Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Penetapan Kadar Posfat dalam Dinatrium HidrogenfosfatRidwan Ajipradana
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Penetapan Kadar Kalsium (Ca) dalam Kalium Karbonat (CaCO3)Quina Fathonah
Penetapan Kadar Kalsium dalam Kalium karbonat dengan metoda gravimetri (pengukuran bobot). Pada penetapan ini, sampel (kalium karbonat) ditimbang, dilarutkan, diasamkan, dipanaskan, diendapkan, dikeringkan, diperarang, diabukan, dan ditimbang kembali sebagai bobot abu berupa CaSO4.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Penetapan kadar Cu dalam CuSO4.5H2O
1. PENETAPAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM TERUSI (CuSO4.5H2O)
A. DASAR
Larutan tembaga (II) panas diendapkan dengan basa kuat yaitu NaOH menjadi endapan
Cu(OH)2 yang berwarna biru. Karena diendapkan dalam suasana panas, Cu(OH)2 memecah menjadi
CuO yang berwarna hitam coklat.
B. REAKSI
CuSO4 + NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
Biru
CuO H2O
Hitam
CuO CuO
Hitam Hitam
C. ALAT dan BAHAN
Alat-alat yang digunakan:
1. Neraca Analitik.
2. Kaca Arloji.
3. Tabung Reaksi.
4. Piala Gelas.
5. Pengaduk.
6. Tutup Kaca.
7. Kasa Asbes.
8. Kaki Tiga.
9. Teklu.
10. Labu Semprot.
11. Kertas saring whatman no.40.
12. Corong.
13. Penyangga corong.
14. Kertas Lakmus.
15. Policemen.
16. Oven.
17. Cawan porselin.
18. Segitiga Porselin.
19. Meker.
20. Desikator.
21. Neraca Digital.
Bahan-bahan yang digunakan:
1. Sampel Terusi.
2. Air suling.
3. H2SO4 4N.
4. NaOH 4N
5. HCl 4N
6. BaCl2 0,5N
D. CARA KERJA
1. Sampel terusi ditimbang sebanyak 0,5 gram menggunakan neraca analitik.
2. Sampel yang telah ditimbang dimasukan ke dalam piala gelas dan dilarutkan dengan 100 ml air
suling.
3. Diasamkan dengan beberapa tetes H2SO4 4N sampai larutan berwarna biru jernih.
Cat: Penambahan pengasaman pada sampel terusi berfungsi untuk mencegah hidrolisis CuSO4
oleh air. Sebenarnya boleh menggunakan pengasam selain H2SO4 4N, seperti HCl 4N. Namun
untuk mengurangi banyaknya jenis pengotor, maka digunakan asam yang semarga dengan
CuSO4.
4. Larutan dididihkan.
5. Larutan diendapkan dengan NaOH 4N sedikit demi sedikit.
Cat: Larutan diendapkan dengan basa kuat karena jika dengan basa lemah seperti NH4OH,
endapan akan larut sebagai garam komplek [Cu(NH3)4]2+. Dengan basa kuat seperti NaOH, ion
Cu akan mengendap membentuk hidroksidanya. Namun endapan ini tidak setabil, karena
2. mudah terurai menjadi oksidanya namun tidak semuanya (Sebagian Cu(OH)2 Dan sebagian
CuO). Oleh karena itu, pengendapan perlu dalam suasana panas agar semua endapan Cu(OH)2
terurai seluruhnya menjadi endapan CuO. Karena salah satu syarat dalam analisis Gravimetri
adalah tunggal dan murni.
Perubahan saat proses pengendaapan, yaitu:
Biru Muda Hijau Muda Coklat Muda Coklat Kehitaman Hitam
6. Uji Pengendapan sempurna.
a. Larutan jernih ditetesi pereaksi pengendap 1-2 tetes, jika tidak terbentuk endapan lagi
maka larutan telah mengendap sempurna.
b. Cairan jernih diteteskan ke kertas lakmus merah, jika endapan berubah menjadi biru maka
larutan telah mengendap sempurna.
7. Endapan disaring dengan kertas saring whatman no.40.
Cat: Pemilihan kertas saring harus disesuaikan dengan kualitan endapan yaitu Kasar, berat dan
mudah mengenap. Maka penyaringan digunakan kertas saring whatman no.41. Namun
terkadang diperoleh kualitas endapan yang kurang sesuai, sehingga jika disaring dengan kertas
saring whatman no.40 dikhawatirkan akan mengalami kebocoran. Oleh karena itu, jika endapan
yang diperoleh kurang baik dianjurkan menggunakan kertas saring no.40 yang lebih halus dan
pori-porinya lebih kecil dari kertas saring no.41.
8. Endapan dicuci dengan air suling biasa (Tanpa dipanaskan) sampai bebas pengotor sulfat dan
kelebihan basa.
a. Uji basa: Air filtrat dari batang corong yang telah dicuci beberapa kali di ambil dengan
pengaduk, lalu diteteskan ke kertas lakmus merah. Jika kertas lakmus tetap merah, maka
endapan telah bebas dari kelebihan basa.
9. Kertas saring yang berisi endapan dikeringkan di dalam oven.
10. Diperarang, Dipijarkan dan didinginkan di dalam desikator. Kemudian ditimbang.
11. Dilakukan beberapa kali sampai mendapat bobot tetap.
E. PEMBAHASAN
Ketika dilarutkan, sampel Terusi akan mengalami hidrolisis membentuk endapan Cu(OH)2
yang berwarna biru. Namun endapan ini tidak stabil dan ion Cu2+ belum mengendap sempurna serta
memang endapannya belum diinginkan. Oleh karena itu, endapan tersebut harus dilarutkan kembali
dengan menambahkan beberapa tetes asam. Asam yang digunakan haruslah asam yang semarga
dengan sampelnya, hal ini dilakukan untuk mengurangi banyaknya jenis pengotor. Dan asam yang
digunakan adalah H2SO4 yang memiliki sisa asam yang sama dengan terusi.
Ion Cu2+ hanya dapat diendapkan dengan basa kuat seperti NaOH. Karena, apabila
diendapkan dengan basa lemah seperti NH4OH akan terbentuk senyawa kompleks [Cu(NH3)4](OH)2
(Tetraamin Tembaga(II) Hidroksida).
Dengan basa kuat, ion Cu2+ akan mengendap sempurna membentuk hidroksidanya, yaitu
Cu(OH)2 yang berwarna biru. Namun endapan tersebut tidak stabil, yaitu mudah mengurai
membentuk oksidanya CuO yang berwarna hitamcoklat. Namun tidak semuanya mengurai,
sebagian ada yang masih membentuk Cu(OH)2. Hal ini akan menyebabkan endapan menjadi ganda,
dan hal ini tidak boleh terjadi dalam analisis gravimetri. Untuk mengatasi hal ini, larutan tembaga
(II) harus diendapkan dalam suasana mendidih. Dengan demikian, semua endapan akan langsung
terurai membentuk endapan CuO yang berwarna hitamcoklat.
Setelah proses pengendapan, dilakukan uji pengendapan sempurna untuk memastikan
apakah ion Cu2+ telah terendap sempurna atau belum. Dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pertama adalah dengan meneteskan pereaksi pengendap 1-2 tetes ke bagian larutan induk.
Jika tidak terbentuk endapan baru, artinya ion Cu2+ telah mengendap sempurna.
b. Kedua adalah dengan meneteskan larutan induk ke kertas lakmus merah. Apabila kertas
lakmus merah berubah menjadi biru, itu artinya pengendapan telah berlebih yang
menendakan bahwa ion Cu2+ telah mengendap sempurna.
3. Endapan CaO yang baik adalah berat dan kasar yang ditandai dengan cepatnya mengenap.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan endapan tersebut adalah suhu larutan pada saat
diendapkan harus mendidih dan konsentrasi larutan pengendap yang encer serta ditambahkan
sedikit demi sedikit sambil diaduk secara merata dan kuat.
Pemilihan kertas saring yang digunakan harus disesuaikan dengan kualitas endapan. Untuk
endapan CaO yang kasar dan berat serta mudah mengenap, digunakan kertas saring whatman no.41.
Namun sering kali endapan yang diperoleh tidak sesuai dan kurang baik, maka untuk mencegah
kebocoran digunakan kertas saring whatman no.40 yang memiliki pori-pori lebih kecil dan halus.
Endapan CaO dicuci dengan air suling biasa hingga bebas dari pengotor ion sulfat.
Pemijaran dilakukan untuk mendapatkan endapan yang stabil. Setelah pemijaran abu tetap
ditimbang sebagai CaO yang berwarna hitamcokelat.
F. FAKTOR KIMIA
𝐂𝐮
𝐂𝐮𝐎
G. KADAR Cu PRAKTEK
𝐅𝐊 𝐱 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐛𝐮
𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
𝐱 𝟏𝟎𝟎%