SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
MODUL 1
Panduan Praktek Klinik
“Prosedur Tindakan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan”
Penulis :
Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes.
PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Hak cipta © Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
2013
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1
Daftar Isi
Halaman sampul
Daftar isi 1
Pendahuluan 2
Kegiatan Belajar 1 Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan 4
Kegiatan Belajar 2 Postural Drainage 15
Kegiatan Belajar 3 Fisioterapi Dada 23
Kegiatan Belajar 4 Terapi Oksigenasi 30
Penutup 44
Daftar Pustaka 45
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan
Selamat berjumpa pada modul mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
Mata kuliah ini akan disajikan dalam 6 (enam) modul, yaitu: 1) Panduan Praktek
Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan; 2)
Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler; 3) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan
Gangguan sistem Pencernaan. 4) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan
pada Pasien dengan Gangguan Sistem Penginderaan; 5) Panduan Praktek Klinik
Prosedur Tindakan pada Pasien Pre dan Post Operatif; 6) Panduan Praktek Klinik
Pengkajian Dasar Keperawatan.
Nah, sekarang Anda akan mempelajari modul 1, tentang Panduan Praktek
Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Hal ini
penting karena Anda Sebagai perawat pelaksana, maka lulusan D-III Keperawatan
harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan pada tatanan nyata di rumah sakit. Modul praktek klinik
yang berjudul “Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan” . Modul ini akan disajikan secara aplikatif sebagai
panduan Anda dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien di rumah
sakit. Sebagai landasan keilmuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
secara jelas telah Anda bahas dalam modul mata kuliah “Keperawatan Medikal
Bedah 1”
Untuk memudahkan Anda mempelajarinya, modul praktek klinik ini di kemas
dalam 4 (empat) kegiatan belajar yaitu :
Kegiatan Belajar 1	 : Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Kegiatan Belajar 2	 : Prosedur Tindakan Postural Drainase
Kegiatan Belajar 3	 : Prosedur Tindakan Fisioterapi Dada
Kegiatan Belajar 4	 : Prosedur Tindakan Terapi Oksigenasi
Setelah mempelajari modul Praktek Klinik ini, Anda diharapkan dapat ; 1)
Melakukan prosedur pengkajian/pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan, 2) Melaksanakan prosedur tindakan postural drainase, 3)
Melaksanakan prosedur tindakan fisioterapi dada, 4) Melaksanakan prosedur
tindakan terapi oksigenasi. Sehingga Anda dapat melakukan asuhan keperawatan
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
pada sistem pernafasan secara profesional di tatanan klinik atau rumah sakit
Agar Anda dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan
sistem pernafasan, maka ada beberapa hal yang harus Anda lakukan, yaitu :
1.	 Pelajari anatomi sistem pernafasan
2.	 Pelajari materi modul tentang penyakit atau kelainan sistem pernafasan. Nah,
tentu materi ini telah Anda pelajari pada mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 (KMB 1)
3.	 Lakukan latihan prosedur tindakan di laboratorium sesering mungkin dibawah
bimbingan pembimbing laboratorium pada pantum atau alat peraga sampai
Anda cukup terampil
4.	 Setelah itu praktekkan pada pasien di rumah sakit saat Anda melakukan
praktek klinik keperawatan.
Selain itu, agar Anda sukses dalam mempelajari modul ini perhatikan petunjuk
belajar sebagai berikut:
a.	 Modul ini bukan pembelajaran konsep teori, melainkan prosedur tindakan.
Sehingga untuk mempelajarinya tidak cukup hanya membaca tetapi harus
aktif mencoba dan mempraktekkan agar terampil.
b.	 Apabila ada kendala terkait dengan prosedur tindakan yang dibahas pada
modul ini, maka Anda harus aktif bertanya dengan instruktur klinik.
Baiklah selanjutnya marilah Anda pelajari uraian materi Kegiatan Belajar 1 dengan
baik.
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
4
I
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan
Belajar 1 ini diharapkan Anda dapat melakukan
pemeriksaan fisik sistem pernafasan
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar I ini
secara khusus diharapkan Anda dapat melakukan :
1.	 Pemeriksaan fisik sistem pernafasan yang normal
2.	 Pemeriksaan fisik sistem pernafasan yang abnormal
Ruang lingkup materi yang harus Anda pelajari pada kegiatan
belajar 1 ini adalah:
1.	 Pemeriksaan umum
2.	 Inspeksi
3.	 Palpasi
4.	 Perkusi
5.	 Auskultasi
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
POKOKMateri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5
Uraian Materi
Setiap pasien yang masuk rumah sakit harus dilakukan pemeriksaan fisik
secara menyeluruh, baik secara Head to Toe ataupun per sistem. Salah satunya
adalah sistem pernafasan juga haru diperiksa secara teliti apakah ada kelainan
atau tidak.
Dalam pemeriksaan fisik sistem pernafasan, ada beberapa langkah yang harus
Anda lakukan, yaitu :
1.	 Pemeriksaan Umum
Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik sistem pernapasan?
Pemeriksaan fisik sistem pernafasan dapat menggunakan keempat cara
pemeriksaan fisik yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Mengapa
demikian? Keempat cara tersebut dilakukan berkesinambungan untuk
mendapatkan pemeriksaan regional yang efisien. Jadi, pemeriksaan dimulai
dengan pemeriksa menghadap pasien yang duduk untuk inspeksi dada
anterior, diikuti dengan pemeriksaan lengkap torak posterior dan lateral
serta paru yang diakhiri dengan auskultasi dan perkusi paru anterior.
Bagaimana posisi pasien pada saat pemeriksaan? Pasien tetap duduk
selama pemeriksaan ini dan Anda sebagai pemeriksa berpindah dari
depan ke belakang pasien. Pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan kulit,
mencari, mengukur dan menggambarkan setiap lesi kulit yang dijumpai
pada dinding dada.
Bagaimana cara melakukan penilaian pernapasan? Penilaian
pernafasan dilakukan pada kontak pertama dan selama anamnesis,
termasuk memperhatikan usaha, kecepatan dan kedalaman nafas dan
apakah nafasnya berbunyi. Selanjutnya bagaimana langkah-langkah
pemerisaan dada? Untuk pemeriksaan data Anda harus mengikuti urutan
seperti yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Urutan Pemeriksaan Dada
Posisi Pemeriksa Manuver
Berhadapan dengan pasien Inspeksi dinding dada anterior
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Menghadap punggung
pasien
Inspeksi gerakan pernafasan
Hitung pernafasan
Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis
Perkusi angulus kostovertebralis
Palpasi gerakan pernapasan
Perkusi pergerakan diafragma
Perkusi paru (posterior)
Auskultasi paru (posterior)
Pada sisi kanan dan kiri
pasien, berurutan
Inspeksi dinding dada lateral
Perkusi paru (lateral)
Auskultasi paru (lateral)
Berhadapan dengan pasien
Auskultasi paru (anterior)
Perkusi paru (anterior)
2.	 Inspeksi
Nah, selanjutnya Anda pelajari bagaimana inspeksi dada untuk memeriksa
sistem pernafasan? Dalam inspeksi dada untuk memeriksa sistem
pernafasan yang meliputi sebagai berikut :
a.	 Inspeksi Dinding Dada Anterior
Saat pasien duduk, Anda sebagai pemeriksa langsung berhadapan
dengan pasien dan memperhatikan dinding dada, baik bentuk maupun
kesimetrisannya. Mengapa demikian? Pergerakan respirasi dada
diperhatikanakankecepatan,irama,adanyakesulitanbernafas,kesimetrisan
pergerakan dari satu sisi ke sisi lain dan retraksi yang terlihat pada otot-
otot interkostalis. Kemudian pemeriksa melihat dan meraba trakea untuk
menentukan apakah trakea berada pada garis tengah dan apakah ada
nyeri.
Sekarang coba praktekkan pada pasien! Lebih banyak pasien lebih
baik.
b.	 Inspeksi Dinding Dada Lateral
Anda meminta pasien mengangkat tangan sampa di atas kepala,
kemudian berpindah ke sebelah kanan pasien, perhatikan keseluruhan
bentuk dan diameter anteroposterior toraks, demikian juga dengan
konfigurasi lateral vertebra torakalis
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c.	 Inspeksi Toraks Posterior
Pasien diminta berkacak pinggang dan pemeriksa menghadapi
punggung pasien, selanjutnya inspeksi dimulai. Pada posisi ini,
memungkinkan untuk melihat pernafasan saat istirahat. Jika pergerakan
dinding dada dapat terlihat, hitung kecepatan pernafasan per menit.
Perhatikan irama, amplitudo dan kesimetrisan pergerakan sisi ke sisi
Sekarang Anda coba periksa 2 atau 3 pasien baru agar punya pengalaman !
3.	 Palpasi
Nah selanjutnya Anda pelajari bagaimana palpasi dada untuk memeriksa
sistem pernafasan? Palpasi dada untuk memeriksa sistem pernafasan yaitu
sebagai berikut :
Perhatikan kontur vertebra torakalis (dorsalis) dengan mempelajari
penjajaran prosesus dorsalis. Dengan ujung jari, raba prominensia C7 dan
rabateruskebawahsepanjangprosesusuntukmenentukankonturkolumna
vertebralis. Lalu dengan tangan dominan Anda yang dikepal, perkusi
dengan lembut dengan sisi ulnar kepalan tangan setiap prosesus vertebralis
dorsalis mulai dari T1 sampai L1, minta pasien untuk menunjukkan adanya
daerah nyeri. Perhatikan, bahwa perkusi ini dirancang untuk menimbulkan
nyeri, bukan untuk menimbulkan bunyi atau getaran yang dapat diraba
dengan makna diagnostik.
Bagaimana cara melakukan Palpasi Gerakan Pernapasan ? Adapun
cara melakukan Palpasi Gerakan Pernapasan yaitu letakkan kedua tangan
pada lengkung iga bagian bawah, dengan telapak tangan menempel pada
punggung pasien dan jari-jari menyebar. Perhatikan pergerakan tangan.
Apakah pergerakannya simetris sesuai dengan siklus pernafasan pasien?
Apakah salah satu sisi toraks bergerak lebih atau kurang luas dibanding
dengan satunya? Bila pernafasan tidak dapat dihitung dengan penglihatan,
kini hitunglah pernafasan ketika teraba.
4.	 Perkusi
Selanjutnya bagaimana cara melakukan perkusi untuk memeriksa
sistem pernafasan? Tehnik perkusi dapat Anda laksanakan sebagai
berikut: permukaan palmar jari-jari satu tangan diletakkan tersebar pada
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
daerah yang akan diperkusi. Dengan menggunakan jari tengah tangan
lain, permukaan dorsum jari tengah yang tersebar diketuk dengan cepat
dan tajam, dengan pergelangan tangan pemerkusi sebagai titik tumpu
pergerakan.
Apa yang disebut pleksimeter dan pleksor? Jari-jari yang terletak pada
dinding dada disebut pleksimeter, sementara yang mengetuk disebut
pleksor. Jari tengah tangan yang tidak dominan adalah pleksimeter yang
baik dan tempat pengetukan yang paling baik adalah langsung pada
titik pertengahan sendi interfalangs distal (IFD). Pleksimeter ditempelkan
dengan ketat tapi tidak kaku pada permukaan yang dinilai, dengan bagian
jari ini ditempelkan tidak terlalu ketat tepat di atas dan di bawah IFD dan
sisa bagian jari dan palmar melekat tidak ketat, Pleksor adalah ujung jari
tangan yang dominan. Ujung jari ini menyentuh pleksimeter pada sendi
dengan cara diketuk. Tanpa memperhatikan ibu jari, semua sendi jari tangan
dalam keadaan fleksi. Pergelangan tangan ekstensi sekitar 450
, sehingga
jari fleksor membentuk arkus beberapa sentimeter pada titik yang diketuk
pada pleksimeter. Pergelangan tangan ini kemudian difleksikan sampai
sedikit mendekati posisi istirahat dengan menggunakan sangat sedikit
tenaga. Pada manuver ini dihasilkan getaran suara. Pleksimeter menerima
getaran jaringan sebagai sumber informasi kedua dan paralel. Pada
seluruh perkusi, satu-satunya sendi yang digerakkan ialah pergelangan
tangan. Sedangkan bagian pleksor tangan lainnya merupakan satu unit
statik namun tidak kaku.
Bunyi apakah yang dihasilkan dari perkusi? Ada 4 bunyi yang bisa
didapat pada perkusi : (1) pekak seperti di atas otot paha, (2) redup seperti
di atas hepar pada kuadran kanan atas, (3) resonan seperti pada seluruh
dinding dada di mana paru-paru berinflasi normal, (4) timpani seperti pada
gelembung gas pada lambung.
Apatujuanperkusidada? Tujuanperkusidadaialahuntukmenentukan
batas anatomi resonansi paru dan menentukan daerah dengan bunyi
perkusi abnormal dalam parenkim paru.
Perkusi dada posterior dan lateral berlangsung sebagai berikut :
1.	 Tentukan batas peranjakan diafragma
a.	 Minta pasien untuk mengambil nafas dalam-dalam, lalu
menghembuskan sepenuhnya dan mempertahankan ekspirasi
penuh ini. Kemudian mulai perkusi pada garis skapula ke bawah
dari kira-kira setinggi T8 sampai bunyi perkusi berubah dari
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
resonan menjadi redup di bawah diafragma. Tandai titik perubahan
pada masing-masing hemitoraks posterior.
b.	Minta pasien untuk mengambil nafas dalam-dalam dan bertahan
pada inspirasi penuh. Kemudian mulai perkusi ke bawah pada garis
skapula, mulai dari masing-masing tanda kulit, tandai perubahan-
perubahan baru. Jarak antara kedua tanda tersebut menunjukkan
besarnya pergerakan diafragma ke bawah pada siklus inspirasi.
2.	 Perkusi paru dari posterior
a.	 Pasien diminta untuk menyilangkan tangannya di depan tubuhnya
untuk menjauhkan kedua skapula ke lateralm atau pasien dapat
diminta duduk dan bernafas secara normal.
b.	Mulai pada dinding dada paling tinggi, antara kolumna vertebralis
dan skalupa dari masing-masing hemitoraks (garis skapula),
pemeriksa melakukan perkusi ke bawah sampai bagian basal
masing-masing paru, berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi lain
untuk membandingkan bunyi perkusi segmen paru yang simetris.
3.	 Perkusi paru ke arah lateral
a.	 Pemeriksa berpindah ke samping kanan pasien dan meminta
pasien untuk mengangkat tangan kanannya dari setinggi ketiak ke
atas kepala agar dinding dada lateral terlihat
b.	Dada diperkusi dari setinggi aksila sampai setinggi diafragma.
c.	 Pemeriksa kemudian berpindah ke sisi kiri pasien dan prosedur
yang sama diulangi lagi pada dinding lateral kiri. Perhatikan bahwa
lobus medius dekstra dan lingula dari lobus superior sinistra dinilai
dari lateral, tidak dari anterior atau pun posterior. Bunyi perkusi
dan proyeksi bunyi pernafasan dari keduanya berproyeksi ke aksila.
Tugas : sekarang coba Anda lakukan perkusi pada pasien minimal 3 orang.
5.	 Auskultasi
Berikut ini Anda akan pelajari bagaimana auskultasi sistem pernafasan,
meliputi :
Auskultasi Paru Posterior dan Lateral
Apa tujuan dari auskultasi paru itu? Tujuan dari auskultasi paru ialah
untuk menilai pergerakan udara pada jalan nafas besar sampai sedang
dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas, parenkim dan
rongga pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan memegang atau
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
menggenggamnya dengan kuat pada telapak tangan) digunakan untuk
auskultasi paru rutin. Tiga jenis bunyi nafas terdengar pada paru dewasa
normal : vesikular, bronkovesikular dan bronkial.
Tehnik auskultasi paru adalah sebagai berikut :
1.	 Minta pasien untuk bernafas melalui mulut dengan mulut cukup
terbuka. Posisi stetoskop pada dinding dada sesuai dengan pola
yang diberikan pada perkusi. Bunyi nafas dibandingkan dari sisi satu
ke sisi lainnya dan masing-masing dinilai pada satu siklus pernafasan
sempurna.
2.	 Prosedur ini dilanjutkan pada masing-masing hemitoraks lateral,
letakkan stetoskop seperti digambarkan pada perkusi.
Auskultasi Dada Anterior
Auskultasi yang dilakukan harus mencakup masing-masing apeks
paru, yang berada pada fosa supraklavikularis. Jika ruangan ini terlalu
sempit untuk memungkinkan aposisi lengkap diafragma stetoskop pada
kulit, pemeriksa dapat menggunakan bell yang lebih kecil dengan lebih
ketat pada kulit dan mendapatkan hantaran bunyi yang serupa. Lapangan
paru anterior diauskultasi dan diperkusi lebih jauh mulai dari bawah
klavikula dampai tingkat batas diafragma (pada sekitar ruang interkosta
ke lima). Biasanya, bagian “supradiafragma” kubah hepar membuat toraks
kanan anterior bawah redup. Sesuai dengan kebiasaan tubuh, payudara
dapat mengganggu, pemeriksa dapat menemukan pekak jantung pada
hemitoraks anterior kiri sebelum mencapai batas diafragma atau keduanya
dapat terjadi.
Bagaimana Anda melakukan penilaian tindakan pemeriksaan fisik
sistem pernafasan? Nah, Anda dapat menggunakan format di bawah
ini adalah contoh format penilaian tindakan pemeriksaan fisik sistem
pernafasan :
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Format 1. Penilaian Prosedur Tindakan
No. TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Persiapan alat
1.	Sarung tangan
2.	Penggaris
3.	Stetoskop
4.	Ballpoint
5.	Lembar dokumentasi
2
Persiapan perawat :
1.	Memperkenalkan diri
2.	Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3.	Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
3
Persiapan lingkungan :
1.	Ciptakan lingkungan yang nyaman
2.	Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi klien
4 Cuci tangan
MENGKAJI THORAK
5
Inspeksi bentuk dan kesimetrisan dada dari sudut pandang posterior
dan lateral, bandingkan diameter anteroposterior dengan diameter
transversum
6
Inspeksi kesejajaran spina. Minta klien berdiri, dari posisi lateral
amati 3 lengkung normal : servikal, thorakal, lumbal.
7
Untuk mengkaji deviasi lateral pada spina (missal : skoliosis), amati
posisi berdiri klien dari belakang, minta klien membungkuk dan
amati dari belakang.
8 Amati pola pernafasan (frekuensi dan irama pernafasan)
9
Amati sudut kosta (sudut yang dibentuk oleh perpotongan tepi
kosta) dan sudut tempat iga memasuki spina
10
Palpasi thorak anterior : kaji temperatur dan integritas seluruh
kulit dada (jika tidak ada keluhan pernafasan). Palpasi semua area
dada untuk mengetahui adanya massa atau pergerakan abnormal,
hindari palpasi yang dalam jika ada keluhan nyeri (jika ada keluhan
pernafasan)
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11
Palpasi dada untuk mengetahui adanya ekskursi pernafasan :
•	Letakkan kedua telapak tangan pada thorak bawah klien, jari-
jari disepanjang sisi lateral selubung iga (rib cage) dan ibu jari
disepanjang costa
•	Minta klien mengambil nafas dalam, amati pergerakan kedua
tangan
12
Palpasi dada untuk mengetahui fremitus vocal/taktil (getaran halus
yang dirasakan pada dinding dada klien saat klien berbicara)
•	 Letakkan permukaan ujung jari/bagian ulnar tangan pada dada
posterior klien, dimulai didekat apex paru
•	 Minta klien mengulangi beberpa kata, missal : satu, dua, tiga
•	 Ulangi 2 langkah diatas, geser kedua tangan berurutan sampai
bagian dasar paru
•	 Bandingkan fremitus pada kedua paru dan fremitus antara area
apex dan basis paru
13
Palpasithorakposterior(ekspansithorak):letakkankeduatelapak
tangan diatas thorak bagian bawah, kedua ibu jari didekatkan diatas
spina dan jari-jari diregangkan kearah lateral. Minta klien menarik
nafas dalam, amati pergerakan kedua tangan.
14
Lakukan palpasi fremitus taktil (seperti langkah 12) untuk bagian
posterior
15
Lakukan perkusi secara sistematis dimulai dari atas klavikula pada
ruang supraklavikular dilanjutkan kebawah hingga mencapai
diafragma
16 Bandingkan kedua sisi paru
17
Auskultasi dada, lakukan urutan langkah yang digunakan dalam
perkusi yang dimulai dari bronki diantara sternum dan klavikula
18 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
13
Tugas
Lakukan Pemeriksaan fisik sistem Pernafasan pada pasien minimal 5 orang.
Kemudian hasilnya konsulkan kepada pembimbing di mana Anda melakukan
praktek klinik.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14
Rangkuman
	 Pemeriksaan fisik sistem pernafasan merupakan prosedur wajib yang harus
dilakukan setiap menerima pasien baru untuk memastikan apakah pasien ada
masalah pada sistem pernafasan, selain masalah utama yang menjadi penyebab
mengapa pasien membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pemeriksaan
fisik sistem pernafasan meliputi : pemeriksaan umum, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi. Agar Anda mahir dalam melakukan pemeriksaan fisik sistem
pernafasan, maka Anda harus rajin mencoba.
Selanjutnya silahkan Anda pelajari Kegiatan Belajar 2
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
15
II
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar
2 ini anda dapat melakukan Teknik Postural Drainage pada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan
TUJUANPembelajaran Umum
POKOKMateri
1.	 Postural Drainage
Postural Drainage
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
16
Uraian Materi
Tindakan postural drainase merupaka tindakan fisioterapi dada yang
biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami masalah pada saluran pernafasan
yaitu terjadinya penumpukan sekret yang mukus dan sulit dikeluarkan.
Fisioterapi dada diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
pernafasan. Tindakan yang dilakukan meliputi Postural Drainage, Perkusi Dada dan
Vibrasi. Sebagai tambahan mengajarkan tehnik batuk efektif merupakan bagian
penting dalam pelaksanaan fisioterapi dada. Tujuan dilakukannya fisioterapi
dada adalah untuk menghilangkan sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan
meningkatkan efisiensi otot-otot respirasi.
Apakah postural drainase itu? Postural drainage merupakan cara
pembersihan sputum dengan memanfaatkan gaya gravitasi dengan tujuan untuk
mengeluarkan sputum dari segmen paru yang lebih dalam. Tehnik ini akan efektif
bila diterapkan pada pasien dengan produksi sputum menengah hingga banyak.
Sebelum melakukan Postural Drainage, lakukan pengkajian singkat pada pasien.
Pastikan kondisi pasien memungkinkan untuk dilakukan Postural Drainage.
Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan atau terdapat tanda dan gejala
kontraindikasi maka jangan dilakukan dan segera diskusikan dengan tim terkait.
Perawat harus memastikan target segmen paru yang terdapat penumpukan secret
dengan melakukan auskultasi di seluruh lapang paru.
Pasien dengan kasus apakah yang boleh dilakukan tindakan Postural Drainase?
di bawah ini adalah indikasinya :
Indikasi postural drainage meliputi :
1.	 Ketidak mampuan pasien untuk berganti posisi
2.	 Produksi sputum lebih dari 25 – 30 mL/hari
3.	 Sistik Fibrosis
4.	 Potensial atau Aktual Ateletaksis
5.	 Adanya plug pada mukosa
Ingat! Anda tidak boleh melakukan tindakan Postural Drainase pada kasus
tertentu, seperti di bawah ini :
Sementara Kontraindikasi postural drainage meliputi :
1.	 Peningkatan TIK
2.	 Ketidakstabilan hemodinamik
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3.	 Hipertensi tidak terkontrol
4.	 Hemomptysis
5.	 Empysema
6.	 Cedera tulang belakang/leher
7.	 Fraktur Costae
8.	 Efusi Pleura
Selanjutnya
Posisikan tubuh pasien ke arah sumbu longitudinal untuk memberikan
ekspansi paru bilateral atau unilateral dan meningkatkan oksigenasi arterial.
Diperlukan pergerakan posisi regular dengan bed yang mendukung variasi level
posisi sesuai yang diinginkan. Letakkan target segmen paru pada posisi lebiah
atas (superior) dari carina, biasanya dilakukan dengan posisi tredelenburg.
Posisi tersebut dipertahankan antara 3 – 15 menit atau bisa lebih lama bila
memungkinkan. Posisi dapat diubah berdasarkan dengan kondisi pasien. Gambar
berikut ini menjelaskan bagaimana posisi pasien disesuaikan dengan target
segmen parunya.
18
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 1. Posisi Postural Drainage
19
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Di bawah ini adalah contoh format penilaian prosedur tindakan Postural Drainase
Format 2. Penilaian Prosedur Postural Drainage
NO TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Menyiapkan alat :
1.	Bantal-dua atau tiga
2.	Papan pemiring atau pendongak (bila drainase dilakukan
rumah)
3.	Tisu wajah
4.	Segelas air
5.	Wadah (sputum pot) bertutup berisi desinfektan
6.	Sarung tangan
2
Persiapan perawat dan pasien :
1.	Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2.	Menyiapkan posisi pasien sesuai posisi drainase yang
akan di lakukan (lihat gambar)
3
Persiapan lingkungan :
1.	Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi
pasien
2.	Ciptakan lingkungan yang tenang
4 Pelaksanaan tindakan
1.	Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan
2.	Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase
berdasarkan pengkajian semua bidang paru, data klinis,
dan gambaran foto dada.
3.	Baringkankliendalamposisiuntukmendrainaseareayang
tersumbat. (Area pertama yang dipilih dapat bervariasi
dari satu klien ke klien lain.) Bantu klien memilih posisi
sesuai ke­butuhan. Ajarkan klien mem­posisikan postur
dan lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal
untuk me­nyangga dan kenyamanan.*)
4.	Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15
menit.
20
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5.	Selama 10 sampai I5 menit drainase pada posisi ini, laku­
kan perkusi dada, vibrasi, dan/ atau gerakan iga di atas
area yang didrainase.
6.	Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk
dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam
wadah yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus
dilakukan penghisapan (saction )
7.	Minta klien istirahat sebentar bila perlu.
8.	Minta klien minum air hangat.
9.	Cuci tangan Anda.
8
Evaluasi :
1.	 Mukus encer
2.	 Sekret dapat keluar
3.	 Klien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
21
Tugas
	 Lakukan prosedur tindakan postural drainage pada pasien yang ada
indikasi, minimal 5 pasien dan hasilnya konsultasikan ke pembimbing.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
22
Rangkuman
	 Postural drainase merupakan prosedur tindakan untuk membantu pasien
mengeluarkan secret atau dahak yang banyak dan sulit dikeluarkan dengan
cara batuk biasa. Prosedur ini meliputi dengan posisi tertentu pasien dilakukan
perkusi daerah dada, vibrasi, dan batu efektif untuk mengeluarkan dahak. Tetapi
ingat tidak semua pasien yang mempunyai masalah pengeluaran dahak boleh
dilakukan postural drainase, karena ada indikasi dan kontra indikasi yang harus
Anda perhatikan.
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
23
III
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan
Belajar 3 ini anda dapat melakukan Fisioterapi Dada
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.
TUJUANPembelajaran Umum
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 3 ini
anda dapat melakukan Fisioterapi Dada pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan, Anda dapat melakukan :
1.	 Prosedur tindakan perkusi dada dan vibrasi dada
2.	 Prosedur draining
3.	 Prosedur batuk efektif
Adapun ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini adalah :
1.	 Perkusi dada
2.	 Vibration
3.	 Draining
4.	 Batuk efektif
Fisioterapi Dada
TUJUANPembelajaran Khusus
RUANGLingkup Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
24
Uraian Materi
Berikut ini kami sampaikan materi tentang fisioterapi dada, silahkan Anda
pelajari dan dipraktekkan pada pasien.
Apakah tujuan fisioterapi dada? Fisioterapi dada dilakukan bertujuan untuk
mencegah akumulasi sekresi pulmonal, memobilisasi secret, dan meningkatkan
mekanisme batuk. Selain itu fisioterapi dada juga bertujuan untuk meningkatkan
distribusi dan efisiensi dari ventilasi. Tindakan dilakukan memperhatikan volume
sputum dan konsistensinya, terutama pada kondisi yang memerlukan manipulasi
dari eksternal thoraks.
Apakah indikasi dan kontra indikasi fisioterapi dada? Perlu Anda ketahui
bahwa ada indikasi dan kontra indikasi dalam pemberian tindakan fisioterapi
dada, yaitu :
Indikasi pelaksanaan fisioterapi dada meliputi :
1.	 Pasien toleran terhadap posisi head down untuk drainase
2.	 Malfungsi mekanisme pembersihan bronchial normal yang
mengakibatkan retensi sputum, penyakit yang terindikasi meliputi :
Sistik fibrosis, COPD, ateletaksis akut, abses paru, pneumonia, penyakit
yang membutuhkan perawatan ventilasi
3.	 Pasien mampu memadukan perintah untuk batuk dan tehnik vibrasi
4.	 Pasiendalamkondisiperdarahan,metastasisparu,empyema,merupakan
kontraindikasi relative dilakukan vibrasi dan perkusi dada
5.	 Modifikasi tehnik pada beberapa pasien dan kondisi diperlukan untuk
keamanan dan keefektifan terapi
Sementara Kontraindikasi pelaksanaan fisioterapi dada meliputi :
1.	 Perubahan posisi pada pasien kritis dapat menyebabkan stress
kardiovaskuler,
2.	 Posisi tredelenburg dapat meningkatkan TIK, tidak disarankan pada
pasien bedah syaraf, penyakit intracranial, hipertensi
3.	 Pasiendalamkondisiperdarahan,metastasisparu,empyema,merupakan
kontraindikasi relative dilakukan vibrasi dan perkusi dada
4.	 Pastikan pasien tidak makan setidaknya satu jam teakhir
Bagaimanakah cara fisioterapi dada? Pelaksanaan fisioterapi dada diawali
dengan melakukan assessment singkat pada pasien. Perhatikan catatan perawatan
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
pasien dan perhatikan kondisi teraktual pasien. Memperhatikan tanda-tanda
kontraindikasi pada pasien. Perawat memperhatikan denyut nadi, suara nafas,
respirasi, batuk dan produksi sputum.
Pemeriksa memposisikan pasien sesuai dengan kebutuhan teknik fisioterapi
dada dan kondisi actual pasien. Jika tidak ada kontraindikasi berikan posisi
tredelenburg (head down) dan atur agar pasien merasa nyaman. Fisioterapi
dada dilakukan dengan menangkupkan telapak tangan, dua jari atau precursor
mekanik. Perawat melakukan perkusi dada dengan telapak tangan, perkusi
dilakukan dengan berirama dan tangan menangkup. Udara yang terperangkap
antara tangkup tangan dan dinding dada akan menimbulkan suara yang nyaring
tetapi tanpa menyakiti atau melukai dinding dada. Perkusi ini dilakukan kurang
lebih 2 menit tiap-tiap segmen paru. Pada neonates atau bayi perkusi dilakukan
dengan dua jari. Vibrasi dilakukan pada pasien dewasa dengan cara lembut dan
cepat saat pasien sedang ekspirasi. Teknik perkusi, vibrasi, draining dan batuk
dilakukan secara berkesinambungan pada masing-masing segmen.
Setelah melakukan fisioterapi dada Anda (perawat) memberikan posisi yang
nyaman kepada pasien. Pasien dipandu untuk melakukan batuk efektif. Apabila
dibutuhkan perawat dapat membantu pengeluaran sputum dengan suction.
Selama melakukan teknik ini, perawat memperhatikan nadi (sebelum, selama dan
sesudah fisioterapi), suara nafas (sebelum dan sesudah fisoterapi), respirasi dan
keefektifan batuk serta produksi sputum.
Gambar 2. Teknik Perkusi dan Vibrasi Dada
Di bawah ini adalah format penilaian tindakan fisioterapi dada
26
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Format 3. Penilaian Prosedur Fisioterapi Dada
NO TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Menyiapkan alat :
1.	Celemek/perlak
2.	Bengkok
3.	Lysol
4.	Masker
5.	Handscoen
6.	Handuk/tissue
7.	Sarung tangan
2
Persiapan perawat dan pasien :
1.	Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.	
2.	Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan duduk tegak.
3
Persiapan lingkungan :
1.	Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi
pasien
2.	Ciptakan lingkungan yang tenang
4 Prosedur
1.	 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
1.	 Menjelaskan prosedur perkusi dan vibrasi. Klien
dianjurkan melakukan pernapasan diafragmatik. Posisi
klien sebaiknya posisi drainase.
2.	 Melakukan perkusi pada dinding rongga dada selarna 1-2
menit
•	 Kosta paling bawah sampai ke bahu pada bagian belakang
•	 Kosta paling bawah sampai ke kosta atas pada bagian
depan
•	 Jangan melakukan perkusi di atas tulang belakang, ginjal,
hepar, limpa, dan skapula atau sternum.
3.	 Menganjurkan klien menarik napas dalam perlahan-lahan,
lalu lakukan vibrasi sambil klien mengeluarkan napas
perlahan-lahan dengan bibir dirapatkan.
27
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4.	 Meletakkan 1 tangan pada area yang ingin divibrasi dan
letakkan tangan yang lain di atasnya.*)
5.	 Menegangkan otot-otot tangan dan lengan sambil
melakukan tekanan sedang dan vibrasi tangan dan
lengan.
6.	 Mengangkat tekanan pada dada ketika klien menarik
napas.
7.	 Menganjurkan klien batuk dengan menggunakan otot
abdominalis setelah 3-4 vibrasi.
8.	 Memberi klien istirahat beberapa menit
9.	 Mengauskultasi adanya perubahan pada bunyi napas.*)
10.	Mengulangi perkusi dan vibrasi secara bergantian sesuai
kondisi klien, biasanya 15-20 menit.
11.	Mendokumentasikan prosedur dan respons klien dalam
catatan klien
5
Evaluasi :
1.	 Mukus menjadi encer
2.	 Sekret dapat keluar
3.	 Klien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
28
Tugas
	 Lakukan fisioterapi dada pada pasien minimal 5 orang dan hasilnya
konsultasikan dengan pembimbing untuk mengevaluasi apakah tindakan Anda
sudah benar atau belum.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
29
Rangkuman
	 Prosedur tindakan fisioterapi dada dilakukan untuk membantu pasien
dalammengeluarkandahak/secretsecaraoptimalagartidakterjadigangguanatau
sumbatan sistem pernafasan pasien akibat penumpukan secret yang berlebihan
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan oksigen pasien. Prosedur
tindakan fisioterapi dada ini meliputi : perkusi dada, vibrasi, draining dan batuk
efektif.
Selanjutnya Anda dapat mempelajari kegiatan belajar 4
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
30
IV
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan
Belajar 4 ini Anda dapat melakukan Terapi Oksigenasi
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 4 ini
Anda dapat melakukan :
1.	 Pemberian oksigen dengan alat masker
2.	 Pemberian oksigen dengan alat nasal kanul dan oxyhood
Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi :
1.	 Venturi Mask
2.	 Nasal Kanul
3.	 Simple Mask
4.	 Oxyhood
Terapi Oksigenasi
RUANGLingkup Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
31
Uraian Materi
Di bawah ini adalah uraian tentang materi pemberian Oksigenasi
Apakah tujuan terapi oksigen? Terapi oksigen diberikan pada pasien
sebagai upaya untuk meningkatkan PaO2
. Dengan peningkatan PaO2
diharapkan
terjadi penurunan nafas dan dyspnea. Terapi ini digunakan untuk memperbaiki
terjadinya hipoksemia dan menurunkan stimulus yang dapat meningkatkan
kardiak output. Terapi oksigen memberikan peningkatan konsentrasi oksigen
yang dihirup untuk mengatasi dan mencgah hipoksemia.
Apakah indikasi terapi oksigen?
Indikasi dilakukannya terapi oksigenasi meliputi :
1.	 Memperbaiki hipoksemia
2.	 Situasi akut yang dapat mengakibatkan hipoksemia
3.	 Akut Miokardial Infark
4.	 Recovery pasca anastesia
Pemberian terapi oksigenasi harus tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sebelum memberikan terapi, Andasebagai perawat harus melakukan assessment
singkat pada pasien. Perawat harus memastikan identitas dan terapi yang
dibutuhkan oleh pasien. Perhatikan kondisi actual pasien untuk memastikan terapi
yang direncakan pada pasien dengan ketercapaiannya. Apabila ada kondisi yang
tidak sesuai dengan rencana pemberian terapi maka perawat harus berkoordinasi
dengan tim terkait.
Persiapan awal sebelum memberikan aplikasi oksigenasi pada pasien
adalah flowmeter dan humidifier. Perawat memastikan flowmeter terpasang
dengan baik pada tabung atau saluran oksigen. Berikutnya humidifier dipersiapkan
untuk memberikan kelembaban pada oksigen yang akan disalurkan pada sistem
pernafasan klien. Pemilihan jenis alat untuk terapi oksigenasi disesuaikan dengan
kebutuhan oksigen pasien.
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
32
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter nasal, (2) kanula nasal, (3)
sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5)
sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Apakah Anda tahu apa keuntungan dan kerugian masing-masing sistem?
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan :
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah
dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari
6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,
kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan :
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
- Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul
hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
33
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt
dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
- Kerugian :
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
- Kerugian :
Kantong O2 bisa terlipat.
Selanjutnya Anda bisa pelajari sistem aliran tinggi seperti yang diuraikan di bawah
ini.......
34
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2. Sistem aliran tinggi
Apakahyangdimaksuddengansistemalirantinggi?Suatutehnikpemberian
O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga
dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebihtepat dan
teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan
ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung
akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai
O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt
dengan konsentrasi 30 – 55%.
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat
dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban
gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian :
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah.
Gambar 3. Contoh Nasal Kanul
Format 4. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Nasal Kanul
No TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Persiapan alat :
1.	 Tabung oksigen
2.	 Kanula nasal
3.	 Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4.	 Flow meter
5.	 Tanda ”dilarang merokok”
35
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Persiapan lingkungan :
1.	 Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga
privasi*)
2.	 Ciptakan lingkungan yang tenang
3
Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)	
2.	Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi
fowler
4
Prosedur :
1.	 Mencuci tangan.*)
2.	 Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3.	 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai ketentuan
4.	 Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung
pelembab.
5.	 Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa.
6.	 Memasang kanula pada hidung klien.
7.	 Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*)
–	 24% @ 1L/menit
–	 28% @ 2L/menit
–	 32% @ 3L/menit
–	 36% @ 4L/menit
–	 40% @ 5L/menit
8.	 Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien.
9.	 Kewaspadaan
Observasi apakah:
a.	 Kanula tersumbat atau terlipat
b.	 Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air
c.	 Volume Oksigen mencukupi/tidak
10.	Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
11.	Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu
pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan
respons klien.
36
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12.	Meletakkan tanda ”dilarang merokok” pada lokasi yang
dapat terlihat jelas.
13.	Mencuci tangan
5
Evaluasi :
1.	 Pola nafas klien efektif
2.	 Pasien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Gambar 4. Contoh Simple Mask
Format 5. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Simple Mask
No TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Persiapan alat :
1.	Tabung oksigen
2.	Simple mask
3.	Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4.	Flow meter
5.	Tanda ”dilarang merokok”
2
Persiapan lingkungan :
1.	Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*)
2.	Ciptakan lingkungan yang tenang
3
Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2.	 Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
37
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4
Prosedur :
1.	 Mencuci tangan.*)
2.	 Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3.	 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai ketentuan
4.	 Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung
pelembab.
5.	 Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa.
6.	 Memasang kanula pada hidung klien.
7.	 Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*)
–	 40% @ 5L/menit
–	 45% - 50% @ 6L/menit
–	 55% - 60% @ 8L/menit
8.	 Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien.
9.	 Kewaspadaan
Observasi apakah:
a.	Tube tidak tersumbat atau terlipat
b.	Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C.
c.	 Volume Oksigen mencukupi/tidak
10.	 Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
11.	 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu
pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan
respons klien.
12.	 Meletakkan tanda ”dilarang merokok” pada lokasi yang
dapat terlihat jelas.
13.	 Mencuci tangan
5
Evaluasi :
1.	Pola nafas klien efektif
2.	Pasien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
38
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 5. Contoh Partial Rebrether Mask
Gambar 6. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Partial Rebreather Mask
No TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Persiapan alat :
1.	 Tabung oksigen
2.	 Partial Rebriting mask
3.	 Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4.	 Flow meter
5.	 Tanda “dilarang merokok”
2
Persiapan lingkungan :
1.	 Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*)
2.	 Ciptakan lingkungan yang tenang
3
Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2.	 Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
4
Prosedur :
1.	 Mencuci tangan.*)
2.	 Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3.	 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai
ketentuan
4.	 Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung
pelembab.
5.	 Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa.
6.	 Memasang kanula pada hidung klien.
7.	 Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*)
•	 70% - 90% @ 6 – 15L/menit
8.	 Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien.
39
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
9.	 Kewaspadaan
Observasi apakah:
a. Tube tidak tersumbat atau terlipat
b.	Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C.
c.	Volume Oksigen mencukupi/tidak
10.	 Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
11.	 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu
pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan
respons klien.
12.	 Meletakkan tanda “dilarang merokok” pada lokasi yang
dapat terlihat jelas.
13.	 Mencuci tangan
5
Evaluasi :
1.	Pola nafas klien efektif
2.	Pasien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Gambar 6. Contoh Nonrebreathing Mask
40
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Format 7. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Nonrebreathing Mask
No TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1
Persiapan alat :
1.	 Tabung oksigen
2.	 NonRebrithing mask
3.	 Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4.	 Flow meter
5.	 Tanda “dilarang merokok”
2
Persiapan lingkungan :
1.	 Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*)
2.	 Ciptakan lingkungan yang tenang
3
Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
4
Prosedur :
1.	Mencuci tangan.*)
2.	 Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3.	 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai
ketentuan
4.	 Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung
pelembab.
5.	 Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa.
6.	 Memasang kanula pada hidung klien.
7.	 Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*)
•	 60% - 90% @ 6 – 15L/menit
8.	 Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien.
9.	 Kewaspadaan
Observasi apakah:
a.	 Tube tidak tersumbat atau terlipat
b.	 Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C.
c.	 Volume Oksigen mencukupi/tidak
10.	 Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
41
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11.	 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu
pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan
respons klien.
12.	 Meletakkan tanda “dilarang merokok” pada lokasi yang
dapat terlihat jelas.
13.	 Mencuci tangan
5
Evaluasi :
1.	Pola nafas klien efektif
2.	 Pasien merasa nyaman
Keterangan :
Nilai 0	: Bila prosedur tidak dilakukan
Nilai 1	: Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat
Nilai 2	: Bila prosedur dilakukan dengan tepat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
42
	 Lakukan prosedur tindakan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan
masing masing metode minimal 5 orang, dan konsultasikan ke pembimbing
apakah prosedur yang Anda lakukan sudah benar atau belum.
Tugas
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
43
	 Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang membutuhkan penambahan
volume oksigen sesuai dengan kebutuhan, yang karena kondisinya kebutuhan
oksigen tubuh tidak dapat dipenuhi oleh pasien secara mandiri dengan hanya
pernafasan biasa. Prosedur terapi oksigen ini meliputi pemberian oksigen dengan
menggunakan teknik aliran tinggi dan aliran rendah. Dengan menggunakan alat
bantu masker maupun nasal kanul sehingga kebutuhan oksigen pasien dapat
terpenuhi.
Rangkuman
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
44
Penutup
	
	 Modul 1 ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang membahas tentang Pedoman Praktek Klinik Prosedur
Tindakan pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernafasan. Dalam modul ini
telah dibahas tetang beberapa prosedur tindakan yang lazim dilakukan dirumah
sakit terkait dengan masalah sistem pernafasan. Semoga dengan mempelajari
dan mempraktekan modul ini Anda dapat melakukan tindakan pertolongan pada
pasien dengan masalah sistem pernafasan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
45
Brunner & Suddath. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih
Bahasa: Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gallo, Hudak. 1995. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Greenspan, Francis S. 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik, Alih bahasa Caroline
Wijaya. Jakarta: EGC.
Kee,JoyceLeFever.1997.BukuSakuPemeriksaanLaboratoriumdanDiagnostik
dengan Implikasi Keperawatan, Alih bahasa Easter Nurses. Jakarta: EGC.
Moectyi, Sjahmien. 1997. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka, Alih bahasa Tyasmono Cetakan 1.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene, et al. 1999. Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko
Setiyono, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar BedahSabiston’s Essensials Surgery, Alih
bahasa Petrus Andrianto. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sjaifoellah Noer,H.M. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Susan, Martyn Tucker et al. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Daftar Pustaka

More Related Content

What's hot

Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iipjj_kemenkes
 
Petunjuk Pelaksanaan Praktika
Petunjuk Pelaksanaan Praktika  Petunjuk Pelaksanaan Praktika
Petunjuk Pelaksanaan Praktika pjj_kemenkes
 
Modul 2 pedoman praktek laboratorium
Modul 2   pedoman praktek laboratoriumModul 2   pedoman praktek laboratorium
Modul 2 pedoman praktek laboratoriumpjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Maskpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiipjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan ipjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizerpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 
Modul 3 kdk ii
Modul 3 kdk iiModul 3 kdk ii
Modul 3 kdk ii
 
Modul 8 cetak
Modul 8 cetakModul 8 cetak
Modul 8 cetak
 
Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
 
Petunjuk Pelaksanaan Praktika
Petunjuk Pelaksanaan Praktika  Petunjuk Pelaksanaan Praktika
Petunjuk Pelaksanaan Praktika
 
Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1
 
Modul 2 pedoman praktek laboratorium
Modul 2   pedoman praktek laboratoriumModul 2   pedoman praktek laboratorium
Modul 2 pedoman praktek laboratorium
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan i
 
Modul 6 cetak
Modul 6 cetakModul 6 cetak
Modul 6 cetak
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1
 
Modul 5 cetak
Modul 5 cetakModul 5 cetak
Modul 5 cetak
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Kb 1(1)
Kb 1(1)Kb 1(1)
Kb 1(1)
 
Kb 3(1)
Kb 3(1)Kb 3(1)
Kb 3(1)
 
Kb 2(1)
Kb 2(1)Kb 2(1)
Kb 2(1)
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Modul untuk dosen
Modul untuk dosenModul untuk dosen
Modul untuk dosen
 
Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3
 
Modul kep. jiwa
Modul kep. jiwaModul kep. jiwa
Modul kep. jiwa
 
Membuat media pembelajaran interaktif dengan powerpoint
Membuat media pembelajaran interaktif dengan powerpointMembuat media pembelajaran interaktif dengan powerpoint
Membuat media pembelajaran interaktif dengan powerpoint
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Modul 1 Biologi kb 1
Modul 1 Biologi kb 1Modul 1 Biologi kb 1
Modul 1 Biologi kb 1
 
Modul 3 biologi kb 2
Modul 3 biologi kb 2Modul 3 biologi kb 2
Modul 3 biologi kb 2
 
Modul 5 kb 1
Modul 5    kb 1Modul 5    kb 1
Modul 5 kb 1
 
Modul 2 kwn kb 1
Modul 2 kwn kb 1Modul 2 kwn kb 1
Modul 2 kwn kb 1
 
M1 kb1 pengantar biologi
M1 kb1 pengantar biologiM1 kb1 pengantar biologi
M1 kb1 pengantar biologi
 
M1 kb1 establishing relationship
M1 kb1 establishing relationshipM1 kb1 establishing relationship
M1 kb1 establishing relationship
 
Modul 3 biologi kb 1
Modul 3 biologi kb 1Modul 3 biologi kb 1
Modul 3 biologi kb 1
 
Modul 3 kb 2
Modul 3 kb 2Modul 3 kb 2
Modul 3 kb 2
 
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawatiKelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
 

Similar to PEMERIKSAAN PARU

Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskulerpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskulerpjj_kemenkes
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasapjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenpjj_kemenkes
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanulepjj_kemenkes
 
KDK III Modul 2 Kb 1
KDK III Modul 2 Kb 1KDK III Modul 2 Kb 1
KDK III Modul 2 Kb 1pjj_kemenkes
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)pjj_kemenkes
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3pjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2pjj_kemenkes
 

Similar to PEMERIKSAAN PARU (20)

Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi DadaFisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem KardiovaskulerPemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Modul 2 kdk ii
Modul 2 kdk iiModul 2 kdk ii
Modul 2 kdk ii
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
 
KDK III Modul 2 Kb 1
KDK III Modul 2 Kb 1KDK III Modul 2 Kb 1
KDK III Modul 2 Kb 1
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 
KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3
 
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivpjj_kemenkes
 
Modul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iiModul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iipjj_kemenkes
 
Modul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha iModul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha ipjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan iv
 
Modul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iiModul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha ii
 
Modul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha iModul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha i
 

Recently uploaded

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 

Recently uploaded (20)

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 

PEMERIKSAAN PARU

  • 1.
  • 2. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II MODUL 1 Panduan Praktek Klinik “Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan” Penulis : Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes. PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hak cipta © Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI 2013
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1 Daftar Isi Halaman sampul Daftar isi 1 Pendahuluan 2 Kegiatan Belajar 1 Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan 4 Kegiatan Belajar 2 Postural Drainage 15 Kegiatan Belajar 3 Fisioterapi Dada 23 Kegiatan Belajar 4 Terapi Oksigenasi 30 Penutup 44 Daftar Pustaka 45
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Pendahuluan Selamat berjumpa pada modul mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2. Mata kuliah ini akan disajikan dalam 6 (enam) modul, yaitu: 1) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan; 2) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler; 3) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan sistem Pencernaan. 4) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Penginderaan; 5) Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien Pre dan Post Operatif; 6) Panduan Praktek Klinik Pengkajian Dasar Keperawatan. Nah, sekarang Anda akan mempelajari modul 1, tentang Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Hal ini penting karena Anda Sebagai perawat pelaksana, maka lulusan D-III Keperawatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan pada tatanan nyata di rumah sakit. Modul praktek klinik yang berjudul “Panduan Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan” . Modul ini akan disajikan secara aplikatif sebagai panduan Anda dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien di rumah sakit. Sebagai landasan keilmuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan secara jelas telah Anda bahas dalam modul mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah 1” Untuk memudahkan Anda mempelajarinya, modul praktek klinik ini di kemas dalam 4 (empat) kegiatan belajar yaitu : Kegiatan Belajar 1 : Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan Kegiatan Belajar 2 : Prosedur Tindakan Postural Drainase Kegiatan Belajar 3 : Prosedur Tindakan Fisioterapi Dada Kegiatan Belajar 4 : Prosedur Tindakan Terapi Oksigenasi Setelah mempelajari modul Praktek Klinik ini, Anda diharapkan dapat ; 1) Melakukan prosedur pengkajian/pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan, 2) Melaksanakan prosedur tindakan postural drainase, 3) Melaksanakan prosedur tindakan fisioterapi dada, 4) Melaksanakan prosedur tindakan terapi oksigenasi. Sehingga Anda dapat melakukan asuhan keperawatan
  • 5. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan pada sistem pernafasan secara profesional di tatanan klinik atau rumah sakit Agar Anda dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan sistem pernafasan, maka ada beberapa hal yang harus Anda lakukan, yaitu : 1. Pelajari anatomi sistem pernafasan 2. Pelajari materi modul tentang penyakit atau kelainan sistem pernafasan. Nah, tentu materi ini telah Anda pelajari pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1) 3. Lakukan latihan prosedur tindakan di laboratorium sesering mungkin dibawah bimbingan pembimbing laboratorium pada pantum atau alat peraga sampai Anda cukup terampil 4. Setelah itu praktekkan pada pasien di rumah sakit saat Anda melakukan praktek klinik keperawatan. Selain itu, agar Anda sukses dalam mempelajari modul ini perhatikan petunjuk belajar sebagai berikut: a. Modul ini bukan pembelajaran konsep teori, melainkan prosedur tindakan. Sehingga untuk mempelajarinya tidak cukup hanya membaca tetapi harus aktif mencoba dan mempraktekkan agar terampil. b. Apabila ada kendala terkait dengan prosedur tindakan yang dibahas pada modul ini, maka Anda harus aktif bertanya dengan instruktur klinik. Baiklah selanjutnya marilah Anda pelajari uraian materi Kegiatan Belajar 1 dengan baik.
  • 6. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 4 I Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 1 ini diharapkan Anda dapat melakukan pemeriksaan fisik sistem pernafasan TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar I ini secara khusus diharapkan Anda dapat melakukan : 1. Pemeriksaan fisik sistem pernafasan yang normal 2. Pemeriksaan fisik sistem pernafasan yang abnormal Ruang lingkup materi yang harus Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 ini adalah: 1. Pemeriksaan umum 2. Inspeksi 3. Palpasi 4. Perkusi 5. Auskultasi Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan POKOKMateri
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5 Uraian Materi Setiap pasien yang masuk rumah sakit harus dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, baik secara Head to Toe ataupun per sistem. Salah satunya adalah sistem pernafasan juga haru diperiksa secara teliti apakah ada kelainan atau tidak. Dalam pemeriksaan fisik sistem pernafasan, ada beberapa langkah yang harus Anda lakukan, yaitu : 1. Pemeriksaan Umum Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik sistem pernapasan? Pemeriksaan fisik sistem pernafasan dapat menggunakan keempat cara pemeriksaan fisik yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Mengapa demikian? Keempat cara tersebut dilakukan berkesinambungan untuk mendapatkan pemeriksaan regional yang efisien. Jadi, pemeriksaan dimulai dengan pemeriksa menghadap pasien yang duduk untuk inspeksi dada anterior, diikuti dengan pemeriksaan lengkap torak posterior dan lateral serta paru yang diakhiri dengan auskultasi dan perkusi paru anterior. Bagaimana posisi pasien pada saat pemeriksaan? Pasien tetap duduk selama pemeriksaan ini dan Anda sebagai pemeriksa berpindah dari depan ke belakang pasien. Pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan kulit, mencari, mengukur dan menggambarkan setiap lesi kulit yang dijumpai pada dinding dada. Bagaimana cara melakukan penilaian pernapasan? Penilaian pernafasan dilakukan pada kontak pertama dan selama anamnesis, termasuk memperhatikan usaha, kecepatan dan kedalaman nafas dan apakah nafasnya berbunyi. Selanjutnya bagaimana langkah-langkah pemerisaan dada? Untuk pemeriksaan data Anda harus mengikuti urutan seperti yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Urutan Pemeriksaan Dada Posisi Pemeriksa Manuver Berhadapan dengan pasien Inspeksi dinding dada anterior
  • 8. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Menghadap punggung pasien Inspeksi gerakan pernafasan Hitung pernafasan Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis Perkusi angulus kostovertebralis Palpasi gerakan pernapasan Perkusi pergerakan diafragma Perkusi paru (posterior) Auskultasi paru (posterior) Pada sisi kanan dan kiri pasien, berurutan Inspeksi dinding dada lateral Perkusi paru (lateral) Auskultasi paru (lateral) Berhadapan dengan pasien Auskultasi paru (anterior) Perkusi paru (anterior) 2. Inspeksi Nah, selanjutnya Anda pelajari bagaimana inspeksi dada untuk memeriksa sistem pernafasan? Dalam inspeksi dada untuk memeriksa sistem pernafasan yang meliputi sebagai berikut : a. Inspeksi Dinding Dada Anterior Saat pasien duduk, Anda sebagai pemeriksa langsung berhadapan dengan pasien dan memperhatikan dinding dada, baik bentuk maupun kesimetrisannya. Mengapa demikian? Pergerakan respirasi dada diperhatikanakankecepatan,irama,adanyakesulitanbernafas,kesimetrisan pergerakan dari satu sisi ke sisi lain dan retraksi yang terlihat pada otot- otot interkostalis. Kemudian pemeriksa melihat dan meraba trakea untuk menentukan apakah trakea berada pada garis tengah dan apakah ada nyeri. Sekarang coba praktekkan pada pasien! Lebih banyak pasien lebih baik. b. Inspeksi Dinding Dada Lateral Anda meminta pasien mengangkat tangan sampa di atas kepala, kemudian berpindah ke sebelah kanan pasien, perhatikan keseluruhan bentuk dan diameter anteroposterior toraks, demikian juga dengan konfigurasi lateral vertebra torakalis
  • 9. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan c. Inspeksi Toraks Posterior Pasien diminta berkacak pinggang dan pemeriksa menghadapi punggung pasien, selanjutnya inspeksi dimulai. Pada posisi ini, memungkinkan untuk melihat pernafasan saat istirahat. Jika pergerakan dinding dada dapat terlihat, hitung kecepatan pernafasan per menit. Perhatikan irama, amplitudo dan kesimetrisan pergerakan sisi ke sisi Sekarang Anda coba periksa 2 atau 3 pasien baru agar punya pengalaman ! 3. Palpasi Nah selanjutnya Anda pelajari bagaimana palpasi dada untuk memeriksa sistem pernafasan? Palpasi dada untuk memeriksa sistem pernafasan yaitu sebagai berikut : Perhatikan kontur vertebra torakalis (dorsalis) dengan mempelajari penjajaran prosesus dorsalis. Dengan ujung jari, raba prominensia C7 dan rabateruskebawahsepanjangprosesusuntukmenentukankonturkolumna vertebralis. Lalu dengan tangan dominan Anda yang dikepal, perkusi dengan lembut dengan sisi ulnar kepalan tangan setiap prosesus vertebralis dorsalis mulai dari T1 sampai L1, minta pasien untuk menunjukkan adanya daerah nyeri. Perhatikan, bahwa perkusi ini dirancang untuk menimbulkan nyeri, bukan untuk menimbulkan bunyi atau getaran yang dapat diraba dengan makna diagnostik. Bagaimana cara melakukan Palpasi Gerakan Pernapasan ? Adapun cara melakukan Palpasi Gerakan Pernapasan yaitu letakkan kedua tangan pada lengkung iga bagian bawah, dengan telapak tangan menempel pada punggung pasien dan jari-jari menyebar. Perhatikan pergerakan tangan. Apakah pergerakannya simetris sesuai dengan siklus pernafasan pasien? Apakah salah satu sisi toraks bergerak lebih atau kurang luas dibanding dengan satunya? Bila pernafasan tidak dapat dihitung dengan penglihatan, kini hitunglah pernafasan ketika teraba. 4. Perkusi Selanjutnya bagaimana cara melakukan perkusi untuk memeriksa sistem pernafasan? Tehnik perkusi dapat Anda laksanakan sebagai berikut: permukaan palmar jari-jari satu tangan diletakkan tersebar pada
  • 10. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan daerah yang akan diperkusi. Dengan menggunakan jari tengah tangan lain, permukaan dorsum jari tengah yang tersebar diketuk dengan cepat dan tajam, dengan pergelangan tangan pemerkusi sebagai titik tumpu pergerakan. Apa yang disebut pleksimeter dan pleksor? Jari-jari yang terletak pada dinding dada disebut pleksimeter, sementara yang mengetuk disebut pleksor. Jari tengah tangan yang tidak dominan adalah pleksimeter yang baik dan tempat pengetukan yang paling baik adalah langsung pada titik pertengahan sendi interfalangs distal (IFD). Pleksimeter ditempelkan dengan ketat tapi tidak kaku pada permukaan yang dinilai, dengan bagian jari ini ditempelkan tidak terlalu ketat tepat di atas dan di bawah IFD dan sisa bagian jari dan palmar melekat tidak ketat, Pleksor adalah ujung jari tangan yang dominan. Ujung jari ini menyentuh pleksimeter pada sendi dengan cara diketuk. Tanpa memperhatikan ibu jari, semua sendi jari tangan dalam keadaan fleksi. Pergelangan tangan ekstensi sekitar 450 , sehingga jari fleksor membentuk arkus beberapa sentimeter pada titik yang diketuk pada pleksimeter. Pergelangan tangan ini kemudian difleksikan sampai sedikit mendekati posisi istirahat dengan menggunakan sangat sedikit tenaga. Pada manuver ini dihasilkan getaran suara. Pleksimeter menerima getaran jaringan sebagai sumber informasi kedua dan paralel. Pada seluruh perkusi, satu-satunya sendi yang digerakkan ialah pergelangan tangan. Sedangkan bagian pleksor tangan lainnya merupakan satu unit statik namun tidak kaku. Bunyi apakah yang dihasilkan dari perkusi? Ada 4 bunyi yang bisa didapat pada perkusi : (1) pekak seperti di atas otot paha, (2) redup seperti di atas hepar pada kuadran kanan atas, (3) resonan seperti pada seluruh dinding dada di mana paru-paru berinflasi normal, (4) timpani seperti pada gelembung gas pada lambung. Apatujuanperkusidada? Tujuanperkusidadaialahuntukmenentukan batas anatomi resonansi paru dan menentukan daerah dengan bunyi perkusi abnormal dalam parenkim paru. Perkusi dada posterior dan lateral berlangsung sebagai berikut : 1. Tentukan batas peranjakan diafragma a. Minta pasien untuk mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan sepenuhnya dan mempertahankan ekspirasi penuh ini. Kemudian mulai perkusi pada garis skapula ke bawah dari kira-kira setinggi T8 sampai bunyi perkusi berubah dari
  • 11. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan resonan menjadi redup di bawah diafragma. Tandai titik perubahan pada masing-masing hemitoraks posterior. b. Minta pasien untuk mengambil nafas dalam-dalam dan bertahan pada inspirasi penuh. Kemudian mulai perkusi ke bawah pada garis skapula, mulai dari masing-masing tanda kulit, tandai perubahan- perubahan baru. Jarak antara kedua tanda tersebut menunjukkan besarnya pergerakan diafragma ke bawah pada siklus inspirasi. 2. Perkusi paru dari posterior a. Pasien diminta untuk menyilangkan tangannya di depan tubuhnya untuk menjauhkan kedua skapula ke lateralm atau pasien dapat diminta duduk dan bernafas secara normal. b. Mulai pada dinding dada paling tinggi, antara kolumna vertebralis dan skalupa dari masing-masing hemitoraks (garis skapula), pemeriksa melakukan perkusi ke bawah sampai bagian basal masing-masing paru, berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi lain untuk membandingkan bunyi perkusi segmen paru yang simetris. 3. Perkusi paru ke arah lateral a. Pemeriksa berpindah ke samping kanan pasien dan meminta pasien untuk mengangkat tangan kanannya dari setinggi ketiak ke atas kepala agar dinding dada lateral terlihat b. Dada diperkusi dari setinggi aksila sampai setinggi diafragma. c. Pemeriksa kemudian berpindah ke sisi kiri pasien dan prosedur yang sama diulangi lagi pada dinding lateral kiri. Perhatikan bahwa lobus medius dekstra dan lingula dari lobus superior sinistra dinilai dari lateral, tidak dari anterior atau pun posterior. Bunyi perkusi dan proyeksi bunyi pernafasan dari keduanya berproyeksi ke aksila. Tugas : sekarang coba Anda lakukan perkusi pada pasien minimal 3 orang. 5. Auskultasi Berikut ini Anda akan pelajari bagaimana auskultasi sistem pernafasan, meliputi : Auskultasi Paru Posterior dan Lateral Apa tujuan dari auskultasi paru itu? Tujuan dari auskultasi paru ialah untuk menilai pergerakan udara pada jalan nafas besar sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas, parenkim dan rongga pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan memegang atau
  • 12. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan menggenggamnya dengan kuat pada telapak tangan) digunakan untuk auskultasi paru rutin. Tiga jenis bunyi nafas terdengar pada paru dewasa normal : vesikular, bronkovesikular dan bronkial. Tehnik auskultasi paru adalah sebagai berikut : 1. Minta pasien untuk bernafas melalui mulut dengan mulut cukup terbuka. Posisi stetoskop pada dinding dada sesuai dengan pola yang diberikan pada perkusi. Bunyi nafas dibandingkan dari sisi satu ke sisi lainnya dan masing-masing dinilai pada satu siklus pernafasan sempurna. 2. Prosedur ini dilanjutkan pada masing-masing hemitoraks lateral, letakkan stetoskop seperti digambarkan pada perkusi. Auskultasi Dada Anterior Auskultasi yang dilakukan harus mencakup masing-masing apeks paru, yang berada pada fosa supraklavikularis. Jika ruangan ini terlalu sempit untuk memungkinkan aposisi lengkap diafragma stetoskop pada kulit, pemeriksa dapat menggunakan bell yang lebih kecil dengan lebih ketat pada kulit dan mendapatkan hantaran bunyi yang serupa. Lapangan paru anterior diauskultasi dan diperkusi lebih jauh mulai dari bawah klavikula dampai tingkat batas diafragma (pada sekitar ruang interkosta ke lima). Biasanya, bagian “supradiafragma” kubah hepar membuat toraks kanan anterior bawah redup. Sesuai dengan kebiasaan tubuh, payudara dapat mengganggu, pemeriksa dapat menemukan pekak jantung pada hemitoraks anterior kiri sebelum mencapai batas diafragma atau keduanya dapat terjadi. Bagaimana Anda melakukan penilaian tindakan pemeriksaan fisik sistem pernafasan? Nah, Anda dapat menggunakan format di bawah ini adalah contoh format penilaian tindakan pemeriksaan fisik sistem pernafasan :
  • 13. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Format 1. Penilaian Prosedur Tindakan No. TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Persiapan alat 1. Sarung tangan 2. Penggaris 3. Stetoskop 4. Ballpoint 5. Lembar dokumentasi 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi klien 4 Cuci tangan MENGKAJI THORAK 5 Inspeksi bentuk dan kesimetrisan dada dari sudut pandang posterior dan lateral, bandingkan diameter anteroposterior dengan diameter transversum 6 Inspeksi kesejajaran spina. Minta klien berdiri, dari posisi lateral amati 3 lengkung normal : servikal, thorakal, lumbal. 7 Untuk mengkaji deviasi lateral pada spina (missal : skoliosis), amati posisi berdiri klien dari belakang, minta klien membungkuk dan amati dari belakang. 8 Amati pola pernafasan (frekuensi dan irama pernafasan) 9 Amati sudut kosta (sudut yang dibentuk oleh perpotongan tepi kosta) dan sudut tempat iga memasuki spina 10 Palpasi thorak anterior : kaji temperatur dan integritas seluruh kulit dada (jika tidak ada keluhan pernafasan). Palpasi semua area dada untuk mengetahui adanya massa atau pergerakan abnormal, hindari palpasi yang dalam jika ada keluhan nyeri (jika ada keluhan pernafasan)
  • 14. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 11 Palpasi dada untuk mengetahui adanya ekskursi pernafasan : • Letakkan kedua telapak tangan pada thorak bawah klien, jari- jari disepanjang sisi lateral selubung iga (rib cage) dan ibu jari disepanjang costa • Minta klien mengambil nafas dalam, amati pergerakan kedua tangan 12 Palpasi dada untuk mengetahui fremitus vocal/taktil (getaran halus yang dirasakan pada dinding dada klien saat klien berbicara) • Letakkan permukaan ujung jari/bagian ulnar tangan pada dada posterior klien, dimulai didekat apex paru • Minta klien mengulangi beberpa kata, missal : satu, dua, tiga • Ulangi 2 langkah diatas, geser kedua tangan berurutan sampai bagian dasar paru • Bandingkan fremitus pada kedua paru dan fremitus antara area apex dan basis paru 13 Palpasithorakposterior(ekspansithorak):letakkankeduatelapak tangan diatas thorak bagian bawah, kedua ibu jari didekatkan diatas spina dan jari-jari diregangkan kearah lateral. Minta klien menarik nafas dalam, amati pergerakan kedua tangan. 14 Lakukan palpasi fremitus taktil (seperti langkah 12) untuk bagian posterior 15 Lakukan perkusi secara sistematis dimulai dari atas klavikula pada ruang supraklavikular dilanjutkan kebawah hingga mencapai diafragma 16 Bandingkan kedua sisi paru 17 Auskultasi dada, lakukan urutan langkah yang digunakan dalam perkusi yang dimulai dari bronki diantara sternum dan klavikula 18 Dokumentasikan hasil pemeriksaan Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 13 Tugas Lakukan Pemeriksaan fisik sistem Pernafasan pada pasien minimal 5 orang. Kemudian hasilnya konsulkan kepada pembimbing di mana Anda melakukan praktek klinik.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 14 Rangkuman Pemeriksaan fisik sistem pernafasan merupakan prosedur wajib yang harus dilakukan setiap menerima pasien baru untuk memastikan apakah pasien ada masalah pada sistem pernafasan, selain masalah utama yang menjadi penyebab mengapa pasien membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pemeriksaan fisik sistem pernafasan meliputi : pemeriksaan umum, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Agar Anda mahir dalam melakukan pemeriksaan fisik sistem pernafasan, maka Anda harus rajin mencoba. Selanjutnya silahkan Anda pelajari Kegiatan Belajar 2
  • 17. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 15 II Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 2 ini anda dapat melakukan Teknik Postural Drainage pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan TUJUANPembelajaran Umum POKOKMateri 1. Postural Drainage Postural Drainage
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 16 Uraian Materi Tindakan postural drainase merupaka tindakan fisioterapi dada yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami masalah pada saluran pernafasan yaitu terjadinya penumpukan sekret yang mukus dan sulit dikeluarkan. Fisioterapi dada diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan pernafasan. Tindakan yang dilakukan meliputi Postural Drainage, Perkusi Dada dan Vibrasi. Sebagai tambahan mengajarkan tehnik batuk efektif merupakan bagian penting dalam pelaksanaan fisioterapi dada. Tujuan dilakukannya fisioterapi dada adalah untuk menghilangkan sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot respirasi. Apakah postural drainase itu? Postural drainage merupakan cara pembersihan sputum dengan memanfaatkan gaya gravitasi dengan tujuan untuk mengeluarkan sputum dari segmen paru yang lebih dalam. Tehnik ini akan efektif bila diterapkan pada pasien dengan produksi sputum menengah hingga banyak. Sebelum melakukan Postural Drainage, lakukan pengkajian singkat pada pasien. Pastikan kondisi pasien memungkinkan untuk dilakukan Postural Drainage. Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan atau terdapat tanda dan gejala kontraindikasi maka jangan dilakukan dan segera diskusikan dengan tim terkait. Perawat harus memastikan target segmen paru yang terdapat penumpukan secret dengan melakukan auskultasi di seluruh lapang paru. Pasien dengan kasus apakah yang boleh dilakukan tindakan Postural Drainase? di bawah ini adalah indikasinya : Indikasi postural drainage meliputi : 1. Ketidak mampuan pasien untuk berganti posisi 2. Produksi sputum lebih dari 25 – 30 mL/hari 3. Sistik Fibrosis 4. Potensial atau Aktual Ateletaksis 5. Adanya plug pada mukosa Ingat! Anda tidak boleh melakukan tindakan Postural Drainase pada kasus tertentu, seperti di bawah ini : Sementara Kontraindikasi postural drainage meliputi : 1. Peningkatan TIK 2. Ketidakstabilan hemodinamik
  • 19. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3. Hipertensi tidak terkontrol 4. Hemomptysis 5. Empysema 6. Cedera tulang belakang/leher 7. Fraktur Costae 8. Efusi Pleura Selanjutnya Posisikan tubuh pasien ke arah sumbu longitudinal untuk memberikan ekspansi paru bilateral atau unilateral dan meningkatkan oksigenasi arterial. Diperlukan pergerakan posisi regular dengan bed yang mendukung variasi level posisi sesuai yang diinginkan. Letakkan target segmen paru pada posisi lebiah atas (superior) dari carina, biasanya dilakukan dengan posisi tredelenburg. Posisi tersebut dipertahankan antara 3 – 15 menit atau bisa lebih lama bila memungkinkan. Posisi dapat diubah berdasarkan dengan kondisi pasien. Gambar berikut ini menjelaskan bagaimana posisi pasien disesuaikan dengan target segmen parunya.
  • 20. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 1. Posisi Postural Drainage
  • 21. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Di bawah ini adalah contoh format penilaian prosedur tindakan Postural Drainase Format 2. Penilaian Prosedur Postural Drainage NO TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Menyiapkan alat : 1. Bantal-dua atau tiga 2. Papan pemiring atau pendongak (bila drainase dilakukan rumah) 3. Tisu wajah 4. Segelas air 5. Wadah (sputum pot) bertutup berisi desinfektan 6. Sarung tangan 2 Persiapan perawat dan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan. 2. Menyiapkan posisi pasien sesuai posisi drainase yang akan di lakukan (lihat gambar) 3 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi pasien 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 4 Pelaksanaan tindakan 1. Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan 2. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pengkajian semua bidang paru, data klinis, dan gambaran foto dada. 3. Baringkankliendalamposisiuntukmendrainaseareayang tersumbat. (Area pertama yang dipilih dapat bervariasi dari satu klien ke klien lain.) Bantu klien memilih posisi sesuai ke­butuhan. Ajarkan klien mem­posisikan postur dan lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal untuk me­nyangga dan kenyamanan.*) 4. Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit.
  • 22. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5. Selama 10 sampai I5 menit drainase pada posisi ini, laku­ kan perkusi dada, vibrasi, dan/ atau gerakan iga di atas area yang didrainase. 6. Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan penghisapan (saction ) 7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu. 8. Minta klien minum air hangat. 9. Cuci tangan Anda. 8 Evaluasi : 1. Mukus encer 2. Sekret dapat keluar 3. Klien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 21 Tugas Lakukan prosedur tindakan postural drainage pada pasien yang ada indikasi, minimal 5 pasien dan hasilnya konsultasikan ke pembimbing.
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 22 Rangkuman Postural drainase merupakan prosedur tindakan untuk membantu pasien mengeluarkan secret atau dahak yang banyak dan sulit dikeluarkan dengan cara batuk biasa. Prosedur ini meliputi dengan posisi tertentu pasien dilakukan perkusi daerah dada, vibrasi, dan batu efektif untuk mengeluarkan dahak. Tetapi ingat tidak semua pasien yang mempunyai masalah pengeluaran dahak boleh dilakukan postural drainase, karena ada indikasi dan kontra indikasi yang harus Anda perhatikan.
  • 25. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 23 III Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 3 ini anda dapat melakukan Fisioterapi Dada pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. TUJUANPembelajaran Umum Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 3 ini anda dapat melakukan Fisioterapi Dada pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan, Anda dapat melakukan : 1. Prosedur tindakan perkusi dada dan vibrasi dada 2. Prosedur draining 3. Prosedur batuk efektif Adapun ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini adalah : 1. Perkusi dada 2. Vibration 3. Draining 4. Batuk efektif Fisioterapi Dada TUJUANPembelajaran Khusus RUANGLingkup Materi
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 24 Uraian Materi Berikut ini kami sampaikan materi tentang fisioterapi dada, silahkan Anda pelajari dan dipraktekkan pada pasien. Apakah tujuan fisioterapi dada? Fisioterapi dada dilakukan bertujuan untuk mencegah akumulasi sekresi pulmonal, memobilisasi secret, dan meningkatkan mekanisme batuk. Selain itu fisioterapi dada juga bertujuan untuk meningkatkan distribusi dan efisiensi dari ventilasi. Tindakan dilakukan memperhatikan volume sputum dan konsistensinya, terutama pada kondisi yang memerlukan manipulasi dari eksternal thoraks. Apakah indikasi dan kontra indikasi fisioterapi dada? Perlu Anda ketahui bahwa ada indikasi dan kontra indikasi dalam pemberian tindakan fisioterapi dada, yaitu : Indikasi pelaksanaan fisioterapi dada meliputi : 1. Pasien toleran terhadap posisi head down untuk drainase 2. Malfungsi mekanisme pembersihan bronchial normal yang mengakibatkan retensi sputum, penyakit yang terindikasi meliputi : Sistik fibrosis, COPD, ateletaksis akut, abses paru, pneumonia, penyakit yang membutuhkan perawatan ventilasi 3. Pasien mampu memadukan perintah untuk batuk dan tehnik vibrasi 4. Pasiendalamkondisiperdarahan,metastasisparu,empyema,merupakan kontraindikasi relative dilakukan vibrasi dan perkusi dada 5. Modifikasi tehnik pada beberapa pasien dan kondisi diperlukan untuk keamanan dan keefektifan terapi Sementara Kontraindikasi pelaksanaan fisioterapi dada meliputi : 1. Perubahan posisi pada pasien kritis dapat menyebabkan stress kardiovaskuler, 2. Posisi tredelenburg dapat meningkatkan TIK, tidak disarankan pada pasien bedah syaraf, penyakit intracranial, hipertensi 3. Pasiendalamkondisiperdarahan,metastasisparu,empyema,merupakan kontraindikasi relative dilakukan vibrasi dan perkusi dada 4. Pastikan pasien tidak makan setidaknya satu jam teakhir Bagaimanakah cara fisioterapi dada? Pelaksanaan fisioterapi dada diawali dengan melakukan assessment singkat pada pasien. Perhatikan catatan perawatan
  • 27. 25 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan pasien dan perhatikan kondisi teraktual pasien. Memperhatikan tanda-tanda kontraindikasi pada pasien. Perawat memperhatikan denyut nadi, suara nafas, respirasi, batuk dan produksi sputum. Pemeriksa memposisikan pasien sesuai dengan kebutuhan teknik fisioterapi dada dan kondisi actual pasien. Jika tidak ada kontraindikasi berikan posisi tredelenburg (head down) dan atur agar pasien merasa nyaman. Fisioterapi dada dilakukan dengan menangkupkan telapak tangan, dua jari atau precursor mekanik. Perawat melakukan perkusi dada dengan telapak tangan, perkusi dilakukan dengan berirama dan tangan menangkup. Udara yang terperangkap antara tangkup tangan dan dinding dada akan menimbulkan suara yang nyaring tetapi tanpa menyakiti atau melukai dinding dada. Perkusi ini dilakukan kurang lebih 2 menit tiap-tiap segmen paru. Pada neonates atau bayi perkusi dilakukan dengan dua jari. Vibrasi dilakukan pada pasien dewasa dengan cara lembut dan cepat saat pasien sedang ekspirasi. Teknik perkusi, vibrasi, draining dan batuk dilakukan secara berkesinambungan pada masing-masing segmen. Setelah melakukan fisioterapi dada Anda (perawat) memberikan posisi yang nyaman kepada pasien. Pasien dipandu untuk melakukan batuk efektif. Apabila dibutuhkan perawat dapat membantu pengeluaran sputum dengan suction. Selama melakukan teknik ini, perawat memperhatikan nadi (sebelum, selama dan sesudah fisioterapi), suara nafas (sebelum dan sesudah fisoterapi), respirasi dan keefektifan batuk serta produksi sputum. Gambar 2. Teknik Perkusi dan Vibrasi Dada Di bawah ini adalah format penilaian tindakan fisioterapi dada
  • 28. 26 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Format 3. Penilaian Prosedur Fisioterapi Dada NO TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Menyiapkan alat : 1. Celemek/perlak 2. Bengkok 3. Lysol 4. Masker 5. Handscoen 6. Handuk/tissue 7. Sarung tangan 2 Persiapan perawat dan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan. 2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan duduk tegak. 3 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi pasien 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 4 Prosedur 1. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan 1. Menjelaskan prosedur perkusi dan vibrasi. Klien dianjurkan melakukan pernapasan diafragmatik. Posisi klien sebaiknya posisi drainase. 2. Melakukan perkusi pada dinding rongga dada selarna 1-2 menit • Kosta paling bawah sampai ke bahu pada bagian belakang • Kosta paling bawah sampai ke kosta atas pada bagian depan • Jangan melakukan perkusi di atas tulang belakang, ginjal, hepar, limpa, dan skapula atau sternum. 3. Menganjurkan klien menarik napas dalam perlahan-lahan, lalu lakukan vibrasi sambil klien mengeluarkan napas perlahan-lahan dengan bibir dirapatkan.
  • 29. 27 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4. Meletakkan 1 tangan pada area yang ingin divibrasi dan letakkan tangan yang lain di atasnya.*) 5. Menegangkan otot-otot tangan dan lengan sambil melakukan tekanan sedang dan vibrasi tangan dan lengan. 6. Mengangkat tekanan pada dada ketika klien menarik napas. 7. Menganjurkan klien batuk dengan menggunakan otot abdominalis setelah 3-4 vibrasi. 8. Memberi klien istirahat beberapa menit 9. Mengauskultasi adanya perubahan pada bunyi napas.*) 10. Mengulangi perkusi dan vibrasi secara bergantian sesuai kondisi klien, biasanya 15-20 menit. 11. Mendokumentasikan prosedur dan respons klien dalam catatan klien 5 Evaluasi : 1. Mukus menjadi encer 2. Sekret dapat keluar 3. Klien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 28 Tugas Lakukan fisioterapi dada pada pasien minimal 5 orang dan hasilnya konsultasikan dengan pembimbing untuk mengevaluasi apakah tindakan Anda sudah benar atau belum.
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 29 Rangkuman Prosedur tindakan fisioterapi dada dilakukan untuk membantu pasien dalammengeluarkandahak/secretsecaraoptimalagartidakterjadigangguanatau sumbatan sistem pernafasan pasien akibat penumpukan secret yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan oksigen pasien. Prosedur tindakan fisioterapi dada ini meliputi : perkusi dada, vibrasi, draining dan batuk efektif. Selanjutnya Anda dapat mempelajari kegiatan belajar 4
  • 32. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 30 IV Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 4 ini Anda dapat melakukan Terapi Oksigenasi pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus Setelah mempelajari dan mempraktikkan Kegiatan Belajar 4 ini Anda dapat melakukan : 1. Pemberian oksigen dengan alat masker 2. Pemberian oksigen dengan alat nasal kanul dan oxyhood Ruang lingkup dalam kegiatan belajar ini meliputi : 1. Venturi Mask 2. Nasal Kanul 3. Simple Mask 4. Oxyhood Terapi Oksigenasi RUANGLingkup Materi
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 31 Uraian Materi Di bawah ini adalah uraian tentang materi pemberian Oksigenasi Apakah tujuan terapi oksigen? Terapi oksigen diberikan pada pasien sebagai upaya untuk meningkatkan PaO2 . Dengan peningkatan PaO2 diharapkan terjadi penurunan nafas dan dyspnea. Terapi ini digunakan untuk memperbaiki terjadinya hipoksemia dan menurunkan stimulus yang dapat meningkatkan kardiak output. Terapi oksigen memberikan peningkatan konsentrasi oksigen yang dihirup untuk mengatasi dan mencgah hipoksemia. Apakah indikasi terapi oksigen? Indikasi dilakukannya terapi oksigenasi meliputi : 1. Memperbaiki hipoksemia 2. Situasi akut yang dapat mengakibatkan hipoksemia 3. Akut Miokardial Infark 4. Recovery pasca anastesia Pemberian terapi oksigenasi harus tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Sebelum memberikan terapi, Andasebagai perawat harus melakukan assessment singkat pada pasien. Perawat harus memastikan identitas dan terapi yang dibutuhkan oleh pasien. Perhatikan kondisi actual pasien untuk memastikan terapi yang direncakan pada pasien dengan ketercapaiannya. Apabila ada kondisi yang tidak sesuai dengan rencana pemberian terapi maka perawat harus berkoordinasi dengan tim terkait. Persiapan awal sebelum memberikan aplikasi oksigenasi pada pasien adalah flowmeter dan humidifier. Perawat memastikan flowmeter terpasang dengan baik pada tabung atau saluran oksigen. Berikutnya humidifier dipersiapkan untuk memberikan kelembaban pada oksigen yang akan disalurkan pada sistem pernafasan klien. Pemilihan jenis alat untuk terapi oksigenasi disesuaikan dengan kebutuhan oksigen pasien. Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu : 1. Sistem aliran rendah Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
  • 34. 32 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter nasal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Apakah Anda tahu apa keuntungan dan kerugian masing-masing sistem? Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system : a. Kateter nasal Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. - Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. - Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat. b. Kanula nasal Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal. - Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman. - Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
  • 35. 33 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan c. Sungkup muka sederhana Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%. - Keuntungan Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. - Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt - Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir - Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat. e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi - Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. - Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat. Selanjutnya Anda bisa pelajari sistem aliran tinggi seperti yang diuraikan di bawah ini.......
  • 36. 34 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2. Sistem aliran tinggi Apakahyangdimaksuddengansistemalirantinggi?Suatutehnikpemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebihtepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%. - Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2 - Kerugian : Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah. Gambar 3. Contoh Nasal Kanul Format 4. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Nasal Kanul No TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Persiapan alat : 1. Tabung oksigen 2. Kanula nasal 3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril 4. Flow meter 5. Tanda ”dilarang merokok”
  • 37. 35 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3 Persiapan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *) 2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler 4 Prosedur : 1. Mencuci tangan.*) 2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga. 3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan 4. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab. 5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa. 6. Memasang kanula pada hidung klien. 7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*) – 24% @ 1L/menit – 28% @ 2L/menit – 32% @ 3L/menit – 36% @ 4L/menit – 40% @ 5L/menit 8. Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien. 9. Kewaspadaan Observasi apakah: a. Kanula tersumbat atau terlipat b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air c. Volume Oksigen mencukupi/tidak 10. Mengkaji kondisi klien secara teratur *) 11. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
  • 38. 36 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 12. Meletakkan tanda ”dilarang merokok” pada lokasi yang dapat terlihat jelas. 13. Mencuci tangan 5 Evaluasi : 1. Pola nafas klien efektif 2. Pasien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat Gambar 4. Contoh Simple Mask Format 5. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Simple Mask No TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Persiapan alat : 1. Tabung oksigen 2. Simple mask 3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril 4. Flow meter 5. Tanda ”dilarang merokok” 2 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3 Persiapan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *) 2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
  • 39. 37 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4 Prosedur : 1. Mencuci tangan.*) 2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga. 3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan 4. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab. 5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa. 6. Memasang kanula pada hidung klien. 7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*) – 40% @ 5L/menit – 45% - 50% @ 6L/menit – 55% - 60% @ 8L/menit 8. Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien. 9. Kewaspadaan Observasi apakah: a. Tube tidak tersumbat atau terlipat b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C. c. Volume Oksigen mencukupi/tidak 10. Mengkaji kondisi klien secara teratur *) 11. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien. 12. Meletakkan tanda ”dilarang merokok” pada lokasi yang dapat terlihat jelas. 13. Mencuci tangan 5 Evaluasi : 1. Pola nafas klien efektif 2. Pasien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat
  • 40. 38 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 5. Contoh Partial Rebrether Mask Gambar 6. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Partial Rebreather Mask No TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Persiapan alat : 1. Tabung oksigen 2. Partial Rebriting mask 3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril 4. Flow meter 5. Tanda “dilarang merokok” 2 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3 Persiapan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *) 2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler 4 Prosedur : 1. Mencuci tangan.*) 2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga. 3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan 4. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab. 5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa. 6. Memasang kanula pada hidung klien. 7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*) • 70% - 90% @ 6 – 15L/menit 8. Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien.
  • 41. 39 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 9. Kewaspadaan Observasi apakah: a. Tube tidak tersumbat atau terlipat b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C. c. Volume Oksigen mencukupi/tidak 10. Mengkaji kondisi klien secara teratur *) 11. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien. 12. Meletakkan tanda “dilarang merokok” pada lokasi yang dapat terlihat jelas. 13. Mencuci tangan 5 Evaluasi : 1. Pola nafas klien efektif 2. Pasien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat Gambar 6. Contoh Nonrebreathing Mask
  • 42. 40 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Format 7. Penilaian Prosedur Oksigenasi dengan Nonrebreathing Mask No TINDAKAN NILAI 0 1 2 1 Persiapan alat : 1. Tabung oksigen 2. NonRebrithing mask 3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril 4. Flow meter 5. Tanda “dilarang merokok” 2 Persiapan lingkungan : 1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, menjaga privasi*) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3 Persiapan pasien : 1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *) 2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler 4 Prosedur : 1. Mencuci tangan.*) 2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga. 3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan 4. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab. 5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa. 6. Memasang kanula pada hidung klien. 7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*) • 60% - 90% @ 6 – 15L/menit 8. Memfiksasi selang ke bantal /pakaian/pipi klien. 9. Kewaspadaan Observasi apakah: a. Tube tidak tersumbat atau terlipat b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air. C. c. Volume Oksigen mencukupi/tidak 10. Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
  • 43. 41 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 11. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien. 12. Meletakkan tanda “dilarang merokok” pada lokasi yang dapat terlihat jelas. 13. Mencuci tangan 5 Evaluasi : 1. Pola nafas klien efektif 2. Pasien merasa nyaman Keterangan : Nilai 0 : Bila prosedur tidak dilakukan Nilai 1 : Bila prosedur dilakukan tapi kurang tepat Nilai 2 : Bila prosedur dilakukan dengan tepat
  • 44. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 42 Lakukan prosedur tindakan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan masing masing metode minimal 5 orang, dan konsultasikan ke pembimbing apakah prosedur yang Anda lakukan sudah benar atau belum. Tugas
  • 45. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 43 Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang membutuhkan penambahan volume oksigen sesuai dengan kebutuhan, yang karena kondisinya kebutuhan oksigen tubuh tidak dapat dipenuhi oleh pasien secara mandiri dengan hanya pernafasan biasa. Prosedur terapi oksigen ini meliputi pemberian oksigen dengan menggunakan teknik aliran tinggi dan aliran rendah. Dengan menggunakan alat bantu masker maupun nasal kanul sehingga kebutuhan oksigen pasien dapat terpenuhi. Rangkuman
  • 46. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 44 Penutup Modul 1 ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang membahas tentang Pedoman Praktek Klinik Prosedur Tindakan pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernafasan. Dalam modul ini telah dibahas tetang beberapa prosedur tindakan yang lazim dilakukan dirumah sakit terkait dengan masalah sistem pernafasan. Semoga dengan mempelajari dan mempraktekan modul ini Anda dapat melakukan tindakan pertolongan pada pasien dengan masalah sistem pernafasan.
  • 47. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 45 Brunner & Suddath. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa: Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC. Carpenito, Lynda Jual 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC. Gallo, Hudak. 1995. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC. Greenspan, Francis S. 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik, Alih bahasa Caroline Wijaya. Jakarta: EGC. Kee,JoyceLeFever.1997.BukuSakuPemeriksaanLaboratoriumdanDiagnostik dengan Implikasi Keperawatan, Alih bahasa Easter Nurses. Jakarta: EGC. Moectyi, Sjahmien. 1997. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka, Alih bahasa Tyasmono Cetakan 1. Jakarta: EGC. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC. Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC. Reeves, Charlene, et al. 1999. Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar BedahSabiston’s Essensials Surgery, Alih bahasa Petrus Andrianto. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta: EGC. Sjaifoellah Noer,H.M. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Susan, Martyn Tucker et al. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Daftar Pustaka