan (filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat
merupakan kewajiban bagian dari setiap muslim yang mampu serta
menjadi unsure dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh
merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah SWT
yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela
menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam
rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islamiyah.
20. 3. Dari mana sajakah sumber dana kebajikan diperoleh dan bisa digunakan
untuk apa sajakah dana kebajikan?
Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan: infak, sedekah, hasil
pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,
pengembalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan
nonhalal.
Penggunaan dana kebajikan untuk dana kebajikan produktif,
sumbangan, penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
4. Dari mana sajakah sumber dana ZIS diperoleh dana dan bisa digunakan
untuk apa sajakah dana ZIS?
Sumber dana infaq dan shodaqoh baik materiil maupun non materiil. Untuk
shodaqoh non materiil seperti ada seseorang yang memberikan shodaqoh
berupa emas 1 gram, maka perlu dilakukan dikuantifikasi dengan merujuk
pada harga pasaran emas pada saat diberikannya shodaqoh tersebut.
Penekanan jenis dana infaq diketahui dari niat atau tujuan donaturnya
sehingga pengelola dana ZIS perlu menanyakan kepada donator tentang
tujuan diberikan dana tersebut, bahkan tidak jarang donator mengikrarkan
bahwa dana infaq yang diberikan dialokasikan untuk tujuan khusus
(muqayyadah) misalnya infaq untuk fakir miskin atau untuk pendidikan anak
yatim. Tentunya pengelola ZIS perlu merinci sumber secara detail sehingga
public juga mengetahui tentang sumber dana yang diperoleh oleh OPZIS.
Kadang-kadang pengelola dana ZIS juga menerima dana dari donator yang
tidak bersedia menyebutkan identitasnya, hal ini tentunya perlu dihargai
sebagai bentuk upaya menghindari adanya riya (suka memamerkan kebaikan
kepada orang lain). Namun demikian, sebaiknya pengelola dana ZIS
semaksimal mungkin mengupayakan adanya konfirmasi tentang identitas
donatur. Paling tidak identitas tersebut hanya digunakan untuk pengendalian
internal dan tidak untuk dipublikasikan. Hal ini merupakan upaya yang
dilakukan pengelola ZIS untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga.
21. 5. Jelaskan ketentuan syar‟i terikat dengan pinjaman qardh
Menurut pengikut Madzhab Hanafi , Ibn Abidin, mengatakan bahwa
suatu pinjaman adalah apa yang dimiliki satu orang lalu diberikan
kepada yang lain kemudian dikembalikan dalam kepunyaannya
dengan baik hati.
Menurut Madzhab Maliki mengatakan Qardh adalah Pembayaran dari
sesuatu yang berharga untuk pembayaran kembali tidak berbeda atau
setimpal.
Menurut Madzhab Hanbali Qardh adalah pembayaran uang ke
seseorang siapa yang akan memperoleh manfaat dengan itu dan
kembalian sesuai dengan padanannya.
Menurut Madzhab Syafi‟i Qardhadalah Memindahkan kepemilikan
sesuatu kepada seseorang, disajikan ia perlu membayar kembali
kepadanya.