Intervensi kesehatan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menjaga kesehatan selama pandemi Covid-19 meliputi pemberian informasi tentang Covid-19, peningkatan kapasitas manajemen perawatan di rumah, serta peningkatan empati dan perhatian kepada anggota keluarga. Optimalisasi peran keluarga dalam pencegahan Covid-19 meliputi kemampuan mendisiplinkan diri, mengedukasi anggota keluarga, memp
3. INSTRUKSI SULTAN HB X:
1.Percepatan dan cakupan vaksinasi Covid-19
pada masyarakat
2.Memperkuat tracing
3.Pastikan proses isolasi mandiri dilaksanakan
dengan aman, taat, dan disiplin
4.Perkuat dan perketat penerapan protokol
kesehatan
5.Perketat dan pastikan tidak ada kegiatan
perkantoran dan kegiatan kemasyarakatan
yang menimbulkan potensi kerumunan
6.Meningkatkan peran masyarakat dalam
mendukung pelaksanaan isolasi mandiri dan
karantina mandiri.
4.
5.
6. EFEK PROTEKSI PERILAKU PENCEGAHAN terhadap RISIKO TERINFEKSI COVID-19
1. Derek K Chu, Elie A Akl, Stephanie Duda, Karla Solo, Sally Yaacoub, Holger J Schünemann. 2020. Physical distancing, face masks, and eye protection to prevent person-to-person transmission of SARS-
CoV-2 and COVID-19: a systematic review and meta-analysis. Lancet. 2020 Jun 27;395(10242):1973-1987. DOI: 10.1016/S0140-6736(20)31142-9
2. Andrew C Hayward, Sarah Beale, Anne M Johnson, Ellen B Fragaszy. and Flu Watch Group. 2020. Public Activities Preceding the Onset of Acute Respiratory Infection Syndromes in Adults in England -
Implications for the Use of Social Distancing to Control Pandemic Respiratory Infections. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=3551361 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3551361
RISIKO
TERTULAR Risiko
tertular
(5-20%)
Tanpa
pencegahan
Risiko
turun
+ 35%
Cuci tangan
pakai sabun2
0,65R
Risiko
turun
+ 45%
Pakai masker
kain1
0,55R
Risiko
turun
+ 70%
Pakai masker
bedah1
0,30R
Risiko
turun
+ 85%
Jaga jarak minimal 1
meter1
0,15R
12. PERLU PENGUATAN KELUARGA DALAM
MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
(1) Keluarga sebagai sebuah sistem juga membutuhkan
pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar ia
dapat memenuhi tugasnya dalam setiap fase
perkembangan;
(2) Tingkat kesehatan individu berkaitan erat dengan tingkat
kesehatan keluarga begitu pun sebaliknya; dan
(3) Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari
komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan
sistem di atasnya.
alasan mengapa
keluarga menjadi
penting bagi
perawat keluarga
(Allender & Spradley, 2001)
14. PEMBERDAYAAN KELUARGA
Intervensi keperawatan yang dirancang dengan tujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan keluarga, sehingga anggota
keluarga memiliki kemampuan secara efektif merawat anggota
keluarga dan mempertahankan kehidupan mereka (Hulme, 1999)
Mekanisme yang memungkinkan terjadinya perubahan
kemampuan keluarga sebagai dampak positif dari intervensi
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan tindakan promosi
kesehatan serta kesesuaian budaya yang mempengaruhi
tindakan pengobatan dan perkembangan keluarga (Graves &
Shelton, 2007)
15. INTERVENSI PEMBERDAYAAN KELUARGA
Hulme, P. A. (1999)
1. Memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang
kondisi masalah kesehatan/ penyakit yang dihadapi
anggota keluarga
2. Meningkatkan memampuan manajemen perawatan
keluarga
3. Mengedepankan empati dan menunjukan perhatian yang
tulus
4. Mengakui dan meningkatkan kompetensi keluarga dalam
merawat anggota keluarga serta membangun hubungan
langsung dengan anggota keluarga yang sakit
16. RELISIENSI
Kemampuan keluarga untuk bangkit dari goncangan dan menyerap
gangguan sambil tetap mempertahankan fungsi dasarnya (Longstaff et al.
2010)
Mencakup tiga pengertian (Twigg, 2007), yaitu :
1. Kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang
menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi
2. Kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi
dan struktur-struktur dasar tertentu, selama kejadian- kejadian
yang mendatangkan malapetaka
3. Kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah
suatu kejadian
17. RESILIENSI KELUARGA
Kemampuan ekosistem yang telah mengalami stres,
pulih dan kembali pada keadaan semula (Fleming & Ledogar,
2008)
Kemampuan untuk bertahan dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan tak terduga dan
kondisi risiko tinggi (Schipper & Langston, 2015)
Proses beradaptasi atau mengatasi situasi ketika
dihadapkan dengan trauma, kesulitan, ancaman,
tragedi atau stres (American Psychological Association, 2021; Lee, &
Cranford, 2008; O’Dowd et al., 2018)
18. Aspek Resiliensi Keluarga Terhadap Covid-19
(Adopsi dari Longstaff et al., 2010)
RESILIENSI KELUARGA
Merupakan fungsi dari
KINERJA SUMBER DAYA (kebutuhan keluarga, yankes)
REDUNDANSI SUMBER DAYA (BPJS, bantuan C-19, dana keluarga)
KERAGAMAN SUMBER DAYA (komponen masy: Pemerintah, swasta, masyarakat)
dan
MEMORI INSTITUSIONAL (pengalaman krisis anggota keluarga)
PEMBELAJARAN INOVATIF (pengembangan kapasitas mengatasi krisis)
KETERHUBUNGAN (Kerjasama di tingkat keluarga, maupun dukungan dari luar)
KETAHANAN
SUMBER
DAYA
(Resource
Robustness)
KAPASITAS
ADAPTIF
(Adaptive
Capacity)
19. RESILIENSI KELUARGA
Keluarga yang resilien adalah keluarga yang memiliki kapasitas untuk beradaptasi
dengan kondisi setelah goncangan terjadi.
Ketahanan keluarga untuk mengelola Pandemi Covid-19 baik melalui proses adaptasi,
mempertahankan fungsi-fungsi dasar di dalam masyarakat yang menentukan
keberlanjutan kehidupan, serta kemampaun untuk memulihkan diri kepada keadaan
semula
Kapasitas adaptasi keluarga adalah fungsi dari kemampuan keluarga untuk:
1. menyimpan dan mengingat pengalaman;
2. menggunakan memori dan pengalaman untuk belajar, berinovasi, dan mereorganisasi
sumber daya untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan;
3. terhubung dengan orang lain di dalam dan di luar komunitas untuk berkomunikasi tentang
pengalaman dan pelajaran atau untuk mendapatkan sumberdaya dari luar.
22. Fungsi Perawatan Kesehatan untuk
Mencegah Covid-19
(Friedman, 2010)
Mengenal
masalah
Covid-19
Memutuskan
utk Cegah
Covid-19
Merawat
anggota
keluarga dg
risiko Covid-
19
Memodif-
linkungan
utk cegah
Covid-19
Memanfaat
Fasyankes utk
deteksi Covid-
19
23. INTERVENSI PENCEGAHAN
Pencegahan PRIMER
1. promosi kesehatan (health promotion) – PENKES pencegahan Covid-19, mitigasi risiko
2. perlindungan khusus (specific protection) – Vaksin Covid-19
Pencegahan SEKUNDER
1. Memotivasi keluarga melakukan uji skrining (early diagnosis) - Kuesioner Persepsi
Risiko Covid-19, rapid test, swab test dengan PCR
2. Penatalaksanaan gejala penyakit yang muncul (prompt treatment)
3. Mencegah / pembatasan kecacatan (disability limitation)
Pencegahan TERSIER
1. Rehabilitasi
2. Pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi
3. Pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi
4. Memelihara stabilitas kesehatan
24. Optimalisasi peran keluarga dalam menghadapi
persoalan Covid-19
1) Kemampuan mendisiplinkan seluruh perilaku anggotanya
2) Mengedukasi atau mendidik anak-anaknya supaya mematuhi
protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah
3) Mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan hidup anggotanya
4) Menanamkan kebiasaan pada anggotanya untuk senantiasa
mempraktikkan pola hidup sehat dengan berolahraga secara rutin
dan teratur
5) Memelihara kesehatan mental anggotanya
6) Saling memotivasi dan menguatkan
7) Sosial kemasyarakatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia sebaga mahkluk sosial Santika, IGN. 2020
26. Pengenalan : DEFINISI KASUS COVID-19
SUSPEK PROBABLE
KONFIRMASI KONTAK ERAT
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
27. DEFINISI : KASUS SUSPEK
Salah satu dari kriteria di bawah ini:
• ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum muncul
gejala ada riwayat perjalanan / tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
lokal
• Salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari
terakhir sebelum muncul gejala ada riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi / probable COVID-19
• ISPA berat / Pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di RS DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
*ISPA: demam (> 380C) /
riwayat demam; disertai
salah satu gejala penyakit
pernapasan
• Batuk
• Sesak napas
• Sakit tenggorokan
• Pilek
• Pneumonia ringan-berat
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
28. DEFINISI : KASUS PROBABLE
Kasus suspek yang
meninggal dengan
gambaran klinis
meyakinkan COVID-19
Tidak dilakukan RT-PCR
ATAU
RT-PCR 1x negatif dan tidak
dilakukan pemeriksaan ke-2
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
29. DEFINISI : KASUS KONFIRMASI
Dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dibuktikan
dari pemeriksaan lab RT-PCR
• Kasus Konfirmasi dengan Gejala (Simptomatik)
• Kasus Konfirmasi tanpa Gejala (Asimptomatik)
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
30. DEFINISI : KONTAK ERAT
Riwayat kontak dengan kasus probable / konfirmasi COVID-19
• Kontak tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter + jangka waktu > 15
menit
• Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll)
• Orang yang memberikan perawatan langsung, tanpa menggunakan APD
sesuai standar
• Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi
setempat
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
42. KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
RINGAN
• Tanpa bukti pneumonia virus / hipoksia
• Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas
pendek, myalgia
• Gejala tidak spesifik: nyeri tenggorokan,
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual,
muntah, anosmia, ageusia sebelum onset
gejala pernpasan
• Gejala atipikal pada pasien usia tua /
immunocompromised
SEDANG
• Remaja / dewasa
• Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, takipnea)
• Tanpa pneumonia berat (SpO2 > 93% room
air)
• Anak-anak
• Klinis pneumonia tidak berat (batuk / sulit
napas + napas cepat dan/atau retraksi
dinding dada)
• Tanpa pneumonia berat
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
43. KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN: BERAT
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
Remaja/ Dewasa
• Tanda klinis pneumonia DAN salah satu
• dari
• RR > 30 x/menit
• Distres pernapasan berat
• SpO2 <93% roomair
Anak-Anak
• Tanda klinis pneumonia DAN salah satu
dari
• Sianosis sentral / SpO2 < 93%
• Distres pernapasan berat
• Tanda bahaya umum (tidak mampu
menyusui / minum, letargi, penurunan
kesadaran, kejang)
• Napas cepat / tarikan dinding dada /
takipnea
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
44. Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat
Isolasi Mandiri
di Rumah
Isolasi Mandiri
di Rumah
Rujuk ke RS Darurat Rujuk ke RS Rujukan
Selesai
Klasifikasi Gejala
Tindak Lanjut
Pemantauan
Lanjutan
10 hari tanpa gejala
10 sejak timbul
gejala + 3 hari bebas
gejala
10 sejak timbul
gejala + 3 hari bebas
gejala
1x PCR negatif + 3
hari bebas gejala
Durasi Isolasi
Berdasararkan rekomendasi WHO:
Dalam hal keterbatasan kapasitas pemeriksaan PCR atau waktu tunggu terlalu lama.
Bila memungkinkan, tetap lebih baik evaluasi pemeriksaan PCR
TINDAK LANJUTANGGOTAKELUARGA DENGAN COVID-19
Lanjut isolasi mandiri
7 hari
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
45. Isolasi dan Pemantauan
• Isolasi mandiri di rumah 10 hari sejak
pengambilan spesimen diagnosis
• Dipantau oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah 10 hari karantina
• PCR follow up dilakukan pada hari ke 11/12
Non-farmakologis
• Ukur suhu tubuh 2x sehari
• Menggunakan masker jika keluar kamar
• Cuci tangan
• Jaga jarak
• Terapkan etika batuk
• Cuci alat makan-minum segera dengan
sabun
• Jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 380C
lapor petugas ke FKTP
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19:
TANPA GEJALA (FARMAKOLOGI)
46. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020; Adrian, 2021
• Vitamin C dengan pilihan:
• Vitamin C non-acidic 3-4 x 500mg (14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 2 x 500mg (30 hari)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
• Komorbid (+) lanjutkan pengobatan
• Rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB konsultasi ke SpPD / SpJP
• Obat dengan sifat antioksidan
• ALAMI: buah (manga, sirsak, straberi, buah naga merah), sayur (bayam, brokoli dan asparagus), kacang-
kacangan, dan tanaman herbal (kemangi atau basil, rosemary dan keladi tikus). Selain itu, daging tanpa
lemak dan ikan juga mengandung antioksidan, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan rumput laut
atau makanan laut selain ikan.
• SUPLEMEN: jus Tahitian noni, purwoceng, dan glutathione
• Obat suportif lainnya baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19:
TANPA GEJALA (FARMAKOLOGI)
47. Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19:
GEJALA RINGAN
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, 2020
Isolasi dan Pemantauan
• Isolasi mandiri di rumah selama
maksimal 10 hari sejak muncul gejala + 3
hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan
• Dipantau oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah masa isolasi
selesai
• PCR follow up dilakukan pada hari ke
11/12
Non-farmakologis
• Sama dengan pasien tanpa gejala
49. Pasien dengan penyakit pernapasan ringan
kemungkinan memerlukan perawatan di rumah.
WHO menganjurkan agar pasien terus
berkomunikasi dengan pemberi layanan
kesehatan atau pihak kesehatan masyarakat
selama periode perawatan di rumah – hingga
gejala-gejala sembuh
Perawatan di Rumah (Home Care)
– untuk Tenaga Kesehatan
50. Perawatan di Rumah (Home Care)
– untuk Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan harus:
Mengenakan masker dan menjalankan kebersihan tangan dengan
baik, saat merawat
Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan kepada keluarganya.
Ajarkan juga etika pernapasan dan kebersihan tangan (tutup mulut
dan hidung saat batuk atau bersin).
Jelaskan kepada pemberi perawatan tentang cara merawat
dengan benar anggota keluarga yang sakit seaman mungkin;
dan berikan dukungan, penjelasan dan pemantauan terus-
menerus kepada pasien dan keluarga
51. Perawatan di Rumah – oleh pemberi perawatan
Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus (jika memungkinkan):
Diberi tahu jenis perawatan yang harus diberikan dan penggunaan
perlindungan yang tersedia untuk menutupi hidung dan mulut
Jika tidak memberikan perawatan, pastikan pemisahan fisik (pisahkan
di ruang lain atau setidaknya 1 meter) dari orang lain di rumah
Ingatkan kepada pasien untuk mengenakan masker ketika ada
anggota keluarga lain (jika memungkinkan)
63. Perawatan setelah sembuh COVID-19 di rumah
Tetap taati protokol kesehatan : mencuci tangan, memakai masker,
menjauhi kerumunan, menjaga jarak dengan orang lain, dan
mengurangi mobilitas di luar rumah
Olahraga secara rutin : olahraga secara rutin minimal 3 kali seminggu
untuk meningkatkan sistem imun, latihan pernapasan, rutin
berolahraga ringan, rutin berjalan kaki, membiasakan duduk dengan
posisi tegak, hindari olahraga di tempat ramai, serta atur sistem
pernapasan agar tidak mudah lelah dan ngos-ngosan. Berikan waktu
pemulihan setelah sembuh dari COVID-19 untuk tubuh
Pola hidup sehat dan menjaga kebersihan. Mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, menjaga kualitas tidur, tidak merokok dan
menghindari asap rokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
selalu menjaga kebersihan.
64. Covid-19 merupakan penyakit menular droplet yang belum
ditemukan obatnya sehingga promotif dan preventif perlu
dilakukan;
Penularan Covid dapat dicegah dengan dukungan dari seluruh
sektor termasuk keluarga;
Upaya promotif dan preventif berupa edukasi dan perubahan
perilaku (role model, praktik hidup sehat, dll) dengan menerapkan
protokol pencegahan covid-19;
Keluarga sebagai garda terdepan pencegahan covid-19 perlu
diberdayakan secara optimal melalui keterlibatan keluarga
terbentuk budaya baru
PENUTUP
Allender, J.A. & Spradley, B.W. (2001). Community Health Nursing. Concepts and Practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Hulme, P. A. (1999). Family Empowerment: A Nursing Intervention With Suggested Outcomes for Families of Children With a Chronic Health Condition. Journal of Family Nursing, 5(1), 33–50. https://doi.org/10.1177/107484079900500103
Graves, K.N., & Shelton, T.L. (2007). Family empowerment as a mediator between familycentered systems of care and changes in child functioning: Identifying an important mechanism of change. Journal of Child & Family Studies, 16 (4), 556-566. doi:10.1007/s10826-006-9106-1
Hulme, P. A. (1999). Family Empowerment: A Nursing Intervention With Suggested Outcomes for Families of Children With a Chronic Health Condition. Journal of Family Nursing, 5(1), 33–50. https://doi.org/10.1177/107484079900500103
Patricia H. Longstaff, Nicholas J. Armstrong, Keli Perrin, Whitney May Parker, Matthew A. Hidek. (2010). Building Resilient Communities: A Preliminary Framework for Assessment. Homeland Security Affairs, Volume VI, No. 3 (September 2010) https://www.hsaj.org/articles/81
John Twigg. 2007. Characteristics of a Disaster-resilient Community: A Guidance Note. DFID Disaster Risk Reduction Interagency Coordination Group
Fleming, J., & Ledogar, R. J. (2008). Resilience, an Evolving Concept: A Review of Literature Relevant to Aboriginal Research. Pimatisiwin, 6(2), 7–23.
Schipper, E.L.F. & Langston, L. (2015). A comparative overview of resilience measurement frameworks: analyzing indicators and approaches. London: Overseas Development Institute
American Psychological Association (2021, March 11). The road to resilience. American Psychological Association. https://www.apa.org/helpcenter/road-resilience
Lee, H. H., & Cranford, J. A. (2008). Does resilience moderate the associations between parental problem drinking and adolescents’ internalizing and externalizing behaviors?: A study of Korean adolescents. Drug and alcohol Dependence, 96(3), 213-221.
O’Dowd, E., O’Connor, P., Lydon, S., Mongan, O., Connolly, F., Diskin, C., McLoughlin, A., Rabbitt, L., McVicker, L., Reid-McDermott, B., & Byrne, D. (2018). Stress, coping, and psychological resilience among physicians. BMC Health Services Research, 18(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12913-018-3541-8
Patricia H. Longstaff, Nicholas J. Armstrong, Keli Perrin, Whitney May Parker, Matthew A. Hidek. 2010. Building Resilient Communities: A Preliminary Framework for Assessment. Homeland Security Affairs, Volume Vi, No. 3 (September 2010) https://www.hsaj.org/articles/81
Patterson, J. M. (1988). Families experiencing stress: I. The Family Adjustment and Adaptation Response Model: II. Applying the FAAR Model to health-related issues for intervention and research. Family Systems Medicine, 6(2), 202–237. https://doi.org/10.1037/h0089739
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E. (2003). Family Nursing: Research, Theory, and Practice (5th Edition). Norwalk, CT: Appleton & Lange
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E. (2003). Family Nursing: Research, Theory, and Practice (5th Edition). Norwalk, CT: Appleton & Lange
Santika, IGN. 2020. Optimalisasi Peran Keluarga Dalam Menghadapi Persoalan Covid-19: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. Vol. 6 (2): pp. 127-137. DOI: http://dx.doi.org/10.23887/jiis.v6i2.28437. Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIIS/index
Burhan, E. dkk. (2020). PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19. Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Kevin Adrian. Ketahui Manfaat Antioksidan dan Sumbernya. https://www.alodokter.com/ketahui-manfaat-antioksidan-dan-sumbernya. Diakses 14 Agustus 2021
Mangga: antioksidan polifenol, beta karoten, serat, dan vitamin C bisa meningkatkan kekebalan tubuh, membantu penyerapan zat besi, dan baik untuk pencernaan
Stroberi : antosianin dapat mengurangi risiko penyakit jantung, dengan menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol baik
Bayam mengandung berbagai nutrisi dan antioksidan yang cukup tinggi, serta berkalori rendah. Sayur ini merupakan salah satu sumber lutein dan zeaxanthin terbaik, yang berfungsi untuk melindungi mata dari radikal bebas
Teh dan kopi: mengandung antioksidan yang baik untuk kesehatan. Kedua minuman ini mengandung flavonoid dan polifenol yang bisa membantu melawan kanker serta mencegah penyumbatan pembuluh darah arteri. Kafein yang terdapat pada minuman ini juga dapat membantu mencegah kepikunan. Selain teh dan kopi, antioksidan juga dapat ditemukan pada madu. Namun, madu tidak boleh diberikan pada bayi (anak di bawah 1 tahun). Pemberian madu pada anak sebaiknya diberikan pada anak berusia di atas 2 tahun.
Cokelat hitam (dark chocolate) : mengandung mineral dan antioksidan yang tinggi. Antioksidan yang terkandung dalam cokelat hitam dipercaya mampu mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan peradangan.
Mengkonsumsi suplemen antioksidan dengan dosis yang tinggi juga bisa berisiko bagi kesehatan:
Terlalu banyak mengonsumsi suplemen yang mengandung beta karoten diduga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru bagi para perokok,
Vitamin E yang dikonsumsi dengan dosis tinggi bisa meningkatkan risiko terkena kanker prostat dan stroke.
Suplemen antioksidan yang mengandung vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K dapat menyebabkan keracunan jika dikonsumsi berlebihan.