4. Paparan medik
Paparan Medik
adalah paparan
radiasi yang
diterima oleh
pasien sebagai
bagian dari
diagnosis atau
pengobatan medik,
dan orang lain
sebagai
sukarelawan yang
membantu pasien
[PP 33 / 2007]
Pemberian dosis radiasi pada pasien tidak
dapat dibatasi, tetapi harus dijustifikasi &
dioptimisasi agar tepat sesuai kebutuhan,
dan mencegah terjadinya:
paparan radiasi yang tidak diperlukan
pada pasien
Unnecessary
exposure
5. Unnecessary exposure
Kurang menjadi perhatian para praktisi medik karena dianggap
tidak menyebabkan cidera pada pasien
Kurang mendapatkan tindak lanjut yang memadai untuk perbaikan
dan peningkatan proteksi dan keselamatan radiasi pasien
Dampak unnecessary exposure pada pasien RDI → Efek stokastik
Tidak dapat teramati dan terukur secara langsung pada pasien
Timbul setelah melalui
masa tenang yang lama
Makin tinggi dosis yang diterima, hanya menyebabkan
peningkatan peluang terjadinya efek biologis radiasi
thd pasien
Patient
safety
????
potensi unnecessary exposure *
• untuk CT scan adalah 26% - 57% (pada CTDIvol) dan 21% - 29% (pada DLP)
• untuk RU adalah 23% - 67% (pada INAK) dan 24% - 66% (pada ESAK)
6. Optimisasi paparan medik
Optimisasi
proteksi radiasi
pada paparan
medik tujuan
diagnostik
Dosis radiasi yang diberikan ke pasien harus
diupayakan minimal namun cukup untuk menghasilkan
citra dengan kualitas visual yang maksimal untuk
melihat anatomi dan tanda penyakit serta untuk
memandu tindakan intervensi.
Tingkat panduan diagnostik, TPD
(diagnostic reference level, DRL)
Parameter/ indikator
yang membantu
dalam pengendalian
tindakan optimisasi/
manajemen dosis
Level
deterministik
DRL 1
range of
optimization
DRL 2
Dosis
pasien
Optimized level
Stokastik
area
Manajemen dosis
radiasi pasien →
kegiatan mengelola
dan
mengkoordinasikan
upaya untuk mereviu
dan mengoptimalkan
dosis radiasi pasien
8. Penentuan TPD
TPD dikuantifikasi dari nilai radiasi dalam
besaran yang umum dan mudah diukur
serta memiliki hubungan dengan dosis
pasien atau yang merepresentasikan
jumlah radiasi pengion yang digunakan
untuk pencitraan
Pencatatan dan
pengelompokkan data
berdasarkan: ≥ 15 tahun
5 – 14 tahun
0 – 4 tahun
Jenis pemeriksaan
Modality Dose indicator
General radiography ESD, ESAK (mGy)
DAP, KAP (mGy.cm2)
Mammography, breast
tomosynthesis
ESD, ESAK, INAK (mGy)
Fluoroscopy / Image
guided interventional
DAP, KAP (mGy.cm2)
Peak Skin Dose (mGy)
Air kerma rate (mGy/s)
CT scan CTDIvol (mGy)
DLP (mGy.cm)
Dental Intraoral INAK (mGy)
Dental panoramic/
cephalometric
DAP, KAP (mGy.cm2)
Cone beam CT DAP, KAP (mGy.cm2)
Peak Skin Dose (mGy)
CTDIvol (mGy)
DLP (mGy.cm)
Nuclear medicine Administered Activity
(mBq)
9. Kewajiban pelaporan ke Si-INTAN
PerBAPETEN4 /2020
Kedokteran
Nuklir
Mamografi
Radiografi Umum CT-Scan
Fluoroskopi
Radiografi Gigi
https://idrl.bapeten.go.id/
DrafRevisiPerka17/2012
10. TPD Indonesia (I-DRL)
Kompilasi data
dari Si-INTAN
Verifikasi dan
validasi data
Penentuan TPD
lokal tiap RS
Penentuan profil
TPD Indonesia
Koordinasi
(FGD) dengan
pemangku
kepentingan
Penetapan TPD
Indonesia dan
pemberlakuan
secara nasional
Tahapan penetapan
Pencanangan TPD Indonesia CT + RU
Jakarta 25 Mei 2021
Pencanangan TPD Indonesia FR + KN
Jakarta 30 November 2022
Median dari
sebaran data dosis
pasien di tiap RS.
Minimal 20 data untuk jenis
pemeriksaan tertentu dalam
kelompok usia tertentu
Quartil 3 dari
sebaran TPD
lokal.
Minimal 15 TPD Lokal
11. TPD Indonesia (I-DRL)
Tahun 2023 direncanakan untuk menetapkan
TPD Indonesia pada mamografi dan radiografi gigi
12. Ketika fasilitas telah menginput/melaporkan data
dosis pasien ke SI-INTAN → Proses selesai ??
Ketika DRL local dan I-DRL telah tersedia
dan dibandingkan → Proses selesai ??
14. Regulasi untuk penerapan TPD
Pasal 38
(1) Praktisi medik wajib menggunakan Tingkat Panduan
untuk Paparan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 pada saat melaksanakan prosedur radiologi diagnostik
dan intervensional, dan kedokteran nuklir untuk
mengoptimisasikan proteksi terhadap pasien
16. ✓ Identifikasi parameter
kontribusi dosis (faktor
eksposi, BB, gender, usia)
✓ Mencatat, mengumpulkan,
mengelompokkan data
dosis pasien & melaporkan
ke Si-INTAN
✓ Menentukan typical
value/TPD Lokal RS
✓ Membandingkan TPD
Lokal dengan TPD
indonesia
1. Identifikasi root cause:
▪ Karakteristik dan kinerja
peralatan/modalitas
▪ Kompleksitas kasus
pasien
▪ Parameter, teknik dan
protokol
▪ Parameter kualitas citra
▪ dll
2. Tetapkan tindakan korektif
yang sesuai untuk optimisasi
Laksanakan tindakan
optimisasi sesuai dengan
rencana
✓ Meninjau efektivitas
tindakan yang diambil
dalam mengoptimalkan
proteksi pasien
Penerapan optimisasi
17. Membandngkan
DRL Lokal RS
dengan IDRL
untuk jenis
pemeriksaan
dan kelompok
usia tertentu*
DRL Lokal
RS >> I-DRL
Reviu protokolnya,
keandalan
peralatannya,
kompetensi
pelaksananya?
Revisi protokol,
perbaikan/qc alat,
pelatihan, dll
DRL Lokal
RS << I-DRL
Reviu kualitas citra?
Update kriteria mutu
citra, revisi prosedur
penilaian citra, dll
Note *:
✓ Dapat disebut audit dosis
✓ Untuk modalitas pada jenis pemeriksaan tertentu yang belum memiliki nilai IDRL, maka pembandingan dilakukan
terhadap nilai profil dosis tahunan yang ada di SI-INTAN atau nilai DRL dari negara lain.
Reviu/ investigasi/
evaluasi
Tindakan optimisasi
Contoh
18. Upaya pemastian kepatuhan pelaporan dosis &
penerapan TPD
Pembinaan dan
bimbingan teknis
Sosialisasi, Seminar,
lokakarya, & Webinar
Pengawasan melalui
inspeksi BAPETEN
Kolaborasi pemangku kepentingan
19. Points to take away
Penetapan I-DRL membutuhkan kontribusi pelaporan data dosis
pasien dari fayankes seluruh Indonesia melalui Si-INTAN
Unnecessary
exposure
Optimisasi
TPD / DRL
Peran TPD
Penetapan
TPD
Paparan radiasi yang tidak perlu pada pasien harus dicegah
melalui penerapan justifikasi dan optimisasi
Optimisasi paparan medik → dosis yang diberikan ke pasien harus
diupayakan minimal namun cukup untuk menghasilkan citra dengan
kualitas visual yang maksimal pada anatomi dan tanda penyakit.
Bahan audit dosis
Identifikasi kebutuhan tindakan optimisasi
Profil kecenderungan arah pengawasan dari waktu ke waktu
Bukan batasan dosis
Alat untuk membantu evaluasi dan menentukan tindakan optimisasi
Diperoleh berdasarkan data dosis setiap pemeriksaan pasien
23. Education
Magister of Science on Organic Chemistry, UGM
Work experiences
QA auditor for Radiation Facilities & Activities (2006 – 2016)
Technical senior staff for Regulatory Assessment on Medical Radiation Facility (2016
– present)
Professional experiences
Assessor of the National Accreditation Committee (KAN) for the Testing/Calibration
Laboratories and Product Certification Bodies
Member of the Indonesia National Standard Technical Committee 17.01 on Radiation
Measurement sector
Assessor of competency for the radiation supervisory officers
Facilitator of training for the RPO requalification and the technical staff qualification
Inspector for nuclear safety
Member of Indonesia Representative for UNSCEAR
Member of Indonesian Standardization Society, MASTAN
Member of Indonesian Metrology Society, MMI
Member of Indonesian Risk Management Professional Association, IRMAPA
Topics of interest
QA/QMS, Conformity assessment, Testing & calibration, Standardization scheme,
Radiation metrology, Radiation exposure optimization, Radiation safety culture, Risk
management
Endang Kunarsih
Pengawas Radiasi Madya
Center of Regulatory Assessment on
Radiation Facility and Radioactive Material
Nuclear Energy Regulatory Agency
e.kunarsih@bapeten.go.id
+628562555100
Fasilitator