1. PENGENALAN DIAGNOSTIC
REFERENCE LEVEL (DRL)
TIM IDRL– BAPETEN
1 Juli 2020
Ida Bagus Gede Putra Pratama
Bidang Pengkajian Kesehatan
Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
BAPETEN
i.bagusgede@bapeten.go.id
+62 81 2858 6564
2. 1.Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif;
2.Peraturan BAPETEN No. 4 Tahun 2020 tentang
Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar-X
Dalam Radiologi Diagnostik dan Intervensional;
3.Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 17 Tahun 2012
tentang Keselamatan Radiasi dalam Kedokteran Nuklir;
4.Rekomendasi IAEA dalam Basic Safety Standard (BSS),
General Safety Requirements (GSR) Part 3 Tahun 2014;
Landasan
3. 5.Rekomendasi IAEA dan WHO Tahun 2012 hasil
“International Conference on Radiation Protection in
Medicine: Setting the Scene for the Next Decade” yang diberi
nama Bonn Call-for-Action;
6.Hasil “Technical Meeting on Patient Dose Monitoring
and the Use of Diagnostic Reference Levels for the
Optimization of Protection in Medical Imaging”, IAEA,
Juni 2016; dan
7.Rekomendasi ICRP dalam ICRP Publication 135:
Diagnostic Reference Level (DRL) in Medical Imaging.
Landasan
8. Penyebab Unnecessary Exposure
SDM
• Kurang kompeten, kurang terlatih/masih trainee
• Kelelahan
• Kurang motivasi
• Dokter ingin citra maksimal / beresolusi tinggi
• Pasien kurang kooperatif (teknik komunikasi
kurang tepat)
- Pasien terpapar radiasi yang tidak perlu (unnecessary
exposure), artinya menerima radiasi yang tidak berguna
untuk kebutuhan diagnostik. Dapat disebabkan oleh:
Regulasi/Prosedur/SOP
• Prosedur tidak tersedia
• Prosedur yang kurang tepat, kasus
pasien cukup foto rontgen tetapi
dilaksanakan CT-Scan
• Prosedur tidak disesuaikan dengan
modalitas yang ada, radiasi gigi dg
GR
• Penggunaan protokol /modul
penyinaran yang tidak sesuai, modul
dewasa anak
Modalitas/alat
• Bekerja di bawah standar, tidak dikalibrasi/diuji
• Tidak ada perbaikan & perawatan rutin
• Pemilihan modalitas yang tidak tepat / Tidak sesuai peruntukannya
10. •Optimisasi
»Dosis minimal dengan citra yang
dapat diterima untuk tujuan
diagnostik
•Tingkat Referensi Diagnostik /
Diagnostic Reference Level (DRL)
Paparan Medik
11. DIAGNOSTIC REFERENCE
LEVEL (DRL)
DRL, digunakan sebagai
alat investigasi untuk
optimisasi proteksi
radiasi bagi pasien,
mengidentifikasi dosis
yang tidak perlu
DRL telah terbukti
(proven) menjadi alat
yang efektif untuk
optimisasi proteksi
radiasi bagi pasien
DRL adalah proses, yaitu berupa siklus untuk
menetapkan nilai DRL, menggunakannya
sebagai alat untuk optimisasi, dan kemudian
menentukan nilai DRL yang diperbarui sebagai
alat untuk optimasi lebih lanjut) 11
12. FUNGSI DRL
Sebagai ALAT INVESTIGASI…jika berlebih:
• Kemungkinan appropriate (tepat guna) dan tailor made (sesuai
peruntukannya) karena ukuran pasien dan kompleksitas prosedur
klinis.
• Kemungkinan penggunaan peralatan kurang optimal (suboptimal).
Tidak memanfaat fitur yang ada sesuai kebutuhannya.
• Kemungkinan ada permasalahan dengan alat yang digunakan.
Pemilihan faktor eksposi. Perbaikan & perawatan kurang optimal.
TIDAK UNTUK JUSTIFIKASI SALAH DAN BENAR
13. FUNGSI DRL
Sebagai ALAT PREDIKSI:
• Kebutuhan optimisasi proteksi radiasi.
• Kecenderungan penggunaan modalitas radiasi
pengion, misal: antara manual-digital, modalitas
baru karena teknologi.
• Perkiraan dosis efektif dan potensi risiko kanker
• Perkiraan dosis untuk janin (AP: DRL x 4/10, PA:
DRL x 1/4, LAT: DRL x 1/10)
• Kecenderungan arah pengawasan dari waktu ke
waktu.
TIDAK UNTUK BATASAN BERLEBIH ATAU TIDAK
14. Komitmen BAPETEN untuk
HADIR dan MELINDUNGI
Upaya strategis dan proaktif yang ditempuh adalah menetapkan
dan menjalankan program prioritas BAPETEN yaitu
Penguatan Jaminan Perlindungan
Keselamatan Pasien Radiologi
dalam upaya optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi pada
paparan medik
1. Menyediakan database dosis radiasi pasien
nasional
2. Menetapkan dan menyediakan Indonesian
Diagnostic Reference Level (IDRL)
21. DRL SEBAGAI IMPLEMENTASI ALARA
dosis
Diupayakan dosis pasien serendah mungkin sampai
tingkat optimum dengan mutu citra yang dapat diterima
sebagai hasil diagnosis.
Level deterministik
Stokastik area
Optimized level
Mutu citra
range of
optimization
22. Indikator Dosis
Modality Dose Indicators Derivative Indicators
No
1 General radiography 2
Entrance-surface air kerma (ESD, ESAK; mGy);
Air kerma-area product (DAP, KAP; mGy.cm )
Effective Dose (mSv)
2
Mamography, breast
tomosynthesis
;
( ;
Entrance-surface air kerma (ESD, ESAK mGy);
or Incident air kerma INAK mGy)
Mean Glandular Dose
(mGy)
3
Fluoroscopy / image-
guided interventional
2
( (
Air kerma-area product (DAP, KAP; mGy.cm );
Peak Skin Dose mGy); air kerma rate mGy/s)
Effective Dose (mSv)
4 CT-Scan l
Volume CT dose index (CTDIvo ; mGy); Dose-
length product (DLP; mGy.cm)
Effective Dose (mSv)
5 Dental intraoral ( ;
Incident air kerma INAK mGy) Effective Dose (mSv)
6 Dental panoramic -
Air kerma area product (DAP, KAP; mGy.cm2) Effective Dose (mSv)
7 Cone-beam CT
-
; -
2
vo ;
).
(
(
(
Peak Skin Dose mGy); Air kerma area product
DAP, KAP; mGy.cm ); Volume CT dose index
CTDI l mGy); Dose length product (DLP
mGy.cm Bergantung ketersediaan indikator
dosis
Effective Dose (mSv)
8 Nuclear medicine (
Administered Activity MBq) Effective Dose (mSv)
24. • Sistem Informasi Data Dosis
Pasien (Sejak 2014)
• Aplikasi Berbasis Web
• Min. 20 data pasien (DRL RS)
• Min. 15 RS (DRL Nasional / IDRL)
25. 2003 - 2013
Pengumpulan data
ke Rumah Sakit
(PAPPER BASED)
2013
Perencanaan pembuatan
aplikasi survei database
dosis radiasi pasien
berbasis online
(WEB BASED)
2014
Pengembangan
survei untuk
modalitas CT
Scan
2015 - 2017
Pengembangan untuk
modalitas:
Fluoroskopi
Kedokteran Nuklir Diagnostik
Radiografi Umum
2018
Pengembangan untuk:
Radiografi Gigi
Mammografi
28. • sebuah aplikasi dengan memanfaatkan data
dosis radiasi pasien yang ada di web-based
Si-INTAN untuk memperkirakan dosis efektif
dan potensi risiko kanker (kajian prospektif).
• Aplikasi ini didedikasikan untuk sarana media
edukasi kepada pasien, keluarga pasien,
maupun anggota masyarakat (publik) secara
umum mengenai radiasi pengion.
29.
30. DAYA DORONG Si-INTAN
• Si-INTAN dapat mengidentifikasi dosis
maksimum
• Komponen penilaian akreditasi rumah
sakit oleh KARS (dokumen standar
nasional akreditasi rumah sakit Tahun
2017) berlaku per januari 2018.
38. Kelompok Usia Jenis Pemeriksaan
DRL CTDIvol
(mGy)
DRL DLP
(mGy.cm)
Dewasa ( 15 th)
CT Chest 14 759
CT ChestAbdoPelvis 27 1180
CT Extremities 13 550
CT Head 65 1400
CT Head and Neck Planning 26 1086
CT Larynx Nasopharynx 58 1530
CT Mastoids 58 1179
CT Neck 57 2715
CT Orbit 58 1958
CT Pelvis Planning 13 566
CT Urology 20 1031
CTA Head 39 1669
CT Sinus 38 594
PATIENT DOSE DATA PROFILE
FROM SI-INTAN
39. Perbandingan Nilai DRL CT-Scan
National DRL
Indonesian DRL 2018
Australia (2012) [1]
United Kingdom (2011) [2]
Japan (2015) [3]
France (2017)[4]
DRLCTDIvol (mGy) DRL DLP (mGy.cm)
Abdopelvis
17
15
13
20
13
Chest
14
15
11
15
10
Head
65
60
58
85
46
Abdopelvis
1350
700
645
1000
650
Chest
759
450
500
550
350
Head
1400
1000
890
1350
850
[1] Hayton A et al 2013 Australas. Phys. Eng. Sci. Med 36 pp 19-26.
[2] Shrimpton P et al 2014 Doses from Computed Tomography (CT) Examinations in the UK - 2011 Review (United Kingdom: Public Health England).
[3] Japan Network for Research and Information on Medical Exposure 2015 Diagnostic Reference Levels Based on Latest Surveys in Japan
http://www.radher.jp/J-RIME/report/DRLhoukokusyoEng.pdf
[4] Roch P et al 2018 Eur. J. Radiol. 98 pp. 68-74.
41. Kelompok Usia Jenis Pemeriksaan DRL ESAK (mGy)
Bayi (0 – 4 th)
Chest AP 0.4
Chest/Thorax PA 0.2
Anak-anak (5 – 14 th)
Chest AP 0.5
Chest/Thorax PA 0.7
Upper Extremities 0.7
Dewasa ( 15 th)
Abdomen AP 2.6
BNO AP 1.8
Chest AP 0.6
Chest/Thorax LAT 0.5
Chest/Thorax PA 0.6
Genu AP 0.9
Hip Joint AP 0.4
Lower Extremities 0.4
PATIENT DOSE DATA PROFILE
FROM SI-INTAN
42. PATIENT DOSE DATA PROFILE
FROM SI-INTAN
Kelompok Usia Jenis Pemeriksaan DRL ESAK (mGy)
Dewasa ( 15
th)
Lumbal Spine AP 3.2
Lumbal Spine LAT 3.7
Pedis AP 0.8
Pedis Lateral 0.8
Pelvis AP 1.7
Skull LAT 1.3
Skull PA 1.3
Thoracic Spine AP 1.5
Thoracic Spine LAT 1.9
Upper Extremities 0.4
Waters 1.9
43. Perbandingan Nilai DRL
Radiografi Umum
[1] Badan Pengawas Tenaga Nuklir (2011) Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik
dan Intervensional. BAPETEN, Indonesia.
[2] Roch, P. dan Aubert, B. (2013) French Diagnostic Reference Levels in Diagnostic Radiology, Computed Tomography and Nuclear Medicine: 2004 - 2008 Review. Radiat. Prot.
Dosim. 154(1):52-75.
[3] Ministry of Health Malaysia. (2013) Malaysian Diagnostic Reference Levels in Medical Imaging (Radiology). Ministry of Health Malaysia, Malaysia.
[4] Japan Network for Research and Information on Medical Exposure. (2015) Diagnostic Reference Levels Based on Latest Surveys in Japan. J-RIME, Japan.
[5] Hart, D., Hillier, M., dan Shrimpton, P. (2012) Doses to Patients from Radiographic and Fluoroscopic X-ray Imaging Procedures in the UK - 2010 Review. Health Protection Agency,
United Kingdom.
ESAK (mGy)
Abdomen AP Lumbar Spine AP Chest / Thorax PA
Referensi
IDRL 2018
Perka No. 8 Tahun 2011 [1]
Prancis (2012) [2]
Malaysia (2013) [3]
Jepang (2015) [4]
United Kingdom (2010) [5]
2,6
10
10
7,4
3
4,4
3,2
10
10
7,5
4
5,7
0,6
0,4
0,3
0,9
0,3
0,15
44. “Evaluasi harus dilakukan untuk
menganalisis optimisasi yang
telah diterapkan.”
www.idrl.bapeten.go.id
idrl@bapeten.go.id
+62 21-6302131
Bidang Pengkajian Kesehatan
Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
BAPETEN
Editor's Notes
IAEA menyatakan bahwa sampai 40% pemeriksaan radiologi memberikan dosis yang tidak perlu ke pasien.
Pada system Si-INTAN ini semua pemeriksaan diagnostik menggunakan sinar-X difasilitasi untuk input data dosis.
Termasuk untuk kedokteran nuklir.