Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
2. No. Kode: Keperawatan/4.06/I/2013
MATA KULIAH : KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1
BEBAN STUDI : 4 SKS (T: 2 SKS, P: 2 SKS)
MODUL 5
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi
Penulis:
Ns. Kasiati, S. Kep., M. Kep.
Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A. Per., Pen., M. Kes.
PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2013
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
i
Tentang Penulis
Kasiati lahir di Biltar, 16 Agustus 1966.
Penulis adalah Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Malang. Pendidikan penulis diperoleh mulai
dari SPKCelaket Malang,(1987), DIII Keperawatan di
AKPER (Program Keguruan) Soetopo,Surabaya, (1995), S I
Keperawatan dan program Ners di Universitas Brawijaya
Malang (2002) dan S 2 Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya ( 2012). penulis juga aktif melakukan penelitian di
bidang keperawatan maternitas.
Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A. Per. Pen., M. Kes.
Lahir di Gianyar, Bali, 15 Nopember 1966. Penulis menyelesaikan pendidikan
dimulai dari SPK Celaket Malang (1985), SGP/B;PKM Surabaya (1988), D III
Keperawatan Soetopo Surabaya (1992), Diploma IV Keperawatan Maternitas
Universitas Airlangga (1999), S-2 KIA-Kespro Universitas Gadjah Mada (2007). Saat
ini bekerja sebagai dosen di Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Keperawatan,
Program Studi Diploma III Keperawatan Lawang. Mata kuliah yang diampu
adalah Kebutuhan Dasar Manusia, Keperawatan Maternitas, Promosi Kesehatan,
Manajemen Penanggulangan Bencana. Selain itu penulis juga aktif melakukan
penelitian di bidang keperawatan dan kebidanan.
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
ii
Hal.
TENTANG PENULIS ......................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 1 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................................
Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................................
Pokok – Pokok Materi .......................................................................................
Uraian Materi ........................................................................................................
Rangkuman ...........................................................................................................
Tes Formatif............................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 2 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................................
Tujuan Pembelajaran Khusus...........................................................................
Pokok – Pokok Materi .......................................................................................
Uraian Materi ......................................................................................................
Rangkuman .........................................................................................................
Tes Formatif...........................................................................................................
TUGAS MANDIRI.........................................................................................................
TUGAS PRAKTIKUM...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
i
ii
iii
1-17
1
1
2
3-13
14
15
18-32
18
18
19
20-28
29
30
34
34
35
Daftar Isi
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
iii
Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan
berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan
untuk mempertahankan dalam keseimbangan fisiologis melalui pembuangan
sisa-sisa metabolisme. Sisa metabolisme tersebut terbagi menjadi 2 dua jenis
yaitu berupa feses yang berasal dari saluran cerna disebut eleminasi bowel / fekal
/ buang air besar (BAB) dan saluran perkemihan berupa urine disebut eleminasi
urine / buang air kecil (BAK), hal ini bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Eleminasi merupakan aktifitas pokok yang harus dilakukan setiap
manusia dan harus terpenuhi, bila tidak terpenuhi akan menjadi berbagai macam
gangguan yang berdampak pada pada gangguan sistem pencernaan dan sistem
perkemihan.
Modul ini terutama ditujukan untuk pendidikan jarak jauh pendidikan
tinggi kesehatan perawat. Modul pembelajaran ini merupakan tuntunan dan
landasan bagi peserta yang berfungsi sebagai pengantar untuk mencapai
kompentensi pada mata ajar kebutuhan dasar manusia 1. Dengan harapan
peserta didik sebagai perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan
untuk membantu klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi yaitu
1) eleminasi fekal seperti konstipasi, fecal imfaction, diare, dll 2) eleminasi urini
seperti inkontinensia urine, retensio urine.
Modul ini dikemas dalam dua kegiatan belajar yang besifat hard skill tetapi juga
soft skill dan seluruhnya diberikan alokasi waktu minimal 2 minggu, dengan
rincian 128 jam untuk pemahaman konsep, 32 jam untuk demontrasi dan 64 jam
untuk pembelajaran mandiri. Dua kegiatan belajar tersebut yang disusun dalam
urutan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Kegiatan Belajar 2 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
Setelah mempelajari modul ini, peserta didik akan dapat, 1) Menjelaskan
konsep dasar kebutuhan eliminasi, 2) Menjelaskan faktor-faktor mempengaruhi
eliminasi, 3) Mengidentifikasi masalah eliminasi, 4) Melakukan pengkajian, 5)
Pendahuluan
6. iv
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Menuliskan diagnose, 6) Menyusun intervensi keperawatan, 7) Melaksanakan
prosedur pemenuhan kebutuhan eliminasi, 8) Menyusun kreteria evaluasi .
Bagi peserta didik pengetahuan tentang eleminasi bowel dan urin bukan hal
yang baru, tetapi pembelajaran pada modul ini mengajak peserta didik untuk
mengingatkankembalidanmampuberpikirsecarakritisuntukmembuatkeputusan
klinis berdasarkan pengetahuan pengalaman dibidang ini. Penggunaan modul ini
peserta didik dianggap sudah menguasai proses keperawatan dan ketrampilan
seperti pemeriksaan fisik yang sudah dipelajari pada modul I.
Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran modul ini yang
didesain dengan pendekatan belajar mandiri dengan berbagai metode, dimana
peserta didik dituntut secara aktif dalam proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi yang ditetapkan, sedangkan dosen sebagai fasilitator. Materi-materi
yang memerlukan ketrampilan, metode yang akan di lakukan dengan simulasi dan
demontrasi. Oleh karena itu secara bertahap lakukan evaluasi diri sendiri supaya
bisa diketahui kemajuan belajar anda, kalau perlu evaluasi diri anda tunjukkan
pada fasilitator yang ada di dekat anda.
Untuk memudahkan proses pembelajaran pada modul 3 ini, supaya peserta
didik dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan kompetensi yang dicapai,
saudara harus mengikuti langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Belajarlah dengan tekun diharapkan saudara akan mampu nantinya
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal
2) Mulailah belajar dari hati dan semangat untuk ingin tahu isi dari modul
ini, meskipun saudara tidak didampingi oleh dosen di dekat anda,
bertindaklah seakan-akan anda sebagai mahasiswa sekaligus dosen yang
akan memantau kegiatan belajar anda.
3) Lakukan diskusi kelompok dengan teman sejawat dan konsultasi pada
instruktur atau fasilitator bila anda tidak memahami isi modul
4) Untuk mempelajari prosedur tindakan mintalah pendampingan kepada
fasilitator dan selanjunya lakukan latihan secara mandiri dan berulang-
ulang
5) Apabila anda menemui kesulitan, silakan hubungi pembimbing / instruktur
/fasilitator/ tutor yang ada di dekat anda atau hubungi fasilitator yang
7. v
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
tertulis di modul ini.
6) Melakukan asuhan keperawatan klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan eleminasi pada klien secara nyata di lapangan
Petunjuk untuk dosen atau fasilitator dalam proses pembelajaran modul 3 :
1) Dosen atau fasilitator dipersilahkan menambah materi yang ada dalam
modul sebagai informasi dari sumber lain atau hanya mengikuti uraian
yang diberikan pada modul ini.
2) Sebelum memulai proses pembelajaran dosen atau fasilitator
mempersiapkan diri dengan membaca modul 1 dan modul 2 atau referensi
yang berkaitan.
3) Kajilahpengetahuanpesertadidikpadaawalpertemuandenganmelakukan
pre-test dan post test dengan contoh soal dalam setiap modul, bila tidak
mungkin ingatkan pada peserta didik untuk evaluasi secara mandiri dengan
dengan jujur tanpa terlebih dahulu melihat kunci jawaban.
4) Berilah kesempatan peserta didik untuk menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan topik pada modul ini
5) Berikan waktu bimbingan pendampingan di laboratorium untuk prosedur
tindakan sesuai kontrak waktu yang sudah di sepakati
Baiklah saudara peserta pendidikan tinggi jarak jauh kementerian kesehatan,
selamat belajar, semoga anda sukses memahami materi yang diuraikan dalam
modul ini, untuk bekal saudara anda bila ingin tetap disebut sebagai tenaga
kesehatan, dan semoga semakin profesional. Amin
8. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
I
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan pemenuhan eleminasi fekal
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah mempelajari secara teliti
modul ini saudara diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar
kebutuhan eliminasi fekal.
2. Menjelaskan hal-hal yang dikaji
pada pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi fekal.
3. Mengidentifikasi masalah-
masalah yang dialami pada
pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi fekal.
4. Menuliskan diagnosa
keperawatan yang muncul
pada pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi fekal.
5. Menyusun intervensi
keperawatan pada pasien
dengan gangguan eliminasi
fekal.
6. Melaksanakan prosedur
pemenuhan kebutuhan
eliminasi fekal.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Eliminasi Fekal
9. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
2
I
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Eliminasi Fekal
POKOKMateri
1. Review anatomi fisiologi
sistem pencernaan.
2. Mekanisme defekasi yang
normal.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi
fekal
4. Masalah-masalah yang
berhubungan dengan
eliminasi fekal seperti, diare,
konstipasi, kembung dan
inkontinensia.
5. Pengkajian pada pasien
dengan gangguan
kebutuhan eliminasi fekal.
6. Diagnosa Keperawatan
pada pasien dengan
gangguan eliminasi fekal.
7. Perencanaan & Intervensi
keperawatan pada pasien
dengan gangguan
eliminasi urine.
8. Prosedur pemenuhan
kebutuhan eliminasi fekal
(modul 7 praktikum)
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3
Uraian Materi
Konsep Dasar Eleminasi Fekal
Eleminasi bowel merupakan salah satu bentuk aktifitas yang harus
dilakukan oleh manusia. Pengertian: Eliminasi bowel / fekal / Buang Air
Basar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan proses normal tubuh yang
penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah
yang dikeluarkan ini disebut faeces atau stool.
Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah bersifat individual
ada yang satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang mengalami
gangguan yaitu hanya 3-4 kali dalam satu minggu atau beberapa kali dalam
sehari, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi masalah seperti konstipasi,
fecal imfaction , hemoraid dll.
Peran perawat sangat penting untuk mencengah terjadinya gangguan
eleminasi bowel dan membantu klien dengan segera untuk memenuhi
kebutuhan eleminasi.
Anatomi dan Fisilogi :
-
Gambar 1.1 Struktur dan anatomi pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas terdiri dari
11. 4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
mulut, esophagus dan lambung dan bagian bawah terdiri dari usus halus dan
besar. Agar lebih jelas bagi peserta didik ikutilah uraian tentang saluran bagian
atas dan bawah berikut ini :
1. Saluran gastrointestinal bagian atas terdiri mulut, esophagus & lambung
Makanan yang masuk ke mulut kita di cerna secara mekanik dan kimia, pada
lambung dengan bantuan enzim, asam lambung akhirnya berbentuk cbyme
didorong ke usus halus.
2. Saluran gastrointestinal bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar
Saluran gastrointestinal atas meliputi, usus halus terdiri dari duadenum,
jejenun, ileum, sedang usus besar terdiri cecum,colon dan rectum .
Usus mengabsorpsi air, nutrient dan elektolit. Usus sendiri mesekresi
mucus, potassium, bikarbonat dan enzim, sekresi musin (ion karbonat)
yang pengeluarannya dirangsang oleh nervus parasimpatis.
Cbyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar.
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7 – 10 liter / 24
jam. Feses terdiri atas 75% air dan 25% padat, bakteri yang umumnya sudah
mati, lepasan epithelium dari usus, sejumlah kecil zat nitrogen.
Jadi makanan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan
waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin lunak bahkan bila terlalu lama
maka akan semakin padat karena air diabsorpsi apabila tidak segera
di keluarkan. Sebaliknya pada keadaan infeksi atau saat emosi sekresi
mucus akan meningkat berfungsi melindungi dinding usus dari aktifitas
bakteri, bila hal ini berlebihan akan meningkatkan peristaltik berdampak
pada penyerapan feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare
dan flatus.
Kesimpulan bahwa dorongan feses juga dipengaruhi oleh oleh kontraksi
abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otor elevator. Defekasi dipermudah
oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
Defikasi bisa terjadi, bila fungsi pencernaan normal, saraf rectum, spinal
cord dan kapasitas rectum normal
12. 5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal:
1. Usia :
Pada bayi sampai 2-3 tahun: lambung kecil, enzim kurang, peristaltic usus
cepat, neuromuskuler belum berkembang sehingga mereka belum mampu
mengontrol buang air besar (diare/inkontinensia) . Usia lanjut : gigi berkurang,
enzim di saliva & lambung berkurang peristaltik dan tonus abdomen berkurang.
Hal tersebut menyebabkan lansia beresiko mengalami kontipasi.
2. Diet
Makanan berserat, berselulosa dan banyaknya makanan penting untuk
mendukung volume fekal. Contoh bila makanan yang kita makan rendah
serat menyebabkan peristalik lambat, sehingga terjadi peningkatan
penyerapan air di usus, hal ini berakibat seseorang mengalami konstipasi.
Demikian juga seseorang dengan diet yang tidak teratur akan menggangu
pola defekasi dan makanan yang mengandung gas: bawang, kembang
kol, dan kacang-kacangan. Susu: sulit dicerna bagi sebagian orang /
laktusa intolerance/diare.
3. Pemasukan cairan.
Orang dewasa intake cairan normalnya: 2000-3000 ml/hari. Jika intake cairan
tidak adekuat atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan
kekurangan cairan, sehingga tubuh akan menyerap cairan dari chyme
sehinggafaecesmenjadikeras,kering,danfesessulitmelewatipencernaan,
hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami konstipasi
4. Aktifitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik meningkat.
Contoh pada klien dengan keadaan berbaring terus-menerus akan
menurunkan peristaltik usus, sehingga terjadi peningkatan penyerapan
air, hal ini berdampak pada klien yaitu konstipasi atau fecal imfaction.
5. Faktor psikologik
Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristaltik usus
13. 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang
dengan depresi akan memperlambat peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi.
6. Kebiasaan dan posisi
Kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar ( BAB) sejak kecil
secara teratur maka sesorang tersebut akan secara teratur pola defikasinya atau
sebaliknya. Kebiasaan seseorang defikasi dengan posisi jongkok memungkinkan
tekanan intraabdomen dan otot pahanya, sehingga memudahkan seseorang
defikasi, pada kondisi berbeda atau sakit maka seseorang tidak mampu
melakukannya, hal ini akan mempengaruhi kebiasaan seseorang menahan BAB
sehingga bisa menyebabkan konstipasi atau fecal imfaction .
7. Prosedur diaognostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat BAB kecuali setelah makan. Tindakan
ini dapat mengganggu pola eleminasi sampai klien dapat makanan secara
normal. Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium, hal ini bisa
menyebabkan feses mengeras dan terjadi konstipasi atau fecal imfaction
8. Nyeri
Secara normal seseorang defikasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang
dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis,
episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB. Lama-kelamaan, kondisi ini
bisa menyebabkan seseorang akhirnya terjadi konstipasi
9. Operasi dan anastesi
Pemberian anastesi saat pembedahan akan menghambat parasimpatis,
sehingga akan dapat menghentikan sementara waktu pergerakan usus (ileus
paralitik). Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 – 48 jam.
10. Obat-obatan
Seseorang dengan mengkonsumsi narkotik, morfin, kodein menyebabkan
konstipasi. Seseorang menggunakan laksatif dan katartik dapat melunakkan
14. 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
feses dan meningkatkan peristaltik, akan tetapi jika digunakan dalam waktu
lama akan menyebabkan menyebabkan penurunan tonus usus sehingga kurang
responsisif lagi untuk menstimulasi eliminasi fekal.
13. Kondisi patologi
Pada injuri spinal cord atau kepala dan gangguan mobilisasi, dapat menurunkan
stimulasi sensori untuk defekasi. Buruknya fungsi spinal anal menyebabkan
inkontinensia.
14. Irritans
Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat mengiritasi
usus dan menyebabkan diare dan banyak flatus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi defikasi seperti sebagaimana diuraikan
di atas, apa bila tidak segera dicegah akan menggangu defikasi klien. Agar lebih
jelasnya peserta didik harus mengetahui masalah yang menyebabkan gangguan
gangguan eleminasi fekal sehingga bisa mencari penyebabnya sebagai berikut :
Masalah-masalah gangguan eliminasi fekal :
1. Konstipasi
Gambar 1.2 Tanda-tanda konstipasi
Tanyakan pada diri anda sendiri apakah saudara pernah mengalami menurunnya
frekuensi BAB hingga beberapa hari, disertai dengan pengeluaran faeces yang
sulit, keras dan mengedan. Dan dapat menyebabkan nyeri rectum, keadaan ini
di sebut konstipasi, keadaan ini merupakan gejala, bukan penyakit. Kondisi ini
15. 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Biasanya disebabkan oleh pola defikasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif
yang lama , stress psikologis , obat-obatan, kurang aktifitas dan faktor usia.
2. Fecal Imfaction
Gambar 1.3 Keadaan fecal impaction
Fecal Impaction, dimana masa feses yang keras di kolon dan lipatan sigmoid yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan .
Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang aktifitas, diet
rendah serat dan kelemahan tonus otot. Tanda yang bisa saudara identifikasi
adalah: tidak BAB beberapa hari, anoreksia, kembung/kram nyeri rectum.
3. Diare
Diare adalah keluarnya feses cair dan meningkatnya frekuensi buang air besar,
akibat cbyme melewati usus terlalu cepat, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-
obatan, alergi penyakit kolon dan iritasi intestinal. Akibat pada seseorang diare
adalah gangguan elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang
tua.
Fecal Impaction
Normal Anatomy Initial Impaction
Sigmoid colon
Impacted with stool
Sigmoid
colon
16. 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4. Inkontinensia bowel / fecal /alvi
Gambar 1.4 Inkontinensia
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui
spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus.
Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spinter anus
eksternal. 60% usila inkontinensi.
Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali
membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan kerusakan
kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah
kering dan bersih.
5. Kembung
Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intestinal sehingga
dinding usus meregang dan distensi, dapat disebabkan karena konstipasi,
penggunaan obat-obatan seperti barbiturate, ansietas. Penurunan aktivitas
intestinal, makan banyak mengandung gas, pemecahan makana oleh bakteri
bakteri dan efek anastesi
17. 10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10
6. Hemoroid
Gambar 1.5 Keadaan hemoroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal dan
eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya adalah
konstipasi kronis, kehamilan, dan obisitas . Jika terjadi inflamasi dan pengerasan,
maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan
oleh klien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah
konstipasi.
PROSES KEPERAWATAN
Adalimalangkah yangharusandapahamidalammemberikanasuhankeperawatan
pada klien dengan gangguan eleminasi meliputi pengkajian, rumuskan diagnose
keperawatan, intervensi dan implementasi dan evaluasi
I. Pengkajian
Peserta didik dalam melakukan pengkajian harus mengerakan semua indra dan
tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik untuk mengali data yang akurat.
1. Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada pasien tentang kebiasaan atau pola defikasi seperti frekuensi,
waktunya , perilaku defikasi , seperti penggunaan laksatif, kapan berakhir BAB,
karakteristik feses seperti : warna bau dan tekstur, diet yang biasa dimakan dan
18. 11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
yang dihindari , cairan yang di minum baik jenis maupun jumlah, aktifitas yang
dilakukan, penggunaan obat-obatan, stress yang berkepanjangan dan riwayat
pembedahan dan penyakit.
2. Pemeriksaan fisik
Periksalah pasien pada abdomen apakah terjadi distensi, simetris , gerakan
peristaltik dan adanya massa pada perut, sedangkan pada rectum dan anus
meliputi tanda- tanda inflamasi, perubahan warna , lesi fistula, hemorraid dan
adanya massa.
3. Keadaan feses
Lakukan identifikasi feses meliputi konsistensi, bentuk , bau, warna, jumlah dan
unsur abnormal. Warna : bayi (kuning), dewasa (coklat), Bau : khas, tergantung
dari tipe makanan. Konsistensi : padat, lunak frekuensi : tergantung individunya,
biasanya bayi (4-6 kali sehari), bayi PASI (1-3 kali sehari), dewasa (1-3 kali
perminggu), jumlah :150 gram sehari (dewasa), Ukuran : tergantung diameter
rectum
4. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
Endoskopi, protoksigmoidodkopi merupakan prosedur
pemeriksaan dengan memasukan alat kedalam cerna bagian bawah untuk
mengevaluasi kolon dan sekum terhadap peradangan, perdarahan dan diare
II. Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi ( actual atau resiko )
Difinisi : Seorang mengalami perubahan pola defikasi dengan karakteriktik
penurunan frekuensi buang air besar dan feses yang keras, kemungkinan
penyebabnya (berhubungan dengan) : immobilisasi, aktifitas menurun, ileus,
stress, mobilisasi intestinal menurun dan pembatasan diet, kemungkinan klien
mengalami, anemi, hipotiroidisme, dialysis ginjal, pembedaan, paralisis, cedera
spinal cord, kemungkinan tanda-tanda yang ditemukan pada klien : bising
usus menurun, mual, nyeri abdomen, massa pada abdomen kiri bawah, perubahan
konsistensi feses, frekuensi BAB.
19. 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Tujuan yang diharapkan :
Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel dan perubahan pola hidup
untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi, kriteria Evaluasi: konsistensi feces
lunak, pola defekasi normal, distensi abdomen tidak ada, flatus, defekasi nyaman.
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan pengeluaran manual
untuk mengeluarkan feses, bila
tidak berhasil dengan pemberian
gliserin klisma.
2. Berikan cairan adekuat dan
makanan tinggi serat, bila tidak
ada kontra indikasi dan hindari
makanan yang mengandung gas
3. Bantu klien dengan melakukan
aktifitas pasif dan aktif sesuai
kondisinya dan berikan
pendidikan kesehatan sesuai
masalah yang saudara temukan
seperti kebiasaan BAB yang
teratur, pola makan dan minum
dll
4. Lakukan konsultasi dengan
dokter tentang pemberian
pengobatan, laksatif dan enema
1. Melunakan feses sehingga
membantu feses memudahkan
pengelauaran feses
2. Feses lunak dan menurunkan
konstipasi
3. Meningkatkan pergerakan usus
dan menghindari konstipasi
4. Meningkatkan eleminasi
Kreteria evaluasi
Setelah membantu untuk klien konstipasi evaluasi konsistensi feces lunak, pola
defekasi normal, tidak ada distensi abdomen, flatus dan perasaan penuh defekasi
dan defekasi nyaman
20. 13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Diagnosa keperawatan 2
Diare:Seseorang mengalamiperubahanbuangairbesardengankarakteristik
feses cair , kemungkinan penyebabnya (berhubungan dengan) inflamasi,iritasi,
dan malabsorpsi, pola makan yang salah, dan efek samping pengobatan,
kemungkinan klien mengalami, peradangan usus, pemberdahan, gastritis atau
enteritis, kemungkinan tanda-tanda yang ditemukan pada klien, feses cair,
nafsu makan menurun, meningkatnya frekuensi BAB dan peristaltik usus.
Tujuan
Pasien kembali BAB ke pola normal dan keadaan feses berbentuk dan lebih keras
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan monitor konsistensi,
warna, bau, gerakan usus dan cek
berat badan setiap hari dan cek
intake-autput cairan dan elektrolit
2. Lakukan pemeriksaan kulit
perineal dan jaga dari gangguan
integritas.
3. Kolaborasikan dengan dokter
pemberian cairan , obat antidiare
dan diet rendah serat dan lunak
hindari stress maupun istirahat
cukup
1. Memonitor kondisi dan status
dehidrasi.
2. Menghindari iritasi kulit sekitar
anus
3. Mengurangi kerja usus dan
menurunkan stimulasi bowel
Kreteria evaluasi
Setelah membantu untuk klien diare evaluasi evaluasi : BAB tidak lebih dari 2 kali
sehari, konsistensi faeces baik, hidrasi baik: kulit baik, urin out put 60 ml/jam,
bebas dari nyeri abdomen dan iritasi perianal.
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14
Selamat, saudara telah mempelajari modul tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal. Dengan
demikian peserta didik sebagai perawat diharapkan telah menguasai kompetensi
untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan eleminasi fekal. Hal-hal yang
penting yang sudah peserta pelajari dalam modul ini adalah sebagai berikut.
Seseorang tidak selamanya eleminasi bowel atau fekal bisa berjalan lancar,
kadang mengalami gangguan atau hambatan yang bisa disebabkan oleh faktor
fisik, psikologis, sosialbudaya, obat-obatan dll. Gangguan eleminasi yang sering
terjadi adalah kontipasi, diare, dll. Masalah-masalah yang terjadi pada gangguan
eleminasi bowel harus segera ditanggulangi karena akan berdampak pada
gangguan homeostasis tubuh. Karena sisa hasil metabolisme tubuh yang berupa
feses merupakan kotoran yang bersifat toksin sehingga bisa meracuni apabila
tidak segera dikeluarkan dari tubuh.
Saudara sebagai perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal
dengan benar dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, 1)
melakukan pengkajian, 2) merumuskan diagnosa, 3) melakukan perencanaani, 4)
memberikan beberapa tindakan, 5) menyusun evaluasi
Rangkuman
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
15
Tes Formatif
Petunjuk :
1. Peserta didik dalam melakukan latihan soal ini minimal 2 kali, pertama
sebelum memulai proses pembelajaran pada modul 3 ini, kedua setelah
pembelajaran pada modul ini
2. Peserta didik dalam menyawab latihan soal ini jujurlah pada diri anda
untuk tidak langsung melihat kunci jawabannya
3. Pilihlah jawaban yang paling benar yaitu A, B, C dan D
Kasus I :
Seseorang klien berumur 35 tahun, keadaan umum lemah, kesadaran
compos metis, berbaring terus menerus, mengeluh buang air besar tidak lancar
dan sudah 4 hari tidak BAB, disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras
dan mengedan., riwayat nyeri saat BAB, intake cukup. Diagnosa medis patah
tulang fibia. Terapi : Traksi
1. Pengeluaran feses yang sulit disertai dengan feses yang keras dikenal
dengan istilah ...
A. Inkontinensia alvi C. Kembung
B. Konstipasi D. Diare
2. Kemungkinan penyebab klien gangguan buang air besar pada keadaan
bedtrest tersebut adalah ...
A. Faktor usia lanjut C. Diet tak seimbang
B. Aktifitas kurang (Immobilisasi) D. Proses penyakit patah tulang
4. Penyebab pengeluaran feses sulit karena feses keras adalah ...
23. 16
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
A. Feces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap
B. Feses berada di intertilal lebih cepat, sehingga banyak air diserap
C. Peristaltik usus meningkat, sehingga tidak cukup waktu proses
penyerapan
D. Peristaltik usus meningkat, sehingga banyak air diserap
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan feses yang
sulit disertai dengan feses keras adalah ...
A. Konstipasi berhubungan dengan intake tidak seimbang
B. Inkontinesia alvi berhubungan dengan immobilisasi
C. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
D. Konstipasi berhubungan dengan proses penyakit
4. Intervensi keperawatan untuk membantu klein mengalami kesulitan buang air
besar karena feses keras adalah ...
A. Bantu klien dengan melakukan aktifitas pasif dan aktif sesuai kondisinya
B. Berikan klien diet rendah serat seperti susu, karbohidrat
C. Batasi intake cairan dan tingkatkan intake makanan
D. Berikan kesempatan klien untuk istirahat cukup
5. Tujuan perawat memberikan diet rendah serat dan lunak pada klien dengan
diare adalah ...
A. Meningkatkan stimulasi fekal C. Meningkatkan peristaltik usus
B. Menurunkan stimulasi fekal D. Meningkatkan kerja usus
6. Ketidak mampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas karena
24. 17
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
kerusakan fungsi spinter di sebut ...
A. Inkontinensia fekal C. Kebung
B. Konstipasi D. Fecal impaction
7. Konstipasi diatas bukan keadaan patologis, maka rencana tindakan perawat
perlu disusun meliputi ...
A. Beri diet makan rendah serat C. Bantu klien untuk membatasi
aktifitas
B. Berikan cairan adekuat+ D. Tingkatkan immobilisasi
8. Pengertian dari inkotinetia fekal adalah ...
A. Peningkatan jumlah feaces dan frekwensi defikasi
B. Ketidakmampuan spinter ani untuk mengendalikan pengeluaran feaces
C. Feces yang mengeras didaerah rectum dan tidak dapat dikeluarkan
D. Penumpukan gas didalam rongga usus
9. Konstipasi adalah ...
A. Frekwensi BAB cepat
B. Kesulitan pengeluaran faeses karena keras dan kering
C. Ketidakmampuan spinter ani mengendalikan feces
D. Faeces lunak didaerah rectum dan tak dapat keluar
10. Penyebab dari diare adalah ...
A. Makanan tinggi serat D. Makanan rendah serat
B. Intake cairan berlebihan E. Intolerasi makanan
25. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
18
II
Setelah mempelajari modul ini saudara mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
elimiasi urin
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari secara teliti
modul ini saudara diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar
kebutuhan eliminasi urine.
2. Menjelaskan hal dikaji pada
pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi urine.
3. Menjelaskan masalah-masalah
yang dialami pada pasien
dengan gangguan pemenuhan
eliminasi urine.
4. Menuliskan diagnosa
keperawatan yang muncul
pada pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi urine.
5. Menjelaskan intervensi ,
implementasi dan evaluasi
keperawatan pada pasien
dengan gangguan eliminasi
urine.
6. Melaksanakan prosedur
pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine
26. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
19
II
1. Konsep dasar pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine.
2. Review anatomi fisiologi .
3. Pengkajian pada pasien dengan
gangguan kebutuhan eliminasi
urine, meliputi: pola berkemih,
faktor yang mempengaruhi
kebiasaanberkemih,karakteristik
urine normal dan jumlah
4. Masalah-masalah dalam
eliminasi urine.
5. Diagnosa Keperawatan pada
pasien dengan gangguan
eliminasi urine.
6. Perencanaan ,intervensi dan
evaluasi keperawatan pada
pasien dengan gangguan
eliminasi urine.
7. Prosedurpemenuhankebutuhan
eliminasi urine ( modul 7
praktikum).
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine
POKOKMateri
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
20
Uraian Materi
Konsep dasar
Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.
Eleminasi urine normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi – fungsi
organ eleminasi seperti ginjal, ureter bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air
dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ueter lalu mengalir ke bladder.
Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tetentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra.
Anatomi dan fisiologi
Gambar 2.6 Sistem perkemihan
Tahukah anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2
kanan dan kiri, 1 ginjal mengandung 1- 4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang
dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24 jam..
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke bladder
melalui ureter. Kandung kemih tempat penampung 300- 400 ml urine, letaknya
di dasar panggul terdiri otot yang dapat mengecil sperti balon, terdiri 2 bagian
fundus dan bagian leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom oleh
sakral 2 dan 3.
28. 21
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Uretra saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran
pada spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita.
Tahukah anda panjang uretra wanita lebih pendek 3,7 cm, sedangkan
pria panjangnya 20 cm. Sehingga pada wanita lebih sering terjadi infeksi
saluran kemih.
Proses kejadian eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila
kandung kemih saudara secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis diteruskan ke pusat
miksi pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot
kandung kemih (destrusor) berkontraksi maka spinter interna relaksasi dan
spinter ektena berusaha mengosongkan kandung kemih.
Apa yang harus diketahui tentang eleminasi urine?
1. Pola Eleminasi urine normal
Seseorang berkemih sangat tergantung pada individu dan jumlah cairan yang
masuk, Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, setelah berkerja dan makan.
2.FrekuensiNormalnyamiksidalamseharisekitar5kali.Frekuensiuntukberkemih
tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih kira-kira 70
% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu
untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama
kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Pada orang dewasa normal jumlah urine 1,2 – 1,5 liter perhari atau
50 ml / jam selebihnya seperti air, elektrolit dan glukosa diabsorpsi
kembali. Komposisi urine 95 % air, dan 5 % elektrolit dan zat organik.
Pengeluaran urine seseorang tergantung pada intake cairan, faktor
sirkulasi penyakit metabolic seperti diabetes, glomerulonefritis dan
penggunaan obat-obatan diuretic. Bila pengeluaran urine kurang dari
30 ml/menit sedangkan masukan cairan cukup, hal ini kemungkinan
gagal ginjal.
29. 22
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3. Karakteristik Urine normal
Untuk mengetahui warna urine normal adalah kuning terang. disebabkan
adanya pigmen oruchrome, juga tergantung intake cairan. Seseorang dalam
keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan kecoklatan,
penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi
menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak. merupakan hasil pecahan
urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia , intake cairan dan
status kesehatan. Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan sekitar
1.200 – 1.500 atau 150 samapi 600 ml / sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa
protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar1,015
-1,020.
Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran
urine. Normalnya bayi-anak ekskresi urine 400-500 ml/hari, orang dewasa
1500-1600ml.
Contoh pada bayi-anak berat badan 10 % orang dewasa mampu
ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia lanjut volume
bladder berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan frekuensi
berkemih meningkat, demikian juga wanita hamil juga akan lebih
sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada
lokasi terbuka.
Peran perawat jika menemukan data klien dewasa dengan volume
urine dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam,
warna, bau obnormal dan berat jenis diatas normal maka perlu
perhatian khusus pada klien tersebut bila perlu perawat melapor.
30. 23
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Contoh masyarakat kita kebanyakan berkemih dikamar mandi
(dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang
dalam kondisi sakit harus miksi diatas tempat tidur, hal ini membuat
seseorang kadang menahan miksinya.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan stimulasi berkemih,
sebagai upaya kompensasi.
Contoh seseorang yang cemas dan stress maka mereka akan sering
buang air kecil.
4. Kebiasaan atau gaya hidup seseorang
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih.
Contoh seseorang yang biasa berkemih di toilet atau di sungai atau di
alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas tempat
tidur apalagi dengan menggunakan pot urine/ pispot.
5. Aktifitas dan tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Aktifitas dapat meningkatkan kemampuan
metabolism produksi urine secara optimal.
6. Intake cairan dan makanan
Kebiasaanminumdanmakantertentusepertikopi,teh,coklat, (mengandung
kafein) dan alcohol akan menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH), hal ini
dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti pasien yang demam akan terjadi
penurunan produksi urine dan pola miksi, karena banyak cairan yang
dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih meninggalkan
retensi urine.
8. Pembedahan
Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar
31. 24
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
hipofisis anterior melepas hormone ADH, mengakibatkan meningkatkan
reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun. Menggunakan enastesi
menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan terapi diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik,
dan antihipertensi, sehingga menimbulkan seseorang akan mengalami
retensi urine.
10. Pemeriksaan dianogtik
Intravenous pylogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema
localpadauretra,spasmepadaspinterbleddersehinggadapatmenimbulkan
urine tertahan ( retensia urine).
Masalah-masalah eliminasi urine
Ada beberapa masalah yang terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan eleminasi urine. Masalah tersebut antara lain :
1. Retensi urine
Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine
dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat
dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor
lemah dll
2. Inkontinensia urine
Bila seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada dua
jenis inkontinensia: pertama, stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi
pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi
kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa
akan mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan
normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu
32. 25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba
berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau
spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alcohol (
Taylor,1989)
3. Enurisis
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan
spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Faktor
penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih kurang normal.
Infeksi dll
Perubahan Pola Berkemih
Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urine, hal yang perlu saudara lakukan
pengkajian pada perubahan pola berkemih antara lain :
1. Frekuensi: Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake ciran yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
2. Urgency: Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria: Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
4. Polyuria (Diuresis): Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan
intake cairan misalnya pada pasien DM.
5. Urinary Suppression: Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine
berkisar 100-500 ml/24 jam).
33. 26
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
PROSES KEPERAWATAN
Adalimalangkahuntukyangharusdipahamiolehpesertadidikdalammemberikan
asuhan keperawatan pada pada klien dengan gangguan eleminasi meliputi
pengkajian, rumuskan diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi dan
evaluasi
1. Pengkajian
Peserta didik dalam melakukan pengkajian harus menggerakan semua indra
dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik untuk mengali data yang akurat.
a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari
perubahan berkemih, Faktor yang mempengaruhi berkemih
b. Pemeriksaan fisik klien meliputi 1) abdomen , pembesaran, pelebaran
pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan,
tenderness, bissing usus, 2) genetalia : wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya
secret dari meatus, kesadaran, antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki :
kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
c. Identifikasi Intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan
minum dan
infuse, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage
ureternomy, karakter urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostic :
Pemeriksaan urine (urinalisis): Warna : (jernih kekuningan), Penampilan (N:
jernih), Bau (N: beraroma), pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa
(N: negatif), Keton (N: negatif), Kultur urine (N: kuman petogen negatif)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia
- Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan
34. 27
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
pengeluaran urine, kemungkinan penyebab (berhubungan dengan):
gangguan neuromuskuler, spasme bladder, trauma pelvic, infeksi saluran
kemih, trauma medulla spinalis, kemungkinan klien mengalami (data
yang ditemukan) : inkontinensia, keinginan berkemih yang segera, sering
ke toilet, menghindari minum, spame bladder, setiap berkemih kurang dari
100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam.
b. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
c. Klien berkemih dalam keadaan berkemih.
d.
3. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap
2 jam. dan kolaborasi dalam
bladder training
2. Hindari faktor pencetus
inkontinensia urine seperti
cemas
3. Kolaborasi dengan dokter dalam
pengobatan dan kateterisasi
4. Berikan penjelasan tentang:
pengobatan, kateter, penyebab
dan tindakan lainnya
1. Tingkatkan kekuatan otot
bladder
2. Mengurangi atau menghindari
inkontinensia
3. Menghindari faktor penyebab
4. Meningkatkan pengetahuan
dan pasien lebih kooperatif
4. Kriteria evaluasi
Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi : Klien mampu mengontrol
pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
35. 28
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2. Retensi urine :
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder
secara tuntas, kemungkinan penyebab (berhubungan dengan) : Obtruki
mekanik, pembesaran prostat, trauma, pembedahan, kehamilan, kemungkinan
klien mengalami (data yang ditemukan): tidak tuntasnya pengeluaran urine,
distensi bladder, hipertropi prostat, kanker, infeksi saluran kemih, pembesaran
besar abdomen.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap
2 jam
2. Ukur intake dan output cairan
setiap 4 jam
3. Berikan cairan 2.000 ml/hari
dengan kolaborasi.
4. Kurangi minum setelah jam 6
malam.
5. Kaji dan monitor analisis urine
elektrolit dan berat badan
6. Lakukan latihan pergerakan dan
lakukan relaksasi ketika duduk
berkemih.
7. Kolaborasi dalam pemasangan
kateter.
1. Menentukan masalah
2. Memonitor keseimbangan
cairan
3. Menjaga defisit cairan
4. Mencegah nokturia
5. Membantu keseimbangan
cairan Membantu
mengembalikan energy
6. Menguatkan fungsi bladder
dan menguatkan otot pelvis. l
7. Mengeluarkan urine
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
29
Saudara telah mempelajari modul tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urin. Dengan demikian
saudara sebagai perawat telah mengusai kompentensi untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan eleminasi urin. Hal-hal yang penting yang sudah
saudara pelajari dalam modul ini adalah sebagai berikut:
Tidak selamanya eleminasi urine berjalan lancar, kadang mengalami
gangguan atau hambatan yang bisa disebabkan oleh faktor fisik, psikologis,
sosialkultural, penyakit dll. Gangguan eleminasi yang sering terjadi adalah
inkontenensia, retensi urine, dll. Masalah-masalah yang terjadi pada gangguan
eleminasi urine harus segera ditanggulangi karena akan berdampak pada
gangguan homeostasis tubuh. Dengan demikian sisa hasil metabolisme tubuh
yang berupa urine merupakan kotoran yang bersifat toksin sehingga bisa meracuni
apabila tidak segera dikeluarkan dari tubuh.
Dengan demikian peserta didik sebagai perawat, harus mampu dalam
memberikan asuhan keperawatan pada gangguan eleminasi urine dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, 1) melakukan pengkajian,
2) merumuskan diagnosa, 3) melakukan intervensi, 4) memberikan beberapa
tindakan, 5) evaluasi
Rangkuman
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
30
TES FORMATIF
1. Latihan Soal
Petunjuk :
1. Peserta didik dalam melakukan latihan soal ini minimal 2 kali, pertama
sebelum memulai proses pembelajaran pada modul 3 ini, kedua setelah
pembelajaran pada modul ini
2. Peserta didik dalam menyawab latihan soal ini jujurlah pada diri anda
untuk tidak langsung melihat kunci jawabannya
3. Pilihlah jawaban yang paling benar yaitu A, B, C dan D
Kasus 2
Seorang laki-laki , umur 58 tahun dirawat di ruang bedah karena menderita
pembesaran prostat. Laki-laki tersebut kesakitan setiap kali buang air kecil,
sehingga laki-laki tersebut menahan kecing. Laki-laki tersebut merasa tidak tuntas
pengeluaran urine meskipun baru kecing, Hasil pemeriksaan Tensi 130/90 mmhg,
nadi 80 X/menit, intake cairan 200 ml/perhari, kencing sedikit.
1. Data yang perlu dikaji pada klien yang merasa tidak tuntas dalam pengeluaran
kencing adalah
A. Destensi bladder B. Kebersihan genelalia
B. Perubahan warna urine C. Imflamasi genetalia
2. Perasaan sakit dan kesulitan dalam berkemih yang dialami laki-laki itu, disebut
A. Urgency C. Polyuria
B. Frekuensi D. Dysuria
Tes Formatif
38. 31
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3. Kemungkinan penyebab seorang laki-laki yang mengalami kesakitan saat
berkemih, sehingga mereka menahan kencing pada kasus diatas adalah
A. Trauma C. Infeksi saluran kemih
B. Hipertropi prostat D. Pembedahan
4. Jumlah pengeluaran urine pada orang dewasa normal dalam sehari adalah
A. Sekitar 1.200 – 1.500 ml D. Kurang dari 500 ml
B. Lebih 3000 ml E. Kurang dari 150 per sekali miksi
5. Seseorang yang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine disebut
dengan
A. Retensio urine C. Inkotinensia urine
B. Urgency D. Poliuria
6. Masalah keperawatan terjadi pada klien dengan gejala kencing sedikit-
sedikit, kandung kemih penuh dan merasa kencing tidak tuntas adalah
A. Retensio urine C. Inkotinensia urine
B. Enuresis D. Poliuria
7. Tujuan intervensi pada klein dengan inkontinensia urine adalah
A. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine secara bertahap
B. Klien tidak dapat mengontrol pengeluaran urine secara betahap
C. Klien terjadi peningkatan pengeluaran urine
D. Klien menunjukan pengeluaran urine lebih sering
8. Perawat melakukan bladder training pada klien dengan inkontinensia urine,
dengan tujuan
39. 32
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
A. Meningkatkan pengeluaran urine C. Menurunkan otot dasar pelvis
B. Menguatkan otot dasar pelvis D. Menurunkan kekuatan otot
bladder
9. Perawat harus selalu memonitor setiap 2 keadaan bladder klien dengan
retensio urine, dengan tujuan
A. Mengeluarkan urine C. Meningkatkan fungsi bledder
C. Mencegah penurunan bledder D. Mencegah distensi bladder
10. Intervensi perawat pada klien dengan retensio urine adalah
A. Kolaborasi pemasangan kateter C. Kolaborasi bladder training
C. Kolaborasi pembatasan cairan D. Kolaborasi pemberian diet
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
33
Kebutuhan Eleminasi fekal Persobal Eleminasi urine
1. B 1. A
2. B 2. D
3. A 3. B
4. C 4. A
5. A 5. C
6. A 6. A
7. B 7. A
8. B 8. B
9. B 9. D
10. D 10.A
Kunci Jawaban
41. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
34
Tugas Mandiri
Kasus 1
Seseorang klien laki-laki, berumur 35 tahun, dirawat di ruang perawatan interne
karena buang air besar terus menerus, dan mengeluh sakit perut terutama setiap
buang air besar, frekuensi BAB 8-12 kali / hari , feses cair, mengandung darah,
. Hasil pemeriksaan Tensi 130/90 mmhg, nadi 80 X/menit, intake cairan 200 ml/
perhari dan tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi.
Petunjuk :
1. Pelajarilah kasus di bawah ini dengan cermat.
2. Susunlah dasar teori yang mendasari kasus tersebut
3. Susunlah asuhan keperawatan yang sesuai kasus tersebut dengan langkah-
langkah sebagai berikut, 1) Lengkapi data pengkajian yang dibutuhkan,
2) tentukan diagnosa keperawatan sesuai prioritas, 3) Susun rencana
keperawatan dan rasionalnya, 4) Susun kreteria evaluasi
4. Kerjakan tugas ini setelah proses pembelajaran pada modul 2 ini selesai,
kemudian peserta didik melakukan konsultasi 1 kali kepada dosen atau
fasilitator
5. Dosen atau fasilitator untuk memberikan umpan balik kepada peserta
didik
Penilaian :
Aspek Bobot
1. Dasar teori terjadinya masalah 15 %
2. Pengajian secara relewan dan akurat 20 %
3. Merumuskan diagnosa (prioritas sesuai dan unsur diagnosa) 20 %
4. Perencanaan tindakan ( tujuan, rencana dan rasional) 30 %
5. Tindakan ( berada pada modul 5)
6. Kreteria evaluasi 15 %
Tugas praktikum : Prosedur tindakan pemenuhuan kebutuhan elemeniasi
( Pembelajaran modul 5)
42. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
35
Alman. 2000, Fundamental & Advanced Nursing Skill ,Canada, Delmar Thompson,
Learning Publisher.
Asmadi. 2008, Teknik prosedural keperawatan,konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien, Salemba Medika, Jakarta
Azis Alimun .2006, Kebutuahan dasar manusia I , Salemba Medika, Jakarta
Elkin, et al .2000., Nursing Intervention and Clinical Skills, Aecond edt.
Kozier, B. 1995, Fundamental of Nursing: Concept Process and Practice, Ethics and
Values, California, Addison Wesley
Perry,at al. 2005, Ketrampilan dan prosedur dasar,Kedokteran, EGC, Jakarta
Potter,P.1998, Fundamental of Nursing, Philadelphia, Lippincott
Tarwoto Wartonah.2006, Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
3, Salemba Medika, Jakarta
Tim Poltekkes Depkes Jakarta III .2009, Panduan Praktek KDM, Salemba Medika,
Jakarta
Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, 2012, Mudul pembelajaran KDM,
Malang
Wahid,IM dan Nuruk, C. 2008, Kebutuhan dasar Manusia, teori dan aplikasi dalam
praktek, Salemba Medika, Jakarta
Daftar Pustaka
43. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
36
Tes Sumatif
Petunjuk :
1. Peserta didik dalam menjawab latihan soal ini jujurlah pada diri anda, tidak
langsung melihat kunci jawabannya .
2. Pilihlah jawaban yang paling benar yaitu A, B, C dan D
Kasus I :
Seorang laki-laki berumur 50 tahun, keadaan umum lemah, kesadaran
compos metis, berbaring terus menerus, mengeluh buang air besar tidak lancar
dan sudah 4 hari tidak BAB, disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras
dan mengedan., riwayat nyeri saat BAB, intake cukup. Diagnosa medis patah
tulang fibia. Terapi : Traksi
1. Pengeluaran feses yang sulit disertai dengan feses yang keras dikenal
dengan istilah ...
A. Inkontinensia alvi C. Kembung
B. Konstipasi D. Diare
2. Kemungkinan penyebab pengeluaran feses sulit karena feses keras pada
pasien fraktur dengan terapi Traksi adalah :
A. Feces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap
B. Feses berada di intertilal lebih cepat, sehingga banyak air diserap
C. Peristaltik usus meningkat, sehingga tidak cukup waktu proses
penyerapan
D. Peristaltik usus meningkat, sehingga banyak air diserap
44. 37
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien faktur tibia dengan
terapi traksi dengan hasil pengkajian pola BAB feses yang sulit disertai dengan
feses keras adalah ....
A. Konstipasi berhubungan dengan intake cairan cukup
B. Inkontinesia alvi berhubungan dengan immobilisasi
C. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
D. Konstipasi berhubungan dengan faktur tibia
4. Intervensi keperawatan untuk membantu klein mengalami kesulitan buang air
besar karena feses keras adalah ....
A. Bantu klien dengan melakukan aktifitas pasif dan aktif sesuai kondisinya
B. Berikan klien diet rendah serat seperti susu, karbohidrat
C. Batasi intake cairan dan tingkatkan intake makanan
D. Berikan kesempatan klien untuk istirahat cukup
5. Bila tindakan diatas tidak behasil, maka perawat perlu kolaborasi pemberian
sepuit gliserin, sedangkan jumlah cairan gliserin yang dibutuhkan untuk pasien
tersebut adalah ....
A. 5 CC C. 10 – 20 CC
B. 5 – 10 CC D. 20 – 25 CC
6. Perawat harus memasukan ujung semprit ke anus untuk pasien berumur 50
tahun diatas adalah ....
A. 3 - 7 cm kearah umbilikus C. 7- 10 cm kearah umbilikus
B. 10 – 13 cm kearahumbilikus D. 13 – 16 cm kearah umbilikus
45. 38
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
7. Sesuai dengan rencana besoknya pasien akan dilakukan pembedahan, hasil
kolaborasi pasien perlu dilakukan huknah tinggi, sedang tinggi irrigator yang
tepat saat saudara memberikan huknah tinggi adalah ...
A. 10- 15 cm dari anus C. 25 - 45 cm dari anus
B. 15 – 20 cm dari anus D. 45 – 50 cm dari anus
8. Jumlah cairan pada pemberian huknah tinggi yang harus diberikan oleh
perawat pada laki-laki berumur 50 tahuan dewasa adalah ....
A. 500 ml C. 1500 ml
B. 1000 ml D. 2000 ml
9. Waktu yang dibutuhkan saat saudara pemberian huknah tinggi pada pasien
adalah ....
A. 10 menit C. 20 – 25 menit
B. 15 – 20 menit D. 25 – 30 menit
10. Bila saudara melakukan feses secara manual untuk mengurangi rasa nyei
pada pasien, saudara perlu memberikan lidokain lokal secara dioleskan 1-2
ml, berapa menit sebelum menit sebelum prosedur dilakukan ...
A. 2 menit C. 4 menit
B. 3 menit D. 5 menit
46. 39
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Kasus 2
Seorang laki-laki , umur 58 tahun dirawat di ruang bedah karena menderita
pembesaran prostat. Laki-laki tersebut kesakitan/ mengedan setiap kali buang air
kecil, sehingga laki-laki tersebut menahan kecing. Laki-laki tersebut merasa tidak
tuntas pengeluaran urine meskipun baru kecing, Hasil pemeriksaan Tensi 130/90
mmhg, nadi 80 X/menit, intake cairan 200 ml/perhari, kencing sedikit.
1. Kemungkinan penyebab seorang laki-laki yang mengalami kesakitan saat
berkemih dan tampak mengedan, saat berkemih adalah ...
A. Trauma C. Infeksi saluran kemih
B. Hipertropi prostat D. Pembedahan
2. Bila saudara melakukan pemeriksaan kandung kemih yang penuh, sedangkan
pada pasien mengeluh ingin kecing, tetapi pasien tidak bisa kencing, keadaan
ini disebut ....
A. Destensi bladder B. Kebersihan genelalia
B. Infeksi saluran kemih C. Imflamasi genetalia
3. Perasaan sakit dan kesulitan dalam berkemih yang dialami laki-laki itu, disebut
A. Urgency C. Polyuria
B. Frekuensi D. Dysuria
4. Masalah keperawatan yang terjadi pada pasien yang mengalami tidak bisa
kencing, sedangkan pasien mengeluh ingin kecing adalah ....
A. Retensio urine C. Inkotinensia urine
B. Urgency D. Poliuria
47. 40
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5. Jumlah pengeluaran urine pada orang dewasa normal dalam sehari adalah ..
A. Sekitar 1.200 – 1.500 ml D. Kurang dari 500 ml
B. Lebih 3000 ml E. Kurang dari 150 per sekali miksi
6. Saat saudara membantu pasien melakukan BAK , hal yang perlu di abservasi
tentang urine adalah....
A. Jumlah dan warna C. Konsistensi dan bentuk
B. Bau dan bentuk D. Jumlah dan konsistensi
7. Saudara perlu melakukan kolaborasi untuk mengatasi masalah pada pasien
dengan kandung kemih penuh dan pasien tidak bisa BAK dengan melakukan
tindakan ...
A. Membantu memberikan urinal pada pasien
B. Membantu memberikan pot pada pasien
C. Melakukan memasangan kateter
D. Melakukan memasang kondom kateter
8. Saudara harus memasukan kateter secara perlahan-lahan pada laki-laki tersebut
dengan kateter sepanjang ...
A. 2.5 – 5 cm C. 7.5 – 12.5 cm
B. 5 – 7.5 cm D. 12. 5 – 17.5 cm
9. Setelah saudara memasukan kateter sampai urine keluar, saudara harus
memasukan lagi kateter sepanjang ....
A. 1- 2.5 cm C. 5 cm
B. 2.5 – 5 cm D. 10 cm
48. 41
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10. Saat saudara memasukan kateter pada pasien laki-laki sebaiknya posisi
penis adalah ....
A. Tengak lurus C. Miring kanan
C. Miring kiri D. Sesuai keinginan pasien
49. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
42
Kunci Jawaban Tes Sumatif
Kasus 1 Kasus 2
1. B 1. B
2. A 2. A
3. C 3. D
4. A 4. A
5. C 5. A
6. C 6. A
7. D 7. C
8. B 8. D
9. A 9. C
10. D 10. A