1. PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI FEMUR PADA PASIEN POST
ORIF DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. ADHYATMA, MPH
Laporan Kasus
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan I
Disusun oleh :
TIARA PUTRI HUTABARAT
P1337430222111
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2023
2. i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 1 Program Studi Teknologi
Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan Jurusan Teknologi Radiodiagnostik
dan Radioterapi Semarang.
Nama : Tiara Putri Hutabarat
NIM : P1337430222111
Kelas : 2C
Dengan judul laporan kasus “PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
FEMUR PADA PASIEN POST ORIF DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
Dr. ADHYATMA, MPH”
Kepala Instalasi Radiologi
dr. Lilis Untari Soerono, Sp. Rad
NIP. 19700112 200212 2 002
Koordinator Instalasi Radiologi Clinical Instructure
Subekti Nugraheni, S.ST
NIP. 19790506 201101 2 004
Eko Rosmawatiningsih, S.ST
NIP. 19830412 200912 2 001
3. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Prosedur Pemeriksaan Radiografi Femur Pada Pasien Post Orif di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH”
Penyusunan Laporan Kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
penugasan dalam Praktek Kerja Lapangan I Program Studi Teknologi Radiologi
Pencitraan Program Sarjana Terapan, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adhyatma, MPH yang dilaksanakan
pada tanggal 21 Agustus 2023 s.d 30 September 2023
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya.
2. Orang tua beserta keluarga yang selama ini selalu memberikan
dukungan kepada penulis.
3. Bapak Jeffri Ardiyanto, M.App, Sc selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
4. Ibu Dr. Fatimah, S.ST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.
4. iii
5. Ibu Dwi Rochmayanti, S.ST, M.Eng selaku Ketua Program Studi
Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan.
6. Ibu dr. Lilis Untari Soerono, Sp. Rad. selaku Kepala Instalasi Radiologi
RSUD dr. Adhyatma,MPH
7. Ibu Subekti Nugraheni, SST selaku Koordinator Instalasi radiologi
RSUD dr. Adhyatma,MPH
8. Ibu Eko Rosmawatiningsih, SST selaku Clinical Instructure dalam
penyusunan laporan kasus di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Adhyatma, MPH.
9. Seluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Dr. Adhyatma,
MPH.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 30 September 2023
Penulis
Tiara Putri Hutabarat
NIM. P1337430222111
5. iv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi..............................................................................................................6
2.2 Patologi pada Femur ..........................................................................................9
2.3 Teknik Pemeriksaan.........................................................................................16
2.4 Proteksi Radiasi................................................................................................20
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Identitas Pasien ................................................................................................21
3.2 Riwayat Pasien.................................................................................................21
3.3 Prosedur Pemeriksaan ......................................................................................22
3.4 Proteksi Radiasi................................................................................................25
6. v
3.5 Hasil Radiograf ................................................................................................26
3.6 Pembahasan Kasus...........................................................................................27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................30
4.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................32
7. vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Anatomi Tulang Femur Anterior View (Bontrager’s) ....................... 6
Gambar 2. 2 Anatomi Tulang Femur Posterior View (Bontrager’s) ...................... 8
Gambar 2. 3 Anatomi Tulang Femur Proximal (Bontrager’s)................................ 9
Gambar 2. 4 Osteoporosis (Robbins Basic Pathology)......................................... 13
Gambar 2. 5 Kanker Tulang (Robbins Basic Pathology)...................................... 13
Gambar 2. 6 Artritis (Robbins Basic Pathology) .................................................. 14
Gambar 2. 7 osteomielitis (Robbins Basic Pathology) ......................................... 15
Gambar 2. 8 Posisi obyek AP (Bontrager’s)......................................................... 16
Gambar 2. 9 Hasil Radiograf proyeksi AP (Bontrager’s)..................................... 17
Gambar 2. 10 Posisi obyek Lateral (Bontrager’s)................................................. 18
Gambar 2. 11 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Proksimal dan Distal (Bontrager’s)
....................................................................................................................... 19
Gambar 3. 1 Digital Radiography..........................................................................22
Gambar 3. 2 Computer Radiography .................................................................... 22
Gambar 3. 3 Printer Lasser Carestram.................................................................. 22
Gambar 3. 4 Hasil Radiograf Teknik Pemeriksaan Femur AP............................. 26
Gambar 3. 5 Hasil Radiograf Teknik Pemeriksaan Femur Lateral....................... 26
8. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiologi sebagai ilmu dan praktik kedokteran menggunakan sinar-X
pertama kali ditemukan oleh “Wilhelm Conrad Roentgen” pada tahun 1895.
Roentgen adalah seorang fisikawan Jerman yang secara tidak sengaja
menemukan sinar-X saat sedang melakukan penelitian dengan tabung katode.
Sinar-X, yang kemudian dinamai "X-ray" (sinar-X), adalah jenis radiasi
elektromagnetik yang memiliki kemampuan untuk menembus benda padat dan
menciptakan gambaran internal objek, termasuk tubuh manusia. Penemuan
Roentgen ini sangat revolusioner dan mengubah dunia kedokteran secara
signifikan. Kemampuan untuk melihat struktur internal tubuh tanpa perlu
melakukan pembedahan sangat meningkatkan kemampuan diagnosis dan
pengobatan medis.
Radiologi menggunakan berbagai teknologi seperti sinar-X, CT scan,
MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan ultrasonografi untuk menghasilkan
gambaran internal tubuh manusia. Kemajuan dalam bidang radiologi telah
membantu diagnosis medis, memungkinkan deteksi dini penyakit, dan
meningkatkan presisi dalam intervensi medis.
Teknik radiologi juga telah menjadi landasan dalam pengembangan
dalam dunia medis seperti pembedahan, radioterapi, dan banyak lagi. Oleh
karena itu, penting untuk memahami peran radiologi dalam perkembangan ilmu
kedokteran modern.
9. 2
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Adhyatma, MPH merupakan
rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Rumah sakit ini memiliki
lisensi kelas B, dan telah teregistrasi sejak tahun 1980. Awal perkembangannya
dimulai tahun 1968, rumah sakit ini dulunya ialah Rumah Sakit khusus Kusta
Tugurejo. Tahun 2000 ditetapkan menjadi kelas C Rumah Sakit Umum
Tugurejo. Tahun 2003 menjadi RSUD kelas B Non Kependidikan. Tahun 2012
perubahan dilakukan menjadi RSUD kelas B Pendidikan.
Beberapa pelayanan di RSUD dr. Adhyatma, MPH meliputi Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral (IBS), IGD, Instalasi
Medik dan Non Medik, Forensik, PPKPA, Obsetetrik Neonatal Emergency
Komprehensif. Sementara itu RSUD Tugurejo memiliki beberapa poduk
unggulan meliputi CO2 Laser, Bebautytek, Accent Ultra, Medical Check Up,
ND YAG Laser. RSUD dr. Adhyatma, MPH terletak dekat dengan jalan utama
Pantura antara Semarang dan Kendal. Lebih tepatnya di Jalan Walisongo Km
8,5 Nomor 137 Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Selanjutnya, kita akan fokus menuju pembahasan pemeriksaan femur
dan pelaksanaannya pada pasien post orif sebuah topik penting yang menjadi
bagian dari praktik medis di RSUD ini dan memiliki hubungan langsung dengan
teknologi radiologi dalam diagnosis dan pengobatan.
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh. Seluruh berat
tubuh ditransfer melalui tulang ini dan sendi yang terkait di setiap ujungnya.
Oleh karena itu, di femur sering menjadi sumber patologi saat terjadi trauma.
Anatomi femur mencakup berbagai elemen yang signifikan. Kepala femur, yang
10. 3
berbentuk bulat dan halus, berfungsi sebagai bagian yang penting dalam
membentuk sendi panggul. Leher femur adalah penghubung antara kepala dan
tubuh femur, sementara tubuh femur adalah bagian panjang dan lurus yang
mendukung berat tubuh dan memungkinkan pergerakan tubuh. (Bontrager,
2018).
Patologi tulang femur dapat berupa fraktur, osteoporosis, kanker tulang,
infeksi tulang. Namun dalam kasus ini penulis akan membahas patologi fraktur
tulang femur. Fraktur adalah istilah medis yang merujuk pada kerusakan atau
patahnya tulang. Ini adalah kondisi yang umum terjadi akibat trauma,
kecelakaan, atau stres berlebihan pada tulang. Fraktur dapat terjadi pada
berbagai jenis tulang dalam tubuh, termasuk tulang panjang seperti femur
(tulang paha), tulang pipih seperti tulang rusuk, atau tulang lainnya. (Basic and
Clinical Anatomy, 2007).
Para ilmuwan dan praktisi medis mendefinisikan fraktur sebagai
gangguan pada integritas tulang yang mengakibatkan perpisahan atau keretakan
pada struktur tulang yang normal. Patahnya tulang ini dapat terjadi dalam
berbagai bentuk, tingkat keparahan, dan lokasi di dalam tubuh manusia. Fraktur
dapat terjadi pada berbagai jenis tulang, termasuk tulang panjang seperti femur
(tulang paha), tulang pipih seperti tulang rusuk, atau tulang lainnya.
Diagnosis fraktur biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi, dan tanda-tanda klinis yang mencakup nyeri,
pembengkakan, atau perubahan bentuk tulang yang rusak. Pengobatan fraktur
tergantung pada jenis dan keparahan fraktur tersebut, tetapi bisa melibatkan
11. 4
pemasangan penyangga, pemberian gips, atau bahkan pembedahan untuk
memulihkan integritas tulang yang rusak.
Dikutip dari Bontrager(2018), pada pemeriksaan basic Femur dilakukan
adalah dengan menggunakan dua proyeksi, yaitu pemeriksaan femur dengan
proyeksi AP (Antero Posterior) dan Lateral (Mediolateral).
Di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH untuk pemeriksaan
radiografi femur post orif pada kasus pasien Tn. AS dilakukan dengan
menggunakan pyoeksi AP dengan pasien diposisikan supine di atas brankar dan
pada proyeksi lateral dilakukan penyudutan sinar.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan
mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan judul “Prosedur Pemeriksaan
Radiografi Femur pada pasien post orif di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Adhyatma, MPH”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan femur pada pasien post orif di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH?
2. Mengapa pada proyeksi radiografi femur post orif pada pasien Tn. AS
dilakukan teknik penyudutan sinar pada proyeksi lateral?
1.3 Tujuan Penulisan
12. 5
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan femur pada pasien post orif di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH.
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukan penyudutan sinar pada pemeriksaan
femur lateral pada pasien post orif Tn. AS di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Adhyatma, MPH.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini, guna mempermudah pemahaman
maka sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN, yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang landasan tori yang
meliputi anatomi, patologi, serta teknik pemerisaan.
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN, yang berts prof kasus
yang diangkat dalam laporan kasus ini seta pembahasan.
BAB IV PENUTUP, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA, berisi daftar buku dan referensi yang digunakan
sebagai dasar teori pembuatan laporan kasus ini.
LAMPIRAN, berisi tentang lampiran hasil pemeriksaan, form
permintaan foto, dan hasil pembacaan foto oleh dokter.
13. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh. Seluruh berat
tubuh ditransfer melalui tulang ini dan sendi yang terkait di setiap ujungnya.
Oleh karena itu, sendi-sendi ini sering menjadi sumber patologi saat terjadi
trauma. Pada midfemur dan distal femur tampilan depan seperti semua tulang
panjang lainnya, tubuh atau batang femur adalah bagian ramping dan
memanjang dari tulang ini. (Bontrager’s 2018)
Distal femur yang dilihat dari depan menunjukkan posisi patella, yang
merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh, terletak di bagian depan
distal femur. Bagian paling distal dari patella berada di atas atau superior dari
sendi lutut sebenarnya sekitar 1/2 inci (1,25 cm) dalam posisi ini dengan kaki
bawah sepenuhnya lurus. Hubungan ini menjadi penting dalam penempatan
untuk sendi lutut.(Bontrager’s 2018)
Gambar 2. 1 Anatomi Tulang Femur Anterior View (Bontrager’s)
1
4
14. 7
Pada mid femur dan distal femur tampilan belakang Bagian distal
berbentuk bulat dari kondilus medial dan lateral mengandung permukaan
artikular halus untuk bergerak dengan tibia. Kondilus medial memanjang lebih
rendah atau lebih distal dari pada kondilus lateral saat batang femoral vertikal.
Ini menjelaskan mengapa harus miring 5° hingga 7° ke arah cephalad untuk foto
lateral lutut sehingga kedua kondilus superposisi langsung ketika femur sejajar
dengan IR.(Bontrager’s 2018)
Dalam posisi anatomi tegak, di mana kondilus femur distal sejajar
dengan lantai pada sendi lutut, batang femur berada pada sudut sekitar 10° dari
vertikal untuk orang dewasa rata-rata. Rentangnya adalah 5° hingga 15°. Sudut
ini akan lebih besar pada orang pendek dengan panggul yang lebih lebar dan
lebih kecil pada orang tinggi dengan panggul yang lebih sempit. Secara umum,
sudut ini lebih besar pada wanita daripada pada pria.(Bontrager’s 2018)
Perbedaan yang membedakan antara kondilus medial dan lateral adalah
adanya tonjolan adductor, area yang sedikit timbul yang menerima tendon otot
adductor. Tonjolan ini terletak di aspek posterolateral kondilus medial. Hal ini
terlihat dengan baik pada tampilan lateral sedikit terputar dari distal femur dan
lutut. (Bontrager’s 2018)
Epikondilus medial dan lateral, yang dapat dirasakan, adalah tonjolan
kasar untuk melekatkan ligamen lateral dan medial collateral dan terletak pada
bagian paling luar dari kondilus. Epikondilus medial, bersama dengan tonjolan
adductor, adalah yang lebih menonjol dari keduaannya.(Bontrager’s 2018).
15. 8
Gambar 2. 2 Anatomi Tulang Femur Posterior View (Bontrager’s)
Proksimal femur terdiri dari empat bagian penting, yaitu kepala, leher,
trokanter mayor, dan trokanter minor.
a. Kepala femur adalah bulat dan halus untuk bergerak dengan tulang
panggul. Ia memiliki depresi, atau rongga, di dekat pusatnya yang
disebut fovea capitis, tempat liga utama yang disebut ligamen kepala
femur melekat pada kepala femur.
b. Leher femur adalah proses tulang piramidal yang kuat yang
menghubungkan kepala dengan tubuh atau batang di wilayah
trokanter.
c. Trokanter mayor adalah tonjolan besar yang terletak superior dan
lateral terhadap batang femoral dan bisa dirasakan sebagai penanda
tulang.
d. Trokanter minor adalah tonjolan kecil, tumpul, kerucut yang menjulur
ke arah medial dan posterior dari pertemuan antara leher dan batang
3
16. 9
femur. Trokanter ini bergabung posterior dengan punggung tebal yang
disebut cresta intertrokanterik. Tubuh atau batang femur adalah
panjang dan hampir silindris. (Bontrager’s 2018)
Gambar 2. 3 Anatomi Tulang Femur Proximal (Bontrager’s)
2.2 Patologi Pada Femur
Patologi secara harfiah diterjemahkan menjadi studi tentang penderitaan
(bahasa Yunani pathos penderitaan, studi logos); sebagaimana diterapkan pada
pengobatan modern, ini adalah studi tentang penyakit.(Robbins Basic
Pathology 2017)
Post ORIF adalah singkatan dari "Post Open Reduction and Internal
Fixation." Ini merujuk kepada fase setelah seseorang menjalani prosedur bedah
yang dikenal sebagai reduksi terbuka (open reduction) dan fiksasi internal
(internal fixation). Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengatasi patahan
tulang yang kompleks atau tidak stabil.
7
17. 10
Reduksi terbuka (open reduction) adalah proses penyelarasan kembali
patahan tulang dengan membuka kulit dan jaringan di sekitarnya untuk
mengakses patahan tulang. Setelah itu, fiksasi internal melibatkan penggunaan
perangkat seperti pin, plat, sekrup, atau cangkang logam untuk menjaga patahan
tulang tetap dalam posisi yang benar selama proses penyembuhan. Setelah
seseorang menjalani prosedur ini, mereka memasuki fase pasca-ORIF, yang
melibatkan pemulihan, rehabilitasi, dan pemantauan untuk memastikan bahwa
tulang sembuh dengan baik. (OrthoInfo 2018) Berikut beberapa patologi umum
yang dapat terjadi pada tulang femur.
A. Fraktur Tulang
Femur Fraktur adalah kerusakan atau retakan pada tulang
yang bisa terjadi akibat berbagai kejadian, seperti kecelakaan, jatuh,
atau tekanan berlebihan. Fraktur tulang femur bisa terjadi di
berbagai bagian tulang ini, termasuk leher femur, tubuh femur, atau
epifisis proksimal atau distal. Fraktur pangkal paha, di mana leher
femur patah, adalah jenis fraktur yang cukup umum pada tulang
femur dan memerlukan perawatan medis segera. (Robbins and
Cotran Pathologic Basis of Disease 2015)
Jenis-jenis fraktur dapat bervariasi berdasarkan berbagai faktor,
termasuk bentuk, lokasi, dan penyebabnya. Berikut adalah beberapa
jenis fraktur yang umum terjadi:
18. 11
a. Fraktur Transversal: Fraktur ini terjadi ketika tulang patah secara
horizontal melintasi sumbu panjang tulang. Ini dapat terjadi
akibat trauma langsung atau stres berulang pada tulang.
b. Fraktur Spiral: Fraktur spiral terjadi ketika tulang patah dalam
bentuk spiral atau melingkar. Ini sering terjadi akibat cedera
putaran atau torsi pada tulang.
c. Fraktur Komunitif: Fraktur komunitif adalah fraktur yang
melibatkan patahnya tulang menjadi beberapa fragmen. Ini
biasanya terjadi akibat trauma yang signifikan.
d. Fraktur Depresi: Fraktur depresi terjadi saat sebagian tulang
tertanam ke dalam tulang lainnya. Ini seringkali terkait dengan
fraktur tengkorak akibat trauma kepala.
e. Fraktur Terbuka: Fraktur terbuka melibatkan patahnya tulang
dengan luka terbuka di kulit, sehingga ujung tulang dapat terlihat
dari luar. Ini adalah jenis fraktur yang serius karena risiko
infeksi.
f. Fraktur Tertutup: Fraktur tertutup terjadi tanpa luka terbuka di
kulit dan biasanya hanya terlihat melalui pemeriksaan sinar-X.
Biasanya, kulit tetap utuh di atas fraktur.
g. Fraktur Greenstick: Fraktur greenstick biasanya terjadi pada
anak-anak. Tulang patah seperti batang hijau yang tidak patah
sepenuhnya, mirip dengan cabang yang dipatahkan dari pohon.
19. 12
h. Fraktur Stress: Fraktur stress adalah kerusakan mikroskopis
pada tulang yang terjadi akibat stres berulang pada tulang, sering
terkait dengan aktivitas fisik yang berlebihan. Fraktur ini dapat
berkembang seiring waktu.
i. Fraktur Avulsion: Fraktur avulsion terjadi ketika sebagian kecil
tulang terlepas dari tubuhnya karena tarikan otot yang kuat. Hal
ini sering terjadi pada atlet yang mengalami cedera saat
berolahraga.
j. Fraktur Patella: Fraktur patella adalah patahnya patella (rotula),
yang merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh. Fraktur
ini dapat terjadi akibat trauma langsung atau jatuh.
(Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease 2015)
B. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai oleh
penurunan kepadatan tulang dan peningkatan kerapuhan tulang. Ini
bisa menyebabkan tulang femur dan tulang lainnya lebih rentan
terhadap fraktur. Osteoporosis sering terjadi pada lanjut usia dan
pada wanita setelah menopause. Pencegahan dan pengelolaan
osteoporosis melibatkan gaya hidup sehat, seperti asupan kalsium
yang cukup, olahraga, dan terapi medis. (Robbins Basic Pathology,
2017).
20. 13
Gambar 2. 4 Osteoporosis
C. Kanker Tulang
Kanker tulang adalah kondisi di mana sel-sel kanker tumbuh
di dalam tulang. Kanker tulang yang umum termasuk osteosarkoma,
kondrosarkoma, dan fibrosarkoma. Meskipun jarang terjadi, kanker
tulang dapat memengaruhi tulang femur dan memerlukan
pengobatan segera, seperti kemoterapi, radioterapi, atau
pembedahan. (Robbins Basic Pathology, 2017).
Gambar 2. 5 Kanker Tulang (Robbins Basic Pathology)
21. 14
D. Artritis
Artritis adalah penyakit peradangan sendi yang dapat
memengaruhi sendi yang menghubungkan tulang femur dengan
tulang selangka (tibia) di lutut. Salah satu jenis artritis yang umum
adalah osteoartritis, yang terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan
yang melapisi permukaan sendi. Artritis reumatoid juga dapat
memengaruhi sendi ini, menyebabkan peradangan dan kerusakan
sendi. (Robbins Basic Pathology, 2017).
Gambar 2. 6 Artritis (Robbins Basic Pathology)
E. Infeksi Tulang
Infeksi tulang, seperti osteomielitis, adalah kondisi di mana
bakteri atau mikroorganisme lainnya menginfeksi tulang. Ini dapat
mengarah pada kerusakan tulang femur dan dapat sangat merusak
kesehatan dan mobilitas pasien. Pengobatan infeksi tulang
melibatkan pemberian antibiotik dan dalam kasus yang parah,
pembedahan.(Robbins Basic Pathology, 2017).
23. 16
2.3 Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi Antero Posterior (Bontrager, 2018)
1. Posisi Pasien :
• Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan
• Femur berada di pertengahan kaset dengan patella yang paralel
IR
2. Posisi Objek :
• Letakkan kaset dibawah paha pasien dan sejajarkan tulang paha
di garis tengah meja/IR.
• Putar kaki kedalam sekitar 5º untuk mendapatkan posisi yang true
AP
• Untuk tulang paha proksimal, diperlukan rotasi sampai 15º - 20º
untuk mendapatkan posisi yang true AP
• Pastikan sendi lutut tampak dan batas bawah harus kira-kira 5cm
dibawah lutut. Alangkah lebih baik jika sendi panggul juga
tampak.
Gambar 2. 8 Posisi obyek AP (Bontrager’s)
24. 17
3. Pengaturan sinar :
• Central Ray (CR) : vertical tegak lurus terhadap IR
• Central Point (CP) : pada pertengahan femur (body of
femur)
• FFD : 102 cm
• Ukuran kaset : 43 x 43 cm
• Menggunakan grid
4. Evaluasi Radiograf :
• Femur distal termasuk sendi lutut terlihat.
• Ruang sendi lutut tidak akan terlihat terbuka penuh.
• Tidak ada rotasi yang terlihat yaitu kondilus femoralis tibilais
tampak simetris dan satu ukuran dengan garis patella yang sedikit
ke arah sisi medial.
• Kolimasi berada pada pertengahan femur dan luas penyinaran
minimal menampakkan 1 inchi (2,5cm) dibawah sendi lutut.
Gambar 2. 9 Hasil Radiograf proyeksi AP (Bontrager’s)
25. 18
B. Proyeksi Lateral Mediolateral (Bontrager, 2018)
1. Posisi Pasien :
• Pasien diposisikan lateral recumbent
• Femur bagian tengah dan proksimal berada pada bagian tengah
IR
• Sisi yang sakit menempel pada IR
2. Posisi Objek :
• Fleksikan lutut yang sakit sekitar 45º dan sejajarkan tulang paha ke
garis tengahmeja/IR, sehingga bagian lateralpaha menempel pada IR
• Kaki yang tidak sakit lurus tapi tidak menutupi paha yang akan
diperiksa.
• Atur paha pada pertengahan IR
• Sesuaikan IR agar memperlihatkan sendi panggul proksimal
dengan menyesuaikan kolimasi. Alangkah lebih baik jika sendi
panggul juga tampak.
Gambar 2. 10 Posisi obyek Lateral (Bontrager’s)
c. Pengaturan Sinar :
• Central Ray (CR) : vertical tegak lurus terhadap IR
26. 19
• Central Point (CP) : pada pertengahan femur
• FFD : 102 cm
• Ukuran kaset : 43 x 43 cm
d. Evaluasi Radiograf :
• Dua pertiga proksimal femur termasuk sendi panggul tampak.
• Tulang paha dan sendi panggul yang akan diperiksa tidak boleh
superposisi dengan anggota tubuh yang berlawanan.
• Posisi true lateral dan tidak ada gerakan
• Adanya superposisi antara trochanter mayor dan trochanter
minor pada tulang paha dengan hanya sebagian kecil trochanter
yang terlihat.
• Faktor eksposi yang sesuai sehingga akan menghasilkan
kepadatan yang seragam diseluruh gambaran tulang paha.
• Trabekula halus harus jelas dan tajam disepanjang tulang paha.
Gambar 2. 11 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Proksimal(kiri) dan
Distal(kanan) (Bontrager’s)
27. 20
2.4 Proteksi Radiasi
Dikutip dari International Commission on Radiological Protection
(ICPR) terdapat tiga pronsip yang harus sesuai dengan ALARA. Pertama
Prinsip Justifikasi adalah paparan radiasi harus lebih banyak manfaatnya
dibandingkan akibatnya. Kedua Prinsip Optimalisasi adalah proteksi
kemungkinan timbulnya paparan, jumlah orang yang terkena, dan besarnya
dosis individual harus sesuai prinsip ALARA (As Low As Reasonably
Achievable), dan memperhatikan faktor sosial ekonomi. Ketiga Prinsip limitasi
dosis adalah jumlah dosis yang diterima oleh suatu individu selain dari paparan
medis tidak boleh melebihi batas yang direkomendasikan ICRP.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya radiasi, BAPETEN
mengatur persyaratan dan tugas petugas proteksi radiasi serta menetapkan
persyaratan proteksi radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X dalam
radiologi. Disebutkan dalam Perka BAPETEN No. 4 Tahun 2020 Tentang
Keselamatan Radiasi pada Penggunaan Pesawat Sinar-X dalam Radiologi
Diagnostik dan Intervensional bahwa desain ruang pesawat sinar-x perlu
dilengkapi perisai radiasi, tanda radiasi dan poster peringatan bahaya radiasi
pada pintu masuk. Selain itu perlu ada lampu berwarna pada pintu yang harus
menyala ketika eksposi berlangsung dan pintu harus selalu tertutup rapat.
Adapun proteksi untuk petugas radiasi yaitu dengan cara menggunakan
dosimeter untuk pemantauan dosis dan berada di balik tabir selama eksposi
berlangsung.
28. 21
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A S
b. Umur : 21 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Nomor RM : 6****2
e. Tanggal periksa : 11 September 2023
f. Pemeriksaan : Femur AP dan Lateral
g. Klinis : post orif femur
3.2 Riwayat Pasien
Pada tanggal 11 September 2023 datang seorang pasien atas nama Tn.
AS pasien datang dari ruang IBS dengan menggunakan brankar yang telah
disediakan diruangan. Dokter meminta foto post orif untuk memastikan pen
terpasang dengan baik pada tulang pasien yang mengalami fraktur. Maka
dilakukan pemeriksaan Radiologi Femur proyeksi AP dan Lateral dan pramu
memberikan lembar permintaan kepada petugas radiologi. Kemudian petugas
radiologi akan menginput data dari poli yang mengirimkan surat permintaan
foto dengan dokter pengirim dr. Umar Kharisma,Sp.OT Beliau mengirimkan
surat permintaan foto rontgen atas nama Tn. AS untuk melihat keadaan Femur
dengan klinis fraktur femur dextra. Setelah selesai pasien akan dipersilahkan
masuk untuk melakukan pemeriksaan.
29. 22
3.3 Prosedur Pemeriksaan
A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Pesawat Sinar-X siap pakai
Gambar 3. 1 Digital Radiography
Merk : Siemens Healthineers-Ysio Max
No. Seri : 887172055
2. Computer Radiografi
Gambar 3. 2 Computer Radiography
Merk : Dell
30. 23
3. Printer Laser Carestream
Gambar 3.3 Printer Laser Carestream
Merk : Carestream
B. Persiapan Pasien
Pemeriksaan femur tidak memerlukan persiapan khusus, secara
umum pasien tetap dianjurkan untuk melepas celana yang memliki
logam dan mengeluarkan benda-benda yang ada di saku atau sekitaran
paha guna menghindari adanya artefak pada hasil radiograf. Namun
pada pasien post orif yang masih dibawah pengaruh obat anastesi
pasien cukup melepaskan pengait perban yang terbuat dari logam dan
menyingkirkan selang-selang infus yang ada disekitar femur atau
benda lain yang dapat menimbulkan artefak.
C. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP (Antero Posterior)
a. Persiapan Pasien
• Pasien diposisikan supine diatas brankar
31. 24
• IR diletakkan dibawah femur
b. Posisi Objek
• Letakkan kaset dibawah paha pasien dan sejajarkan
tulang paha di garis tengah IR.
• Kaki yang sakit diluruskan.
• Putar kaki ke arah dalam tubuh sehingga telapak kaki
tegak dan epikondilus simetris menggambarkan posisi
yang true AP.
c. Pengaturan Sinar
• CR : vertikal tegak lurus IR
• CP : pertengahan femur (body of femur)
• FFD : 132cm
• Faktor Eksposi : 67,8 kVp dan 5,7 mAs
b. Proyeksi Lateral
Pada pasien Tn. AS kondisi pasien belum sadarkan diri dan
belum kooperatif, sehingga dilakukan modifikasi proyeksi lateral.
a. Posisi Pasien
• Posisikan pasien supine diatas brankar.
• kaki yang sakit berada didekat IR.
• Sisi tubuh pasien yang tidak sakit dibberi pengganjal agar
posisi tubuh pasien tampak lateral.
b. Posisi Objek
32. 25
• Fleksikan lutut yang sakit sekitar 30º dan sejajarkan tulang
paha ke garis tengah IR, sehingga bagian lateral femur
menempel pada IR
• Badan sedikit miring, dan bagian panggul hingga femur
yang tidak sakit diberi pengganjal seraya memiringkan
femur yang sakit guna memberikan tampak lateral pada
femur yang sakit hal in dikarenakan pasien yang tidak
kooperatif.
• Bagian femur yang sakit dimiringkan semaksimal
mungkin.
c. Pengaturan Sinar
• CR : 25º -30º menuju ke arah lateromedial
tubuh
• CP : pertengahan femur (body of femur)
• FFD : 137cm
• Faktor Eksposi : 67,8 kVp dan 5,7
3.4 Proteksi Radiasi
Berdasarkan International Commission on Radiological Protection
(ICPR) penggunaan prinsip ALARA sudah diterapkan di Instalasi Radiologi
RSUD dr. Adhyatma, MPH. Namun penggunaan apron pada bagian atas tubuh
pasien dan penggunaan gonald shield untuk melindungi organ vital masih
belum digunakan.
33. 26
3.5 Hasil Radiograf
A. Proyeksi AP (Antero Posterior)
Gambar 3. 4 Hasil Radiograf Teknik Pemeriksaan Femur AP
B. Proyeksi Lateral (Mediolateral)
Gambar 3. 5 Hasil Radiograf Teknik Pemeriksaan Femur Lateral
34. 27
C. Hasil Ekspertise :
Berdasarkan keterangan laporan hasil pemeriksaan dokter
penegakkan diagnose kasus pada pemeriksaan Femur post orif
adalah sebagai berikut :
• Tampak terpasang 2 plate os Femur proksimal – tengah
dan os Femur tengah.
• Pada os Femur proksimal – tengah 1 plate – 7 screw – 2
screw diluar plate os Femur tengah 1 plate – 8 screw.
• Aposisi dan alignment baik , celah fraktur (+).
• Soft tissue bengkak
• Hip joint baik.
• Tampak terpasang drain.
Kesan :
➢ Post ORIF os Femur proksimal dan tengah, kedudukan
tulang dan fiksasi interna baik.
3.6 Pembahasan Kasus
1. Prosedur pemeriksaan femur pada pasien post orif di Instalasi Radiologi
RSUD Dr. Adhyatma, MPH.
Persiapan pasien pada proyeksi femur sudah sesuai dengan
keadaan pasien post orif yaitu cukup dengan menyingkirkan seluruh
benda yang dapat memberikan artefak pada hasil Radiograf. Dikutip dari
Bontrager 2018 terdapat dua proyeksi dasar pada pemeriksaan femur yang
35. 28
umum digunakan proyeksi AP (Antero Posterior) dan lateral
(mediolateral). Pada kasus post orif pasien Tn. AS dilakukan proyeksi AP
dan Lateral supine di atas brankar, teknik pemeriksaan yang dilakukan di
RSUD dr. Adhyatma, MPH sudah sesuai dengan teori yang dikutip dari
Bontragers 2018 yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral. Namun
pada kasus post orif kali ini pasien Tn. AS menggunakan proyeksi AP
supine dan proyeksi Lateral dengan penyudutan arah sinar sekitar 25º -
30º. Penyudutan arah sinar pada proyeksi lateral ini bertujuan agar hasil
Radiograf yang diberikan berbeda dari posisi AP serta memperkuat dan
memberikan bentuk yang lebih lateral.
Penulis setuju dengan modifikasi yang dilakukan pada
pemeriksaan femur post orif pada pasien Tn. AS di Instalasi Radiologi dr.
Adhyatma, MPH karena hasil radigraf yang tampak sudah cukup untuk
dokter menegakkan diagnosa. Alternatif lain seperti menggunakan sinar
horizontal tegak lurus bisa saja dilakukan, namun pada pasien Tn. AS
tidak bisa dilakukan karena pen dipasang panjang hingga ke bagian
trochanter of femur pasien sehingga arah sinar horizontal baik dari arah
mediolateral ataupun lateromedial tubuh tidak bisa digunakan karena pen
yang berada di trochanter dan neck of femur tidak akan terjangkau oleh
sinar.
2. Alasan penyudutan arah sinar pada proyeksi radiografi femur lateral pada
pasien post orif Tn. AS di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH.
36. 29
Dikutip dari Bontrager 2018 pemeriksaan femur lateral harus
menggunakan arah sinar vertical tegak lurus. Namun pada kasus kali ini
proyeksi femur lateral harus dilakukan modifikasi penyinaran dengan
menggunakan sudut 25º - 30º dikarenakan kondisi pasien yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan posisi true lateral, pasien mengalami
multiple fraktur pada distal dan proksimal sehingga femur pasien terbagi
menjadi tiga bagian dan telah dilakukan pemasangan pen yang cukup
kompleks sehingga jika dipaksakan pasien akan sangat kesakitan.
Selain itu pasien yang diantar dari ruang IBS belum sepenuhnya
sadar sehingga tidak kooperatif dan tidak komunikatif untuk mengikuti
instruksi. Penyudutan sinar dilakukan untuk melihat perbedaan gambar
antara AP (antero posterior) dan Lateral dan juga untuk mendapatkan
gambaran lateral yang lebih maksimal atau mendekati hasil true lateral.
Pada hasil radiograf tampak perbedaan yang cukup yaitu pada posisi AP
gambaran pen tampak jelas dan true AP, sedangkan pada posisi lateral
dengan sinar yang disudutkan pen juga menampakkan hasil lateral yang
cukup dan menampilkan hampir keseluruhan femur hingga ke bagian
trochanter dan head of femur.
Terdapat kekurangan pada foto lateral yang disudutkan yaitu
femur yang tidak true lateral dikarenakan kondisi pasien yang tidak
kooperatif. Namun karena hasil gambaran yang sudah cukup untuk
menjadi penilaian dan bisa membantu menegakkan diagnosa, maka posisi
tersebut tidak menjadi masalah.
37. 30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teknik pemeriksaan radiografi Femur pada pasien post orif Tn. AS di
instalasi radiologi RSUD Dr. Adhyatma, MPH dimulai dari persiapan alat dan
bahan, persiapan pasien, hingga proyeksi radiografi femur, sudah memenuhi
kriteria dan sudah sesuai dengan keadaan pasien yang post orif.
Pemeriksaan radograf femur di instalasi Radiologi RSUD Dr.
Adhyatma, MPH pada pasien post orif Tn. As terdapat sedikit perbedaan teori
dari Bontrager’s (2018) yaitu pada arah sinar dari proyeksi Lateral yang
menggunakan sudut sekitar 25º - 30º. Hal ini dilakukan karena kondisi pasien
yang tidak kooperatif dan sulit diajak komunikasi sehingga tidak
memungkinkan untuk femur diposisikan true lateral, penyudutan arah sinar
juga dilakukan untuk memberikan hasil lateral yang maksimal atau mendekati
true lateral.
4.2 Saran
Pada saat pemeriksaan femur sebaiknya tubuh bagian atas pasien
ditutupi dengan apron guna melindungi bagian tubuh atas dari paparan radiasi.
Dan jika memungkinkan pasien tetap diberi gonald shield untuk melindungi
bagian vital pasien dari paparan radiasi.
38. 31
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, K. L, John P Lampignano. (2018). Textbook of Radiographic
Positioning and Related Anatomy,ninth Edition St. Louise : Mosby Inc.
Robbins, S. L., Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2017). Robbins Basic
Pathology (10th ed.). Elsevier.
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., & Robbins, S. L. (2015). Robbins and
Cotran Pathologic Basis of Disease (9th ed.). E-Book :Respiratory
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
https://orthoinfo.aaos.org. treatment internal fixation for fractures