SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
1
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH
GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA
DI MASYARAKAT
Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom
∗
PENDAHULUAN
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan
risiko kematian bagi seseorang.1
Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses
penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu.2
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan
bersifat individual baik secara fisiologis3
maupun patologis,4
karena banyak dipengaruhi oleh
riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis,5
spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial.6
Perubahan struktur dan penurunan fungsi
sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan
homeostasis 7
sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia --
misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis-- dan berakhir pada kematian.8
Penuaan
patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma,9
penyakit
kronis,10
atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu.11
Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi
akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.12
Proses penuaan terjadi secara linier dan dapat digambarkan melalui tiga tahap, yaitu: (1)
kelemahan (impairment), (2) ketidakmampuan (disability), dan (3) kecacatan (handicap) 13
yang
akan dialami bersamaan dengan munculnya sindroma gagal-pulih (frailty).14
Proses gagal-pulih
sejalan dengan adanya penurunan kapasitas fungsional yang dapat berkembang menjadi
masalah kesehatan serius apabila aksesibilitas dan utilitas skrining kesehatan bagi lanjut usia
masih tetap rendah. Gagal-pulih pada lanjut usia merupakan akibat dari bertambahnya umur
seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis,
penurunan fungsi, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial. Kondisi
tersebut dapat mengganggu lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
harinya.15,16,17
Lanjut usia yang mengalami gangguan mood akan mengakibatkan kesulitan
dalam memenuhi aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS) atau activities of daily living
(ADL).18,19,20
Sebaliknya, keterbatasan dalam memenuhi AKS dapat menjadi salah satu faktor
penyebab munculnya depresi pada lanjut usia.21
Penelitian di Thailand memperlihatkan bahwa prevalensi disabilitas pada lanjut usia
sebesar 19% (95%IK 17,8–20,2) dan ketergantungan terhadap pemenuhan AKS sebesar 6,9%
(95%IK 6,1 – 7,7). Angka ketidakmampuan (disabilities rate) meningkat sesuai dengan
perkembangan usia. Kapasitas fungsional wanita lebih rendah bila dibandingkan pria atau
prevalensi kebutuhan untuk mendapatkan bantuan AKS pada wanita selama 21,3 tahun dan
pria selama 18,6 tahun.22
Meskipun informasi mengenai angka penurunan kapasitas fungsional
lanjut usia di Indonesia belum memadai, namun Palestin, Olfah dan Winarso (2005)
melaporkan 77,4% lanjut usia di sebuah Panti Wredha sebelum diintervensi masih dibantu
sebagian dalam memenuhi AKS-nya.23
∗
Disampaikan dalam Temu Ilmiah Geriatri Semarang pada hari Sabtu tanggal 29 Maret 2008 di Hall
Instalasi Geriatri Lt. II (Pav. Lanjut Usia Prof. Boedhi Darmojo) RS Dr. Kariadi Semarang
2
Para ahli telah sepakat menggunakan parameter AKS untuk mengukur kapasitas
fungsional seseorang dengan mengklasifikasikannya berdasarkan kepemilikan ketergantungan
dalam beraktivitas sehari-hari, misalnya : mandi, memakai baju, berjalan, kebersihan diri,
mobilisasi.24,25,26,27,28,29,30
Kapasitas fungsional merupakan kondisi kesehatan fisik yang sangat
penting bagi kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia. Adanya penurunan kapasitas
fungsional dipengaruhi oleh berjalannya proses penuaan, multi penyakit 31,32
dan gangguan
psikososial.33
Kondisi di atas juga dapat terjadi secara berangsur-angsur sebagai akibat dari
anggota ekstrimitas tidak difungsikan atau tidak dilatih secara optimal.
Intervensi kesehatan dan keperawatan
dalam bentuk latihan fungsional serta
dukungan lingkungan yang positif bagi lanjut
usia dapat memelihara kapasitas fungsional
dan kualitas hidup lanjut usia.34,35,36,37
Latihan
fungsional dengan intensitas sedang dapat
meningkatkan kualitas hidup, vitalitas, dan
menurunkan gejala depresi pada lanjut usia
secara efektif.38
Menurut penelitian, program
latihan berjalan, mobilitas, dan keseimbangan
fleksibel dan statis selama enam minggu
dapat meningkatkan kapasitas fungsional
lanjut usia.39
Bentuk program latihan yang
memiliki daya ungkit cukup besar terhadap
penurunan sindroma gagal-pulih pada lanjut
usia adalah perawatan restoratif.40
Perawatan
restoratif merupakan salah satu strategi utama dalam mengatasi sindroma gagal-pulih untuk
meningkatkan luaran status kesehatan klien,41
dan merupakan bentuk intervensi keperawatan
yang paling efektif saat ini untuk meningkatkan otonomi dan kemandirian klien.42
SINDROMA GAGAL-PULIH
Sindroma gagal-pulih adalah suatu
kondisi tubuh sebagai akibat dari
menurunnya kapasitas multisistem yang
berisiko tinggi terhadap timbulnya berbagai
penyakit, trauma atau kondisi kesehatan
negatif lainnya namun kondisi tersebut
dapat dicegah melalui intervensi tertentu.43
Contoh bentuk gagal-pulih, antara lain:
perawatan diri yang tidak terpelihara karena
kelemahan dan keletihan (fatigue) atau
seseorang yang sering jatuh karena gaya
berjalan yang tidak seimbang atau
kelemahan. Gejala-gejala sindroma gagal-
pulih, antara lain: (1) penurunan berat
badan secara progresif, (2) kecepatan
berjalan melambat, (3) kekuatan cengke-
raman tangan menurun, (4) keletihan atau
daya tahan menurun, dan (5) tingkat
aktivitas fisik yang rendah.44
Apabila
seseorang menunjukkan tiga gejala atau
lebih disebut “gagal-pulih”, apabila hanya menunjukkan satu atau dua gejala disebut “pregagal-
pulih”, sedangkan tidak menujukkan gejala apapun disebut “tak gagal-pulih”. Ketiga level
tersebut tergantung pada usia, kondisi penyakit kronis, fungsi kognitif, dan gejala depresif.
Tabel 1. Kriteria Gagal-pulih menurut Gill, et al. (2006)
Indikator Kriteria
Penurunan
berat badan
BB turun 4,5 kg atau lebih dalam
satu tahun terakhir namun
penyebab tidak dijelaskan
Keletihan Kelelahan atau daya tahan
menurun dalam 3-4 hari terakhir
atau sepanjang waktu
Aktivitas fisik
rendah
Skala Minnesota Leisure Time
Activity, pengeluaran kalori
untuk aktivitas fisik dalam
seminggu menurut jenis kelamin
Kekuatan
otot
Tonus otot, hand dynamometer,
kriteria Indeks Massa Tubuh
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
ΤΒ
ΒΒ
2
m
kg
Kecepatan
berjalan
lambat
Latihan kecepatan jalan menurut
jenis kelamin sejauh 4,575 m
lebih dari 10 detik
Kematian
gagal-pulih
Pre gagal-pulih
Tak gagal-pulih
Gambar 1. Gambaran perubahan kondisi
seseorang dari gagal-pulih sampai kematian
3
PERAWATAN RESTORATIF
Sindroma gagal-pulih dianggap sebagai prediktor kejadian jatuh, hospitalisasi, disabilitas
yang memburuk dan kematian pada lanjut usia.14
Deteksi dini dan intervensi prevensi primer
untuk mengatasi gejala yang timbul dapat mencegah atau menunda timbulnya gagal-pulih.
Bentuk intervensi tersebut adalah metode perawatan restoratif atau perawatan pemulihan
(restorative care). Perawatan restoratif merupakan bentuk intervensi keperawatan yang
berfokus pada upaya membantu lanjut usia dalam proses pemulihan dan atau pemeliharaan
kapasitas fungsional fisiknya serta memberikan bantuan agar lanjut usia dapat
mengkompensasikan kemunduran fungsional fisiknya sehingga mampu mencapai derajat
fungsional yang optimal dan mampu melakukan AKS secara mandiri, misalnya : mandi,
memakai baju, berjalan, dan kegiatan lainnya.45
Perawatan restoratif sebenarnya telah
dikembangkan di era 1950-an, namun mulai diperbincangkan kembali dalam praktik
keperawatan di Amerika Serikat pada tahun 1998 untuk mengkalkulasi standar pembayaran
jasa pelayanan keperawatan pada program pemulihan pasien di rumah sakit maupun institusi
pelayanan keperawatan lainnya.46
Perawatan restoratif bukanlah terapi yang bertujuan untuk
mengurangi keterbatasan atau kecacatan (limitation) lanjut usia, meskipun hasil dari upaya
pemulihan kapasitas tidak sepenuhnya sama seperti kondisi sediakala.
Perawatan restoratif menitikberatkan pada upaya preventif terhadap meluasnya dampak
ketergantungan fisik, menurunnya aktivitas dan keterbatasan mobilitas. Oleh karena itu,
perawatan restoratif digunakan untuk memaksimalkan kemampuan lanjut usia (ability) melalui
peningkatan mekanisme self-care, kemandirian, kualitas hidup, gambaran diri (self-image) dan
harga diri (self-esteem).47
Menurut Resnick (2004), terminologi perawatan restoratif berbeda
dengan perawatan rehabilitasi (rehabilitation nursing). Perawatan rehabilitasi lebih berfokus
pada upaya rehabilitasi seseorang sebagai akibat dari terjadinya penyakit atau cedera,
misalnya: strok, fraktur panggul, atau dislokasi sendi. Tujuan yang ingin dicapai melalui
rehabilitasi ditetapkan bersama oleh tim rehabilitasi yang terdiri dari banyak profesi (misalnya:
dokter, perawat, psikolog, dokter gigi, fisioterapis, okupasiterapis, prostetik dan ortetik, terapis
wicara, dan ahli gizi), namun target hasil intervensi sangat erat kaitannya dengan indikator
medis.48,49
Aplikasi perawatan restoratif merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas fungsional dengan jalan melatih klien melakukan AKS secara mandiri
dan terstruktur. Berbagai studi intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan AKS
memperlihatkan bahwa penurunan kapasitas fungsional lanjut usia dapat distabilkan atau
dikurangi meskipun tidak dapat pulih seperti sediakala.50,51,52,53,54,55
Hasil pemulihan kapasitas
fungsional lanjut usia tergantung dari pola dan jenis intervensi perawatannya,56
oleh karenanya
perlu diberikan jenis intervensi yang spesifik dan efektif sesuai dengan permasalahannya.57
Kelebihan perawatan restoratif adalah metode ini memiliki teknik yang sederhana dan
mudah dilakukan oleh siapapun. Sehingga perawatan restoratif dapat dilakukan oleh asisten
perawat, keluarga atau orang-orang terdekat klien yang telah dilatih namun tetap dalam
pengawasan perawat.58,59,60
Sebuah penelitian telah mengkomparasikan manfaat model
perawatan restoratif yang diberikan secara individu dengan pendekatan keperawatan pada
umumnya.61
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perawatan restoratif memiliki
kemungkinan lanjut usia untuk tetap tinggal di rumah lebih besar (82% vs 71%; odds ratio
[OR]= 1,99; 95%CI = 1,47-2,69), menurunkan kemungkinan dirujuk ke unit gawat darurat (10%
vs 20%; OR = 0,44; 95% CI = 0,32-0,61), lama perawatan di rumah lebih pendek (mean [SD]=
24,8 [26,8] hari vs 34,3 [44,2] hari; p < 0,001). Lanjut usia dengan perawatan restoratif juga
memiliki skor rata-rata lebih tinggi dalam perawatan diri (self-care) (mean [SD] = 11,0 [2,1] vs
10,7 [2,5]; p = 0,07 setelah disesuaikan), pengelolaan tugas-tugas rumah tangga secara
mandiri (mean [SD] = 9,5 [2,9] vs 9,2 [3,0]; p = 0,05 setelah disesuaikan), dan mobilitas fisik
(mean [SD] = 3,3 [0,8] vs 3,2 [0,9]; p = 0,02 setelah disesuaikan).
Perawatan restoratif memiliki manfaat yang lebih besar terhadap luaran kapasitas fisik
dan psikologis lanjut usia dibandingkan dengan intervensi keperawatan yang konser-vatif.50,62,63
Menurut laporan Sacre, implementasi perawatan restoratif telah meningkatkan kapasitas
4
fungsional terhadap 86% lanjut usia yang dirawat di panti jompo pada dua minggu pertama
perawatan mereka.64
Tujuan utama perawatan restoratif, adalah : (1) meningkatkan mobilitas
fisik yang optimal, (2) meningkatkan atau menjaga kekuatan dan koordinasi otot, (3)
meningkatkan pengawasan diri, (4) mencegah kontraktur, (5) meningkatkan kemandirian AKS
atau perawatan diri, (6) mencegah terjadinya cedera, (7) meningkatkan aktivitas sosial, (8)
meningkatkan kepekaan terhadap pencapaian prestasi (sense of accomplishment), (9)
mencegah isolasi sosial dan depresi, (10) meningkatkan kemampuan motorik, (11)
meningkatkan kemampuan berkomunikasi, (12) meningkatkan kesempatan untuk melakukan
aktivitas yang berarti, (13) meningkatkan martabat dan peran sosial, dan (14) meningkatkan
moralitas dan kepuasan dalam bekerja.33
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat di saat memberikan perawatan
restoratif, adalah : (1) pahami bahwa setiap lanjut usia memiliki keunikan kapasitas dan
keterbatasan fisik, kaji kapasitas dalam merawat diri, status mental, motivasi, dan dukungan
keluarga; (2) prioritas intervensi lebih difokuskan pada kapasitas yang telah dimiliki atau yang
lebih mudah untuk dipulihkan; (3) sesuaikan waktu latihan dengan kebiasaan lanjut usia; (4)
berikan penghargaan/pujian apabila lanjut usia mampu melakukan latihan dengan lebih baik;
(5) pemberian latihan sesuaikan dengan kondisi penyebab gagal-pulih, apakah disebabkan
disabilitas fisik atau disabilitas mental; (6) hindarkan adanya komplikasi atau hal-hal yang
berisiko, misalnya cedera, isolasi social, depresi); (7) dorong optimisme dengan harapan yang
lebih baik dan rasa humor; dan (8) upaya pemulihan sangat bergantung pada proses individu
dan dukungan tim kesehatan lainnya.
BEBERAPA TEKNIK PERAWATAN RESTORATIF
Berikut akan dijelaskan beberapa tindakan perawatan restoratif yang dapat dilakukan
perawat untuk mengurangi sindroma gagal-pulih di masyarakat.
1. Menjaga mobilitas dan postur tubuh
Kemampuan mobilitas sendi dipengaruhi oleh keadaan struktur sendi dan kekuatan
otot penggerak sendi. Kekakuan sendi yang dialami oleh lanjut usia, biasanya berhubungan
dengan kelemahan otot sehingga memerlukan latihan penguatan otot. Otot akan bekerja
efektif atau lebih mudah menghasilkan dan mengontrol gerakan apabila tidak terdapat
hambatan luas gerak sendi (LGS). Kekuatan otot diperlukan lanjut usia untuk menghasilkan
gerakan dalam beraktivitas. Latihan untuk menjaga mobilitas dan postur tubuh bertujuan,
untuk : (1) menjaga dan meningkatkan gerakan sendi di seluruh tubuh; (2) meningkatkan
kekuatan otot; (3) menstimulasi peredaran darah; (4) menjaga kapasitas fungsional; (5)
mencegah kontraktur; dan (6) memelihara postur tubuh yang baik. Latihan bisa dilakukan
lanjut usia pada saat melakukan aktivitas keseharian terutama bagi lanjut usia yang sudah
mengalami kepayahan. Bentuk latihan sederhana dapat dilakukan lanjut usia di dalam
rumah selama 20 s.d. 30 menit, misalnya: latihan di tempat tidur, latihan di ruang tamu,
latihan di kursi, atau latihan diwaktu senggang.
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan lanjut usia, pada
latihan awal dilakukan 3 kali seminggu dengan 5 s.d. 10 ulangan. Selanjutnya ditambah 2
s.d. 4 ulangan, penambahan dilakukan setiap 5 s.d. 10 sekali sampai mendekati 15 s.d. 20
kali ulangan setiap kali latihan.
5
a. Latihan rangkaian gerakan sendi (range of motion)
1) Gerakan lengan :
2) Gerakan pada siku : 3) Gerakan pada lengan bawah :
4) Gerakan telapak tangan :
5) Gerakan kaki :
Tangan lurus
digerakkan ke
depan dan belakang
Tangan diangkat lurus
di samping tubuh,
kemudian turunkan
perlahan-lahan
Luruskan tangan ke
depan kemudian
angkat 900
Lengan bawah
dalam posisi siku,
telapak tangan
bolak-balikkan
Gerakkan telapak
tangan ke atas dan
ke bawah
Gerakkan telapak
tangan ke samping
kanan dan kiri
Gerakkan
kaki menjauh
dari tubuh
kemudian
sebaliknya
mengarah ke
dalam
Angkat tumit
kemudian putar-
putarkan,
bergantian
angkat telapak
kaki bagian
depan dan
putar-putarkan
6
6) Gerakan lutut : 7) Gerakan leher :
Posisi tubuh terlentang di lantai atau
kasur. Angkat kaki sampai lurus
kemudian turunkan secara perlahan
dan kaki ditekuk. Lakukan bergantian
antara kaki kanan dan kiri.
8) Gerakan ibu jari :
9) Gerakan jari tangan :
Gerakkan jari tangan merapat dan
membuka. Posisi telapak tangan lurus
kemudian jari tangan diangkat.
10) Gerakan pergelangan kaki :
Posisi Regangkan leher Regangkan leher
netral ke bawah ke atas
Posisi Regangkan leher ke
netral samping kanan dan kiri
Posisi Regangkan leher miring
netral ke samping kanan dan kiri
Tekuk ibu jari Regangkan ibu jari Pertemukan ibu jari
dan jari kelingking
Pergelangan kaki Pergelangan kaki Pergelangan kaki Pergelangan kaki
regangkan ke atas regangkan ke bawah regangkan ke samping regangkan ke dalam
7
11) Gerakan jari kaki :
Regangkan jari kaki ke arah atas dan
bawah tubuh
Regangkan jari kaki ke bagian dalam dan
ke luar
b. Latihan sambil berdiri : 65
a. Mengayun Lengan
Ayunkan lengan ke samping atas setinggi mungkin dan
lepaskan dengan rileks. Kemudian ayunkan lengan ke depan
dan ke belakang setinggi mungkin dan lepaskan dengan
rileks. Gerakan ini dilakukan pada kedua lengan dengan arah
yang berlawanan, seperti berlenggang saat berjalan. Gerakan
ini bertujuan untuk peregangan dan menguatkan otot lengan,
otot punggung, otot dada dan memperbaiki postur.
b. Membungkukkan badan
Diawali dengan kedua tangan di pinggang, kemudian
bungkukkan badan sambil meregangkan otot punggung
namun harus berhati-hati jangan sampai dipaksakan.
Selanjutnya badan diangkat sambil kedua tangan berada di
pinggang dan regangkan dada ke belakang. Gerakan ini
bertujuan untuk peregangan dan menguatkan otot punggung,
otot dada dan memperbaiki postur.
c. Berdiri dengan mengangkat dan memutar satu tungkai
Lanjut usia berdiri tegak dengan berpegangan pada kursi.
Angkat satu tungkai ke samping, putar searah jarum jam
kemudian bergantian putar berlawanan arah jarum jam.
Lakukan bergantian untuk tungkai kanan dan kiri. Gerakan ini
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot panggul dan
tungkai serta keseimbangan tubuh.
d. Berdiri dengan mengangkat satu tungkai ke samping
Lanjut usia berdiri tegak berpengangan pada kursi atau
tembok. Ayunkan satu tungkai ke samping dan pertahankan
dalam lima hitungan. Lakukan bergantian untuk tungkai kanan
dan kiri. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
otot panggul dan tungkai serta keseimbangan tubuh.
8
c. Latihan di tempat tidur :
Regangkan lutut dan tahan dengan
bantuan tangan. Angkat bagian atas
tubuh lanjut usia dengan ditopang
tangan yang lain. Posisi bergantian
antara kanan dan kiri
Lanjut usia merebahkan tubuhnya di
kasur/ lantai. Badan berguling
bergantian ke kanan dan kiri. Upayakan
lanjut usia men-jaga keseimbangan
badannnya sewaktu berguling.
Silangkan kaki pada sisi kaki yang lain
seperti gunting. Kemudian regangkan
dan ayun-ayunkan. Selanjutnya
bergan-tian antara kaki kanan dan kiri.
Lanjut usia terlentang, kemudian angkat
bagian dada dengan kedua tangan
menopang beban tubuh. Tahan
beberapa hitungan selanjutnya tubuh
direbahkan pelan-pelan.
Posisi tubuh tengkurap, kemudian
kedua kaki diangkat
Kedua kaki mengayuh seperti
mengayuh sepeda
Angkat bantal di atas kepala dengan
kedua tangan lurus dan diregangkan
d. Latihan di kursi :
Gerakkan sendi lengan atas dengan
posisi lengan diangkat. Gerakkan ke
depan dan belakang secara bergantian
Angkat kedua tangan ke samping
kemudian gerakkan memutar ke depan
dan belakang secara bergantian
9
Putar leher ke kanan dan ke keri
secara bergantian
Regangkan leher ke depan dan
belakang secara bergantian
Peganglah kedua sisi kursi, kemudian
badan diangkat di atas kursi dengan
menggunakan lengan
Sambil duduk, ayunkan kedua kaki
Gelindingkan botol atau kaleng dengan
telapak kaki ke depan dan ke belakang
kemudian dilakukan secara bergantian
antara kaki kanan dan kiri
e. Latihan diwaktu senggang :
Gelindingkan pensil di atas meja dengan
menggunakan tepak tangan kanan
maupun kiri
Genggam erat jari-jemari pada sebuah
pensil kemudian longgarkan, lakukan
secara berulang-ulang di kedua tangan
Lakukan gerakan mengunyah secara
berulang
Gosokkan handuk pada punggung
berulang-ulang
10
Regangkan otot-otot pada bagian pantat
secara berulang
Regangkan otot-otot pada bagian perut
secara berulang
2. Melatih kekuatan otot dasar panggul
Penuaan menyebabkan menurunnya kekuatan otot dasar panggul (pelvic floor)
karena adanya kelainan (dysfunction) atau kelemahan otot (weakness). Otot dasar panggul
bagian luar dibentuk oleh saluran uretra, vagina dan anus yang diikat oleh otot levator anii.
Fungsi otot dasar panggul adalah menjaga stabilitas organ panggul secara aktif untuk
berkontraksi mengencangkan dan mengendorkan organ atau mengontrol pada saat
defekasi dan berkemih.
Latihan bertujuan, agar : (1) lanjut usia dapat mengontrol berkemih; (2) lanjut usia
dapat mengontrol buang air besar (defekasi); (3) menghindari kelembaban dan iritasi pada
kulit lanjut usia; (4) menghindari risiko jatuh pada lanjut usia akibat air kencing (urin) dan
kotoran (feses) yang tercecer; (5) menghindari isolasi sosial bagi lanjut usia. Sebelum
dilakukan latihan kekuatan otot lanjut usia untuk eliminasi perlu diperhatikan kondisi lanjut
usia terlebih dahulu. Latihan lebih cocok diberikan kepada lanjut usia yang masih memiliki
kemampuan atau agak melemah untuk mengontrol eliminasi, sedangkan bagi lanjut usia
yang sudah tidak memiliki kemampuan mengontrol eliminasi maka program latihan tidak
realistis dan justru akan menambah frustasi.
a. Latihan mengontrol berkemih (bladder training)
Ketidakmampuan mengontrol berkemih (inkontinensia urin) pada lanjut usia
merupakan suatu kondisi dimana lanjut usia kehilangan kemampuan untuk menahan
saat berkemih sebagai akibat dari menurunnya kekuatan otot dasar panggul, infeksi
kandung kemih, pembesaran kelenjar prostate, tumor pada daerah kandung kencing
atau dasar panggul, sumbatan saluran kemih, pengobatan (misal obat-obatan
penenang dan diuretik), cedera lapisan otak (korteks serebral), gangguan persyarafan,
menurunnya kapasitas kognitif (demensia, pikun), dan ketergantungan terhadap orang
lain.
Latihan mengontrol berkemih direkomendasikan untuk lanjut usia yang mengalami
stres atau memiliki kecenderungan tidak dapat menahan berkemih. Intervensi
keperawatan yang diberikan dalam latihan mengontrol berkemih, yaitu: pendidikan
kepada lanjut usia (anatomi sistem perkemihan yang normal, fisiologi perkemihan, dan
prinsip dasar latihan mengontrol berkemih), berkemih yang direncanakan dan
penguatan perilaku yang positif bagi lanjut usia. Lanjut usia diajarkan untuk mengatur
berkemih setiap 2 s.d. 3 jam pada saat terjaga (tidak tidur). Jarak waktu antara latihan
secara bertahap ditingkatkan apabila lanjut usia berhasil mengaturnya maka lanjut usia
diberikan penguatan atau penghargaan sehingga menumbuhkan motivasi yang lebih
tinggi untuk dapat mengatur berkemih secara normal. Tahapan latihan mengontrol
berkemih, yaitu :
Pastikan lanjut usia masih mampu mengendalikan otot dasar panggul.
Evaluasi pola berkemih lanjut usia. Apabila lanjut usia memiliki kebiasaan berkemih
dengan selang waktu setiap 2 jam di siang hari dan 4 jam di malam hari maka perlu
diperiksa kemampuannya dalam mengontrol berkemih.
Setengah jam sebelum latihan dilakukan, lanjut usia disuruh minum segelas air
11
terlebih dahulu.
Tanyakan pada lanjut usia, apakah masih mampu menahan berkemih.
Lanjut usia disuruh menunggu / menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah
ditentukan. Pada latihan awal rentang waktu 2 s.d. 3 jam.
Lanjut usia disuruh berkemih sampai tuntas, instruksikan lanjut usia agar menekan
daerah kandung kemih.
Berikan penguatan perilaku (reinforcement) yang positif kepada lanjut usia.
Apabila lanjut usia sudah berhasil menahan berkemih secara terencana, selanjutnya
rentang waktu berkemih ditingkatkan.
b. Latihan mengontrol buang air besar (bowel training)
Ketidakmampuan mengontrol buang air besar (inkontinensia usus besar) pada
lanjut usia merupakan suatu kondisi dimana lanjut usia kehilangan kemampuan untuk
menahan buang air besar saat akan menuju kamar belakang (WC). Kondisi tersebut
sebagai akibat dari menurunnya kekuatan otot yang berada pada daerah anus,
kelemahan persyarafan di daerah dubur, anus tedung, diare atau menurunnya status
kognisi. Tahapan latihan mengontrol buang air besar, yaitu:
• Evaluasi pola defekasi lanjut usia
• Perkirakan waktu yang sesuai untuk persiapan ke kamar belakang berdasarkan pola
defekasi lanjut usia
• Atur posisi psikologis yang sesuai pada saat buang air besar (posisi jongkok atau
duduk)
• Anjurkan lanjut usia menahan defekasi sesaat.
• Untuk mendukung latihan mengontrol buang air besar, berikan tambahan olah raga,
cukup asupan air dan makanan berserat.
c. Latihan Kegel (Kegel’s exercise) 66
Latihan Kegel merupakan latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif, dengan
prosedur sebagai berikut :
Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks.
Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha.
Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, saluran kemih (uretra), dan dubur
(rektum).
Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan buang air besar dan berkemih.
Rasakan kontraksi otot dasar panggul.
Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya (+ 10 detik).
Rileks, rasakan otot dasar panggul yang rileks.
kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa
ada kontraksi otot perut, misal: jangan menahan nafas. Kontrol kontraksi otot perut
dengan meletakkan tangan pada perut.
Rileks, coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks.
Sesekali kontraksi dipercepat. Pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain.
lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan tiga kali
pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah.
Latih untuk mengontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankanya debelum
dan selama aktivitas tertawa, batuk, bersin, mengangkat benda, bangun dari kursi
atau tempat tidur, dan jogging.
Target latihan ini adalah 10 kali kontraksi lambat dan 10 kali konstraksi cepat. Tiap
kontraksi dipertahankan selama 10 hitungan. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, latihan dilakukan 6 s.d 8 kali sehari atau setiap saat dapat melakukannya,
minimal enam minggu.
12
Latihan Kegel juga dapat dilakukan secara sederhana, misalnya :
a. Pada saat lanjut usia berkemih, coba untuk menghentikan aliran air seni sampai
beberapa kali.
b. Pada posisi apapun, cobalah mengkontraksikan otot dasar panggul secara
berurutan mulai dari dubur, vagina dan saluran kemih. Pertahankan 3 s.d. 5 detik.
Kemudian rileks mulai dari saluran kemih, vagina dan dubur.
c. Pada posisi apapun, coba untuk mengontraksikan otot dasar panggul dengan
merasakan peningkatan kekuatan otot sambil menghitung 1 s.d. 10 kemudian rileks
kembali.
3. Mencegah demensia
a. Terapi lingkungan (milleu therapy)
Untuk membantu daya ingat para lanjut usia, keluarga perlu melakukan terapi
lingkungan, yaitu menggunakan lingkungan secara total untuk tujuan terapi. Lingkup
terapi lingkungan antara lain: lingkungan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spiritual. Terapi lingkungan untuk lanjut usia yang mengidap demensia, misalnya:
1) Lingkungan orientasi realitas, dinding dalam rumah perlu dipasang jam dinding atau
kalender dengan ukuran huruf besar, jelas, dan dapat disobek setiap hari. Ditempat-
tempat tertentu misalnya ruang tamu, kamar mandi, ruang makan, atau lemari
pakaian sebaiknya diberi tulisan atau tanda khusus agar mudah dikenali para lanjut
usia.
2) Keamanan lanjut usia, bentuk tempat tidur, kursi, pintu, jendela dan sebagainya
yang sering kali mereka gunakan/lewati/pegang seyogyanya dibuat sederhana, kuat
dan mudah dipergunakan. Bila perlu diberi alat bantu yang memudahkan untuk
berjalan, bangun, duduk dan sebagainya. Hal tersebut sangat penting untuk
menambah rasa aman mereka dan memperkecil bahaya. Lantai tidak licin. Bentuk
kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan lanjut usia, misalnya : bak
kamar mandi tidak terlalu dalam, tidak menggunakan tangga atau tanjakan.
Demikian pula dibuatkan jamban duduk sehinga mudah digunakan lanjut usia dan
pada dinding sebaiknya dipasang pegangan tangan. Penerangan dan pencahayaan
di dalam rumah cukup (>30 lux). Bila fasilitas terpenuhi mereka akan merasa aman
dan bahayapun akan berkurang.
3) Lingkungan intelektual, biasakan mereka untuk memiliki kebiasaan yang positif
misalnya buang sampah, meludah dan sebagainya pada tempat yang tersedia.
Hindarkan mereka dari kebiasaan buruk seperti mengisolasi diri, menarik diri dari
pergaulan dengan rekan-rekannya dan sebagainya.
b. Senam Gerak Latih Otak (SGLO)
Penyakit pikun sebenarnya bisa dicegah jika kita rajin melatih otak agar tidak mudah
lupa dengan SGLO. Langkah-langkah pelaksanaan SGLO, yaitu:
1) Peregangan
a) Posisi badan menghadap lurus ke depan. Letakkan telapak tangan kanan di sisi
kanan kepala. Tekan kepala ke arah kiri, namun kepala tetap menghadap lurus
ke depan. Lakukan 8 kali hitungan tanpa menahan nafas.
b) Badan menghadap lurus ke depan. Dekatkan telinga kanan ke arah bahu kanan
secara perlahan-lahan. Hitung hingga 8 kali, lakukan bergantian.
2) Pemanasan
a) Kaki kanan menyilang ke kiri, kedua tangan bergerak lurus ke arah kanan.
Lakukan secara bergantian 2 x 8 hitungan.
b) Tangan kanan lurus (diam) di samping tubuh. Kaki kanan diangkat bersamaan
dengan tangan kiri menyentuh lutut kanan. Lakukan bergantian, 2x8 hitungan.
13
3) Inti
a) Berdiri tegak, tangan kanan lurus ke depan dengan ibu jari ditegakkan. Lalu
ayunkan ibu jari ke kiri dan ke kanan membentuk setengah lingkaran. Saat ibu
jari bergerak, bola mata mengikuti gerakan ibu jari.
b) Duduk dengan kaki sejajar lantai. Angkat tangan di samping tubuh dengan
posisi netral. Kaki kanan ke samping kanan dan kedua tangan ke samping kiri.
Lakukan bergantin, 2X8 hitungan.
4. Melatih pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari
Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADS) merupakan rangkaian aktivitas yang secara khas
dilakukan rutin setiap hari oleh seseorang dengan tetap mempertahankan kemandirian di
saat menyelesaikan tugas-tugas tersebut. ADS meliputi : makan, berpindah dari kursi roda
ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur, kebersihan diri (mencuci
muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi), aktivitas di toilet (ke/dari WC, menyiram,
menyeka, lepas/pakai celana), mandi, berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu
berjalan, lakukan dengan kursi roda), naik turun tangga, berpakaian termasuk mengenakan
sepatu, mengontrol defekasi (b.a.b) dan mengontrol berkemih (b.a.k).
Apabila kemampuan dalam melakukan aktivitas harian tersebut menurun, maka dapat
menimbulkan stres tersendiri bagi lanjut usia. Pada akhirnya, situasi tersebut dapat
berdampak serius pada status kesehatan dan kepercayaan diri lanjut usia. ADS dapat
menurun sesuai dengan bertambahnya umur lanjut usia, proses penyakit atau disabilitas
fungsional. Penurunan kapasitas fungsional tersebut dapat bersifat permanen namun
sesungguhnya dapat di tingkatkan melalui program latihan khusus untuk memulihkan
kemampuan lanjut usia meskipun tidak dapat pulih seperti sediakala.
Tujuan latihan pemenuhan ADS, yaitu: (1) meningkatkan kemandirian lanjut usia
dalam memenuhi ADS; (2) meningkatkan aktivitas sosial; (3) mencegah isolasi sosial dan
depresi; (4) meningkatkan kemampuan motorik; (5) meningkatkan kemampuan
berkomunikasi; (6) meningkatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang berarti; (7)
meningkatkan martabat dan peran sosial; dan (8) meningkatkan moralitas dan kepuasan
dalam bekerja. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan ADS, adalah : (1)
Penurunan kemampuan lanjut usia dalam memenuhi ADS-nya akan berdampak pada satu
atau lebih kemampuan dasar dalam perawatan diri; (2) Penurunan kemampuan tersebut
bisa terjadi pada sebagian aktivitas dasar sehari-hari (parsial) atau secara keseluruhan
(total); (3) Bantuan dalam memenuhi kebutuhan ADS dapat menimbulkan ketergantungan
lanjut usia; (4) Untuk menghindari ketergantungan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan
ADS perlu dilakukan dukungan sosial dan intervensi perilaku; (5) Penurunan kemampuan
dapat berjalan secara progresif tergantung dari respons lanjut usia terhadap proses
penyakit yang terkait dengan usia, misalnya: stroke, gangguan jantung atau penyakit
terminal lainnya; (6) Komplikasi gangguan ADS, misalnya: jatuh, malnutrisi, luka akibat
tekanan (decubitus), inkontinensia kandung kemih, harga diri rendah dan kontraktur otot;
(7) Tujuan atau harapan yang ingin dicapai melalui upaya pemulihan harus realistis
disesuaikan dengan kondisi lanjut usia; (8) Lanjut usia kadangkala memerlukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri, misalnya: tongkat, kursi roda atau walker;
(9) Keadaan depresi, cemas, khawatir, atau frustasi dapat memperparah kondisi lanjut usia;
dan (10) Kepercayaan diri dan motivasi untuk menjalani hidup lebih baik merupakan
dorongan dari dalam diri lanjut usia yang paling efektif dalam perawatan lanjut usia.
Risiko penurunan kemampuan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan ADS dapat
dicegah atau diturunkan dengan beberapa latihan yang dapat dibimbing oleh pengasuh
lanjut usia atau keluarga, namun perlu disampaikan kepada perawat beberapa hal berikut di
bawah ini, yaitu: (1) Masalah yang dialami lanjut usia ketika melakukan mobilisasi, berjalan
atau serangkaian pergerakan sendi-sendi tubuh; (2) Nyeri selama melakukan pergerakan
atau aktivitas harian; (3) Riwayat jatuh; (4) Gangguan penglihatan dan pendengaran; (5)
Aktivitas harian yang membutuhkan bantuan orang lain; (6) Pusing ketika berdiri; (7)
14
Masalah ketika makan dan minum; (8) Masalah ketika berkemih dan defekasi; dan (9)
Perubahan hygien perseorangan lanjut usia.
a. Makan dan minum
Lanjut usia dilatih menggunakan alat makan yang dimodifikasi.
b. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
1) Sebelum berpindah ke tempat tidur, pastikan kursi
roda telah dikunci. Dekatkan sudut kursi roda
dengan tempat tidur, badan menghadap tempat
tidur atau pada posisi yang tidak terhalang bila
pindah ke tempat tidur. Instruksikan lanjut usia untuk
menurunkan kedua telapak kakinya ke lantai.
2) Kaki yang lumpuh ditempatkan di belakang kaki
yang normal
3) Ketika badan mulai diangkat dari kursi roda,
peganglah pada sandaran lengan kursi roda untuk
menjaga keseimbangan tubuh.
4) Setelah keseimbangan badan
terjaga, selanjutnya berpegangan
pada sisi tempat tidur.
5) Pastikan posisi tubuh lanjut usia di
atas tempat tidur telah aman.
c. Berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
Kuncilah terlebih dahulu kursi
roda. Tangan berpegangan pada
sandaran lengan.
Posisi tangan, kaki dan kursi roda seperti pada
gambar (B).
d. Perpindahan di kloset duduk
A. B.
C.
15
e. Berpakaian
1) Mengenakan baju
2) Mengenakan bra
3) Mengenakan celana
4) Mengenakan celana pada posisi tidur
16
f. Mengenakan sepatu
a. Mengenakan kaos kaki
b. Menalikan sepatu
c. Mengenakan sepatu dengan bantuan cermin dan pengait
Korespondensi:
Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Keperawatan
Mobile : 0812-152-5754
Telp/fax : 0274-617885
E-mail : bondanp@gmail.com
Blog : www.bondan-palestin.blogspot.com
17
SKALA KETERBATASAN AKTIVITAS GRONINGEN
R E S P O N S L A N S I A
Dapat melakukan
pekerjaan secara
mandiri dengan
tanpa kesulitan
apapun
Dapat melakukan
pekerjaan secara
mandiri namun
mendapatkan sedikit
kesulitan
Dapat melakukan
pekerjaan secara
mandiri namun
mengalami kesulitan
yang cukup besar
Tidak dapat melakukan
pekerjaan secara
mandiri sehingga
membutuhkan bantuan
orang lain
Tidak mampu
melakukan semua
pekerjaan sehingga
sangat tergantung
pada orang lain
NO. K E G I A T A N
(1) (2) (3) (4) (4)
A. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
1. Berpakaian
2. Beranjak dari dan ke tempat
tidur
3. Beranjak dari kursi
4. Membersihkan diri (lap muka,
sisir, gosok gigi)
5. Mandi dan mengeringkan
badan
6. Menggunakan toilet (ke/dari
WC, menyiram, menyeka,
lepas/pakai celana)
7. Makan
8. Berjalan di dalam rumah
termasuk menggunakan
tongkat
9. Naik turun tangga
10. Berjalan di sekitar/luar rumah
termasuk menggunakan
tongkat
11. Merawat/melindungi kaki
B. Aktivitas Instrumen Kehidupan Sehari-hari (AIKS)
12. Menyiapkan hidangan
13. Mengerjakan pekerjaan
rumah tangga yang ringan
(misal: menyapu, merapikan)
14. Mengerjakan pekerjaan
rumah tangga yang berat
(misal: mengepel lantai,
membersihkan jendela)
15. Mencuci dan menyetrika baju
16. Merapikan tempat tidur
17. Belanja
JUMLAH SKOR
Keterangan :
• Penilaian respon lebih berfokus pada kemampuan yang dimiliki lansia untuk melakukan pekerjaan secara mandiri, bukan pada
kebiasaan lansia melakukan pekerjaan tertentu.
• Interpretasi respon klien :
Skor minimum = 17
Skor maksimum = 68
Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin besar disabilitas fisik lansia.
• Dimodifikasi dari Suurmeijer TBPM, Doeglas DM, et al. The Groningen Activity Restriction Scale for measuring disability: Its
utility in international comparisons. Am J Public Health. 1994; 84: 1270-1273 (Table 1, page 1271).
Lampiran 1
18
Lampiran 2
CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN DIRI LANSIA
Tujuan kegiatan :
Mengidentifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari lansia yang memerlukan bantuan
orang lain agar terpenuhi kebutuhannya dan mencatat perkembangan kemampuan /
kemandirian lansia untuk melakukan tugas-tugas secara baik dan aman.
Perkembangan Kapasitas Fungsional (tanggal)Target jangka pendek :
Lansia mampu melakukan tugas-tugas di
bawah ini secara mandiri :
Kapasitas
fungsional
sebelumnya
MENYIAPKAN HIDANGAN / MAKAN
Menyiapkan bahan makanan / makanan
dari almari es / almari
Menyiapkan perkakas dapur, menyalakan
kompor
Mengolah bahan makanan : mencuci,
mengupas, mencincang
Memasak, memanaskan makanan
Menghidangkan makanan di meja makan
Membersihkan / membereskan perkakas
dapur
Mengkonsumsi makanan padat
Mengkonsumsi makanan cair
Membereskan meja makan, menyimpan
makanan
Mencuci peralatan makan (piring, sendok,
gelas)
PENGOBATAN
Minum / makan obat sesuai jadwal
AKTIVITAS DI TOILET
Melepas / memakai pakaian
Perpindahan ke/dari kloset
menyeka, membersihkan diri
menyiram, mencuci tangan
KONDISI KHUSUS DALAM KETERBATASAN
Mengatur b.a.k dan b.a.b
Perawatan kateter
Menggunakan bedpan dan urinal
MEMBERSIHKAN / MERAWAT DIRI
Mencukur kumis, jenggot, berewok
Menggunakan kosmetik, lotion
Mencuci / melap muka
Menyisir rambut
Memotong / merawat kuku
Menggosok gigi
MANDI
Menyiapkan alat mandi
Menyiapkan air untuk mandi (air hangat) /
mengisi bak mandi
Perpindahan ke/dari kamar mandi
Menggunakan sabun dan membersihkan
sabun
Mencuci rambut
Mengeringkan / melap badan
19
Perkembangan Kapasitas Fungsional (tanggal)Target jangka pendek :
Lansia mampu melakukan tugas-tugas di
bawah ini secara mandiri :
Kapasitas
fungsional
sebelumnya
MENGENAKAN PAKAIAN
Menyiapkan pakaian
Mengenakan dan melepas pakaian bagian
atas : baju, kaos, kaos dalam
Mengenakan dan melepas pakaian bagian
bawah : celana dalam, celana pendek,
celana panjang, kaos kaki, sepatu, sandal
MOBILISASI DI DALAM RUMAH
Perubahan posisi di tempat tidur: tidur –
duduk di pinggir tempat tidur
Perpindahan dari / ke tempat tidur: duduk –
berdiri
Berjalan antar ruangan
Berjalan melalui tangga / undakan
LATIHAN / OLAH RAGA
KETAHANAN TUBUH
MENCUCI DAN MENYETERIKA PAKAIAN
Menyiapkan bahan dan alat cuci
Mencuci
Membilas
Menjemur
Menyeterika pakaian
Menyimpan pakaian
PEKERJAAN RUMAH TANGGA RINGAN
Merapikan tempat tidur
Membersihkan debu (lap, bulu ayam)
Menyapu lantai
PEKERJAAN RUMAH TANGGA BERAT
Mengganti alat tenun tempat tidur
Mengepel lantai
Membersihkan kamar mandi
Membersihkan jendela
BELANJA
Membuat daftar belanjaan
Mengatur keuangan
KEAMANAN
Naik / turun tangga
Mengangkat barang dari lantai
KETERANGAN :
Isilah cara pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia untuk mendokumentasikan
perkembangan kapasitas fungsionalnya dengan memberikan kode :
(1) Bergantung sepenuhnya, lansia tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain.
(2) Bergantung sebagian, lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan
bantuan orang lain.
(3) Mandiri, lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain baik tanpa menggunakan alat
adaptasi atau dengan alat adaptasi (misalnya alat bantu jalan, kursi roda atau alat kerja).
Dimodifikasi dari :
Baker, D.I., Gottschalk, M., Eng, C., Weber, S. & Tinetti, M.E. (2001). The design and implementation of
a restorative care model for home care. Gerontologist, 41(2):257-263.
20
KEPUSTAKAAN :
1
Izaks, GJ. & Westendorp, RGJ. (2003). Ill or just old? Towards a conceptual framework of the relation between ageing and
disease. BMC Geriatrics 3:7. Diunduh dari http://www.biomedcentral.com/1471-2318/3/7 pada tanggal 19 Februari 2006.
2
Kuntjoro, ZS. (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lanjut usia, http://www.e-psikologi.com/usia/ 160402.htm, diedit pada tanggal 16
April 2002.
3
Merry, BJ. (2000). Notes on the biology of ageing. Age and Ageing, 29: 299-300.
4
Craig, JG. (1989). Human Development. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.
5
Munandar, AS. (2003). Menuju Kehidupan Lanjut usia yang Sejahtera Masalah yang Dihadapi dan Perlu Diatasi dalam Buku
Kumpulan Abstrak/Makalah Kongres Nasional Gerontologi: Paradoxical Paradigm Toward Active-Ageing. Jakarta1 s.d. 3
Oktober 2003. Hal. 205-213.
6
Matteson M.A. (1996). Biological theories of aging in Gerontological Nursing Concepts and Practice 2, Mary Ann Matteson
Eleanor S., Mc Connell Ardianne Dill Linton. London: W.B. Saunders Compain, pp. 158-171.
7
Bolognesi, C., Lando, C., Forni, A., Landini, E., Scarpato, R., Migliore, L., & Bonassi, S. (1999). Chromosomal damage &
ageing: effect on micronuclei frequency in peripheral blood lymphocytes. Age and Ageing, 28: 393-397.
8
Ruse, CE. & Parker, SG. (2001). Molecular genetics and age-related disease. Age and Ageing, 30: 449-454.
9
Menz, HB., Lord, SR. & Fitzpatrick, RC. (2003). Age-related differences in walking stability. Age and Ageing, 32(2): 137–142.
10
Matthews, B., Siemers, ER. & Mozley, PD. (2003). Imaging-Based Measures of Disease Progression in Clinical Trials of
Disease-Modifying Drugs for Alzheimer Disease. Am J Geriatr Psychiatry. March-April 11(2): 146–159.
11
Kales, HC., Maixner, DF. & Mellow, AM. (2005). Cerebrovascular Disease and Late-Life Depression. Am J Geriatr Psychiatry
February 13(2): 88-98.
12
Lunney, JR., Lynn, J., Foley, DJ., Lipson, S. & Guralnik, JM. (2003). Patterns of Functional Decline at the End of Life. JAMA
May. 289(18): 2387-2392.
13
Eliopoulos, C. (1997). Gerontological Nursing (6th Ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 499-501.
14
Gill, T.M., Gahbauer, E.A., Allore, H.G. & Han, L. (2006). Transitions Between Frailty States Among Community-Living Older
Persons. Arch Intern Med., 166: 418-423.
15
Setiabudhi T & Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek, Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para
Lanjut Usia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.
16
Roman, G.G., Tatemichi, T.K., & Erkinjuntti, T. (1993). Vascular dementia: diagnostic criteria for research studies. Report of the
NINDSAIREN International Work Group. Neurology, 43:250–260.
17
Boyle, P.A., Paul, R., Moser, D., Zawacki, T., Gordon, N., & Cohen, R. (2003). Cognitive and Neurologic Predictors of
Functional Impairment in Vascular Dementia. Am J Geriatr Psychiatry, 11:103–106.
18
Lueckenotte, AG. (2000). Gerontologic Nursing 2
nd
Edition. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.
19
Miller, C.A. (1995). Nursing Care of Older Adults Theory and Practice (2nd ed.). Philadelphia : JB. Lippincott Co.
20
Hall, K.A. & Hassett, A.M. (2002). MJA Practice Essentials — Mental Health : 13. Assessing and managing old age psychiatric
disorders in community practice, Med. Jou. of Australia. http://www.mja.com.au. Diunduh pada tanggal 14 November 2003.
21
Roberts, R.E., Kaplan, G.A., Shema, S.J., & Strawbridge, W.J. (1997). Does growing old increase the risk for depression?. Am J
Psychiatry, 154(10):1384-1390.
22
Jitapunkul, S., Kunanusont, C., Phoolcharoen, W., Suriyawongpaisal, P. & Ebrahim, S. (2003). Disability-free life expectancy of
elderly people in a population undergoing demographic and epidemiologic transition. Age and Ageing. 32: 401-405.
23
Palestin, B., Olfah, Y., & Winarso, M.S. (2005). Pengaruh Terapi Okupasional Terhadap Penurunan Tingkat Depresi dan
Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari pada Lanjut usia di PSTW Abiyoso Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Teknologi Kesehatan, 1(1): 41-54.
24
Liang, J., Bennet, J., Whitelaw, N. et al. (1991). The structure of self-reported physical health among the aged in the United
States and Japan. Med Care, 29: 1161-1173.
25
Johnson, R.J. & Wolinsky, F.D. (1993). The structure of health status among older adults: disease, disability, functional
limitation, and perceived health. J. Health Soc Behav, 34: 105-121.
26
Moum, T. (1997). Self-assessed health among Norwegian adults. Soc Sci Med, 35: 935-947.
27
Ebly, E.M., Hogan, D.B. & Fung, T.S. (1996). Correlates of self-rated health in persons aged 85 and over: results form the
Canadian study of health and ageing. Can J Publ Health, 87: 28-31.
28
Hoeymans, N., Feskens, E.J., Kromhout, D. et al. (1997). Ageing and the relationship between functional status and self-rated
health in elderly men. Soc Sci Med, 45: 1527-1536.
29
Mulsant, B.H., Ganguli, M. & Seaberg, E.C. (1997). The relationship between self-rated health and depressive symptomps in an
epidemiological sample of community-dwelling older adults. J Am Geriatr Soc, 45: 954-958.
30
Kempen, G.I., Miedema, I., van den Bos, G.A. et al., Relationship of domain-specific measures of health to perceived overall
health among older subjects. J Clin Epidemiol, 51: 11-18.
31
Guralnik, JM., La Croix, A., & Abbott, RD. (1993). Maintaining Mobility in Late Life. Demographic Characteristics and Chronic
Conditions. Am J Epidemiol, 137:845-857.
32
Harris, T., Kovar, M.G., Suzman, R., Kleinman, J.C., & Feldman, J.J. (1989). Longitudinal Study of Physical Ability in the Oldest-
old. Am J Public Health, 79: 698-702.
33
Oida, Y., Kitabatake, Y., Nishijima, Y. et al. (2003). Effects of a 5-year exercise-centered health-promoting programme on
mortality and ADL impairment in the elderly. Age and Ageing, 32(6): 585–592.
34
Kalachea, A & Kickbusch, I. (1997). A Global Strategy for Healthy Ageing. World Health. (4) July-August: 4-5.
21
35
Bach, D., Bach, M ., Bohmer, F., Fruhwald T. & Grilc, B. (1995) Reactivating occupational therapy: a method to improve
cognitive performance in geriatric patients. Age and Ageing. 24: 222-226.
36
Berg, K., Sherwood, S., Murphy, K., Carpenter, GI., Gilgen, R & Phillips, CD. (1997). Rehabilitation in nursing homes: a cross-
national comparison of recipients. Age and Ageing, 26:37-42.
37
Rydwik, E., Frändin, K. & Akner, G. (2004). Effects of physical training on physical performance in institutionalised elderly
patients (70+) with multiple diagnoses. Age and Ageing, 33(1):13–23.
38
Chin A Paw, MJM., van Poppel, MNM., Twisk, JWR. & van Mechelen, W. (2004). Effects of resistance and all-round, functional
training on quality of life, vitality and depression of older adults living in long-term care facilities: a 'randomized' controlled trial
[ISRCTN87177281]. BMC Geriatrics. 4:5. Diunduh dari http://www.biomedcentral.com/1471-2318/4/5.
39
Toulotte, C., Fabre, C., Dangremont, B., Lensel, G. & Thévenon, A. (2003). Effects of physical training on the physical capacity
of frail, demented patients with a history of falling: a randomised controlled trial. Age and Ageing. 32: 67-73
40
Lusky, K. (2002). Restorative Care: When doing less can help more. Contemporary Longterm Care, 25(3): 12-13.
41
Adams, R.A. & Rentfro, A.R. (1991). Strengthening hospital nursing. An approach to restructuring care delivery. J Nurs Adm,
21(6):12-19.
42
Haffenreffer, D.P., Gold, M.F. (1991). The rewards of restorative care. Provider, 17(12):14-15, 17-18, 20-21.
43
Fried LP, Ferrucci L, Darer J, et al. (2004). Untangling the concepts of disability, frailty, and comorbidity: implications for
improved targeting and care. J Gerontol A Biol. Sci Med Sci., 59: 255-263.
44
Fried, L.P., Tangen, C.M., Walston, J., Newman, A.B., Hirsch, C., Gottdiener, J., et al. (2001). Cardiovascular Health Study
Collaborative Research Group. Frailty in older adults: evidence for a phenotype. J Gerontol A Biol Sci Med Sci, 56: M146-56.
45
Resnick, B. (2004). Restorative Care Nursing for Older Adults. New York: Springer.
46
Field, C. (2004). The 'Gift' of Restorative Nursing. Nursing Homes, 53 (2): 44-47.
47
Resnick, B., Remsburg, R., Zimmerman, S., Gruber-Baldini, A. & Berkovitz, A. (2004). Restorative Care in Nursing Home:
Where We Are and Where We Need to Go. The Gerontologist, 44(1): 287.
48
Gibbons KB, Salter JP, Pierce LL, Govoni AL. (1995). A model for professional rehabilitation nursing practice. Rehabil Nurs,
20(1):23-28, 36.
49
Davis, S. & O’Connor, S. (2004). Rehabilitation Nursing Foundations for Practice. London: Baillière Tindall.
50
Beck, C., Heacock, P, Rapp, C. & Mercer, S. (1993). Assisting cognitively impaired alders with activities of daily living. Am J of
Alzheimer’s Care and Related Disorder and Research, 8(6): 11-20.
51
Paffenbarger, R.S., Hyde, R.T., Wing, A.L., Lee, I.M., Jung, D.L. & Kampert, J.B. (1993). The association of changes in
physical-activity level and other lifestyle characteristics with mortality among men. N Engl J Med, 328: 538–545.
52
Bijnen, F.C.H., Caspersen, C.J., Feskens, E.J.M., Saris, W.H.M., Mosterd, W.L. & Kromhout, D. (1998). Physical activity and
10-year mortality from cardiovascular diseases and all causes, the Zutphen Elderly Study. Arch Intern Med, 158: 1499–1505.
53
Wannamethee, S.G., Shaper, A.G. & Walker, M. (1998). Change in physical activity, mortality, and incidence of coronary heart
disease in older men. Lancet, 351: 1603–1608.
54
Bijnen, F.C.H., Feskens, E.M., Caspersen, C.J., Nagelkerke, N., Mosterd,W.L. & Kromhout, D. (1999). Baseline and previous
physical activity in relation to mortality in elderly men. Am J Epidemiol, 150: 1289–1296.
55
Spillman, B.C. (2004). Changes in Elderly Disability Rates and the Implications for Health Care Utilization and Cost. The Milbank
Quarterly, 82(1): 157–194.
56
Beck, C., Ortigara, A., Mercer, S. & Shue, V. (1999). Enabling and empowering certified nursing assistants for quality dementia
care. International Journal of Geriatric Psychiatry, 14(3): 197-211.
57
Nitz, J.C. & Choy, N.L. (2004). The efficacy of a specific balance-strategy training programme for preventing falls among older
people: a pilot randomized controlled trial. Age and Ageing, 33(1): 52–58.
58
Hung, L.C., Liu, C.C., Hung, H.C. & Kuo, H.W. (2003). Effects of a nursing intervention program on disabled patients and their
caregivers. Archives of Gerontology and Geriatrics, 36(3): 259-272.
59
Shanti, C., Johnson, J., Meyers, A.M., Jones, G.R., Fitzgerald, C., Lazowski, D.A., et al. (2005). Evaluation of the restorative
care education and training program for nursing homes. Can J Aging, 24(2):115-126.
60
Wieland D, Ferrell BA, Rubenstein LZ. (1991). Geriatric home health care. Conceptual and demographic considerations. Clin
Geriatr Med, 7(4):645-664.
61
Tinetti, M.E., Baker, D., Gallo, W.T., Nanda, A., Charpentier, P. & O'Leary, J. (2002). Evaluation of restorative care vs usual
care for older adults receiving an acute episode of home care. : JAMA, 287(16):2098-2105.
62
Saunders, R.H. Jr, Hickler, R.B., Hall, S.A., Hitzhusen, J.C., Ingraham, M.R. & Li, L. (1983). A geriatric special-care unit:
experience in a university hospital. J Am Geriatr Soc., 31(11):685-693.
63
Anderson, A.D. (1987). A socially oriented program of restorative care in a ghetto's municipal hospital. Bull N Y Acad Med ,
3(1):117-120.
64
Sacre, S. (2004). The Total Restorative Care Concept Enriching Nursing Assistant’s involvement in restorative care becomes a
win-win situation. Nursing Homes, 53(5): 58.
65
Edelman, C.L. & Mandle, C.L. (1998). Health Promotion Throughout the Life Span. St. Louis: Mosby Inc. p.643.
66
Linton, A.D., Matteson, M.A. & Maebius, N.K. (2000). Introductory Nursing Care of Adults (2
nd
Ed). Philadelphia: W.B. Saunders
Company.

More Related Content

What's hot

farmakokinetik, efek samping, komplikasi
farmakokinetik, efek samping, komplikasifarmakokinetik, efek samping, komplikasi
farmakokinetik, efek samping, komplikasi4nakmans4
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipidTakdir Anis
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resepnisha althaf
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...gex'z windha suardika
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratharuna_06
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fulldewisetiyana52
 
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariakristanto djuwahir
 
Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral JumiatiCN
 
Anatomi & Fisiologi Lidah
Anatomi & Fisiologi LidahAnatomi & Fisiologi Lidah
Anatomi & Fisiologi Lidahsuhendrina
 
Asam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinAsam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinNursa'id Fitria
 
vitamin larut air
vitamin larut airvitamin larut air
vitamin larut airHadik27
 
Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinariadewisetiyana52
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosispanal1
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 

What's hot (20)

Critical appraisal
Critical appraisalCritical appraisal
Critical appraisal
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
farmakokinetik, efek samping, komplikasi
farmakokinetik, efek samping, komplikasifarmakokinetik, efek samping, komplikasi
farmakokinetik, efek samping, komplikasi
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipid
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resep
 
Kul 4. nekrosis dan kematian sel
Kul 4. nekrosis dan kematian selKul 4. nekrosis dan kematian sel
Kul 4. nekrosis dan kematian sel
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal full
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
 
Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral
 
Anatomi & Fisiologi Lidah
Anatomi & Fisiologi LidahAnatomi & Fisiologi Lidah
Anatomi & Fisiologi Lidah
 
Sistem Perkemihan
Sistem PerkemihanSistem Perkemihan
Sistem Perkemihan
 
Asam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinAsam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, protein
 
vitamin larut air
vitamin larut airvitamin larut air
vitamin larut air
 
Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinaria
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 

Similar to RESTORASI

Frailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others thingsFrailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others thingsSyahrulAdzim
 
5725-14934-1-SM.pdf
5725-14934-1-SM.pdf5725-14934-1-SM.pdf
5725-14934-1-SM.pdfVINA822597
 
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYArni Arnotz
 
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaKespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaNuranisah D.
 
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 20102. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010April Cheers
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKATBondan Palestin
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Nika Meiliana
 
Tugas embriologi
Tugas embriologiTugas embriologi
Tugas embriologiREISA Class
 
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
Konsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaKonsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaYesi Tika
 
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxLANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxningsih widari
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirAi Nurhasanah
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmaung8
 

Similar to RESTORASI (20)

Frailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others thingsFrailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others things
 
5725-14934-1-SM.pdf
5725-14934-1-SM.pdf5725-14934-1-SM.pdf
5725-14934-1-SM.pdf
 
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
 
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaKespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
 
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 20102. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010
2. pentingnya olahraga bagi lansia ( medikora,april 2010
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
kesehatan lansia rs kustati.pptx
kesehatan lansia rs kustati.pptxkesehatan lansia rs kustati.pptx
kesehatan lansia rs kustati.pptx
 
Tugas embriologi
Tugas embriologiTugas embriologi
Tugas embriologi
 
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
Artikal review 401
Artikal review 401Artikal review 401
Artikal review 401
 
Lansia
LansiaLansia
Lansia
 
Konsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaKonsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansia
 
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxLANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
 
Ol 1 ti makalah lansia
Ol 1   ti makalah lansiaOl 1   ti makalah lansia
Ol 1 ti makalah lansia
 
Proses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriatiProses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriati
 
Modul anggota gerak
Modul anggota gerakModul anggota gerak
Modul anggota gerak
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
PPT Filsafat Olahraga
PPT Filsafat OlahragaPPT Filsafat Olahraga
PPT Filsafat Olahraga
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
 

More from Bondan Palestin

Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptx
Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptxSeminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptx
Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptxBondan Palestin
 
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...Bondan Palestin
 
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinya
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinyaSharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinya
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinyaBondan Palestin
 
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...Bondan Palestin
 
Metode penelitian-studi-kasus
Metode penelitian-studi-kasusMetode penelitian-studi-kasus
Metode penelitian-studi-kasusBondan Palestin
 
20 juli 2020 webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru
20 juli 2020   webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru20 juli 2020   webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru
20 juli 2020 webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baruBondan Palestin
 
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...Bondan Palestin
 
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH  PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH  PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK Bondan Palestin
 
Perawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaPerawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaBondan Palestin
 
Askep Keluarga dengan Anorexia Nervosa
Askep Keluarga dengan Anorexia NervosaAskep Keluarga dengan Anorexia Nervosa
Askep Keluarga dengan Anorexia NervosaBondan Palestin
 

More from Bondan Palestin (19)

Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptx
Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptxSeminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptx
Seminar Askep Keluarga Anorexia Nervosa - 15 November 2015.pptx
 
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...
2021 14 agustus yky pemberdayaan keluarga untuk menjaga kesehatan pada masa p...
 
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinya
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinyaSharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinya
Sharing pengalaman penerapan metoda pembelajaran online proses dan evaluasinya
 
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...
 
Metode penelitian-studi-kasus
Metode penelitian-studi-kasusMetode penelitian-studi-kasus
Metode penelitian-studi-kasus
 
20 juli 2020 webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru
20 juli 2020   webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru20 juli 2020   webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru
20 juli 2020 webinar polkesraya pbm di masa adaptasi baru
 
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
10 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
08 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
03 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
04 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
09 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
01 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
 
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH  PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH  PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK
PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH PADA PENDERITA LEUKEMIA ANAK
 
Perawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaPerawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam Keluarga
 
Askep Keluarga dengan Anorexia Nervosa
Askep Keluarga dengan Anorexia NervosaAskep Keluarga dengan Anorexia Nervosa
Askep Keluarga dengan Anorexia Nervosa
 

Recently uploaded

PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxnoviariansari
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 

Recently uploaded (12)

PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 

RESTORASI

  • 1. 1 PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom ∗ PENDAHULUAN Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang.1 Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.2 Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis3 maupun patologis,4 karena banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis,5 spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial.6 Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis 7 sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia -- misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis-- dan berakhir pada kematian.8 Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma,9 penyakit kronis,10 atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu.11 Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.12 Proses penuaan terjadi secara linier dan dapat digambarkan melalui tiga tahap, yaitu: (1) kelemahan (impairment), (2) ketidakmampuan (disability), dan (3) kecacatan (handicap) 13 yang akan dialami bersamaan dengan munculnya sindroma gagal-pulih (frailty).14 Proses gagal-pulih sejalan dengan adanya penurunan kapasitas fungsional yang dapat berkembang menjadi masalah kesehatan serius apabila aksesibilitas dan utilitas skrining kesehatan bagi lanjut usia masih tetap rendah. Gagal-pulih pada lanjut usia merupakan akibat dari bertambahnya umur seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial. Kondisi tersebut dapat mengganggu lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari- harinya.15,16,17 Lanjut usia yang mengalami gangguan mood akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS) atau activities of daily living (ADL).18,19,20 Sebaliknya, keterbatasan dalam memenuhi AKS dapat menjadi salah satu faktor penyebab munculnya depresi pada lanjut usia.21 Penelitian di Thailand memperlihatkan bahwa prevalensi disabilitas pada lanjut usia sebesar 19% (95%IK 17,8–20,2) dan ketergantungan terhadap pemenuhan AKS sebesar 6,9% (95%IK 6,1 – 7,7). Angka ketidakmampuan (disabilities rate) meningkat sesuai dengan perkembangan usia. Kapasitas fungsional wanita lebih rendah bila dibandingkan pria atau prevalensi kebutuhan untuk mendapatkan bantuan AKS pada wanita selama 21,3 tahun dan pria selama 18,6 tahun.22 Meskipun informasi mengenai angka penurunan kapasitas fungsional lanjut usia di Indonesia belum memadai, namun Palestin, Olfah dan Winarso (2005) melaporkan 77,4% lanjut usia di sebuah Panti Wredha sebelum diintervensi masih dibantu sebagian dalam memenuhi AKS-nya.23 ∗ Disampaikan dalam Temu Ilmiah Geriatri Semarang pada hari Sabtu tanggal 29 Maret 2008 di Hall Instalasi Geriatri Lt. II (Pav. Lanjut Usia Prof. Boedhi Darmojo) RS Dr. Kariadi Semarang
  • 2. 2 Para ahli telah sepakat menggunakan parameter AKS untuk mengukur kapasitas fungsional seseorang dengan mengklasifikasikannya berdasarkan kepemilikan ketergantungan dalam beraktivitas sehari-hari, misalnya : mandi, memakai baju, berjalan, kebersihan diri, mobilisasi.24,25,26,27,28,29,30 Kapasitas fungsional merupakan kondisi kesehatan fisik yang sangat penting bagi kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia. Adanya penurunan kapasitas fungsional dipengaruhi oleh berjalannya proses penuaan, multi penyakit 31,32 dan gangguan psikososial.33 Kondisi di atas juga dapat terjadi secara berangsur-angsur sebagai akibat dari anggota ekstrimitas tidak difungsikan atau tidak dilatih secara optimal. Intervensi kesehatan dan keperawatan dalam bentuk latihan fungsional serta dukungan lingkungan yang positif bagi lanjut usia dapat memelihara kapasitas fungsional dan kualitas hidup lanjut usia.34,35,36,37 Latihan fungsional dengan intensitas sedang dapat meningkatkan kualitas hidup, vitalitas, dan menurunkan gejala depresi pada lanjut usia secara efektif.38 Menurut penelitian, program latihan berjalan, mobilitas, dan keseimbangan fleksibel dan statis selama enam minggu dapat meningkatkan kapasitas fungsional lanjut usia.39 Bentuk program latihan yang memiliki daya ungkit cukup besar terhadap penurunan sindroma gagal-pulih pada lanjut usia adalah perawatan restoratif.40 Perawatan restoratif merupakan salah satu strategi utama dalam mengatasi sindroma gagal-pulih untuk meningkatkan luaran status kesehatan klien,41 dan merupakan bentuk intervensi keperawatan yang paling efektif saat ini untuk meningkatkan otonomi dan kemandirian klien.42 SINDROMA GAGAL-PULIH Sindroma gagal-pulih adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat dari menurunnya kapasitas multisistem yang berisiko tinggi terhadap timbulnya berbagai penyakit, trauma atau kondisi kesehatan negatif lainnya namun kondisi tersebut dapat dicegah melalui intervensi tertentu.43 Contoh bentuk gagal-pulih, antara lain: perawatan diri yang tidak terpelihara karena kelemahan dan keletihan (fatigue) atau seseorang yang sering jatuh karena gaya berjalan yang tidak seimbang atau kelemahan. Gejala-gejala sindroma gagal- pulih, antara lain: (1) penurunan berat badan secara progresif, (2) kecepatan berjalan melambat, (3) kekuatan cengke- raman tangan menurun, (4) keletihan atau daya tahan menurun, dan (5) tingkat aktivitas fisik yang rendah.44 Apabila seseorang menunjukkan tiga gejala atau lebih disebut “gagal-pulih”, apabila hanya menunjukkan satu atau dua gejala disebut “pregagal- pulih”, sedangkan tidak menujukkan gejala apapun disebut “tak gagal-pulih”. Ketiga level tersebut tergantung pada usia, kondisi penyakit kronis, fungsi kognitif, dan gejala depresif. Tabel 1. Kriteria Gagal-pulih menurut Gill, et al. (2006) Indikator Kriteria Penurunan berat badan BB turun 4,5 kg atau lebih dalam satu tahun terakhir namun penyebab tidak dijelaskan Keletihan Kelelahan atau daya tahan menurun dalam 3-4 hari terakhir atau sepanjang waktu Aktivitas fisik rendah Skala Minnesota Leisure Time Activity, pengeluaran kalori untuk aktivitas fisik dalam seminggu menurut jenis kelamin Kekuatan otot Tonus otot, hand dynamometer, kriteria Indeks Massa Tubuh ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ΤΒ ΒΒ 2 m kg Kecepatan berjalan lambat Latihan kecepatan jalan menurut jenis kelamin sejauh 4,575 m lebih dari 10 detik Kematian gagal-pulih Pre gagal-pulih Tak gagal-pulih Gambar 1. Gambaran perubahan kondisi seseorang dari gagal-pulih sampai kematian
  • 3. 3 PERAWATAN RESTORATIF Sindroma gagal-pulih dianggap sebagai prediktor kejadian jatuh, hospitalisasi, disabilitas yang memburuk dan kematian pada lanjut usia.14 Deteksi dini dan intervensi prevensi primer untuk mengatasi gejala yang timbul dapat mencegah atau menunda timbulnya gagal-pulih. Bentuk intervensi tersebut adalah metode perawatan restoratif atau perawatan pemulihan (restorative care). Perawatan restoratif merupakan bentuk intervensi keperawatan yang berfokus pada upaya membantu lanjut usia dalam proses pemulihan dan atau pemeliharaan kapasitas fungsional fisiknya serta memberikan bantuan agar lanjut usia dapat mengkompensasikan kemunduran fungsional fisiknya sehingga mampu mencapai derajat fungsional yang optimal dan mampu melakukan AKS secara mandiri, misalnya : mandi, memakai baju, berjalan, dan kegiatan lainnya.45 Perawatan restoratif sebenarnya telah dikembangkan di era 1950-an, namun mulai diperbincangkan kembali dalam praktik keperawatan di Amerika Serikat pada tahun 1998 untuk mengkalkulasi standar pembayaran jasa pelayanan keperawatan pada program pemulihan pasien di rumah sakit maupun institusi pelayanan keperawatan lainnya.46 Perawatan restoratif bukanlah terapi yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan atau kecacatan (limitation) lanjut usia, meskipun hasil dari upaya pemulihan kapasitas tidak sepenuhnya sama seperti kondisi sediakala. Perawatan restoratif menitikberatkan pada upaya preventif terhadap meluasnya dampak ketergantungan fisik, menurunnya aktivitas dan keterbatasan mobilitas. Oleh karena itu, perawatan restoratif digunakan untuk memaksimalkan kemampuan lanjut usia (ability) melalui peningkatan mekanisme self-care, kemandirian, kualitas hidup, gambaran diri (self-image) dan harga diri (self-esteem).47 Menurut Resnick (2004), terminologi perawatan restoratif berbeda dengan perawatan rehabilitasi (rehabilitation nursing). Perawatan rehabilitasi lebih berfokus pada upaya rehabilitasi seseorang sebagai akibat dari terjadinya penyakit atau cedera, misalnya: strok, fraktur panggul, atau dislokasi sendi. Tujuan yang ingin dicapai melalui rehabilitasi ditetapkan bersama oleh tim rehabilitasi yang terdiri dari banyak profesi (misalnya: dokter, perawat, psikolog, dokter gigi, fisioterapis, okupasiterapis, prostetik dan ortetik, terapis wicara, dan ahli gizi), namun target hasil intervensi sangat erat kaitannya dengan indikator medis.48,49 Aplikasi perawatan restoratif merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional dengan jalan melatih klien melakukan AKS secara mandiri dan terstruktur. Berbagai studi intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan AKS memperlihatkan bahwa penurunan kapasitas fungsional lanjut usia dapat distabilkan atau dikurangi meskipun tidak dapat pulih seperti sediakala.50,51,52,53,54,55 Hasil pemulihan kapasitas fungsional lanjut usia tergantung dari pola dan jenis intervensi perawatannya,56 oleh karenanya perlu diberikan jenis intervensi yang spesifik dan efektif sesuai dengan permasalahannya.57 Kelebihan perawatan restoratif adalah metode ini memiliki teknik yang sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun. Sehingga perawatan restoratif dapat dilakukan oleh asisten perawat, keluarga atau orang-orang terdekat klien yang telah dilatih namun tetap dalam pengawasan perawat.58,59,60 Sebuah penelitian telah mengkomparasikan manfaat model perawatan restoratif yang diberikan secara individu dengan pendekatan keperawatan pada umumnya.61 Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perawatan restoratif memiliki kemungkinan lanjut usia untuk tetap tinggal di rumah lebih besar (82% vs 71%; odds ratio [OR]= 1,99; 95%CI = 1,47-2,69), menurunkan kemungkinan dirujuk ke unit gawat darurat (10% vs 20%; OR = 0,44; 95% CI = 0,32-0,61), lama perawatan di rumah lebih pendek (mean [SD]= 24,8 [26,8] hari vs 34,3 [44,2] hari; p < 0,001). Lanjut usia dengan perawatan restoratif juga memiliki skor rata-rata lebih tinggi dalam perawatan diri (self-care) (mean [SD] = 11,0 [2,1] vs 10,7 [2,5]; p = 0,07 setelah disesuaikan), pengelolaan tugas-tugas rumah tangga secara mandiri (mean [SD] = 9,5 [2,9] vs 9,2 [3,0]; p = 0,05 setelah disesuaikan), dan mobilitas fisik (mean [SD] = 3,3 [0,8] vs 3,2 [0,9]; p = 0,02 setelah disesuaikan). Perawatan restoratif memiliki manfaat yang lebih besar terhadap luaran kapasitas fisik dan psikologis lanjut usia dibandingkan dengan intervensi keperawatan yang konser-vatif.50,62,63 Menurut laporan Sacre, implementasi perawatan restoratif telah meningkatkan kapasitas
  • 4. 4 fungsional terhadap 86% lanjut usia yang dirawat di panti jompo pada dua minggu pertama perawatan mereka.64 Tujuan utama perawatan restoratif, adalah : (1) meningkatkan mobilitas fisik yang optimal, (2) meningkatkan atau menjaga kekuatan dan koordinasi otot, (3) meningkatkan pengawasan diri, (4) mencegah kontraktur, (5) meningkatkan kemandirian AKS atau perawatan diri, (6) mencegah terjadinya cedera, (7) meningkatkan aktivitas sosial, (8) meningkatkan kepekaan terhadap pencapaian prestasi (sense of accomplishment), (9) mencegah isolasi sosial dan depresi, (10) meningkatkan kemampuan motorik, (11) meningkatkan kemampuan berkomunikasi, (12) meningkatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang berarti, (13) meningkatkan martabat dan peran sosial, dan (14) meningkatkan moralitas dan kepuasan dalam bekerja.33 Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat di saat memberikan perawatan restoratif, adalah : (1) pahami bahwa setiap lanjut usia memiliki keunikan kapasitas dan keterbatasan fisik, kaji kapasitas dalam merawat diri, status mental, motivasi, dan dukungan keluarga; (2) prioritas intervensi lebih difokuskan pada kapasitas yang telah dimiliki atau yang lebih mudah untuk dipulihkan; (3) sesuaikan waktu latihan dengan kebiasaan lanjut usia; (4) berikan penghargaan/pujian apabila lanjut usia mampu melakukan latihan dengan lebih baik; (5) pemberian latihan sesuaikan dengan kondisi penyebab gagal-pulih, apakah disebabkan disabilitas fisik atau disabilitas mental; (6) hindarkan adanya komplikasi atau hal-hal yang berisiko, misalnya cedera, isolasi social, depresi); (7) dorong optimisme dengan harapan yang lebih baik dan rasa humor; dan (8) upaya pemulihan sangat bergantung pada proses individu dan dukungan tim kesehatan lainnya. BEBERAPA TEKNIK PERAWATAN RESTORATIF Berikut akan dijelaskan beberapa tindakan perawatan restoratif yang dapat dilakukan perawat untuk mengurangi sindroma gagal-pulih di masyarakat. 1. Menjaga mobilitas dan postur tubuh Kemampuan mobilitas sendi dipengaruhi oleh keadaan struktur sendi dan kekuatan otot penggerak sendi. Kekakuan sendi yang dialami oleh lanjut usia, biasanya berhubungan dengan kelemahan otot sehingga memerlukan latihan penguatan otot. Otot akan bekerja efektif atau lebih mudah menghasilkan dan mengontrol gerakan apabila tidak terdapat hambatan luas gerak sendi (LGS). Kekuatan otot diperlukan lanjut usia untuk menghasilkan gerakan dalam beraktivitas. Latihan untuk menjaga mobilitas dan postur tubuh bertujuan, untuk : (1) menjaga dan meningkatkan gerakan sendi di seluruh tubuh; (2) meningkatkan kekuatan otot; (3) menstimulasi peredaran darah; (4) menjaga kapasitas fungsional; (5) mencegah kontraktur; dan (6) memelihara postur tubuh yang baik. Latihan bisa dilakukan lanjut usia pada saat melakukan aktivitas keseharian terutama bagi lanjut usia yang sudah mengalami kepayahan. Bentuk latihan sederhana dapat dilakukan lanjut usia di dalam rumah selama 20 s.d. 30 menit, misalnya: latihan di tempat tidur, latihan di ruang tamu, latihan di kursi, atau latihan diwaktu senggang. Latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan lanjut usia, pada latihan awal dilakukan 3 kali seminggu dengan 5 s.d. 10 ulangan. Selanjutnya ditambah 2 s.d. 4 ulangan, penambahan dilakukan setiap 5 s.d. 10 sekali sampai mendekati 15 s.d. 20 kali ulangan setiap kali latihan.
  • 5. 5 a. Latihan rangkaian gerakan sendi (range of motion) 1) Gerakan lengan : 2) Gerakan pada siku : 3) Gerakan pada lengan bawah : 4) Gerakan telapak tangan : 5) Gerakan kaki : Tangan lurus digerakkan ke depan dan belakang Tangan diangkat lurus di samping tubuh, kemudian turunkan perlahan-lahan Luruskan tangan ke depan kemudian angkat 900 Lengan bawah dalam posisi siku, telapak tangan bolak-balikkan Gerakkan telapak tangan ke atas dan ke bawah Gerakkan telapak tangan ke samping kanan dan kiri Gerakkan kaki menjauh dari tubuh kemudian sebaliknya mengarah ke dalam Angkat tumit kemudian putar- putarkan, bergantian angkat telapak kaki bagian depan dan putar-putarkan
  • 6. 6 6) Gerakan lutut : 7) Gerakan leher : Posisi tubuh terlentang di lantai atau kasur. Angkat kaki sampai lurus kemudian turunkan secara perlahan dan kaki ditekuk. Lakukan bergantian antara kaki kanan dan kiri. 8) Gerakan ibu jari : 9) Gerakan jari tangan : Gerakkan jari tangan merapat dan membuka. Posisi telapak tangan lurus kemudian jari tangan diangkat. 10) Gerakan pergelangan kaki : Posisi Regangkan leher Regangkan leher netral ke bawah ke atas Posisi Regangkan leher ke netral samping kanan dan kiri Posisi Regangkan leher miring netral ke samping kanan dan kiri Tekuk ibu jari Regangkan ibu jari Pertemukan ibu jari dan jari kelingking Pergelangan kaki Pergelangan kaki Pergelangan kaki Pergelangan kaki regangkan ke atas regangkan ke bawah regangkan ke samping regangkan ke dalam
  • 7. 7 11) Gerakan jari kaki : Regangkan jari kaki ke arah atas dan bawah tubuh Regangkan jari kaki ke bagian dalam dan ke luar b. Latihan sambil berdiri : 65 a. Mengayun Lengan Ayunkan lengan ke samping atas setinggi mungkin dan lepaskan dengan rileks. Kemudian ayunkan lengan ke depan dan ke belakang setinggi mungkin dan lepaskan dengan rileks. Gerakan ini dilakukan pada kedua lengan dengan arah yang berlawanan, seperti berlenggang saat berjalan. Gerakan ini bertujuan untuk peregangan dan menguatkan otot lengan, otot punggung, otot dada dan memperbaiki postur. b. Membungkukkan badan Diawali dengan kedua tangan di pinggang, kemudian bungkukkan badan sambil meregangkan otot punggung namun harus berhati-hati jangan sampai dipaksakan. Selanjutnya badan diangkat sambil kedua tangan berada di pinggang dan regangkan dada ke belakang. Gerakan ini bertujuan untuk peregangan dan menguatkan otot punggung, otot dada dan memperbaiki postur. c. Berdiri dengan mengangkat dan memutar satu tungkai Lanjut usia berdiri tegak dengan berpegangan pada kursi. Angkat satu tungkai ke samping, putar searah jarum jam kemudian bergantian putar berlawanan arah jarum jam. Lakukan bergantian untuk tungkai kanan dan kiri. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot panggul dan tungkai serta keseimbangan tubuh. d. Berdiri dengan mengangkat satu tungkai ke samping Lanjut usia berdiri tegak berpengangan pada kursi atau tembok. Ayunkan satu tungkai ke samping dan pertahankan dalam lima hitungan. Lakukan bergantian untuk tungkai kanan dan kiri. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot panggul dan tungkai serta keseimbangan tubuh.
  • 8. 8 c. Latihan di tempat tidur : Regangkan lutut dan tahan dengan bantuan tangan. Angkat bagian atas tubuh lanjut usia dengan ditopang tangan yang lain. Posisi bergantian antara kanan dan kiri Lanjut usia merebahkan tubuhnya di kasur/ lantai. Badan berguling bergantian ke kanan dan kiri. Upayakan lanjut usia men-jaga keseimbangan badannnya sewaktu berguling. Silangkan kaki pada sisi kaki yang lain seperti gunting. Kemudian regangkan dan ayun-ayunkan. Selanjutnya bergan-tian antara kaki kanan dan kiri. Lanjut usia terlentang, kemudian angkat bagian dada dengan kedua tangan menopang beban tubuh. Tahan beberapa hitungan selanjutnya tubuh direbahkan pelan-pelan. Posisi tubuh tengkurap, kemudian kedua kaki diangkat Kedua kaki mengayuh seperti mengayuh sepeda Angkat bantal di atas kepala dengan kedua tangan lurus dan diregangkan d. Latihan di kursi : Gerakkan sendi lengan atas dengan posisi lengan diangkat. Gerakkan ke depan dan belakang secara bergantian Angkat kedua tangan ke samping kemudian gerakkan memutar ke depan dan belakang secara bergantian
  • 9. 9 Putar leher ke kanan dan ke keri secara bergantian Regangkan leher ke depan dan belakang secara bergantian Peganglah kedua sisi kursi, kemudian badan diangkat di atas kursi dengan menggunakan lengan Sambil duduk, ayunkan kedua kaki Gelindingkan botol atau kaleng dengan telapak kaki ke depan dan ke belakang kemudian dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri e. Latihan diwaktu senggang : Gelindingkan pensil di atas meja dengan menggunakan tepak tangan kanan maupun kiri Genggam erat jari-jemari pada sebuah pensil kemudian longgarkan, lakukan secara berulang-ulang di kedua tangan Lakukan gerakan mengunyah secara berulang Gosokkan handuk pada punggung berulang-ulang
  • 10. 10 Regangkan otot-otot pada bagian pantat secara berulang Regangkan otot-otot pada bagian perut secara berulang 2. Melatih kekuatan otot dasar panggul Penuaan menyebabkan menurunnya kekuatan otot dasar panggul (pelvic floor) karena adanya kelainan (dysfunction) atau kelemahan otot (weakness). Otot dasar panggul bagian luar dibentuk oleh saluran uretra, vagina dan anus yang diikat oleh otot levator anii. Fungsi otot dasar panggul adalah menjaga stabilitas organ panggul secara aktif untuk berkontraksi mengencangkan dan mengendorkan organ atau mengontrol pada saat defekasi dan berkemih. Latihan bertujuan, agar : (1) lanjut usia dapat mengontrol berkemih; (2) lanjut usia dapat mengontrol buang air besar (defekasi); (3) menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lanjut usia; (4) menghindari risiko jatuh pada lanjut usia akibat air kencing (urin) dan kotoran (feses) yang tercecer; (5) menghindari isolasi sosial bagi lanjut usia. Sebelum dilakukan latihan kekuatan otot lanjut usia untuk eliminasi perlu diperhatikan kondisi lanjut usia terlebih dahulu. Latihan lebih cocok diberikan kepada lanjut usia yang masih memiliki kemampuan atau agak melemah untuk mengontrol eliminasi, sedangkan bagi lanjut usia yang sudah tidak memiliki kemampuan mengontrol eliminasi maka program latihan tidak realistis dan justru akan menambah frustasi. a. Latihan mengontrol berkemih (bladder training) Ketidakmampuan mengontrol berkemih (inkontinensia urin) pada lanjut usia merupakan suatu kondisi dimana lanjut usia kehilangan kemampuan untuk menahan saat berkemih sebagai akibat dari menurunnya kekuatan otot dasar panggul, infeksi kandung kemih, pembesaran kelenjar prostate, tumor pada daerah kandung kencing atau dasar panggul, sumbatan saluran kemih, pengobatan (misal obat-obatan penenang dan diuretik), cedera lapisan otak (korteks serebral), gangguan persyarafan, menurunnya kapasitas kognitif (demensia, pikun), dan ketergantungan terhadap orang lain. Latihan mengontrol berkemih direkomendasikan untuk lanjut usia yang mengalami stres atau memiliki kecenderungan tidak dapat menahan berkemih. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam latihan mengontrol berkemih, yaitu: pendidikan kepada lanjut usia (anatomi sistem perkemihan yang normal, fisiologi perkemihan, dan prinsip dasar latihan mengontrol berkemih), berkemih yang direncanakan dan penguatan perilaku yang positif bagi lanjut usia. Lanjut usia diajarkan untuk mengatur berkemih setiap 2 s.d. 3 jam pada saat terjaga (tidak tidur). Jarak waktu antara latihan secara bertahap ditingkatkan apabila lanjut usia berhasil mengaturnya maka lanjut usia diberikan penguatan atau penghargaan sehingga menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi untuk dapat mengatur berkemih secara normal. Tahapan latihan mengontrol berkemih, yaitu : Pastikan lanjut usia masih mampu mengendalikan otot dasar panggul. Evaluasi pola berkemih lanjut usia. Apabila lanjut usia memiliki kebiasaan berkemih dengan selang waktu setiap 2 jam di siang hari dan 4 jam di malam hari maka perlu diperiksa kemampuannya dalam mengontrol berkemih. Setengah jam sebelum latihan dilakukan, lanjut usia disuruh minum segelas air
  • 11. 11 terlebih dahulu. Tanyakan pada lanjut usia, apakah masih mampu menahan berkemih. Lanjut usia disuruh menunggu / menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Pada latihan awal rentang waktu 2 s.d. 3 jam. Lanjut usia disuruh berkemih sampai tuntas, instruksikan lanjut usia agar menekan daerah kandung kemih. Berikan penguatan perilaku (reinforcement) yang positif kepada lanjut usia. Apabila lanjut usia sudah berhasil menahan berkemih secara terencana, selanjutnya rentang waktu berkemih ditingkatkan. b. Latihan mengontrol buang air besar (bowel training) Ketidakmampuan mengontrol buang air besar (inkontinensia usus besar) pada lanjut usia merupakan suatu kondisi dimana lanjut usia kehilangan kemampuan untuk menahan buang air besar saat akan menuju kamar belakang (WC). Kondisi tersebut sebagai akibat dari menurunnya kekuatan otot yang berada pada daerah anus, kelemahan persyarafan di daerah dubur, anus tedung, diare atau menurunnya status kognisi. Tahapan latihan mengontrol buang air besar, yaitu: • Evaluasi pola defekasi lanjut usia • Perkirakan waktu yang sesuai untuk persiapan ke kamar belakang berdasarkan pola defekasi lanjut usia • Atur posisi psikologis yang sesuai pada saat buang air besar (posisi jongkok atau duduk) • Anjurkan lanjut usia menahan defekasi sesaat. • Untuk mendukung latihan mengontrol buang air besar, berikan tambahan olah raga, cukup asupan air dan makanan berserat. c. Latihan Kegel (Kegel’s exercise) 66 Latihan Kegel merupakan latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif, dengan prosedur sebagai berikut : Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks. Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha. Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, saluran kemih (uretra), dan dubur (rektum). Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan buang air besar dan berkemih. Rasakan kontraksi otot dasar panggul. Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya (+ 10 detik). Rileks, rasakan otot dasar panggul yang rileks. kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa ada kontraksi otot perut, misal: jangan menahan nafas. Kontrol kontraksi otot perut dengan meletakkan tangan pada perut. Rileks, coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks. Sesekali kontraksi dipercepat. Pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain. lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan tiga kali pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah. Latih untuk mengontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankanya debelum dan selama aktivitas tertawa, batuk, bersin, mengangkat benda, bangun dari kursi atau tempat tidur, dan jogging. Target latihan ini adalah 10 kali kontraksi lambat dan 10 kali konstraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama 10 hitungan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, latihan dilakukan 6 s.d 8 kali sehari atau setiap saat dapat melakukannya, minimal enam minggu.
  • 12. 12 Latihan Kegel juga dapat dilakukan secara sederhana, misalnya : a. Pada saat lanjut usia berkemih, coba untuk menghentikan aliran air seni sampai beberapa kali. b. Pada posisi apapun, cobalah mengkontraksikan otot dasar panggul secara berurutan mulai dari dubur, vagina dan saluran kemih. Pertahankan 3 s.d. 5 detik. Kemudian rileks mulai dari saluran kemih, vagina dan dubur. c. Pada posisi apapun, coba untuk mengontraksikan otot dasar panggul dengan merasakan peningkatan kekuatan otot sambil menghitung 1 s.d. 10 kemudian rileks kembali. 3. Mencegah demensia a. Terapi lingkungan (milleu therapy) Untuk membantu daya ingat para lanjut usia, keluarga perlu melakukan terapi lingkungan, yaitu menggunakan lingkungan secara total untuk tujuan terapi. Lingkup terapi lingkungan antara lain: lingkungan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual. Terapi lingkungan untuk lanjut usia yang mengidap demensia, misalnya: 1) Lingkungan orientasi realitas, dinding dalam rumah perlu dipasang jam dinding atau kalender dengan ukuran huruf besar, jelas, dan dapat disobek setiap hari. Ditempat- tempat tertentu misalnya ruang tamu, kamar mandi, ruang makan, atau lemari pakaian sebaiknya diberi tulisan atau tanda khusus agar mudah dikenali para lanjut usia. 2) Keamanan lanjut usia, bentuk tempat tidur, kursi, pintu, jendela dan sebagainya yang sering kali mereka gunakan/lewati/pegang seyogyanya dibuat sederhana, kuat dan mudah dipergunakan. Bila perlu diberi alat bantu yang memudahkan untuk berjalan, bangun, duduk dan sebagainya. Hal tersebut sangat penting untuk menambah rasa aman mereka dan memperkecil bahaya. Lantai tidak licin. Bentuk kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan lanjut usia, misalnya : bak kamar mandi tidak terlalu dalam, tidak menggunakan tangga atau tanjakan. Demikian pula dibuatkan jamban duduk sehinga mudah digunakan lanjut usia dan pada dinding sebaiknya dipasang pegangan tangan. Penerangan dan pencahayaan di dalam rumah cukup (>30 lux). Bila fasilitas terpenuhi mereka akan merasa aman dan bahayapun akan berkurang. 3) Lingkungan intelektual, biasakan mereka untuk memiliki kebiasaan yang positif misalnya buang sampah, meludah dan sebagainya pada tempat yang tersedia. Hindarkan mereka dari kebiasaan buruk seperti mengisolasi diri, menarik diri dari pergaulan dengan rekan-rekannya dan sebagainya. b. Senam Gerak Latih Otak (SGLO) Penyakit pikun sebenarnya bisa dicegah jika kita rajin melatih otak agar tidak mudah lupa dengan SGLO. Langkah-langkah pelaksanaan SGLO, yaitu: 1) Peregangan a) Posisi badan menghadap lurus ke depan. Letakkan telapak tangan kanan di sisi kanan kepala. Tekan kepala ke arah kiri, namun kepala tetap menghadap lurus ke depan. Lakukan 8 kali hitungan tanpa menahan nafas. b) Badan menghadap lurus ke depan. Dekatkan telinga kanan ke arah bahu kanan secara perlahan-lahan. Hitung hingga 8 kali, lakukan bergantian. 2) Pemanasan a) Kaki kanan menyilang ke kiri, kedua tangan bergerak lurus ke arah kanan. Lakukan secara bergantian 2 x 8 hitungan. b) Tangan kanan lurus (diam) di samping tubuh. Kaki kanan diangkat bersamaan dengan tangan kiri menyentuh lutut kanan. Lakukan bergantian, 2x8 hitungan.
  • 13. 13 3) Inti a) Berdiri tegak, tangan kanan lurus ke depan dengan ibu jari ditegakkan. Lalu ayunkan ibu jari ke kiri dan ke kanan membentuk setengah lingkaran. Saat ibu jari bergerak, bola mata mengikuti gerakan ibu jari. b) Duduk dengan kaki sejajar lantai. Angkat tangan di samping tubuh dengan posisi netral. Kaki kanan ke samping kanan dan kedua tangan ke samping kiri. Lakukan bergantin, 2X8 hitungan. 4. Melatih pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADS) merupakan rangkaian aktivitas yang secara khas dilakukan rutin setiap hari oleh seseorang dengan tetap mempertahankan kemandirian di saat menyelesaikan tugas-tugas tersebut. ADS meliputi : makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur, kebersihan diri (mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi), aktivitas di toilet (ke/dari WC, menyiram, menyeka, lepas/pakai celana), mandi, berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu berjalan, lakukan dengan kursi roda), naik turun tangga, berpakaian termasuk mengenakan sepatu, mengontrol defekasi (b.a.b) dan mengontrol berkemih (b.a.k). Apabila kemampuan dalam melakukan aktivitas harian tersebut menurun, maka dapat menimbulkan stres tersendiri bagi lanjut usia. Pada akhirnya, situasi tersebut dapat berdampak serius pada status kesehatan dan kepercayaan diri lanjut usia. ADS dapat menurun sesuai dengan bertambahnya umur lanjut usia, proses penyakit atau disabilitas fungsional. Penurunan kapasitas fungsional tersebut dapat bersifat permanen namun sesungguhnya dapat di tingkatkan melalui program latihan khusus untuk memulihkan kemampuan lanjut usia meskipun tidak dapat pulih seperti sediakala. Tujuan latihan pemenuhan ADS, yaitu: (1) meningkatkan kemandirian lanjut usia dalam memenuhi ADS; (2) meningkatkan aktivitas sosial; (3) mencegah isolasi sosial dan depresi; (4) meningkatkan kemampuan motorik; (5) meningkatkan kemampuan berkomunikasi; (6) meningkatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang berarti; (7) meningkatkan martabat dan peran sosial; dan (8) meningkatkan moralitas dan kepuasan dalam bekerja. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan ADS, adalah : (1) Penurunan kemampuan lanjut usia dalam memenuhi ADS-nya akan berdampak pada satu atau lebih kemampuan dasar dalam perawatan diri; (2) Penurunan kemampuan tersebut bisa terjadi pada sebagian aktivitas dasar sehari-hari (parsial) atau secara keseluruhan (total); (3) Bantuan dalam memenuhi kebutuhan ADS dapat menimbulkan ketergantungan lanjut usia; (4) Untuk menghindari ketergantungan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan ADS perlu dilakukan dukungan sosial dan intervensi perilaku; (5) Penurunan kemampuan dapat berjalan secara progresif tergantung dari respons lanjut usia terhadap proses penyakit yang terkait dengan usia, misalnya: stroke, gangguan jantung atau penyakit terminal lainnya; (6) Komplikasi gangguan ADS, misalnya: jatuh, malnutrisi, luka akibat tekanan (decubitus), inkontinensia kandung kemih, harga diri rendah dan kontraktur otot; (7) Tujuan atau harapan yang ingin dicapai melalui upaya pemulihan harus realistis disesuaikan dengan kondisi lanjut usia; (8) Lanjut usia kadangkala memerlukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri, misalnya: tongkat, kursi roda atau walker; (9) Keadaan depresi, cemas, khawatir, atau frustasi dapat memperparah kondisi lanjut usia; dan (10) Kepercayaan diri dan motivasi untuk menjalani hidup lebih baik merupakan dorongan dari dalam diri lanjut usia yang paling efektif dalam perawatan lanjut usia. Risiko penurunan kemampuan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan ADS dapat dicegah atau diturunkan dengan beberapa latihan yang dapat dibimbing oleh pengasuh lanjut usia atau keluarga, namun perlu disampaikan kepada perawat beberapa hal berikut di bawah ini, yaitu: (1) Masalah yang dialami lanjut usia ketika melakukan mobilisasi, berjalan atau serangkaian pergerakan sendi-sendi tubuh; (2) Nyeri selama melakukan pergerakan atau aktivitas harian; (3) Riwayat jatuh; (4) Gangguan penglihatan dan pendengaran; (5) Aktivitas harian yang membutuhkan bantuan orang lain; (6) Pusing ketika berdiri; (7)
  • 14. 14 Masalah ketika makan dan minum; (8) Masalah ketika berkemih dan defekasi; dan (9) Perubahan hygien perseorangan lanjut usia. a. Makan dan minum Lanjut usia dilatih menggunakan alat makan yang dimodifikasi. b. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 1) Sebelum berpindah ke tempat tidur, pastikan kursi roda telah dikunci. Dekatkan sudut kursi roda dengan tempat tidur, badan menghadap tempat tidur atau pada posisi yang tidak terhalang bila pindah ke tempat tidur. Instruksikan lanjut usia untuk menurunkan kedua telapak kakinya ke lantai. 2) Kaki yang lumpuh ditempatkan di belakang kaki yang normal 3) Ketika badan mulai diangkat dari kursi roda, peganglah pada sandaran lengan kursi roda untuk menjaga keseimbangan tubuh. 4) Setelah keseimbangan badan terjaga, selanjutnya berpegangan pada sisi tempat tidur. 5) Pastikan posisi tubuh lanjut usia di atas tempat tidur telah aman. c. Berpindah dari tempat tidur ke kursi roda Kuncilah terlebih dahulu kursi roda. Tangan berpegangan pada sandaran lengan. Posisi tangan, kaki dan kursi roda seperti pada gambar (B). d. Perpindahan di kloset duduk A. B. C.
  • 15. 15 e. Berpakaian 1) Mengenakan baju 2) Mengenakan bra 3) Mengenakan celana 4) Mengenakan celana pada posisi tidur
  • 16. 16 f. Mengenakan sepatu a. Mengenakan kaos kaki b. Menalikan sepatu c. Mengenakan sepatu dengan bantuan cermin dan pengait Korespondensi: Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Keperawatan Mobile : 0812-152-5754 Telp/fax : 0274-617885 E-mail : bondanp@gmail.com Blog : www.bondan-palestin.blogspot.com
  • 17. 17 SKALA KETERBATASAN AKTIVITAS GRONINGEN R E S P O N S L A N S I A Dapat melakukan pekerjaan secara mandiri dengan tanpa kesulitan apapun Dapat melakukan pekerjaan secara mandiri namun mendapatkan sedikit kesulitan Dapat melakukan pekerjaan secara mandiri namun mengalami kesulitan yang cukup besar Tidak dapat melakukan pekerjaan secara mandiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain Tidak mampu melakukan semua pekerjaan sehingga sangat tergantung pada orang lain NO. K E G I A T A N (1) (2) (3) (4) (4) A. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) 1. Berpakaian 2. Beranjak dari dan ke tempat tidur 3. Beranjak dari kursi 4. Membersihkan diri (lap muka, sisir, gosok gigi) 5. Mandi dan mengeringkan badan 6. Menggunakan toilet (ke/dari WC, menyiram, menyeka, lepas/pakai celana) 7. Makan 8. Berjalan di dalam rumah termasuk menggunakan tongkat 9. Naik turun tangga 10. Berjalan di sekitar/luar rumah termasuk menggunakan tongkat 11. Merawat/melindungi kaki B. Aktivitas Instrumen Kehidupan Sehari-hari (AIKS) 12. Menyiapkan hidangan 13. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang ringan (misal: menyapu, merapikan) 14. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang berat (misal: mengepel lantai, membersihkan jendela) 15. Mencuci dan menyetrika baju 16. Merapikan tempat tidur 17. Belanja JUMLAH SKOR Keterangan : • Penilaian respon lebih berfokus pada kemampuan yang dimiliki lansia untuk melakukan pekerjaan secara mandiri, bukan pada kebiasaan lansia melakukan pekerjaan tertentu. • Interpretasi respon klien : Skor minimum = 17 Skor maksimum = 68 Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin besar disabilitas fisik lansia. • Dimodifikasi dari Suurmeijer TBPM, Doeglas DM, et al. The Groningen Activity Restriction Scale for measuring disability: Its utility in international comparisons. Am J Public Health. 1994; 84: 1270-1273 (Table 1, page 1271). Lampiran 1
  • 18. 18 Lampiran 2 CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN DIRI LANSIA Tujuan kegiatan : Mengidentifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari lansia yang memerlukan bantuan orang lain agar terpenuhi kebutuhannya dan mencatat perkembangan kemampuan / kemandirian lansia untuk melakukan tugas-tugas secara baik dan aman. Perkembangan Kapasitas Fungsional (tanggal)Target jangka pendek : Lansia mampu melakukan tugas-tugas di bawah ini secara mandiri : Kapasitas fungsional sebelumnya MENYIAPKAN HIDANGAN / MAKAN Menyiapkan bahan makanan / makanan dari almari es / almari Menyiapkan perkakas dapur, menyalakan kompor Mengolah bahan makanan : mencuci, mengupas, mencincang Memasak, memanaskan makanan Menghidangkan makanan di meja makan Membersihkan / membereskan perkakas dapur Mengkonsumsi makanan padat Mengkonsumsi makanan cair Membereskan meja makan, menyimpan makanan Mencuci peralatan makan (piring, sendok, gelas) PENGOBATAN Minum / makan obat sesuai jadwal AKTIVITAS DI TOILET Melepas / memakai pakaian Perpindahan ke/dari kloset menyeka, membersihkan diri menyiram, mencuci tangan KONDISI KHUSUS DALAM KETERBATASAN Mengatur b.a.k dan b.a.b Perawatan kateter Menggunakan bedpan dan urinal MEMBERSIHKAN / MERAWAT DIRI Mencukur kumis, jenggot, berewok Menggunakan kosmetik, lotion Mencuci / melap muka Menyisir rambut Memotong / merawat kuku Menggosok gigi MANDI Menyiapkan alat mandi Menyiapkan air untuk mandi (air hangat) / mengisi bak mandi Perpindahan ke/dari kamar mandi Menggunakan sabun dan membersihkan sabun Mencuci rambut Mengeringkan / melap badan
  • 19. 19 Perkembangan Kapasitas Fungsional (tanggal)Target jangka pendek : Lansia mampu melakukan tugas-tugas di bawah ini secara mandiri : Kapasitas fungsional sebelumnya MENGENAKAN PAKAIAN Menyiapkan pakaian Mengenakan dan melepas pakaian bagian atas : baju, kaos, kaos dalam Mengenakan dan melepas pakaian bagian bawah : celana dalam, celana pendek, celana panjang, kaos kaki, sepatu, sandal MOBILISASI DI DALAM RUMAH Perubahan posisi di tempat tidur: tidur – duduk di pinggir tempat tidur Perpindahan dari / ke tempat tidur: duduk – berdiri Berjalan antar ruangan Berjalan melalui tangga / undakan LATIHAN / OLAH RAGA KETAHANAN TUBUH MENCUCI DAN MENYETERIKA PAKAIAN Menyiapkan bahan dan alat cuci Mencuci Membilas Menjemur Menyeterika pakaian Menyimpan pakaian PEKERJAAN RUMAH TANGGA RINGAN Merapikan tempat tidur Membersihkan debu (lap, bulu ayam) Menyapu lantai PEKERJAAN RUMAH TANGGA BERAT Mengganti alat tenun tempat tidur Mengepel lantai Membersihkan kamar mandi Membersihkan jendela BELANJA Membuat daftar belanjaan Mengatur keuangan KEAMANAN Naik / turun tangga Mengangkat barang dari lantai KETERANGAN : Isilah cara pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia untuk mendokumentasikan perkembangan kapasitas fungsionalnya dengan memberikan kode : (1) Bergantung sepenuhnya, lansia tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain. (2) Bergantung sebagian, lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain. (3) Mandiri, lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain baik tanpa menggunakan alat adaptasi atau dengan alat adaptasi (misalnya alat bantu jalan, kursi roda atau alat kerja). Dimodifikasi dari : Baker, D.I., Gottschalk, M., Eng, C., Weber, S. & Tinetti, M.E. (2001). The design and implementation of a restorative care model for home care. Gerontologist, 41(2):257-263.
  • 20. 20 KEPUSTAKAAN : 1 Izaks, GJ. & Westendorp, RGJ. (2003). Ill or just old? Towards a conceptual framework of the relation between ageing and disease. BMC Geriatrics 3:7. Diunduh dari http://www.biomedcentral.com/1471-2318/3/7 pada tanggal 19 Februari 2006. 2 Kuntjoro, ZS. (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lanjut usia, http://www.e-psikologi.com/usia/ 160402.htm, diedit pada tanggal 16 April 2002. 3 Merry, BJ. (2000). Notes on the biology of ageing. Age and Ageing, 29: 299-300. 4 Craig, JG. (1989). Human Development. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. 5 Munandar, AS. (2003). Menuju Kehidupan Lanjut usia yang Sejahtera Masalah yang Dihadapi dan Perlu Diatasi dalam Buku Kumpulan Abstrak/Makalah Kongres Nasional Gerontologi: Paradoxical Paradigm Toward Active-Ageing. Jakarta1 s.d. 3 Oktober 2003. Hal. 205-213. 6 Matteson M.A. (1996). Biological theories of aging in Gerontological Nursing Concepts and Practice 2, Mary Ann Matteson Eleanor S., Mc Connell Ardianne Dill Linton. London: W.B. Saunders Compain, pp. 158-171. 7 Bolognesi, C., Lando, C., Forni, A., Landini, E., Scarpato, R., Migliore, L., & Bonassi, S. (1999). Chromosomal damage & ageing: effect on micronuclei frequency in peripheral blood lymphocytes. Age and Ageing, 28: 393-397. 8 Ruse, CE. & Parker, SG. (2001). Molecular genetics and age-related disease. Age and Ageing, 30: 449-454. 9 Menz, HB., Lord, SR. & Fitzpatrick, RC. (2003). Age-related differences in walking stability. Age and Ageing, 32(2): 137–142. 10 Matthews, B., Siemers, ER. & Mozley, PD. (2003). Imaging-Based Measures of Disease Progression in Clinical Trials of Disease-Modifying Drugs for Alzheimer Disease. Am J Geriatr Psychiatry. March-April 11(2): 146–159. 11 Kales, HC., Maixner, DF. & Mellow, AM. (2005). Cerebrovascular Disease and Late-Life Depression. Am J Geriatr Psychiatry February 13(2): 88-98. 12 Lunney, JR., Lynn, J., Foley, DJ., Lipson, S. & Guralnik, JM. (2003). Patterns of Functional Decline at the End of Life. JAMA May. 289(18): 2387-2392. 13 Eliopoulos, C. (1997). Gerontological Nursing (6th Ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 499-501. 14 Gill, T.M., Gahbauer, E.A., Allore, H.G. & Han, L. (2006). Transitions Between Frailty States Among Community-Living Older Persons. Arch Intern Med., 166: 418-423. 15 Setiabudhi T & Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek, Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1999. 16 Roman, G.G., Tatemichi, T.K., & Erkinjuntti, T. (1993). Vascular dementia: diagnostic criteria for research studies. Report of the NINDSAIREN International Work Group. Neurology, 43:250–260. 17 Boyle, P.A., Paul, R., Moser, D., Zawacki, T., Gordon, N., & Cohen, R. (2003). Cognitive and Neurologic Predictors of Functional Impairment in Vascular Dementia. Am J Geriatr Psychiatry, 11:103–106. 18 Lueckenotte, AG. (2000). Gerontologic Nursing 2 nd Edition. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc. 19 Miller, C.A. (1995). Nursing Care of Older Adults Theory and Practice (2nd ed.). Philadelphia : JB. Lippincott Co. 20 Hall, K.A. & Hassett, A.M. (2002). MJA Practice Essentials — Mental Health : 13. Assessing and managing old age psychiatric disorders in community practice, Med. Jou. of Australia. http://www.mja.com.au. Diunduh pada tanggal 14 November 2003. 21 Roberts, R.E., Kaplan, G.A., Shema, S.J., & Strawbridge, W.J. (1997). Does growing old increase the risk for depression?. Am J Psychiatry, 154(10):1384-1390. 22 Jitapunkul, S., Kunanusont, C., Phoolcharoen, W., Suriyawongpaisal, P. & Ebrahim, S. (2003). Disability-free life expectancy of elderly people in a population undergoing demographic and epidemiologic transition. Age and Ageing. 32: 401-405. 23 Palestin, B., Olfah, Y., & Winarso, M.S. (2005). Pengaruh Terapi Okupasional Terhadap Penurunan Tingkat Depresi dan Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari pada Lanjut usia di PSTW Abiyoso Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Teknologi Kesehatan, 1(1): 41-54. 24 Liang, J., Bennet, J., Whitelaw, N. et al. (1991). The structure of self-reported physical health among the aged in the United States and Japan. Med Care, 29: 1161-1173. 25 Johnson, R.J. & Wolinsky, F.D. (1993). The structure of health status among older adults: disease, disability, functional limitation, and perceived health. J. Health Soc Behav, 34: 105-121. 26 Moum, T. (1997). Self-assessed health among Norwegian adults. Soc Sci Med, 35: 935-947. 27 Ebly, E.M., Hogan, D.B. & Fung, T.S. (1996). Correlates of self-rated health in persons aged 85 and over: results form the Canadian study of health and ageing. Can J Publ Health, 87: 28-31. 28 Hoeymans, N., Feskens, E.J., Kromhout, D. et al. (1997). Ageing and the relationship between functional status and self-rated health in elderly men. Soc Sci Med, 45: 1527-1536. 29 Mulsant, B.H., Ganguli, M. & Seaberg, E.C. (1997). The relationship between self-rated health and depressive symptomps in an epidemiological sample of community-dwelling older adults. J Am Geriatr Soc, 45: 954-958. 30 Kempen, G.I., Miedema, I., van den Bos, G.A. et al., Relationship of domain-specific measures of health to perceived overall health among older subjects. J Clin Epidemiol, 51: 11-18. 31 Guralnik, JM., La Croix, A., & Abbott, RD. (1993). Maintaining Mobility in Late Life. Demographic Characteristics and Chronic Conditions. Am J Epidemiol, 137:845-857. 32 Harris, T., Kovar, M.G., Suzman, R., Kleinman, J.C., & Feldman, J.J. (1989). Longitudinal Study of Physical Ability in the Oldest- old. Am J Public Health, 79: 698-702. 33 Oida, Y., Kitabatake, Y., Nishijima, Y. et al. (2003). Effects of a 5-year exercise-centered health-promoting programme on mortality and ADL impairment in the elderly. Age and Ageing, 32(6): 585–592. 34 Kalachea, A & Kickbusch, I. (1997). A Global Strategy for Healthy Ageing. World Health. (4) July-August: 4-5.
  • 21. 21 35 Bach, D., Bach, M ., Bohmer, F., Fruhwald T. & Grilc, B. (1995) Reactivating occupational therapy: a method to improve cognitive performance in geriatric patients. Age and Ageing. 24: 222-226. 36 Berg, K., Sherwood, S., Murphy, K., Carpenter, GI., Gilgen, R & Phillips, CD. (1997). Rehabilitation in nursing homes: a cross- national comparison of recipients. Age and Ageing, 26:37-42. 37 Rydwik, E., Frändin, K. & Akner, G. (2004). Effects of physical training on physical performance in institutionalised elderly patients (70+) with multiple diagnoses. Age and Ageing, 33(1):13–23. 38 Chin A Paw, MJM., van Poppel, MNM., Twisk, JWR. & van Mechelen, W. (2004). Effects of resistance and all-round, functional training on quality of life, vitality and depression of older adults living in long-term care facilities: a 'randomized' controlled trial [ISRCTN87177281]. BMC Geriatrics. 4:5. Diunduh dari http://www.biomedcentral.com/1471-2318/4/5. 39 Toulotte, C., Fabre, C., Dangremont, B., Lensel, G. & Thévenon, A. (2003). Effects of physical training on the physical capacity of frail, demented patients with a history of falling: a randomised controlled trial. Age and Ageing. 32: 67-73 40 Lusky, K. (2002). Restorative Care: When doing less can help more. Contemporary Longterm Care, 25(3): 12-13. 41 Adams, R.A. & Rentfro, A.R. (1991). Strengthening hospital nursing. An approach to restructuring care delivery. J Nurs Adm, 21(6):12-19. 42 Haffenreffer, D.P., Gold, M.F. (1991). The rewards of restorative care. Provider, 17(12):14-15, 17-18, 20-21. 43 Fried LP, Ferrucci L, Darer J, et al. (2004). Untangling the concepts of disability, frailty, and comorbidity: implications for improved targeting and care. J Gerontol A Biol. Sci Med Sci., 59: 255-263. 44 Fried, L.P., Tangen, C.M., Walston, J., Newman, A.B., Hirsch, C., Gottdiener, J., et al. (2001). Cardiovascular Health Study Collaborative Research Group. Frailty in older adults: evidence for a phenotype. J Gerontol A Biol Sci Med Sci, 56: M146-56. 45 Resnick, B. (2004). Restorative Care Nursing for Older Adults. New York: Springer. 46 Field, C. (2004). The 'Gift' of Restorative Nursing. Nursing Homes, 53 (2): 44-47. 47 Resnick, B., Remsburg, R., Zimmerman, S., Gruber-Baldini, A. & Berkovitz, A. (2004). Restorative Care in Nursing Home: Where We Are and Where We Need to Go. The Gerontologist, 44(1): 287. 48 Gibbons KB, Salter JP, Pierce LL, Govoni AL. (1995). A model for professional rehabilitation nursing practice. Rehabil Nurs, 20(1):23-28, 36. 49 Davis, S. & O’Connor, S. (2004). Rehabilitation Nursing Foundations for Practice. London: Baillière Tindall. 50 Beck, C., Heacock, P, Rapp, C. & Mercer, S. (1993). Assisting cognitively impaired alders with activities of daily living. Am J of Alzheimer’s Care and Related Disorder and Research, 8(6): 11-20. 51 Paffenbarger, R.S., Hyde, R.T., Wing, A.L., Lee, I.M., Jung, D.L. & Kampert, J.B. (1993). The association of changes in physical-activity level and other lifestyle characteristics with mortality among men. N Engl J Med, 328: 538–545. 52 Bijnen, F.C.H., Caspersen, C.J., Feskens, E.J.M., Saris, W.H.M., Mosterd, W.L. & Kromhout, D. (1998). Physical activity and 10-year mortality from cardiovascular diseases and all causes, the Zutphen Elderly Study. Arch Intern Med, 158: 1499–1505. 53 Wannamethee, S.G., Shaper, A.G. & Walker, M. (1998). Change in physical activity, mortality, and incidence of coronary heart disease in older men. Lancet, 351: 1603–1608. 54 Bijnen, F.C.H., Feskens, E.M., Caspersen, C.J., Nagelkerke, N., Mosterd,W.L. & Kromhout, D. (1999). Baseline and previous physical activity in relation to mortality in elderly men. Am J Epidemiol, 150: 1289–1296. 55 Spillman, B.C. (2004). Changes in Elderly Disability Rates and the Implications for Health Care Utilization and Cost. The Milbank Quarterly, 82(1): 157–194. 56 Beck, C., Ortigara, A., Mercer, S. & Shue, V. (1999). Enabling and empowering certified nursing assistants for quality dementia care. International Journal of Geriatric Psychiatry, 14(3): 197-211. 57 Nitz, J.C. & Choy, N.L. (2004). The efficacy of a specific balance-strategy training programme for preventing falls among older people: a pilot randomized controlled trial. Age and Ageing, 33(1): 52–58. 58 Hung, L.C., Liu, C.C., Hung, H.C. & Kuo, H.W. (2003). Effects of a nursing intervention program on disabled patients and their caregivers. Archives of Gerontology and Geriatrics, 36(3): 259-272. 59 Shanti, C., Johnson, J., Meyers, A.M., Jones, G.R., Fitzgerald, C., Lazowski, D.A., et al. (2005). Evaluation of the restorative care education and training program for nursing homes. Can J Aging, 24(2):115-126. 60 Wieland D, Ferrell BA, Rubenstein LZ. (1991). Geriatric home health care. Conceptual and demographic considerations. Clin Geriatr Med, 7(4):645-664. 61 Tinetti, M.E., Baker, D., Gallo, W.T., Nanda, A., Charpentier, P. & O'Leary, J. (2002). Evaluation of restorative care vs usual care for older adults receiving an acute episode of home care. : JAMA, 287(16):2098-2105. 62 Saunders, R.H. Jr, Hickler, R.B., Hall, S.A., Hitzhusen, J.C., Ingraham, M.R. & Li, L. (1983). A geriatric special-care unit: experience in a university hospital. J Am Geriatr Soc., 31(11):685-693. 63 Anderson, A.D. (1987). A socially oriented program of restorative care in a ghetto's municipal hospital. Bull N Y Acad Med , 3(1):117-120. 64 Sacre, S. (2004). The Total Restorative Care Concept Enriching Nursing Assistant’s involvement in restorative care becomes a win-win situation. Nursing Homes, 53(5): 58. 65 Edelman, C.L. & Mandle, C.L. (1998). Health Promotion Throughout the Life Span. St. Louis: Mosby Inc. p.643. 66 Linton, A.D., Matteson, M.A. & Maebius, N.K. (2000). Introductory Nursing Care of Adults (2 nd Ed). Philadelphia: W.B. Saunders Company.