Pasien laki-laki berusia 17 tahun mengalami kejang sebanyak 5 kali dalam 2 hari. Didiagnosis menderita epilepsi berdasarkan riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan. Diberikan pengobatan antiepilepsi dan edukasi untuk keluarga.
1. Pembimbing :
Letkol CKM dr.Heriyanto, Sp.S
Disusun oleh :
Ahmad Jazmi Basyiruddin
30101206577
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016
EPILEPSI
2. IDENTITAS PASIEN
• Tn. R.
Nama
• 17 Tahun
Umur
• Laki-laki
Jenis Kelamin
• Mahasiswa
Pekerjaan
• Jalan Urip Sumoharjo RT 11 / RW 11
Magelang
Alamat
4. RPS
keluhan kejang-kejang sejak 2 hari yang lalu sebanyak
5 kali.
terjadi ketika pasien kelelahan mengikuti kegiatan
ospek di kampusnya. Lama tiap kejang 2-3 menit.
Saat di IGD pasien sadar dapat membuka mata, dan
bisa berkomunikasi dengan baik, pasien kejang
dimulai tangan kanan, pasien masih sadar,
diikuti kejang seluruh tubuh, pasien tidak sadar,
pasien dapat merasakan jika dirinya akan kejang, saat
kejang pasien tidak dapat mengendalikan gerakannya
Sebelum & saat kejang pasien tidak demam. Setelah
kejang pasien merasa seluruh tubuhnya pegal-pegal
5. • Rx kejang (+) sejak usia 7 tahun.
• didiagosis epilepsi hingga dirawat inap selama 2 kali pada usia 7 dan 8 tahun dan
mendapatkan pengobatan selama 2 tahun hingga tidak pernah kejang lagi
•Pasien biasa kejang setelah bermain komputer dalam jangka waktu lama, stress dan
kelelahan.
• Rx trauma kepala : disangkal
• Rx alergi obat : disangkal
• Rx DM : disangkal
• Rx hipertensi : disangkal
• Rx stroke : disangkal
RPD
6. • Keluarga tidak ada yang memiliki gejala serupa
Ibu pasien memiliki riwayat epilepsi
RPK
• Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien
tinggal bersama orang tuanya. Ayah pasien bekerja swasta
dan ibu seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan
ditanggung BPJS.
• Kesan ekonomi : Cukup
Rsosek
7. Status Interna
Keadaan Umum : tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
(E4V5M6)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 0C
OBJEK
10. Inspeksi :
IC tampak
Palpasi :
IC kuat
angkat
Perkusi :
Redup
Auskultasi :
Suara jantung
I dan II
reguler,
murmur (-)
COR
11. Inspeksi :
Hemithoraks
dextra dan sinistra
simetris, retraksi
(-)
Palpasi :
Stem fremitus
kanan = kiri,
nyeri tekan (-)
Perkusi :
Sonor seluruh
lapang paru
Auskultasi :
Suara dasar
vesikuler,
suara
tambahan (-)
Pulmo
15. •DBN
N. Olfaktorius (N. I)
•Tajam Penglihatan : tidak dilakukan
•Lapang Pandang (visual field): DBN
•Warna :DBN
•Funduskopi : tidak dilakukan
N. Optikus (N. II)
• Kedudukan bola mata saat diam :DBN
• Gerakan bola mata
• Kanan : DBN
• Kiri : -
N. Okulomotorius,
troklearis, abducen
(N. III,IV,VI)
Nervi Cranialis
16. Pupil : isokokor, ± 3 mm
• Bentuk, lebar,
perbedaan lebar
• DBN
• Reaksi cahaya
langsung &
konsensuil
• Kanan : +
• Kiri : +
• Reaksi akomodasi &
konvergensi
• Kanan : DBN
• Kiri : DBN
N. Trigeminus (N. V)
• Sensorik
• DBN
• Motorik: DBN
• Merapatkan gigi
• Buka mulut
• Menggigit tongue tidak
dilakukan
• Menggerakan rahang
• Refleks :
• Maseter/mandibular
• DBN
• Kornea
• Kanan : DBN
• Kiri : -
N. Facialis (N. VII)
• Motorik
• Kondisi diam
• simetris
• Kondisi bergerak
• DBN
• Sensorik khusus
• Lakrimasi
• Tidak dilakukan
• Refleks stapedius
• Tidak dilakukan
• Pengecapan 2/3
anterior lidah : DBN
17. Nervus VIII (Statoakustikus) : DBN
Nervus IX (Glossopharyngeus), Nervus X (Vagus)
Inspeksi oropharing keadaan istirahat Uvula simetris
Inspeksi oropharing saat berfonasi Uvula simetris
Refleks Tidak dilakukan
Sensorik khusus Tidak dilakukan
Suara serak atau parau -
Sulit menelan air atau cairan
dibandingkan padat
-
18. Nervus XI (Accesorius)
Nervus XII (Hipoglossus)
Kondisi diam DBN
Kondisi bergerak DBN
Kekuatan m. Trapezius sulit dinilai
Kekuatan m.
Sternokleidomastoideus
sulit dinilai
19. Motorik :
Kekuatan otot :
Observasi DBN
Palpasi Tidak ada atrofi, kenyal
padat normal
Perkusi Normal (cekung 1-2 detik)
Tonus Normotonus dekstra/
Normotonus sinistra
Ekstremitas atas +5/+5
Ekstremitas bawah +5/+5
20. Sensorik:
Eksteroseptik/protopatik (nyeri/suhu, raba
halus/kasar)
DBN
Propriosepstik (gerak/posisi, getar dan tekan) DBN
Kombinasi
2 point tactile DBN
Sensory extinction DBN
Loss of body image DBN
Stereoognosis DBN
Barognosis DBN
31. Pasien dan anggota keluarga harus diberitahukan
dengan jelas tindakan apa yang harus diambil bila
menghadapi serangan.
Jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut pasien atau
memaksa membuka mulut pasien.
Tidak perlu diusahakan mengekang gerakan kejang
karena hanya akan berakibat menimbulkan cedera.
Pasien harus dibiarkan untuk mengalami kejang seperti
seharusnya.
Pasien harus dipindahkan ke tempat yang aman.
Setelah serangan balikkan pasien pada salah satu sisi
dalam posisi setengah telungkup untuk membantu
pernafasan pasien dan pemulihan serta berikan
bantalan di kepala dengan sesuatu yang lunak.
Jalan nafas harus diperiksa dan dan resiko jatuh diawasi
Setelah suatu serangan pasien harus ditemani dan diberi
dukungan hingga fase bingung yang menyertainya telah
hilang seluruhnya dan pasien memperoleh kembali
keseimbangannya.
Edukasi
32. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
35. DEFINISI
Epilepsi adalah cetusan listrik lokal pada substansia
grisea otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak, dan
sangat cepat yang dapat mengakibatkan serangan
penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik atau
sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan
stereotipik.
36. Faktor risiko
a. Jika ada kelainan neurologis atau perkembangan
sebelum kejang demam pertama
b. Kejang demam kompleks
c. Adanya riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara
kandung.
37. 1. Bangkitan Parsial
Bangkitan parsial diklasifikasikan menjadi 3 yakni,
A. Parsial Sederhana (kesadaran tetap baik)
1. Dengan gejala motorik
2. Dengan gejala somatosensorik atau sensorik khusus
3. Dengan gejala autonom
4. Dengan gejala psikis
B. Parsial Kompleks (kesadaran menurun)
1. Berasal sebagai parsial sederhana dan berekambang menjadi penurunan kesadaran
2. Dengan penurunan kesadaran sejak awaitan
C. Parsial yang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana yang menajdi umum tonik-konik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks dan menjadi umum tonik-konik
38. 2. Bangkitan Umum
A. Absence / lena / petit mal
B. Klonik
C. Tonik
D. Tonik-klonik /Grand mal
E. Mioklonik
F. Atonik
39. GAMBARAN KLINIK
A. SERANGAN UMUM
Sejak awal serangan:
* Kedua hemisfer terlibat simultan.
* Tanpa fokus.
* Kesadaran menurun.
* Bilateral / Simetris.
* Gejala Autonomik.
40. 1. SERANGAN TONIK-KLONIK / GRAND MAL / GTCS
Diawali gejala Prodromal: rasa tidak enak,
sentakan-sentakan mioklonik.
Serangan dimulai dengan jeritan, kehilangan
kesadaran, jatuh / cedera.
Badan, anggota gerak kaku (fase tonik) → <½
menit, disusul kejang klonik selama 1-2 menit.
Kejang bilateral, mula-mula simetris, menjadi
tidak teratur, nafas mendengkur, mulut keluar
busa, kadang bercampur darah (karena lidah
tergigit).
Dapat terjadi inkontinensia urine / alvie.
41. 2. SERANGAN ABSANS/ LENA / PETIT MAL
Kehilangan kesadaran mendadak, beberapa detik
kegiatan motorik (bicara, makan, berjalan) terhenti,
pasien diam tidak bereaksi.
Biasanya tidak sampai jatuh → tidak tampak ada
serangan.
Gerakan otomatis secara ritmis, seperti pada kepala,
mulut, kelopak mata atau gerakan lain yang
frekuensinya 3 siklus per detik.
EEG: kompleks gelombang runcing diikuti gelombang
lambat 3 siklus per detik, bilateral sinkron. (spike
wave complex 3 spd).
42. B. SERANGAN EPILEPSI PARSIAL
1. EPILEPSI PARSIAL / FOKAL MOTORIK
Serangan pada salah satu sisi anggota gerak, secara tiba-tiba, seperti mulut sisi
kiri tertarik-tarik, disusul muka sebelah kiri, kemudian terjadi kejang-kejang
lengan kiri.
Lama serangan ± 2 menit, selama serangan penderita tetap sadar.
43. 2. SERANGAN EPILEPSI PARSIAL KOMPLEKS
Serangan epilepsi psikomotor ;
Serangan sering berupa halusinasi bau, pendengaran dan penglihatan
dengan otomatisme.
Kesadaran menurun, mulut mengecap-ngecap, lidah menjilat-jilat,
penderita melakukan gerakan seperti menelan, meraba-raba atau
meremas-remas baju, wajah menjadi sianotik
Lama serangan ± 5 menit.
44. PEDOMAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
* Penderita.
* Keluarga / orang terdekat / saksi mata.
PEMERIKSAAN FISIK
* Umum.
* Neurologis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
*Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsium, magnesium, natrium, bilirubin, dan ureum
dalam darah. Keadaan seperti Hiponatremia , hipoglikemia, hipomagnesia, uremia,
dan hepatik ensefalopati dapat mencetuskan timbulnya serangan kejang.
EEG
CT-scan
45. PENATALAKSANAAN
Tipe kejang
Lini pertama Lini kedua
Kejang parsial
Parsial sederhana,
Parsial kompleks,
Umum sekunder
Carbamazepine
Lamotrigine
Levetiracetam
Oxcarbazepine
Topiramate
Valproate
Acetazolamide
Clonazepam
Gabapentin
Phenobarbitone
Phenytoin