SlideShare a Scribd company logo
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
MODUL 2
Panduan Praktek Klinik
“Prosedur Tindakan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler”
Penulis :
Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes.
PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Hak cipta © Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
2013
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1
Daftar Isi
Halaman Sampul
Daftar isi 1
Pendahuluan 2
Kegiatan Belajar 1 Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler 4
Kegiatan Belajar 2 Perekaman Elektro Kardiografi 13
Kegiatan Belajar 3 Pengukuran CVP 32
Penutup 40
Daftar Pustaka 41
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan
Selamat Anda telah mempelajari dan mempraktekkan Modul 1 yang
membahas tentang Prosedur Tindakan pada Pasien dengan gangguan Sistem
Pernafasan.
Nah, sekarang Anda akan mempelajari modul 2, tentang Panduan Praktek
Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Hal ini penting karena Anda Sebagai perawat pelaksana, maka lulusan D-III
Keperawatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler pada tatanan nyata di rumah sakit. Modul
praktek klinik yang berjudul “Pedoman Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” . Modul ini akan disajikan secara
aplikatif sebagai panduan Anda dalam memberikan pelayanan keperawatan pada
pasien di rumah sakit. Sebagai landasan keilmuan dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan secara jelas telah dibahas dalam modul mata kuliah “Keperawatan
Medikal Bedah 1”
Modul praktek klinik ini di kemas dalam 3 (tiga) kegiatan belajar yaitu :
Kegiatan Belajar 1	 : Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Kegiatan Belajar 2	 : Prosedur Tindakan Perekaman Elektro Kardio Grafi (EKG)
Kegiatan Belajar 3	 : Prosedur Tindakan Central Venous Pressure (CVP)
Setelah mempelajari modul Praktek Klinik ini, anda dapat ; 1) Melakukan
prosedur pengkajian/pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler, 2) Melaksanakan prosedur tindakan perekaman elektro kardiografi
(EKG), 3) Melaksanakan prosedur tindakan central venous pressure (CVP). Sehingga
anda dapat melakukan asuhan keperawatan pada sistem kardiovaskuler secara
profesional di tatanan klinik atau rumah sakit
Agar anda dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler, maka ada beberapa hal yang harus anda lakukan,
yaitu :
1.	 Pelajari anatomi sistem kardiovaskuler
2.	 Pelajari materi kuliah tentang penyakit atau kelainan sistem kardiovaskuler.
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Materi ini telah Anda pelajari pada modul mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 (KMB 1)
3.	 Lakukan latihan prosedur tindakan di laboratorium sesering mungkin dibawah
bimbingan pembimbing laboratorium pada pantum atau alat peraga sampai
anda cukup terampil
4.	 Setelah itu praktekkan pada pasien di rumah sakit saat anda melakukan
praktek klinik keperawatan.
Baiklah selanjutnya marilah Anda pelajari Kegiatan Belajar 1 :
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
4
I
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan
Belajar I ini anda dapat melakukan pemeriksaan fisik
sistem kardiovaskuler
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar I ini
anda dapat melakukan :
1.	 Pemeriksaan umum dada
2.	 Pemeriksaan dada dengan metode : inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi
Ruang lingkup kegiatan belajar 1 ini meliputi :
1.	 Pemeriksaan umum
2.	 Inspeksi
3.	 Palpasi
4.	 Perkusi
5.	 Auskultasi
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
RUANGLingkup Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5
Uraian Materi
Perlu Anda ketahui bahwa pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu
organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk
(perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya
auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita
harus melakukan komunikasi dokter/perawat (pemeriksa) dengan pasien
(anamnesis). Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan
dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada
pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita
lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah dapat diperkirakan.
Secara khusus pemeriksaan fisik kardiovaskuler dalam pelaksanaannya
tidak beda jauh dengan sistim lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
(auskultasi).
Perhatikan, Pemeriksaan fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan
pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa tekanan
vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung.
Dalam pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan
adanya hasil pemeriksaan normal, juga bisa kita dapati kelainan-kelainan hasil
pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain : batas jantung yang melebar,
adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa
bising (murmur).
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang
cukup membantu pemeriksa dalam menegakkan diagnosis.
Apakah Anda tahu kenapa perlu dilakukan pemeriksaan fisik terkait dengan sistem
kardiovaskuler ?
Di bawah ini adalah beberapa indikasinya kenapa pasien dilakukan pemeriksaan
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
sistem kardiovaskuler.
Indikasi :
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler dilakukan untuk :
•	 Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien
•	 Mengetahui diagnosis penyakit dari seorang pasien
•	 Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
•	 Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
•	 Dipakai sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan
paripurna terhadap pasien.
Perhatikan !
Pemeriksaan fisik jantung dan pembuluh darah besar, sesuai dengan
urutan regional, dimulai setelah dilakukan inspeksi payudara dan palpasi aksila.
Prekordium dapat diinspeksi dan permulaan dipalpasi pada pasien dalam posisi
duduk. Biasanya, manuver auskultasi dikonduksi dan iktus kordis dinilai kembali
pada pasien posisi terlentang. Pada keadaan khusus, dapat juga dilakukan
pemeriksaan berdiri atau jongkok.
Sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu yang perlu Anda
persiapkan adalah :
Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan meliputi
kamar yang sunyi untuk mempertajam akurasi auskultasi, penerangan yang
baik dan dada pasien terbuka untuk inspeksi prekordium, kamar dan tangan
pemeriksa yang hangat agar palpasi menyenangkan dan stetoskop dengan bel
dan diafragma.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan dengan langkah langkah seperti di bawah ini :
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Inspeksi Posisi Telentang
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi prekordium pendahuluan, pasien
diarahkan untuk mengambil posisi telentang, pemeriksa berhadapan dengan
pasien yang telentang dengan badan dinaikkan 300
dari posisi horisontal.
Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium
dapat dilakukan secara adekuat. Pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat, retraksi
atau gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus jantung
dan membuat evaluasi sistemik pada apeks, daerah sternum kiri bawah, serta
daerah katup pulmonalis dan aorta
Palpasi
Dengan menggunakan sendi interfalang distal jari telunjuk dan jari tengah
(bukan ujung jari), pemeriksa mencari iktus kordis yang biasanya terletak pada
ruang interkosta keempat atau kelima pada atau sekitar garis midlklavikula. Lokasi
iktus kordis ini lebih mudah ditentukan dengan menyuruh pasien berbaring
lebih ke arah kiri, sehingga bagian apeks lebih dekat ke dinding dada. Namun
demikian, pasien harus kembali ke posisi telentang sebelum ditarik kesimpulan
mengenai lokasi, kekuatan dan sifat impuls. Dorongan iktus kordis yang kadang-
kadang dapat dilihat dan sering teraba pada “point maximal impuls” (PMI) timbul
akibat gerakan jantung depan bersamaan dengan sistolik ventrikel. Lolasi, besar,
kekuatan dan lamanya dapat terlihat. Apabila lokasi iktus kordis dapat ditentukan,
pemeriksa meletakkan dua jari tangan yang lain pada pulsasi karotis kanan dan
merasakan beberapa siklus jantung dalam waktu yang relatif bersamaan dengan
pulpasi karotis.
Kemudian pemeriksa meletakkan permukaan telapak tangan dari satu
tangan pada batas sternum kiri bawah untuk merasakan heaves (gerakan jantung
yang diinfus) atau getar jantung (thrill), yaitu getaran yang ditimbulkan oleh
turbulensi aliran darah.
Auskultasi
Auskultasi yang berarti dari peristiwa siklus jantung memerlukan suatu
sistem yang konsisten dan konsentrasi yang cermat pada pihak pemeriksa.
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Ada lima tempat utama tempat stetoskop harus diletakkan untuk auskultasi.
Urutan penempatan ini kurang penting dibanding memahami pemeriksaan yang
diharapkan pada masing-masing tempat dan penggunaan pendekatan sistematik
untuk mendengarkannya. Tempat tersebut adalah :
1.	 Apeks atau apeks mitral : terbaik ditentukan secara palpasi pada denyutan
apikal, jika tidak teraba impuls dengarkan ruang sela interkosta kelima kiri
pada garis midklavikula
2.	 Batas sternum kiri bawah atau fokus trikuspid : ruang sela interkosta
keempat tepat pada batas sternum bagian kiri
3.	 Interkostalis ketiga kiri : tepat pada batas sternum kiri (fokus pulmonalis
asesorium)
4.	 Interkosta kedua kiri : disebut juga batas sternum kiri atas atau fokus katup
pulmonal : ruang sela iga kedua, tepat pada batas sternum kiri
5.	 Interkosta kedua kanan atau fokus katup aorta : ruang interkosta kedua,
tepat pada batas sternum
Di bawah ini adalah format langkah langkah pemeriksaan termasuk skor
penilaian pada setiap langkah tindakan.
Format 1. Penilaian Prosedur Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
NO LANGKAH KLINIK
Skor
0 1 2
Inspeksi dan Palpasi
1
Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki
penderita untuk menentukan apakah simetris atau tidak simetris
2
Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat
tidur pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan
adanya pulsasi
3
Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau
tidak nampak
4 Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5
Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu
jari
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6
Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk
menentukan durasinya
7
Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung
jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8
Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi
sambil mempalpasi daerah diatas
9
Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang
diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10 Arah jari ke bahu kanan
11
Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls
jantung pada waktu ekspirasi
12
Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls
suara jantung dengan tekhnik yang sama
Perkusi
13
Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan
menentukan batas jantung relatif yang merupakan perpaduan
bunyi pekak dan sonor
14
Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai
dengan penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya
melakukan perkusi dari lateral ke medial
15
Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar
dengan sternum sampai terdengar perubahan bunyi ketok sonor
menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif terletak
pada linea sternalis kanan)
16
Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal,
terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri
17
Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan
dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan
bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari
Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif
18 Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah
19 Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung
Auskultasi
20 Penderita diminta untuk rileks dan tenang
21 Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30°
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
22
Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah
posisinya (tidur miring, duduk)
23 Penderita diminta bernapas biasa
24
Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru
perhatikan adanya suara tambahan
25
Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar :
•	 Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung
yang berasal dari katup mitral ( dengan corong stetoskop)
•	 Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang
berasal dari katup pulmonal (dengan membran)
•	 Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung
berasal dari aorta (dengan membran)
•	 Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum
atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal
dari katup trikuspidal (corong stetoscop)
26 Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
27 Bedakan antara sistolik dan diastolik
28 Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
29 Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah
30 Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik
31 Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya
32 Catat hasil auskultasi
Keterangan :
Skor 0	 : bila prosedur tidak dilakukan
Skor 1	 : bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Skor 2	 : bila prosedur dilakukan dan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11
	 Lakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler minimal pada 5 pasien
dan hasilnya konsultasikan pada pembimbing.
Tugas
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12
	
	 Kegiatan belajar 1 ini membahas tentang prosedur pemeriksaan fisik
sistem kardiovaskuler. Dalam kegiatan belajar ini diuraikan bagaimana melakukan
pemeriksaanumum,inspeksi,perkusi,auskultasidanpalpasidadauntukmemeriksa
secara umum fungsi kardiovaskuler. Dengan mempelajari kegiatan belajar 1 ini
Anda diharapkan mampu mempraktekkan pemeriksaan sistem kardiovaskuler
kepada pasien di rumah sakit.
Rangkuman
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
13
II
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar
2 ini anda dapat melakukan perekaman EKG pada pasien
dengan sistem kardiovaskuler
TUJUANPembelajaran Umum
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini
anda dapat melakukan :
1.	 Memahami anatomi dan fisiologi jantung
2.	 Prosedur perekaman EKG
Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi :
1.	 Anatomi dan fisiologi jantung
2.	 Prosedur Perekaman EKG
Perekaman Elektro Kardiografi
TUJUANPembelajaran Khusus
RUANGLingkup Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14
Uraian Materi
Berikut ini Anda dapat mempelajari tentang anatomi dan fisiologi jantung secara
singkat yang akan diuraikan di bawah ini :
ANATOMI DAN FUNGSIONAL SISTEM KONDUKSI JANTUNG
Sifat-Sifat Listrik Sel Jantung
Sel –sel otot jantung mempunyaisusunan ion yang berbeda antara ruang
dalam sel ( ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Na+ dan ion
K+. Kadar K+ intraselular sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular
daripada dalam ruang intraselular.
Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion K+ dari
pada untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-
ion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran
sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan Polarisasi, dengan bagian
luar berpotensial positif dibandingkan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut
potensial membran, yang dalam keadaan istirahat berkisar 90 mV. Bila membran
otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran sehingga ion Na+ masuk
kedalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -90 mV menjadi
+20 mV ( potensial diukur intraseluler terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial
membran karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi.
Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai
keadaan semula, yaitu proses Repolarisasi.
Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung
dibandikan dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus , maka perubahan
potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva
potensial aksi menunjukan karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase
yaitu (Gambar 15.):
•	 Fase 0 adalah : Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang
yang merupakan lonjakan potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan
potensial dalam daerah intraseluler ini disebabkan karena masuknya ion Na+
dari luar kedalam sel.
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
•	 Fase 1 adalah : Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali
dari + 20 mV mendekati 0 mV
•	 Fase 2 adalah : Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase
ini terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari
ion K+.
•	 Fase 3 adalah : Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam
pada tingakt awal yaitu fase 4
Sistem Konduksi Jantung.
Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus Sini Atrial (SA), nodus
Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut Purkinye.
•	 Nodus SA.
	 Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium
kanan. Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 60 – 100 x/menit
•	 Nodus AV.
	 Terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel
dalam nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40 –
60 x/menit
•	 Berkas His.
	 Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan pemisah
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada
septum ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan (Right
Bundle Branch = RBB) dan berkas kiri (Left Bundle Branch = LBB). RBB dan
LBB kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkas tersebut
bercabang menjadi serabut-serabut Purkinye.
•	 Serabut Purkinye.
	 Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/
menit.
16
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 1. Sistem Penghantaran Jantung
Selanjutnya.......Anda akan mempelajari langkah langkah perekaman EKG
Dalam melakukan perekaman EKG ada beberapa perlengkapan yang harus Anda
siapkan, seperti di bawah ini :
Perlengkapan EKG
EKG yang digunakan untuk latihan keterampilan adalah :
Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien :
Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota
gerak, yaitu :
•	 Warna merah untuk tangan kanan
•	 Warna kuning untuk tangan kiri
•	 Warna hitam untuk kaki kanan
•	 Warna hijau untuk kaki kiri
Enam buah elektrode untuk precordial, menghubungkan daerah prekordial
dengan alat EKG, yaitu :
•	 Lead C1 warna putih / merah di V1
•	 Lead C2 warna putih / kuning di V2
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
•	 Lead C3 warna putih / hijau di V3
•	 Lead C 4 warna putih / coklat di V4
•	 Lead C 5 warna putih / hitam di V5
•	 Lead C 6 warna putih / ungu di V6
Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung .
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-
elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung
akan menimbulkan kelainan gambar EKG. Sejak Einthoven pada tahun 1903
berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung berkontraksi,
pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostic yang penting. Saat ini
pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap. Beberapa
kelainan jantung sering hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya
juga, jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG
dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1) Sandapan – sandapan pada EKG.
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda
yang dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat
potensial yang disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional
dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda Extremitas dan 6 buah elektroda
Prekordial. Elektrodaelektroda ekstremitas masin-masing dilekatkan pada lengan
kanan, lengan kiri, tungkai kanan dan tungkai kiri. Elektroda tungkai kanan selalu
dihubungkan dengan bumi utnuk menjamin pontensial nol yang stabil.
Lokasipenetapanelektrodasangatpentingdiperhatikan,karenapenetapan
yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda. Elektroda-elektroda
prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi sebagai berikut :
•	 V1 : Garis Parasental kanan, pada interkostal IV
•	 V2 : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV,
•	 V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
18
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
•	 V4 : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V,
•	 V5 : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4,
•	 V6 : Garis aksila tengah , sama tinggi dengan V4 dan V5
Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda prekordial sebelah kanan, yang
disebut V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3,V4,V5
dan V6.
Gambar 2. Posisi Sandapan Pemeriksaan EKG
19
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2) Sandapan-sandapan Ekstremitas
Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan rekaman
potensial bipolar, yaitu :
•	 Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan tangan
kiri bermuatan positif ( + )
•	 Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
Kaki kiri ( LF ) dimana tangan bermuatan negatif ( - ) dan kaki kiri bermuatan
positif ( + ).
•	 Sandapan III = Merekanm beda potensial antara tagan kiri ( LA) dengan
Kaki kiri ( LF ), dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan tangan kiri
bermuatan positif ( + ).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama sisi, yang
lazim disebut segitiga EINTHOVEN.
Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III
disebut terminal sentral dan anggap berpontensial nol. Bila potensial dari suatu
elektroda dibandingakan dengan terminal sentral , maka didapatkan potensial
mutlak elektroda tersebut dan sandapan yang diperoleh disebut sandapan
unipolar.
Sandapan Unipolar Ekstrimitas yaitu :
•	 Sandapan aVR = Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA), dimana
tangan kanan bermuatan positif ( +), tangan kiri dan kaki kiri membentuk
elektroda Indiferen ( potensial nol ).
•	 Sandapan aVL = Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana
tangan kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda Indiferen ( potensial nol ).
•	 Sandapan aVF = Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri
bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda
Indiferen ( potensial nol ).
20
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Sandapan Unipolar Prekordial yaitu :
Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda yang
ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada. Elektroda Indiferen diperoleh
dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstrimitas. Sesuai dengan nama
elektrodanya, sandapan-sandapan prekordial disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
3). Kertas EKG.
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan
vertical dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih
tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar).
•	 Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04detik,
sedangkan 5 mm = 0.20 detik.
•	 Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt,
sedangkan setiap 10 mm = 1 milliVolt.
Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 mm/
detik. Pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt yaitu sebuah
atau lebih yang menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan tertentu kalibrasi
dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil yang
akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat perekaman EKG
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi pembacanya.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis iso-elektrik.
Defleksi yang arahnya keatas disebut defleksi positif, yang kebawah disebut
defleksi negatif.
21
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 3. Contoh Hasil Perekaman EKG
22
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 4. Interpretasi Hasil Pemeriksaan EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik ini terdiri dari :
•	 Depolarisasi Atrium
•	 Repolarisasi Atrium
•	 Depolarisasi Ventrikel
•	 Repolarisasi Ventrikel
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal
memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel
dan repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG,
23
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan
dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh lebih besar.
EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang
U. Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.
Gelombang P
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium dari
pemacu jantung fisiologi nodus SA atau dari atrium. Gelombang P bisa positif,
negatif, atau bifasik, atau bentuk lain yang khas.
Gelombang P yang normal :
•	 Lebar kurang dari 0.12 detik
•	 Tinggi kurang dari 0.3 milliVolt
•	 Selalu positif di lead II
•	 Selalu negatif di aVR
Gambar 5. Interpretasi Gelombang P
24
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gelombang QRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari
gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal :
•	 Lebar 0.06 – 0.12 detik
•	 Tinggi tergantung lead
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS.
Gelombang Q yang normal :
•	 Lebar kurang dari 0.04 detik
•	 Tinggi / dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
Gelombang R adalah defleksi positif pertama gelombang QRS. Geombang R
umumnya positif di lead II, V5 dan V6. Di lead aVR , V1 dan V2 biasanya hanya
kecil atau tidak ada sama sekali.
Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan
V1 gelombang S terlihat dalam dan di V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin
menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang
T positif di lead I, II, V3 – V6 dan terbalik di aVR.
Gelombang U.
Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum
diketahui, namun diduga akibat repolarisasi lembat sistem konduksi interventrikel.
Interval PR.
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0.12 – 0.20 detik. Ini merupakan
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui
berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
Segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi
dari -0.05 sampai +2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun
disebut ST depresi.
Gambar 6. Interpretasi Gelombang QRS
26
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 7. Interpretasi Segmen ST
Nah, berikut ini adalah format penilaian prosedur tindakan EKG
27
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Format 2. Penilaian Prosedur Perekaman EKG
NO ASPEK YANG DI NILAI
Skor
0 1 2
1
Persiapan :
1. Mesin ECG dilengkapi dengan 3 kabel
−	 Kabel untuk listrik
−	 Kabel untuk bumi
−	 Kabel untuk pasien
2. Plat elektroda
−	 Elektroda ekstremitas
−	 Elektroda dada
3. Jelly
4. Kertas ECG
5. Kertas tissue
6. Kain kasa
7. Kapas alkohol pada tempatnya
2 Memberi penjelasan pemeriksaan pada pasien/keluarga
3 Atur lingkungan sekitar pasien, jaga privasi pasien
4
Baringkan pasien pada posisi datar dan anjurkan pasien untuk
membuka pakaian atas
5 Lepaskan benda logam/mekanik yang dipakai oleh pasien
6 Pemeriksa cuci tangan
7 Dekatkan alat pada pasien
8
Identifikasi dan bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda
dengan kapas alkohol
9 Berikan Jelly pada tiap tempat – tempat pemasangan elektroda
28
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10
Tempat pemasangan elektroda:
	Elektroda ekstremitas
	R : dipasang pada pergelangan tangan kanan
	L : dipasang pergelangan tangan kiri searah telapak
tangan
	N : Dipasang pada ekstremitas bawah pada pergelangan
kaki kanan sebelah dalam.
	F : Dipasang pada pergelangan kaki kiri sebelah dalam
11
Pada posisi pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat
dipasang sampai kebahu atau pangkal paha
12
Pasangan elektroda dada
V1 : interkoste keempat sub clavicula kanan
V2 : interkoste keempat sub clavicula kiri
V3 : diantara V2 dan V1
V4 : interkoste kelima pada garis mid clavikula sebelah kiri
V5 : sejajar V4 pada garis aksila anterior
V6 : sejajar dengan V4 pada garis mid aksila tengah
13 Periksa kembali standarisasi
14
Rekam ECG dengan mengatur selektor secara berturut – turut: I,
II, III, AVR, AVL, AVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6.
15 Setelah selesai matikan mesin ECG
16 Lepaskan elektroda dan bersikan kulit pasien
17 Rapikan pasien dan kembalikan alat ketempat semula
18 Pemeriksa cuci tangan
19
Catat dipinggir kiri atas kertas ECG:
•	 Nama, Umur, Alamat, Tanggal, Jam
•	 Catat yang membuat rekaman dikiri bawah
29
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Keterangan :
Skor 0	: bila prosedur tidak dilakukan
Skor 1	: bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Skor 2	: bila prosedur dilakukan dan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
30
	 Lakukan prosedur perekaman EKG kepada pasien minimal 5 orang dan
konsultasikan pada pembimbing apakah prosedur yang Anda lakukan sudah
benar atau belum.
Tugas
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
31
Kegiatan belajar ini menguraikan bagaimana prosedur perekaman
jantung pada pasien di rumah sakit. Perekaman jantung ini dapat dilakukan pada
pasien dengan penyakit jantung maupun penyakit lain tetapi ingin mengetahui
bagaimana fungsi kerja jantung.
Rangkuman
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
32
III
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar
2 ini Anda dapat melakukan pengukuran CVP pada pasien
dengan sistem kardiovaskuler
TUJUANPembelajaran Umum
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini
Anda dapat melakukan:
1.	 Mempersiapkan pasien yang akan dilakukan CVP
2.	 Mengukur CVP
Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi :
1.	 Pengukuran CVP
Pengukuran CVP
TUJUANPembelajaran Khusus
RUANGLingkup Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
33
Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau
kita sebut sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus
sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien,
serta monitoring resusitasi. Apa yang dimaksud dengan CVP? CVP adalah suatu
hasil dari pengukuran tekanan vena sentral dengan jalan memasang suatu alat
Central Venous Catheter atau yang dikenal dengan singkatan CVC. CVC tersebut
dapat di pasang pada beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena
subklavia, vena basilika, vena femoralis. Dimana masing‐masing lokasi tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan,
resiko pemasangan, kenyamanan pasien, perawatan CVC, juga ketersediaan jenis
CVC yang sesuai dengan lokasi pemasangan CVC tersebut.
INGAT, PEMASANGAN CVC HANYA DILAKUKAN OLEH TENAGA TERLATIH
(DOKTER SPESIALIS JANTUNG/ANESTESI) BUKAN OLEH PERAWAT UMUM,
PERAWAT HANYA MENGUKUR CVP, BUKAN MEMASANG !!!!
Central Venous Catheter ini merupakan salah satu teknik yang bersifat
invasif. Sehingga resiko‐resiko tindakan invasif secara umum, juga menjadi
pertimbangan kita dalam melakukan pemasangan ataupun insersi CVC ini. Seperti
pada kasus luka bakar, dimana area insersi terkena oleh luka bakar. Dimana insersi
yang kita lakukan dapat menambah resiko terjadinya bakterimia. Sehingga kita
harus lebih cermat dalam pemilihan lokasi insersi. Atau juga pada kasus dimana
pasien sudah mengalami suatu gangguan koagulasi. Tindakan insersi CVC ini
dapat mencetuskan suatu edema dilokasi insersi, serta perdarahan yang sulit
diatasi.
Tahukah Anda indikasi pemasangan CVP? ya inilah indikasinya
Indikasi pemasangan CVP meliputi :
•	 Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang
dapat menimbulkan syok.
•	 Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
•	 Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
•	 Pasien dengan gagal jantung.
Uraian Materi
34
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
•	 Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).
•	 Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).
Di manakah lokasi pemasangan CVP?
Lokasi pemasangan CVP adalah :
•	 Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
•	 Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
•	 Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
•	 Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas
vena kava superior
Komplikasi apa sajakah yang bisa terjadi akibat pemasangan CVP?
Sementara komplikasi pemasangan CVP adalah :
•	 Perdarahan.
•	 Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
•	 Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.
•	 Pericardial effusion.
•	 Aritmia
•	 Infeksi.
•	 Perubahan posisi jalur.
Di bawah ini adalah format penilaian prosedur pengukuran CVP
35
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Format 3. Penilaian Prosedur Pengukuran CVP
No ASPEK YANG DINILAI
Skor
0 1 2
1
Persiapan alat untuk pengukuran :
Skala pengukur
Selang penghubung (manometer line)
Standar infus
Three way stopcock
Pipa U
Set infus
2
Persiapan perawat dan lingkungan
1.	 Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2.	 Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
3.	 Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
36
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3
Pelaksanaan prosedur
•	 Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan
dengan cara mengukur tekanan vena jugularis.
•	 Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena
kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran dpt
menggunakan manometer air atau transduser,
2) Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis
. Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem transduser.
Cara pengukuran
1.	 Memberikan penjelasan kepada pasien
2.	 Megatur posisi pasien
3.	 Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium
kanan) dengan skala pengukur atau tansduser
4.	 Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis
pertemuan antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan
garis pertengahan aksila
5.	 Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan
undulasi pada manometer dan nilai dibaca pada akhir
ekspirasi
6.	 Membereskan alat-alat
7.	 Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
4 SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR
37
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Keterangan :
Skor 0	: bila prosedur tidak dilakukan
Skor 1	: bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Skor 2	: bila prosedur dilakukan dan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
38
	 Lakukan prosedur tindakan pengukuran CVP pada minimal 5 orang
pasien, dan konsultasikan pada pembimbing apakah prosedur yang Anda
lakukan sudah benar atau belum.
Tugas
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
39
	 Kegiatan belajar ini membahas tentang bagaimana pengukuran CVP,
indikasi dan komplikasi apa saja yang dapat muncul pada pasien yang terpasang
CVP. Sebagai perawat, Anda harus mampu melakukan pengukuran CVP pada
pasien di rumah sakit. Dengan mempelajari dan mempraktekkan kegiatan belajar
ini Anda diharapkan mampu melakukan pengukuran CVP.
Rangkuman
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
40
Penutup
	 Modul 2 Keperawatan Medikal Bedah II ini membahas mengenai
Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler. Dalam modul ini telah diuraikan bagaimana pemeriksaan fisik
sistem kardiovaskuler, perekaman jantung (EKG), pengukuran CVP. Semoga Modul
ini dapat membantu Anda dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
41
Carpenito, Lynda Jual 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gallo, Hudak. 1995. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene, et al. 1999. Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko
Setiyono, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sjaifoellah Noer,H.M. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Susan, Martyn Tucker et al. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Daftar Pustaka

More Related Content

What's hot

Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
pjj_kemenkes
 
Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2
pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien WanitaProsedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
pjj_kemenkes
 
Memandikan Pasien
Memandikan PasienMemandikan Pasien
Memandikan Pasien
pjj_kemenkes
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APD
pjj_kemenkes
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
pjj_kemenkes
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi Dada Fisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
pjj_kemenkes
 
Modul 1 kb3 fisioterapi dada
Modul 1 kb3 fisioterapi dadaModul 1 kb3 fisioterapi dada
Modul 1 kb3 fisioterapi dadaUwes Chaeruman
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Prosedur Melepaskan NGT
Prosedur Melepaskan NGTProsedur Melepaskan NGT
Prosedur Melepaskan NGT
pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGT
pjj_kemenkes
 
Prosedur Memasang Infus
Prosedur Memasang InfusProsedur Memasang Infus
Prosedur Memasang Infus
pjj_kemenkes
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
pjj_kemenkes
 
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulationKb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
pjj_kemenkes
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
pjj_kemenkes
 
Prosedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan InfusProsedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan Infus
pjj_kemenkes
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
pjj_kemenkes
 
Prosedur Perawatan Infus
Prosedur Perawatan InfusProsedur Perawatan Infus
Prosedur Perawatan Infus
pjj_kemenkes
 

What's hot (19)

Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 
Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2
 
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien WanitaProsedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
 
Memandikan Pasien
Memandikan PasienMemandikan Pasien
Memandikan Pasien
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APD
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi Dada Fisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
 
Modul 1 kb3 fisioterapi dada
Modul 1 kb3 fisioterapi dadaModul 1 kb3 fisioterapi dada
Modul 1 kb3 fisioterapi dada
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Prosedur Melepaskan NGT
Prosedur Melepaskan NGTProsedur Melepaskan NGT
Prosedur Melepaskan NGT
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGT
 
Prosedur Memasang Infus
Prosedur Memasang InfusProsedur Memasang Infus
Prosedur Memasang Infus
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulationKb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
Kb 2 pengkajian airway, breathing, circulation
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Prosedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan InfusProsedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan Infus
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
 
Prosedur Perawatan Infus
Prosedur Perawatan InfusProsedur Perawatan Infus
Prosedur Perawatan Infus
 

Viewers also liked

KB 5 Penulisan Daftar Pustaka
KB 5 Penulisan Daftar PustakaKB 5 Penulisan Daftar Pustaka
KB 5 Penulisan Daftar Pustaka
pjj_kemenkes
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembang
pjj_kemenkes
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
pjj_kemenkes
 
Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
pjj_kemenkes
 
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
pjj_kemenkes
 
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, FarmakokinetikKonsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
pjj_kemenkes
 
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa IndonesiaFungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
pjj_kemenkes
 
M 1 kb2 biologi sel
M 1 kb2 biologi selM 1 kb2 biologi sel
M 1 kb2 biologi sel
pjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
pjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan iv
pjj_kemenkes
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
pjj_kemenkes
 
Kb 5
Kb 5Kb 5
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
pjj_kemenkes
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
pjj_kemenkes
 
Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3
pjj_kemenkes
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
pjj_kemenkes
 
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 WRITING : NURSING ASSESSMENT WRITING : NURSING ASSESSMENT
WRITING : NURSING ASSESSMENT
pjj_kemenkes
 
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
pjj_kemenkes
 

Viewers also liked (20)

KB 5 Penulisan Daftar Pustaka
KB 5 Penulisan Daftar PustakaKB 5 Penulisan Daftar Pustaka
KB 5 Penulisan Daftar Pustaka
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembang
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
 
Kb 3
Kb 3Kb 3
Kb 3
 
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
Implikasi,Legal Etik pada Dokumentasi Keperawatan Serta Strategi Manejemen Re...
 
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, FarmakokinetikKonsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
 
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa IndonesiaFungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
 
Kb 5
Kb 5Kb 5
Kb 5
 
M 1 kb2 biologi sel
M 1 kb2 biologi selM 1 kb2 biologi sel
M 1 kb2 biologi sel
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan iv
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 
Kb 5
Kb 5Kb 5
Kb 5
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 WRITING : NURSING ASSESSMENT WRITING : NURSING ASSESSMENT
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
Pengertian,Tujuan dan Prinsip Dokumentasi
 

Similar to Modul 2 cetak

Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
pjj_kemenkes
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
IwAn927910
 
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASIPERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
AstriYuliaSariLubis1
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
pjj_kemenkes
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
pjj_kemenkes
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
pjj_kemenkes
 
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerModul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerUwes Chaeruman
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasar
pjj_kemenkes
 
Lapsus anes
Lapsus anesLapsus anes
Lapsus anes
Lala Meitry
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptx
StefanusKiky
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi DadaFisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
pjj_kemenkes
 
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdfCode Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
Slam15
 
EWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptxEWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptx
ssuser5a0915
 
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
sufyanatstsauri2
 
Devi23
Devi23Devi23

Similar to Modul 2 cetak (20)

Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
 
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASIPERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerModul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasar
 
Lapsus anes
Lapsus anesLapsus anes
Lapsus anes
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptx
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi DadaFisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
 
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdfCode Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
Code Blue System 2022-Yudi Elyas.pdf
 
EWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptxEWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptx
 
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
02. Ns. Farly SEMINAR MAHESAEDU.pdf
 
3. t r a u m a
3. t r a u m a3. t r a u m a
3. t r a u m a
 
Devi23
Devi23Devi23
Devi23
 

More from pjj_kemenkes

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 

Recently uploaded (20)

FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 

Modul 2 cetak

  • 1.
  • 2. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II MODUL 2 Panduan Praktek Klinik “Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” Penulis : Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes. PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hak cipta © Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI 2013
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1 Daftar Isi Halaman Sampul Daftar isi 1 Pendahuluan 2 Kegiatan Belajar 1 Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler 4 Kegiatan Belajar 2 Perekaman Elektro Kardiografi 13 Kegiatan Belajar 3 Pengukuran CVP 32 Penutup 40 Daftar Pustaka 41
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Pendahuluan Selamat Anda telah mempelajari dan mempraktekkan Modul 1 yang membahas tentang Prosedur Tindakan pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernafasan. Nah, sekarang Anda akan mempelajari modul 2, tentang Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Hal ini penting karena Anda Sebagai perawat pelaksana, maka lulusan D-III Keperawatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler pada tatanan nyata di rumah sakit. Modul praktek klinik yang berjudul “Pedoman Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” . Modul ini akan disajikan secara aplikatif sebagai panduan Anda dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien di rumah sakit. Sebagai landasan keilmuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan secara jelas telah dibahas dalam modul mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah 1” Modul praktek klinik ini di kemas dalam 3 (tiga) kegiatan belajar yaitu : Kegiatan Belajar 1 : Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler Kegiatan Belajar 2 : Prosedur Tindakan Perekaman Elektro Kardio Grafi (EKG) Kegiatan Belajar 3 : Prosedur Tindakan Central Venous Pressure (CVP) Setelah mempelajari modul Praktek Klinik ini, anda dapat ; 1) Melakukan prosedur pengkajian/pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler, 2) Melaksanakan prosedur tindakan perekaman elektro kardiografi (EKG), 3) Melaksanakan prosedur tindakan central venous pressure (CVP). Sehingga anda dapat melakukan asuhan keperawatan pada sistem kardiovaskuler secara profesional di tatanan klinik atau rumah sakit Agar anda dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler, maka ada beberapa hal yang harus anda lakukan, yaitu : 1. Pelajari anatomi sistem kardiovaskuler 2. Pelajari materi kuliah tentang penyakit atau kelainan sistem kardiovaskuler.
  • 5. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Materi ini telah Anda pelajari pada modul mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1) 3. Lakukan latihan prosedur tindakan di laboratorium sesering mungkin dibawah bimbingan pembimbing laboratorium pada pantum atau alat peraga sampai anda cukup terampil 4. Setelah itu praktekkan pada pasien di rumah sakit saat anda melakukan praktek klinik keperawatan. Baiklah selanjutnya marilah Anda pelajari Kegiatan Belajar 1 :
  • 6. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 4 I Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar I ini anda dapat melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar I ini anda dapat melakukan : 1. Pemeriksaan umum dada 2. Pemeriksaan dada dengan metode : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi Ruang lingkup kegiatan belajar 1 ini meliputi : 1. Pemeriksaan umum 2. Inspeksi 3. Palpasi 4. Perkusi 5. Auskultasi Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler RUANGLingkup Materi
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5 Uraian Materi Perlu Anda ketahui bahwa pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi. Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan komunikasi dokter/perawat (pemeriksa) dengan pasien (anamnesis). Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah dapat diperkirakan. Secara khusus pemeriksaan fisik kardiovaskuler dalam pelaksanaannya tidak beda jauh dengan sistim lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Perhatikan, Pemeriksaan fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa tekanan vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung. Dalam pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan normal, juga bisa kita dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain : batas jantung yang melebar, adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa bising (murmur). Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang cukup membantu pemeriksa dalam menegakkan diagnosis. Apakah Anda tahu kenapa perlu dilakukan pemeriksaan fisik terkait dengan sistem kardiovaskuler ? Di bawah ini adalah beberapa indikasinya kenapa pasien dilakukan pemeriksaan
  • 8. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan sistem kardiovaskuler. Indikasi : Pemeriksaan fisik kardiovaskuler dilakukan untuk : • Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien • Mengetahui diagnosis penyakit dari seorang pasien • Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien • Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien • Dipakai sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna terhadap pasien. Perhatikan ! Pemeriksaan fisik jantung dan pembuluh darah besar, sesuai dengan urutan regional, dimulai setelah dilakukan inspeksi payudara dan palpasi aksila. Prekordium dapat diinspeksi dan permulaan dipalpasi pada pasien dalam posisi duduk. Biasanya, manuver auskultasi dikonduksi dan iktus kordis dinilai kembali pada pasien posisi terlentang. Pada keadaan khusus, dapat juga dilakukan pemeriksaan berdiri atau jongkok. Sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu yang perlu Anda persiapkan adalah : Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan meliputi kamar yang sunyi untuk mempertajam akurasi auskultasi, penerangan yang baik dan dada pasien terbuka untuk inspeksi prekordium, kamar dan tangan pemeriksa yang hangat agar palpasi menyenangkan dan stetoskop dengan bel dan diafragma. Selanjutnya lakukan pemeriksaan dengan langkah langkah seperti di bawah ini :
  • 9. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Inspeksi Posisi Telentang Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi prekordium pendahuluan, pasien diarahkan untuk mengambil posisi telentang, pemeriksa berhadapan dengan pasien yang telentang dengan badan dinaikkan 300 dari posisi horisontal. Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan secara adekuat. Pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat, retraksi atau gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus jantung dan membuat evaluasi sistemik pada apeks, daerah sternum kiri bawah, serta daerah katup pulmonalis dan aorta Palpasi Dengan menggunakan sendi interfalang distal jari telunjuk dan jari tengah (bukan ujung jari), pemeriksa mencari iktus kordis yang biasanya terletak pada ruang interkosta keempat atau kelima pada atau sekitar garis midlklavikula. Lokasi iktus kordis ini lebih mudah ditentukan dengan menyuruh pasien berbaring lebih ke arah kiri, sehingga bagian apeks lebih dekat ke dinding dada. Namun demikian, pasien harus kembali ke posisi telentang sebelum ditarik kesimpulan mengenai lokasi, kekuatan dan sifat impuls. Dorongan iktus kordis yang kadang- kadang dapat dilihat dan sering teraba pada “point maximal impuls” (PMI) timbul akibat gerakan jantung depan bersamaan dengan sistolik ventrikel. Lolasi, besar, kekuatan dan lamanya dapat terlihat. Apabila lokasi iktus kordis dapat ditentukan, pemeriksa meletakkan dua jari tangan yang lain pada pulsasi karotis kanan dan merasakan beberapa siklus jantung dalam waktu yang relatif bersamaan dengan pulpasi karotis. Kemudian pemeriksa meletakkan permukaan telapak tangan dari satu tangan pada batas sternum kiri bawah untuk merasakan heaves (gerakan jantung yang diinfus) atau getar jantung (thrill), yaitu getaran yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran darah. Auskultasi Auskultasi yang berarti dari peristiwa siklus jantung memerlukan suatu sistem yang konsisten dan konsentrasi yang cermat pada pihak pemeriksa.
  • 10. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Ada lima tempat utama tempat stetoskop harus diletakkan untuk auskultasi. Urutan penempatan ini kurang penting dibanding memahami pemeriksaan yang diharapkan pada masing-masing tempat dan penggunaan pendekatan sistematik untuk mendengarkannya. Tempat tersebut adalah : 1. Apeks atau apeks mitral : terbaik ditentukan secara palpasi pada denyutan apikal, jika tidak teraba impuls dengarkan ruang sela interkosta kelima kiri pada garis midklavikula 2. Batas sternum kiri bawah atau fokus trikuspid : ruang sela interkosta keempat tepat pada batas sternum bagian kiri 3. Interkostalis ketiga kiri : tepat pada batas sternum kiri (fokus pulmonalis asesorium) 4. Interkosta kedua kiri : disebut juga batas sternum kiri atas atau fokus katup pulmonal : ruang sela iga kedua, tepat pada batas sternum kiri 5. Interkosta kedua kanan atau fokus katup aorta : ruang interkosta kedua, tepat pada batas sternum Di bawah ini adalah format langkah langkah pemeriksaan termasuk skor penilaian pada setiap langkah tindakan. Format 1. Penilaian Prosedur Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler NO LANGKAH KLINIK Skor 0 1 2 Inspeksi dan Palpasi 1 Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki penderita untuk menentukan apakah simetris atau tidak simetris 2 Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat tidur pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi 3 Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau tidak nampak 4 Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar 5 Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu jari
  • 11. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 6 Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk menentukan durasinya 7 Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri 8 Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas 9 Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan 10 Arah jari ke bahu kanan 11 Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls jantung pada waktu ekspirasi 12 Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls suara jantung dengan tekhnik yang sama Perkusi 13 Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan menentukan batas jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor 14 Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke medial 15 Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum sampai terdengar perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan) 16 Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri 17 Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif 18 Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah 19 Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung Auskultasi 20 Penderita diminta untuk rileks dan tenang 21 Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30°
  • 12. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 22 Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk) 23 Penderita diminta bernapas biasa 24 Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara tambahan 25 Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar : • Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral ( dengan corong stetoskop) • Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal (dengan membran) • Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung berasal dari aorta (dengan membran) • Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal (corong stetoscop) 26 Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung 27 Bedakan antara sistolik dan diastolik 28 Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung 29 Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah 30 Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik 31 Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya 32 Catat hasil auskultasi Keterangan : Skor 0 : bila prosedur tidak dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Skor 2 : bila prosedur dilakukan dan tepat
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 11 Lakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler minimal pada 5 pasien dan hasilnya konsultasikan pada pembimbing. Tugas
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 12 Kegiatan belajar 1 ini membahas tentang prosedur pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler. Dalam kegiatan belajar ini diuraikan bagaimana melakukan pemeriksaanumum,inspeksi,perkusi,auskultasidanpalpasidadauntukmemeriksa secara umum fungsi kardiovaskuler. Dengan mempelajari kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan mampu mempraktekkan pemeriksaan sistem kardiovaskuler kepada pasien di rumah sakit. Rangkuman
  • 15. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 13 II Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini anda dapat melakukan perekaman EKG pada pasien dengan sistem kardiovaskuler TUJUANPembelajaran Umum Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini anda dapat melakukan : 1. Memahami anatomi dan fisiologi jantung 2. Prosedur perekaman EKG Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi : 1. Anatomi dan fisiologi jantung 2. Prosedur Perekaman EKG Perekaman Elektro Kardiografi TUJUANPembelajaran Khusus RUANGLingkup Materi
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 14 Uraian Materi Berikut ini Anda dapat mempelajari tentang anatomi dan fisiologi jantung secara singkat yang akan diuraikan di bawah ini : ANATOMI DAN FUNGSIONAL SISTEM KONDUKSI JANTUNG Sifat-Sifat Listrik Sel Jantung Sel –sel otot jantung mempunyaisusunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel ( ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Na+ dan ion K+. Kadar K+ intraselular sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular. Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion K+ dari pada untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion- ion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan Polarisasi, dengan bagian luar berpotensial positif dibandingkan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut potensial membran, yang dalam keadaan istirahat berkisar 90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran sehingga ion Na+ masuk kedalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV ( potensial diukur intraseluler terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yaitu proses Repolarisasi. Potensial aksi Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandikan dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus , maka perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukan karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase yaitu (Gambar 15.): • Fase 0 adalah : Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang yang merupakan lonjakan potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraseluler ini disebabkan karena masuknya ion Na+ dari luar kedalam sel.
  • 17. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan • Fase 1 adalah : Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari + 20 mV mendekati 0 mV • Fase 2 adalah : Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+. • Fase 3 adalah : Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingakt awal yaitu fase 4 Sistem Konduksi Jantung. Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus Sini Atrial (SA), nodus Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut Purkinye. • Nodus SA. Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan. Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60 – 100 x/menit • Nodus AV. Terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel dalam nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40 – 60 x/menit • Berkas His. Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan pemisah miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan (Right Bundle Branch = RBB) dan berkas kiri (Left Bundle Branch = LBB). RBB dan LBB kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkas tersebut bercabang menjadi serabut-serabut Purkinye. • Serabut Purkinye. Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/ menit.
  • 18. 16 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 1. Sistem Penghantaran Jantung Selanjutnya.......Anda akan mempelajari langkah langkah perekaman EKG Dalam melakukan perekaman EKG ada beberapa perlengkapan yang harus Anda siapkan, seperti di bawah ini : Perlengkapan EKG EKG yang digunakan untuk latihan keterampilan adalah : Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien : Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota gerak, yaitu : • Warna merah untuk tangan kanan • Warna kuning untuk tangan kiri • Warna hitam untuk kaki kanan • Warna hijau untuk kaki kiri Enam buah elektrode untuk precordial, menghubungkan daerah prekordial dengan alat EKG, yaitu : • Lead C1 warna putih / merah di V1 • Lead C2 warna putih / kuning di V2
  • 19. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan • Lead C3 warna putih / hijau di V3 • Lead C 4 warna putih / coklat di V4 • Lead C 5 warna putih / hitam di V5 • Lead C 6 warna putih / ungu di V6 Elektrokardiogram (EKG) EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung . Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda- elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG. Sejak Einthoven pada tahun 1903 berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung berkontraksi, pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostic yang penting. Saat ini pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap. Beberapa kelainan jantung sering hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga, jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 1) Sandapan – sandapan pada EKG. Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda Extremitas dan 6 buah elektroda Prekordial. Elektrodaelektroda ekstremitas masin-masing dilekatkan pada lengan kanan, lengan kiri, tungkai kanan dan tungkai kiri. Elektroda tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi utnuk menjamin pontensial nol yang stabil. Lokasipenetapanelektrodasangatpentingdiperhatikan,karenapenetapan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda. Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi sebagai berikut : • V1 : Garis Parasental kanan, pada interkostal IV • V2 : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV, • V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
  • 20. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan • V4 : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V, • V5 : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4, • V6 : Garis aksila tengah , sama tinggi dengan V4 dan V5 Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda prekordial sebelah kanan, yang disebut V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3,V4,V5 dan V6. Gambar 2. Posisi Sandapan Pemeriksaan EKG
  • 21. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Sandapan-sandapan Ekstremitas Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan rekaman potensial bipolar, yaitu : • Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan tangan kiri bermuatan positif ( + ) • Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan Kaki kiri ( LF ) dimana tangan bermuatan negatif ( - ) dan kaki kiri bermuatan positif ( + ). • Sandapan III = Merekanm beda potensial antara tagan kiri ( LA) dengan Kaki kiri ( LF ), dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan tangan kiri bermuatan positif ( + ). Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama sisi, yang lazim disebut segitiga EINTHOVEN. Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III disebut terminal sentral dan anggap berpontensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingakan dengan terminal sentral , maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar. Sandapan Unipolar Ekstrimitas yaitu : • Sandapan aVR = Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA), dimana tangan kanan bermuatan positif ( +), tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ). • Sandapan aVL = Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ). • Sandapan aVF = Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ).
  • 22. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Sandapan Unipolar Prekordial yaitu : Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda yang ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada. Elektroda Indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstrimitas. Sesuai dengan nama elektrodanya, sandapan-sandapan prekordial disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. 3). Kertas EKG. Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertical dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar). • Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04detik, sedangkan 5 mm = 0.20 detik. • Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt, sedangkan setiap 10 mm = 1 milliVolt. Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 mm/ detik. Pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt yaitu sebuah atau lebih yang menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi pembacanya. Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis iso-elektrik. Defleksi yang arahnya keatas disebut defleksi positif, yang kebawah disebut defleksi negatif.
  • 23. 21 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 3. Contoh Hasil Perekaman EKG
  • 24. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 4. Interpretasi Hasil Pemeriksaan EKG Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. Proses listrik ini terdiri dari : • Depolarisasi Atrium • Repolarisasi Atrium • Depolarisasi Ventrikel • Repolarisasi Ventrikel Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG,
  • 25. 23 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh lebih besar. EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U. Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG. Gelombang P Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium dari pemacu jantung fisiologi nodus SA atau dari atrium. Gelombang P bisa positif, negatif, atau bifasik, atau bentuk lain yang khas. Gelombang P yang normal : • Lebar kurang dari 0.12 detik • Tinggi kurang dari 0.3 milliVolt • Selalu positif di lead II • Selalu negatif di aVR Gambar 5. Interpretasi Gelombang P
  • 26. 24 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gelombang QRS Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal : • Lebar 0.06 – 0.12 detik • Tinggi tergantung lead Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal : • Lebar kurang dari 0.04 detik • Tinggi / dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R Gelombang R adalah defleksi positif pertama gelombang QRS. Geombang R umumnya positif di lead II, V5 dan V6. Di lead aVR , V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali. Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan V1 gelombang S terlihat dalam dan di V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya. Gelombang T Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif di lead I, II, V3 – V6 dan terbalik di aVR. Gelombang U. Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga akibat repolarisasi lembat sistem konduksi interventrikel. Interval PR. Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0.12 – 0.20 detik. Ini merupakan
  • 27. 25 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel. Segmen ST Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. Segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari -0.05 sampai +2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut ST depresi. Gambar 6. Interpretasi Gelombang QRS
  • 28. 26 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 7. Interpretasi Segmen ST Nah, berikut ini adalah format penilaian prosedur tindakan EKG
  • 29. 27 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Format 2. Penilaian Prosedur Perekaman EKG NO ASPEK YANG DI NILAI Skor 0 1 2 1 Persiapan : 1. Mesin ECG dilengkapi dengan 3 kabel − Kabel untuk listrik − Kabel untuk bumi − Kabel untuk pasien 2. Plat elektroda − Elektroda ekstremitas − Elektroda dada 3. Jelly 4. Kertas ECG 5. Kertas tissue 6. Kain kasa 7. Kapas alkohol pada tempatnya 2 Memberi penjelasan pemeriksaan pada pasien/keluarga 3 Atur lingkungan sekitar pasien, jaga privasi pasien 4 Baringkan pasien pada posisi datar dan anjurkan pasien untuk membuka pakaian atas 5 Lepaskan benda logam/mekanik yang dipakai oleh pasien 6 Pemeriksa cuci tangan 7 Dekatkan alat pada pasien 8 Identifikasi dan bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan kapas alkohol 9 Berikan Jelly pada tiap tempat – tempat pemasangan elektroda
  • 30. 28 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 10 Tempat pemasangan elektroda:  Elektroda ekstremitas  R : dipasang pada pergelangan tangan kanan  L : dipasang pergelangan tangan kiri searah telapak tangan  N : Dipasang pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan sebelah dalam.  F : Dipasang pada pergelangan kaki kiri sebelah dalam 11 Pada posisi pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai kebahu atau pangkal paha 12 Pasangan elektroda dada V1 : interkoste keempat sub clavicula kanan V2 : interkoste keempat sub clavicula kiri V3 : diantara V2 dan V1 V4 : interkoste kelima pada garis mid clavikula sebelah kiri V5 : sejajar V4 pada garis aksila anterior V6 : sejajar dengan V4 pada garis mid aksila tengah 13 Periksa kembali standarisasi 14 Rekam ECG dengan mengatur selektor secara berturut – turut: I, II, III, AVR, AVL, AVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. 15 Setelah selesai matikan mesin ECG 16 Lepaskan elektroda dan bersikan kulit pasien 17 Rapikan pasien dan kembalikan alat ketempat semula 18 Pemeriksa cuci tangan 19 Catat dipinggir kiri atas kertas ECG: • Nama, Umur, Alamat, Tanggal, Jam • Catat yang membuat rekaman dikiri bawah
  • 31. 29 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Keterangan : Skor 0 : bila prosedur tidak dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Skor 2 : bila prosedur dilakukan dan tepat
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 30 Lakukan prosedur perekaman EKG kepada pasien minimal 5 orang dan konsultasikan pada pembimbing apakah prosedur yang Anda lakukan sudah benar atau belum. Tugas
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 31 Kegiatan belajar ini menguraikan bagaimana prosedur perekaman jantung pada pasien di rumah sakit. Perekaman jantung ini dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung maupun penyakit lain tetapi ingin mengetahui bagaimana fungsi kerja jantung. Rangkuman
  • 34. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 32 III Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini Anda dapat melakukan pengukuran CVP pada pasien dengan sistem kardiovaskuler TUJUANPembelajaran Umum Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini Anda dapat melakukan: 1. Mempersiapkan pasien yang akan dilakukan CVP 2. Mengukur CVP Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi : 1. Pengukuran CVP Pengukuran CVP TUJUANPembelajaran Khusus RUANGLingkup Materi
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 33 Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau kita sebut sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien, serta monitoring resusitasi. Apa yang dimaksud dengan CVP? CVP adalah suatu hasil dari pengukuran tekanan vena sentral dengan jalan memasang suatu alat Central Venous Catheter atau yang dikenal dengan singkatan CVC. CVC tersebut dapat di pasang pada beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena subklavia, vena basilika, vena femoralis. Dimana masing‐masing lokasi tersebut memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan, resiko pemasangan, kenyamanan pasien, perawatan CVC, juga ketersediaan jenis CVC yang sesuai dengan lokasi pemasangan CVC tersebut. INGAT, PEMASANGAN CVC HANYA DILAKUKAN OLEH TENAGA TERLATIH (DOKTER SPESIALIS JANTUNG/ANESTESI) BUKAN OLEH PERAWAT UMUM, PERAWAT HANYA MENGUKUR CVP, BUKAN MEMASANG !!!! Central Venous Catheter ini merupakan salah satu teknik yang bersifat invasif. Sehingga resiko‐resiko tindakan invasif secara umum, juga menjadi pertimbangan kita dalam melakukan pemasangan ataupun insersi CVC ini. Seperti pada kasus luka bakar, dimana area insersi terkena oleh luka bakar. Dimana insersi yang kita lakukan dapat menambah resiko terjadinya bakterimia. Sehingga kita harus lebih cermat dalam pemilihan lokasi insersi. Atau juga pada kasus dimana pasien sudah mengalami suatu gangguan koagulasi. Tindakan insersi CVC ini dapat mencetuskan suatu edema dilokasi insersi, serta perdarahan yang sulit diatasi. Tahukah Anda indikasi pemasangan CVP? ya inilah indikasinya Indikasi pemasangan CVP meliputi : • Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok. • Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi. • Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria). • Pasien dengan gagal jantung. Uraian Materi
  • 36. 34 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan • Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin). • Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif). Di manakah lokasi pemasangan CVP? Lokasi pemasangan CVP adalah : • Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan) • Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan • Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis • Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior Komplikasi apa sajakah yang bisa terjadi akibat pemasangan CVP? Sementara komplikasi pemasangan CVP adalah : • Perdarahan. • Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis). • Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak. • Pericardial effusion. • Aritmia • Infeksi. • Perubahan posisi jalur. Di bawah ini adalah format penilaian prosedur pengukuran CVP
  • 37. 35 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Format 3. Penilaian Prosedur Pengukuran CVP No ASPEK YANG DINILAI Skor 0 1 2 1 Persiapan alat untuk pengukuran : Skala pengukur Selang penghubung (manometer line) Standar infus Three way stopcock Pipa U Set infus 2 Persiapan perawat dan lingkungan 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan. 2. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan. 3. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
  • 38. 36 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3 Pelaksanaan prosedur • Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan vena jugularis. • Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran dpt menggunakan manometer air atau transduser, 2) Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser. Cara pengukuran 1. Memberikan penjelasan kepada pasien 2. Megatur posisi pasien 3. Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur atau tansduser 4. Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila 5. Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi 6. Membereskan alat-alat 7. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai 4 SIKAP 1. Disiplin 2. Kemandirian 3. Penampilan NILAI AKHIR
  • 39. 37 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Keterangan : Skor 0 : bila prosedur tidak dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Skor 2 : bila prosedur dilakukan dan tepat
  • 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 38 Lakukan prosedur tindakan pengukuran CVP pada minimal 5 orang pasien, dan konsultasikan pada pembimbing apakah prosedur yang Anda lakukan sudah benar atau belum. Tugas
  • 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 39 Kegiatan belajar ini membahas tentang bagaimana pengukuran CVP, indikasi dan komplikasi apa saja yang dapat muncul pada pasien yang terpasang CVP. Sebagai perawat, Anda harus mampu melakukan pengukuran CVP pada pasien di rumah sakit. Dengan mempelajari dan mempraktekkan kegiatan belajar ini Anda diharapkan mampu melakukan pengukuran CVP. Rangkuman
  • 42. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 40 Penutup Modul 2 Keperawatan Medikal Bedah II ini membahas mengenai Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan gangguan sistem Kardiovaskuler. Dalam modul ini telah diuraikan bagaimana pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler, perekaman jantung (EKG), pengukuran CVP. Semoga Modul ini dapat membantu Anda dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
  • 43. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 41 Carpenito, Lynda Jual 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC. Gallo, Hudak. 1995. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC. Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC. Reeves, Charlene, et al. 1999. Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta: EGC. Sjaifoellah Noer,H.M. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Susan, Martyn Tucker et al. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Daftar Pustaka