LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
antibiotik penghambat sintesa protein
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata antibiotik berasal dari bahasa inggris antibiotic, yang akar
katanya berasal dari bahasa Yunani yakni kata anti berarti “menangkal” dan
kata bios yang berarti “hidup”. Sehingga berdasarkan akar katanya berarti
antibiotika adalah sebuah obat yang baik atau bagus, yang mampu
mengahancurkan bakteri atau mencegah reproduksi bakteri. Sementara itu
menurut KBBI antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh berbagai
mikroorganisme, bakteri tertentu, fungi dan aktinomisetet yang dikadar
rendah sudah mempunyai kemapuan untuk menghambat pertumbuhan atau
menghancurkan bakteri atau barbagai mikroorganisme yang lain (misal:
penisilin, streptomisin dan tetrasilin).
Dalam paper ini penulis membahas tentang antibiotika khususnya
untuk obat yang menghambat sintesa protein menurut ilmu farmakologi.
Antibiotik Penghambatan sintesis protein adalah berupa penghambatan dari
proses translasi dan transkripsi material genetik mikroorganisme.
Menghambat atau melambat sintesis protein berarti mengurangi akumulasi
protein salah dilipat dalam sel, yang mengurangi stres pada sel dan
memungkinkan sintesis protein untuk kembali normal. Sintesis protein dapat
dihambat oleh antibiotik seperti Klindamisin, Tetrasiklin, Spektinomisin,
Khloramfenikol, Neomisin, Streptomisin, Kanamisin, Eritromisin,
Oleandomisin, Tilosin dan Linkomisin.
Untuk mengetahui hal itu secara lebih mendalam perlu pembelajaran
yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan paper ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan antibiotika (obat yang menghambat sintesa
protein)?
2. 2. Apa saja macam-macam antibiotika (obat yang menghambat sintesa
2
protein) yang ada?
3. Bagaimana peranan antibiotika (obat yang menghambat sintesa protein)
tersebut jika ditinjau dari sisi farmakologi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang antibiotika (obat yang menghambat sintesa
protein).
2. Untuk mengetahui mengenai macam-macam antibiotika (obat yang
menghambat sintesa protein), baik asal dan kimianya.
3. Untuk mengetahui tentang peranan antibiotika (obat yang menghambat
sintesa protein) dilihat dari sisi farmakologi.
1.4 Manfaat
Adapu manfaat yang dapat diambil dari penulisan paper ini adalah:
1. Agar pembaca dapat mengetahui tentang macam-macam antibiotika (obat
yang menghambat sintesa protein).
2. Memberi wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai antibiotika
khususnya (obat yang menghambat sintesa protein).
1.5 Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan dalam penyusunan paper ini
adalah metode studi pustaka. Penulis mengambil bahan maupun rujukan
dari literatur yang berkaitan dengan antibiotika (obat yang menghambat
sintesa protein) dari buku maupun internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan paper ini, penulis menyusun isi paper ini menjadi 3
bab utama yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Antibiotika (Obat yang Menghambat Sintesa Protein)
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan
bakteri dan organisme lain (Dalimunthe, 2009). Beberapa antibiotika
merupakan senyawa sintesis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang
juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk
kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis
protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada
bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta
sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S untuk berfungsi pada
sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai
mRNA menjadi ribosom70S. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan
berbagai cara.
Sintesa protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu:
transkripsi dan translasi. Antibiotika yang mampu menghambat salah satu
proses ini, akan menghambat sintesa protein. Antibiotika yang bekerja
dengan menghambat sintesa protein yang termasuk golongan ini adalah
antibiotika golongan aminoglikosida, kloramfenikol, linkomisin,
eritromisin, dan tetrasiklin.
2.2 Macam-macam Antibiotika (Obat yang Menghambat Sintesa Protein)
2.2.1 Antibiotika Golongan Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang
dikenal toksik terhadap saraf otak VIII komponen vestibular maupun
akustik (ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik). Dan
aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih
gugus gula amino yang terikat lewat ikatan gliosidik pada inti heksosa
(Tanu,I. 2007).
4. 4
2.2.2 Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari
Streptomyces venezuelae. Karena ternyata Kloramfenikol
mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan
Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950
diketahui bahwa Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik
yang fatal.
Penggunaan Klinis
1. Demam Tifoid
- Dosis: 4 kali 500mg /hari sampai 2 minggu bebas demam. Bila
terjadi relaps, biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi
ulang
- Anak:dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis
selama 10 hari
2. Meningitis Purulenta
- Kloramfenikol+ampisilin
3. Ricketsiosis
- Dapat digunakan jika pengobatan dengan tetrasiklin tidak
berhasil
- Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas
penyebabnya kecuali infeksi berat.
Pemeriksaan hematologik berkala pada pemakaian lama
Keamanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui
dengan pasti.
Penderita dengan gangguan ginjal, bayi prematur dan bayi
baru lahir (< 2 minggu).
Drugs interaction: obat-obatan dimetabolisme enzim
mikrosom hati seperti dikumarol, fenitoin, tolbutamid dan
fenobarbital.
Efek Samping
1. Reaksi Hematologik
- Terdapat dua bentuk reaksi:
a. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Berhubungan dengan dosis, progresif dan pulih bila
pengobatan dihentikan.
b. Prognosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul
bersifat ireversibel. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya
dosis atau lama pengobatan.
5. 5
2. Reaksi Alergi
- Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
- Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada
pengobatan demam typhoid.
3. Reaksi Saluran Cerna
- Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
4. Syndrom Gray
- Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis
tinggi (200 mg/kgBB).
5. Reaksi Neurologis
- Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala. Neuritis perifer
atau neuropati optik dapat juga timbul terutama setelah
pengobatan lama.
6. Interaksi dengan Obat Lain
- Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel
memperpanjang T½ (dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan
tolbutamide).
- Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan
antagonis kerja bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.
- Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari
kloramfenikol.
Mekanisme Kerja
Kloramfenikol mengikat ribosom bakteri sub unit 50s dan
menghambat sintesa protein pada reaksi transferase peptidil.B.
Spektrum Antibiotik
Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas, yang aktif tidak
hanya terhadap bakteri tetapi juga terhadap microorganisme lain,
seperti rickettsiae.
Resistensi
Resistensi berhubungan dengan ketidak mampuan antibiotik
untuk melakukan penetrasi ke dalam tubuh organisme. Perubahan
dalam permeabilitas ini menjadi dasar terjadinya resistensi multidrug.
Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase
yang diperantarai oleh faktor R. Resistensi terhadap P, aeruginosa,
Proteus dan Klebsiela terjadi karena perubahan permeabilitas
membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.
2.2.3 Linkomisin
2.2.4 Makrolida
Makrolida merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan
erat, dengan ciri suatu cincin lakton (biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom)
6. di mana terkait gula-gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang
pertama ditemukan adalah Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950. Makrolida
merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang menghambat sintesis
protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan
50S, untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan
bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom70S. Kerja dari
makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan mencegah
pemanjangan rantai peptida.
Obat-obat Antibiotika Golongan Makrolida adalah Eritomisin,
Spiramisin, Roksitromisin, Klaritromisin dan Azithromisin.mPenggolongan
Turunan Makrolida sebagai berikut:
6
1. Eritromisin
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus.
Aktif terhadap kuman gram positif seperti Str Pyogenesm dan
Str Pneumoniae yang biasa digunakan untuk infeksi. Mycloplasma
pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difter, Pertusis,
InfeksiStreptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus,
Sifilis, Gonore. Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet,
sirup/suspensi, tablet kunyah dan obattetes oral.
Dapat mengalami resistensi dalam 3 mekanisme :
a. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman,
b. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman dan,
c. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman
tertentu.
Efek samping dari Eritromisin
Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan
turunannya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam
bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila
terapi dihentikan. Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin
7. diberikan dalam dosis tinggi secara IV. Eritromisin dilaporkan
meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid,
Siklosporin, Digosin, Warfarin dan Teofilin.
7
Struktur kimia eritromisin terdiri dari :
a. Aglikon eritronolid
b. Gula amino desosamin dan gula netral kladinosa
c. Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3’) dengan asam,
contoh:garam stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa
yang sedikit pahit.
d. Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2’ ) yang tetap aktif
secara biologis dan aktivitasnya tidak tergantung pada proses
hidrolisis.contoh: ester-esteretilsuksinat, estolat, dan
propinoat.yang tidak berasa.
Struktur umum Ertromycin
Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin
makrolida dan gula-gula desosamin dan kladinose. Obat ini sulit
larut dalam air (0,1%) namun dapat langsung larut pada zat-zat
pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 40 derajat
celcius, namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu
20 derajat celcius dan pada suhu asam. Ertromycin biasanya
tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.
Indikasi
- Infeksi Myocoplasma pneumonia eritromisin 4 x 500 mg sehari
peroral
- Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella pneumophila, oral
4 x 0,5-1g sehari atau i.v 1-4 g sehari
- Infeksi klamidia: merupakan alternatif selain tetrasiklin.
- Dosis: 4 x sehari 500 mg oral selama 7 hari, merupakan obat
terpilih bagi anak-anak dan ibu hamil.
- Difteri akut maupun carrier efektif dg eritromisin
- Pertusis, bila diberikan pada awal infeksi
mempercepat penyembuhan.
- Faringitis: dosis awal 30 mg/kg BB selama 10 hari.
8. 8
- Tetanus, Sifilis, dan Gonorhoe.
Interaksi
Dapat meningkatkan kerja:
- Karbamazepin,
- Kortikosteroida, dan
- Digoksin
Mekanisme Kerja
Eritromisin dapat mengganggu ikatan kloramfenikol dengan
bakteri karena tempat kerjanya sama. Ikatan eritromisin dengan
ribosom bakteri reversible, dan hanya terjadi jika sub unit 50 S
bebas dari molekul t-RNA yang mengandung peptide asal.
Eritromisin menghambat sintesis protein kuman.
2. Spiramisin
Spiramisin adalah antibiotika golongan makrolida yang
dihasilkan oleh Streptomyce sambofaciens. Secara in vitro (tes
laboratorium) aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah dari pada
Eritromisin. Sediaan yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk tablet
500 mg. Seperti Eritromisin, Spiramisin digunakan untuk terapi
infeksi rongga mulut dan salurannafas. Spiramisin juga digunakan
sebagai obat alternatif untuk penderita Toksoplasmosis yang karena
suatu sebab tidak dapat diobati dengan Pirimentamin dan Sulfonamid
(misalnya padawanita hamil, atau ada kontra indikasi lainnya).
Efeknya tidak sebaik Pirimentamin dan Sulfonamid. Pemberian oral
kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.
3. Roksitromisin
Roksitromisin adalah derivat Eritromisin yang diserap dengan
baik pada pemberian oral. Obat ini lebih jarang menimbulkan iritasi
lambung dibandingkan dengan Eritromisin. Juga (bioavailabilitas)
kadar obat yang tersedia tidak banyak terpengaruh oleh
adanyamakanan dalam lambung. Kadar obat dalam darah dan plasma
lebih tinggi dari Eritromisin. Bentuk sediaan yang beredar adalah
tablet atau kapsul 50 mg dan 300 mg. Indikasinya diperuntukkan
untuk infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawah seperti
bronkitis akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut
9. dan kronis, infeksikulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan
infeksi, ulkus pada kaki.
4. Klaritromisin
Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi yang sama denga
Eritromisin. Secara in vitro(di laboratorium), obat ini adalah
Makrolida yang paling aktif terhadap Chlamydia trachomatis.
Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam
lambung. Efek sampingnya adalah iritasi saluran cerna (lebih jarang
dibandingkan dengan iritasi saluran cerna dan peningkatan enzim
sementara di hati. Klaritromisin juga meningkatkan kadar Teofilin dan
Karbamazepin bila diberikan bersama obat-obat tersebut.
5. Azitromisin
Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang
disebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat
hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru- paru, kulit dan
tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi
yang disebabkan oleh virus. Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah
tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya digunakan dengan atau
tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar membantu anda
ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap
harinya. Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih
atau kurang dari dosis yang ditentukan oleh dokter. Kocok sirup
dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik.
Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis
yang anda gunakan. Setelah itu bersihkan syringe dengan air. Untuk
tablet harus diminum dengan segelas air penuh. Habiskan obat yang
diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal ini
untuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak
diselesaikan.
9
2.2.5 Tetrasiklin
10. Tetrasiklin umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan bakteri
yang berspektrum luas. Antibioik ini memiliki mekanisme masuk ke
dalam sel bakteri yang diperantai oleh transport protein. Tetrasiklin dapat
melakukan pengikatan ke subunit 30s ribosom dengan menghambat
amino asil-tRNA mRNA sehingga menghambat sintesis protein. Faktor
penghambat penyerapan tetrasiklin adalah Makanan (kecuali dosisiklin
dan minosiklin), pH tinggi, pembentukan kompleks dengan Ca+, Mg 2+,
Fe2+, Al 3+ yang terdapat dalam susu dan antacid. Golongan tetrasiklin
yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin diisolasi dari
Streptomyces aureofaciens. Kemudian oksitetrasiklin berasal dari
Streptomycesrimosus. Tetrasiklin dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama
bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita
tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin
merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi
salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin
yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari
Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces
lain.
10
Mekanisme Kerja Tetrasiklin
1. Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan
Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam
ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui
kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika
Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin
berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek
tRNA-asam amino pada lokasi asam amino ribosome complex, sehingga
menghambat pembentukan sintesa protein dan bakteri tidak dapat
berkembang biak.
11. 2. Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab
mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba
yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin. Spektrum
Antibiotik Tetracyclines merupakan antibiotik spekturm luas.
Tetracyclines juga efektif terhadap organisme lain selain bakteri.
Tetracyclines bersifat bakteriostatik danmerupakan obat pilihan untuk
infeksi yang disebabkan batang Gram (+) (corinebacteriumacnes), batang
Gram (-) (H.influenza, V. cholera), enterobacteriaceae, chlamydia
sp.,spirochaeta, mycoplasma pneumonia.C.
11
Resistensi
Resistensi yang meluas terhadap tetracylines membatasi penggunaan
kliniknya.Organisme yang resisten terhadap salah satu obat tetracyclines berarti
resisten terhadap semua golongan tetracyclines. Sebagian besar staphylococci
penghasil penicillin sesekarang tidak sensitif terhadap tetracyclines.
Efek samping obat
Nyeri ulu hati, sering disebabkan iritasi mucosa gaster. Hal ini dapatdiatasi
jika obat dimakan dengan makanan.
Klasifikasi jaringan ; penumpukan di tulang dan gigi primer terjadi saat
proses klasifikasi jaringan pada anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Halini menyebabkan diskolorisasi dan hipoplasia gigi. Penggunaan
padawanita hamil dan anak kurang dari 8 tahun harus dihindari.
Hepatotoksik ; terjadi pada pemberian tetracyclines dengan dosis
yangtinggi, terutama jika terdapat riwayat pyelonephritis.
Phototoxic ; terjadi ketika pasien yang menkonsumsi tetracyclines terpapar
sinar matahari atau sinar UV. Toksisitas ini sering ditemukan
jikadikonsumsi dengan doxycycline dan demeclocycline.
2.3 Peran Antibiotika (Obat yang Menghambat Sintesa Protein) dari Sisi
Farmakologi
2.3.1 Mekanisme Aksi Aminoglikosida
2.3.2 Mekanisme Aksi Kloramfenikol
2.3.2.1 Farmakokinetik
A. Absorbsi
Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai
90%.
12. 12
Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug,
Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri.
Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria
sehingga menghambat perkembangan sel hewan & manusia.
Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah
water-soluble.
B. Distribusi
Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus
plasenta.
Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal
Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid).
Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air
susu, dan aqueous dan vitreous humors.
C. Metabolisme
Metabolisme : hati dan ginjal
Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi
bilirubin.
Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; ↓pasien
sirosis dan pada bayi.
D. Eliminasi
Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada
metabolisme hepar ke inaktif glukuronida.
2.3.2.2 Farmakodinamik
Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman.
Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi.
Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang
diperantarai oleh factor R. Resistensi terhadap P. aeruginosa,
Proteus dan Klebsielaterjadi karena perubahan permeabilitas
membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri
2.3.3 Mekanisme Aksi Linkomisin
2.3.4 Mekanisme Aksi Makrolida
2.3.4.1 Farmakokinetik
1. Absorbsi
Eritromisin bisa dihancurkan oleh asam lambung
sehinggaobat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau
13. ester. Semua obatini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian
per-ora.
13
2. Distribusi
Eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika
yang bedifusi ke dalam cairan prostat dan mempunyai sifat
akumulasi unit kedalam makrofag. Obat ini berkumpul di hati,
adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringanlebih baik
3. Metabolisme
Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan
sistemsitokrom P-450.4.
4. Ekskresi
Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam
bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui
sirkulasi enterohepatik.
2.3.4.2 Farmakodinamika
Mekanisme kerja golongan makrolida menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara
reversibel dengan Ribosom subunit 50S. Sintesis protein terhambat
karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk
awal sehingga pemanjangan rantai peptide tidak berjalan.
Makrolida bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida,
tergantung antaralain pada kadar obat serta jenis bakteri yang
dicurigai. Efek bakterisida terjadipada kadar antibiotika yang lebih
tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah, dan pertumbuhan bakteri
yang cepat. Aktivitas anti bakterinya tergantung pada pH, meningkat
pada keadaan netral atau sedikit alkali. Meskipun mekanisme yang
tepat dari tindakan makrolid tidak jelas, telah dihipotesiskan bahwa
aksi mereka makrolid menunjukkan dengan menghambat sintesis
protein pada bakteri dengan cara berikut:
1. Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P.
2. Mencegah pembentukan peptida tRNA.
3. Memblokir peptidil transferase.
4. Mencegah perakitan ribosom.
14. Antibiotik makrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S
ribosom. Hal ini menyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P
ditempati oleh makrolida. Ketika t-RNA terpasang dengan rantai
peptida dan mencoba untuk pindah kelokasi P, t-RNA tersebut tidak
dapat menuju ke lokasi P karena adanya makrolida, sehingga akhirnya
dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah transfer peptidil
tRNA dari situs A ke situs-P dan memblok sintesis protein dengan
menghambat translokasi dari rantai peptida yang baru terbentuk.
Makrolida juga menyebabkan pemisahan sebelum waktunya dari
tRNA peptidal di situs A. Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di
lokasi P dari RNA ribosom50S, juga memblokir aksi dari enzim
peptidil transferase. Enzim ini bertanggung jawab untuk pembentukan
ikatan peptida antara asam amino yang terletak dilokasi A dan P
dalam ribosom dengan cara menambahkan peptidil melekat pada
asam amino berikutnya. Dengan memblokir enzim ini, makrolida
mampu menghambat biosintesis protein dan dengan demikian
membunuh bakteri.
14
2.3.5 Mekanisme Aksi Tetrasiklin
2.3.5.1 Farmakokinetik
A. Absorbsi
Kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna.
Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini
sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas.
Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti
adanya makanan dalam lambung (kecuali doksisiklin dan
monosiklin), pH tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin
dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, Fe2+,
Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu
sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan
(1). Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik
absorbsinya dari sediaan tetrasiklin biasa (1).
15. 15
B. Distribusi
Dalam plasma serum jenis tetrasiklin terikat oleh protein
plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg
tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin tiap 6 jam
menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 μg/ml (1).
Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal
sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan
serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20%
kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari
adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dalam jaringan
tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun dalam sistem
retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di dentin
dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar
yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, daya
penetrasi doksisiklin dan minosiklin ke jaringan lebih baik (1).
C. Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di
hati. Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati
yang cukup berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal
ginjal (1).
D. Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan
filtrasi glomerulus. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55%
golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin
yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali
kadar serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen
usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih
terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan.
Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati
obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak
diserap diekskresi melalui tinja (1).
16. Antibiotik golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi
menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu :
1. Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi
kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12
jam.
2. Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dari masa
paruhnya kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150mg per
oral tiap 6 jam.
3. Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa
paruhnya 17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1
atau 2 kali 100 mg sehari (1).
16
2.3.5.2 Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya
anti biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama secara
difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transport
aktif. Setelah masuk anti biotik berikatan secara revarsible dengan
ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA–amino asil pada
kompleks mRNA–ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan
rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya
sintesis protein (1).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
dengan kata-kata, melainkan melalui gerak isyarat, bahasa tubuh, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini komunikasi non verbal bersifat tidak universal dan
17. terikat budaya, spontan, ambigu, dan berlangsung cepat. Disamping itu
komunikasi non verbal mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang telah disampaikan secara verbal.
2. Aksentuasi dan Komplemen, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris
17
bawahinya, melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal.
3. Substitusi, yaitu menggambarkan lambang- lambang verbal.
4. Regulasi, yaitu perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal.
5. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna lain terhadap pesan
verbal.
Adapun komponen-komponen dari komunikasi non verbal yaitu ekspresi
wajah, kontak mata, gerakan kepala, postur dan bahasa tubuh, orientasi ruang dan
jarak pribadi, sentuhan pribadi, suara atau fitur paralinguistik, penampilan fisik,
lingkungan, dan waktu. Dalam berhubungan dengan kliennya dokter hewan juga
menggunakan komunikasi non verbal antara lain yaitu dengan mendengarkan
keluhan dari klien, merefleksikan perasaan klien dan diam saat setelah
mengajukan pertanyaan.
3.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat khususnya mahasiswa kedokteran hewan
untuk dapat mengaplikasikan proses komunikasi yang efektif baik itu komunikasi
verbal maupun non verbal sehingga meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dalam melakukan konsultasi kepada klien/ pemilik hewan. Sehingga terjadi
interaksi yang menimbulkan pemahaman informasi yang tepat dalam penanganan
medis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA