SlideShare a Scribd company logo
KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN II
MODUL 4
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
NURWENINGTYAS WISNU
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Pemeriksaan
Diagnostik
SEMESTER 5
KEGIATAN BELAJAR 2
PEMERIKSAAN URINE
i
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kata
Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL EMPAT dari ENAM MODUL dalam Mata
Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan yang berjudul Pemeriksaan
Diagnostik.
	 Modul Pemeriksaan Diagnostik ini disusun dalam rangka
membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan
dengansystempembelajaranjarakjauhyangdisusunbagimahasiswa
dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit
untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
	 Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya
modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
	 Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat
kami harapkan.
	 Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang
menggunakan system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
								PENULIS
Gambar : Pengecekan cabang bayi
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Istilah
•	 Urinomter: Merupakan hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan
ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060
(tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC.
•	 Hemoglobin: Adalah protein yang kaya akan zat besi. Merupakan yang mengisi ba-
gian inti dari sel darah merah. Dapat diukur dengan pemeriksaan sederhana.
•	 Fiksasi: Tindakan untuk membuat bagian alat atau sesuatu tidak dapat digerakkan,
sehingga menjadikan posisinya stabil.
•	 Fehling: Reagen yang digunakan untuk memeriksa kandungan gula dalam urine.
Ada 2 jenis yaitu fehling A dan fehling B
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pendahuluan
	 Ketika saudara melayani masyarakat, seringkali masyarakat bertanya berapa
darah saya, atau berapa tensi saya, atau saya menderita gula, kolesterol saya tinggi, dsb.
Nah, ketika menjumpai masalah seperti itu saudara mesti harus mengajak masyarakat
untuk berpikir kritis dan meluruskan pemahaman masyarakat yang keliru. Banyak
sekali tayangan TV saat ini yang berisiko menjerumuskan pemahaman masyarakat
tentang pengertian kesehatan. Istilah-istilah yang digunakan di siaran TV, terutama
oleh pengobatan alternatif kadang-kadang merancukan pemahaman kesehatan
secara medis. Kita harus mendudukkan permasalahan secara tepat. Kita memiliki
tanggungjawab untuk melakukan promosi kesehatan secara benar jujur dan akademis.
Pada modul kali ini saudara akan diajak belajar cara melakukan pemeriksaan diagnostik
secara makro artinya yang bisa diketahui hasilnya tanpa menggunakan mikroskop dan
Saudara bisa mengerjakan secara mandiri. Modul ini dikemas dalam dua kegiatan yang
disusun secara berurutan sebagai berikut:
	 Kegiatan Belajar I : Perawatan pasien pre dan paska operasi.
	 Kegiatan Belajar II : Perawatan luka
Relevansi
Setelah mempelajari modul ini, saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar
pemeriksaan darah 2) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan urine Kompetensi ini
nantinya menunjang kompetensi saudara sebagai bidan untuk melakukan pemeriksaan
diagnostik sederhana sesuai dengan kewenangan. Dengan memiliki kemampuan ini
saudara dapat menentukan diangnosa kebidanan karena hasil pemeriksaan ini sebagai
penunjang untuk menegakaan diagnosa terutama pada saat kehamilan sehingga dapat
mencegah komplikasi kehamilan
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Metode Mempelajari Modul
Proses pembelajaran untuk materi Pemeriksaan diagnostik, dapat berjalan dengan
lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:
a.	 Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
b.	Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut
sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan
dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang
terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya.
c.	 Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan
tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah
yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan
kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.
d.	 Lakukan pemeriksaa diagnostik sesuai dengan pedoman yang telah disediakan
e.	 Jikasaudaramengalamikesulitandiskusikandengantemansaudaraataumenanyakan
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas
sebagai bidan di daerah dengan baik
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kegiatan
Belajar 2
PEMERIKSAAN URINE
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini saudara diharapka dapat melakukan
pemeriksaan ampel urine dan reduksi
Tujuan Pembelajaran khusus saudara diharapkan mampu
1.	 Menjelaskan pengertian pemeriksaan sampel urine
2.	 Menyebutkan tujuan pemeriksaan sampel urine
3.	 Melakukan prosedur pemeriksaan urine
4.	 Membaca hasil pemeriksaan dan Interpretasi hasil
5.	 Melakukan test glukosa urine
Kegiatan belajar ini akan dibahas tentang pengertian , tujuan , prosedur pemeriksaan
sampel urine, Hasil pemeriksaan dan interpretsi hasil sera test glikosa urine
Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH)
Pemeriksaan urin dapat dilakukan secara makroskopis dan pemeriksaan sederhana.
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna, kejernihan,
pH, dan berat jenis. Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.
Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine
masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian
cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
1.	Pengertian
Yang dimaksud dengan pemeriksaan sampel urine disini adalah pemeriksaan
sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas untuk mengnalisa organoleptis, berat
jenis dan pH dari sampel urin pasien.
2.	 Tujuan pemeriksaan sampel urin ini adalah: Untuk mengetahui organoleptis, berat
jenis, dan pH dari urin sampel.
Tujuan Pembelajaran Umum
Pokok Materi
Uraian
Materi
Pemeriksaan Organoleptis Urin
a.	 Warna Urin
Urin normal yang baru tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning
karena pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi
urine, urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo
matang. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, hematuria, penyakit hati, kerusakan otot
atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah :
1)	 Merah : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
	 Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna.
2)	 Orange : pigmen empedu.
	 Penyebab nonpatologik : biasanya karena paparan obat untuk infeksi saluran 	
	 kemih (piridium), termasuk fenotiazin.
3)	 Kuning : urin sangat pekat, bilirubin, urobilin.
	 Penyebab non-patologik : wortel, fenasetin,obat nitrofurantoin.
4)	 Hijau: adanya biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
	 Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic.
5)	 Biru : ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
6)	 Coklat : Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu. 		
	 Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7)	 Hitam atau hitam kecoklatan : melanin, asam homogentisat, indikans, 			
	 urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks 		
	 besi, fenol.
b.	 Bau Urine
Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa
disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah
menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan/minuman yang dikonsumsi.
Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan
ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau
busuk pada urine.
c.	 Buih pada Urine
Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. WArna kuning
pada buih disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine.
Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein pada urin
(proteinuria).
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
d.	 Kekeruhan pada Urine
Urin baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam
urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein
dalam urin.
Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena :
•	 Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis.
•	 Urat Amorf : kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam.
•	 Darah : warna merah samapi coklat.
•	 Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring.
•	 Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun 	 	 	
	 dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus.
3.	 Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan
yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer,
refraktometer, gravimetri dan falling drop. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal
antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi
berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang
mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun (Wirawan dkk., 1983). Berat
jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes
insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes
mellitus (Oka, 1998).
Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus
untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan
umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan
yang akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan
dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap
3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang
koma untuk setiap 3o di bawah temperatur peneraan.
4.	 pH Urine
Pengukuran pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH
hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama
cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH
dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan
dengan tes Carik Celup.
Kertas lakmus :
Urin asam 		 : kertas lakmus biru à merah
		 	 kertas lakmus merah à tetap merah
Urin alkalis 		 : kertas lakmus merah à biru
			 kertas lakmus biru à tetap biru
Langkah-langkah
1.	 Persiapan Alat dan Bahan
a.	 Tabung reaksi
b.	Urometer
c.	 Gelas ukur
d.	 Kertas saring
e.	 Kertas lakmus
f.	 Sarung tangan
g.	Tissue
h.	Masker
b.	 Bahan: Sampel urine
4. Prosedur Pelaksanaan
a.	Organoleptis
	 Diambil sejumlah sampel urin.
↓
	 Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
↓
	 Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine.
b.	 Berat Jenis
	 Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest.
↓
Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil akhir
pembacaan dikurangi 0,005.
↓
Gelas ukur diisi dengan urin hingga bagian.
↓
Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahan satu
tetes eter.
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara mengukur dan memutar pada
sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel pada
dinding bagian dalam gelas ukur.
↓
Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001
c.	pH
Diambil sejumlah sampl urin.
↓
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
↓
Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin.
↓
Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
5.	 Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
a.	 Organoleptis Urine
Warna urine 		 : kuning bening
Bau urine 			 : pesing
Buih pada urine 		 : terdapat buih pada urine
Kekeruhan pada urine 	 : jernih
Interpretasi Hasil
Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat
buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal.
b.	 Berat Jenis Urine
	 Bila berat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam 	
	 rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal.
c.	 pH Urine
	 Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.
	 Interpretasi Hasil
Tes Glukosa Urine
Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekalipun didaerah
terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk memeriksa adanya kandungan
glukosa dalam sampel urine. Metode yang digunakan tes glukosa urine dilakukan dengan
menggunakan metode fehling.
Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara
kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.
Langkah-langkah pelaksanaan
Alat dan Bahan
Alat	 Tabung reaksi
Api Bunsen
Pipet volume
Ball filler
Bahan	Sampel urine
Reagen Fehling A dan Fehling B
Cara Kerja:
1.	 Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi 		
	 hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel)
2.	 Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi
3.	 Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung 		
	 reaksi tersebut
4.	 Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih
5.	 Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.
Interpretasi :
(-)	 : warna biru / hijau keruh
(+) 	 : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++)	 : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++)	 : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
No.
Tabung
ke-
Komposisi
Bahan
Pengamatan Warna
InterpretasiSebelum
pemanasan
Setelah
Pemanasan
1. A
Fehling A +
Fehling B +
Sampel urine 1
Biru tua Kuning kehijauan ++
2. B
Fehling A +
Fehling B +
Sampel urine 2
Biru tua Kuning kemerahan +++
3. C
Fehling A +
Fehling B +
Sampel urine 3
(urine normal)
Biru tua Biru tua -
Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang
berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan
glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Rangkuman
1.	 Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis, berat jenis, pH dan
uji kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes carik celup.
2.	Pemeriksaan Organoleptis Urin: Warna Urin, Bau Urine, Buih pada
Urine, Kekeruhan pada Urine Interpretasi Hasil Dari hasil yang
diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat
buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk
normal.
3.	 Berat Jenis Urine :Bila bBrat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005
dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat
dikatakan berat jenis urine tersebut normal.
4.	 pH Urine :Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.Interpretasi
Hasil normal
5.	 Interpretasi hasil test glukosa
(-)	 : warna biru / hijau keruh
(+) 	 : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++)	 : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++)	 : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata
Evaluasi
Formatif
Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara membrikan tanda
silang
1 Pemeriksaan kimiawi sediaan urin terdiri dari organoleptis, berat jenis, dan
pH dari urin sampel. Yang termasuk pemeriksaan organoleptis adalah:
a.	Asam
b.	 Berat jenis
c.	Warna
d.	Rupa
2 Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut
dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Beberapa keadaan
yang menyebabkan warna urin berubah. Apabila urine berwarna merah,
disebabkan oleh:
a.	 Pigmen empedu.
b.	Fenotiazin.
c.	Bilirubin
d.	 Hemoglobin, mioglobin.
3 Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau
biasa disebut berbau pesing. Penyebab bau pesing pada urine adalah
a.	 Adanya zat pesing dalam urine
b.	 Adanya asam-asam yang mudah menguap.
c.	 Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan yang beraroma
pesing.
d.	 Apabila urin dibiarkan lama maka akan timbul bau amis.
4 Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. Penye-
bab warna kuning pada buih urin disebabkan oleh:
a.	 Pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine.
b.	 Adanya zat gula dalam urin
c.	 Adanya busa dalam urin
d.	 Normalnya memang berbusa
5 Berat jenis urin dapat dilakukan pemeriksaan secara khusus. Berat jenis urin
sewaktu pada orang normal adalah:
a.	1,03-1,05
b.	3,5-3,7
c.	1,003-1,030.
d.	1-30
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6 Pada penyakit tertentu dapat diketahui dari kondisi asam basa urine. Untuk
mengetahui kondisi asam basa urin pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5
(sekitar 6,0). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas
lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Bila kertas
lakmus tetap berwarna merah, maka kondisi urin adalah:
a.	 Urin asam
b.	 Urin basa
c.	 Urin normal
d.	 Urin asam basa
7 Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekali-
pun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk me-
meriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang di-
gunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.
Prinsip Pemeriksaan ini adalah:
a.	 Gula bereaksi positif dengan fehling A
b.	 Gula bereaksi dengan Fehling B
c.	 Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro
kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah.
d.	 Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar
fehling dalam urine yang diperiksa.
8 Hasil dari reduksi atas urin pasien menunjukkan beberapa perubahan war-
na. Apabila pasien dinyatakan negative, interpretasi perubahan warna reaksi
menjadi :
a.	 Marah padam
b.	Merah
c.	 Merah bata
d.	 warna biru / hijau keruh
9 Hasil pemeriksaan reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Dia-
betes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat ter-
jadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kandungan
bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan
reaksi positif palsu tersebut antara lain :
a.	penicillin
b.	galaktosa
c.	rifampicin
d.	antihistamin
10 Kandungan glukosa yang semakin banyak memberikan efek perubahan war-
na pada hasil reaksi. Kalau hasil menunjukkan positif 4 (++++) menunjukkan
:
a.	 biru tua
b.	 biru muda
c.	kuning
d.	 merah jingga sampai merah bata
KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. B
4. A
5. C	
6. A
7. C
8. D
9. B
10.D
TUGAS TERSTRUKTUR
1.	 Lakukanlah pemeriksaan kondisi fisik 5 sampel urin dari orang sehat dan yang 	
	 sakit. Lalu simpulkan kondisi fisik urin tersebut.
	 Lakukan pemeriksaan Reduksi pada urine orang normal dan 3 orang yang men	
	 derita Diabetus Millitus. Tulislah kesimpulan saudara
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
PEDOMAN; Pemeriksaan Glukosa Urin
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
A
B
>>
>>
C
>>
>>
D
>>
E
>>
Ketrampilan ( 5 )
Persiapan Pasien
1.	 Memberitahu tujuan pengambilan pemeriksaan
reduksi
2.	 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.	 Meminta bantuan menyediakan urine untuk bahan
pemeriksaan
Persiapan Alat
1. Tabung reaksi
2. Api Bunsen
3. Pipet volume
4. Ball filler
5. Sampel urine
6. Reagen Fehling A
7. Fehling B
Prosedur pelaksanaan
a.	 Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampur-
kan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk
pemeriksaan tiga sampel)
b.	 Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke
dalam tiga tabung reaksi
c.	 Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine
ke dalam tiga tabung reaksi tersebut
d.	 Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hing-
ga mendidih
e.	 Setelah dingin, diamati perubahan warna yang ter-
jadi pada ketiga tabung.
f.	 Membereskan alat-alat
g.	 Mencuci tangan
h.	 Evaluasi dan dokumentasi
S i k a p (2)
9.	 Tanggap terhadap respon
10.	 Teliti
11.	Sabar
12.	Bertanggung jawab
Pengetahuan ( 3 )
5.	 Dapat menjelaskan rasional tindakan
6.	 Dapat menjawab setiap pertanyaan
Keterangan :
Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal
prinsip yang harus dilakukan
Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot
			 Skor maksimal	
				
Nilai Akhir =  ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap  + ∑  N PengetahuaN
					10
				
						 		 Pembimbing/ Penguji
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Daftar
Gambar
Cover
http://cahayareformasi.com/wp-content/
uploads/2014/03/Tes-darah.jpg
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Modul 1 pedoman praktik lab
Modul 1   pedoman praktik labModul 1   pedoman praktik lab
Modul 1 pedoman praktik lab
pjj_kemenkes
 
Modul 5 cetak
Modul 5 cetakModul 5 cetak
Modul 5 cetak
pjj_kemenkes
 
Pedoman praktikum 3 kdk 1
Pedoman praktikum 3 kdk 1Pedoman praktikum 3 kdk 1
Pedoman praktikum 3 kdk 1
pjj_kemenkes
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1
pjj_kemenkes
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
pjj_kemenkes
 
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk iiM6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
pjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum BiokimiaModul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum Biokimia
pjj_kemenkes
 
Modul 3 kdk ii
Modul 3 kdk iiModul 3 kdk ii
Modul 3 kdk ii
pjj_kemenkes
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
pjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan i
pjj_kemenkes
 
Modul 8 cetak
Modul 8 cetakModul 8 cetak
Modul 8 cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 pedoman praktek
Modul 3   pedoman praktekModul 3   pedoman praktek
Modul 3 pedoman praktek
pjj_kemenkes
 
Modul 1 cetak
Modul 1 cetakModul 1 cetak
Modul 1 cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 4 pedoman praktek
Modul 4   pedoman praktekModul 4   pedoman praktek
Modul 4 pedoman praktek
pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
pjj_kemenkes
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Modul 1 pedoman praktik lab
Modul 1   pedoman praktik labModul 1   pedoman praktik lab
Modul 1 pedoman praktik lab
 
Modul 5 cetak
Modul 5 cetakModul 5 cetak
Modul 5 cetak
 
Pedoman praktikum 3 kdk 1
Pedoman praktikum 3 kdk 1Pedoman praktikum 3 kdk 1
Pedoman praktikum 3 kdk 1
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1Modul 2 kdk 1
Modul 2 kdk 1
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk iiM6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum BiokimiaModul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum Biokimia
 
Modul 3 kdk ii
Modul 3 kdk iiModul 3 kdk ii
Modul 3 kdk ii
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan i
 
Modul 8 cetak
Modul 8 cetakModul 8 cetak
Modul 8 cetak
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Modul 3 pedoman praktek
Modul 3   pedoman praktekModul 3   pedoman praktek
Modul 3 pedoman praktek
 
Modul 1 cetak
Modul 1 cetakModul 1 cetak
Modul 1 cetak
 
Modul 4 pedoman praktek
Modul 4   pedoman praktekModul 4   pedoman praktek
Modul 4 pedoman praktek
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
 

Viewers also liked

Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Sulistia Rini
 
Modul 6 kdk ii
Modul 6 kdk iiModul 6 kdk ii
Modul 6 kdk ii
pjj_kemenkes
 
Analisa Data pada Ibu Hamil
Analisa Data pada Ibu HamilAnalisa Data pada Ibu Hamil
Analisa Data pada Ibu Hamil
pjj_kemenkes
 
Anamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu HamilAnamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu Hamil
pjj_kemenkes
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
pjj_kemenkes
 
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
Ai Ela Ayu Ningsih
 
Makalah sehat sakit
Makalah sehat sakitMakalah sehat sakit
Makalah sehat sakit
Roni Anasoka
 
Hand out
Hand outHand out
Hand out
ulliya_rahmi
 
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahirIkterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
Operator Warnet Vast Raha
 
Gambar sst
Gambar sstGambar sst
Gambar sst
fikri asyura
 
Study guide 2010
Study guide 2010Study guide 2010
Study guide 2010
agung_mahendra
 
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood SugarPenyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
Muhammad Nasrullah
 
Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2
pjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
pjj_kemenkes
 
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Syifa Sahaliya
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Rh1
Rh1Rh1
Rh1
andreei
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
Rhiza Amalia
 

Viewers also liked (20)

Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
Modul 6 kdk ii
Modul 6 kdk iiModul 6 kdk ii
Modul 6 kdk ii
 
Analisa Data pada Ibu Hamil
Analisa Data pada Ibu HamilAnalisa Data pada Ibu Hamil
Analisa Data pada Ibu Hamil
 
Anamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu HamilAnamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu Hamil
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
Keterampilan Dasar Kebidanan ( Konsep Manusia )
 
Makalah sehat sakit
Makalah sehat sakitMakalah sehat sakit
Makalah sehat sakit
 
Hand out
Hand outHand out
Hand out
 
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahirIkterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
 
Ikterus
IkterusIkterus
Ikterus
 
Gambar sst
Gambar sstGambar sst
Gambar sst
 
Study guide 2010
Study guide 2010Study guide 2010
Study guide 2010
 
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood SugarPenyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
Penyiasatan Diagnostik Hematologi - Random Blood Sugar
 
Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
 
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Rh1
Rh1Rh1
Rh1
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
 

Similar to Modul 4 kdk ii kb 2

Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
pjj_kemenkes
 
Modul 1 kdk ii
Modul 1 kdk iiModul 1 kdk ii
Modul 1 kdk ii
pjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 4
Modul 7   kb 4Modul 7   kb 4
Modul 7 kb 4
pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 4
Modul 6    kb 4Modul 6    kb 4
Modul 6 kb 4
pjj_kemenkes
 
KB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
KB 2 Tumor Ganas Alat ReproduksiKB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
KB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
pjj_kemenkes
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
pjj_kemenkes
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 1
Modul 6    kb 1Modul 6    kb 1
Modul 6 kb 1
pjj_kemenkes
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
pjj_kemenkes
 
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar InfertilitasKB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
pjj_kemenkes
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
pjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
pjj_kemenkes
 
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
pjj_kemenkes
 
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan KesehatanPenyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan
pjj_kemenkes
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
nurfitrilandu
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
pjj_kemenkes
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
pjj_kemenkes
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
pjj_kemenkes
 

Similar to Modul 4 kdk ii kb 2 (20)

Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
 
Modul 1 kdk ii
Modul 1 kdk iiModul 1 kdk ii
Modul 1 kdk ii
 
Modul 7 kb 4
Modul 7   kb 4Modul 7   kb 4
Modul 7 kb 4
 
Modul 6 kb 4
Modul 6    kb 4Modul 6    kb 4
Modul 6 kb 4
 
KB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
KB 2 Tumor Ganas Alat ReproduksiKB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
KB 2 Tumor Ganas Alat Reproduksi
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
 
Modul 6 kb 1
Modul 6    kb 1Modul 6    kb 1
Modul 6 kb 1
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar InfertilitasKB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Ob...
 
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan KesehatanPenyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
 

More from pjj_kemenkes

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
pjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
pjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 

Recently uploaded

v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 

Recently uploaded (20)

v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 

Modul 4 kdk ii kb 2

  • 1. KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MODUL 4 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 NURWENINGTYAS WISNU Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) Pemeriksaan Diagnostik SEMESTER 5 KEGIATAN BELAJAR 2 PEMERIKSAAN URINE
  • 2. i Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL EMPAT dari ENAM MODUL dalam Mata Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan yang berjudul Pemeriksaan Diagnostik. Modul Pemeriksaan Diagnostik ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengansystempembelajaranjarakjauhyangdisusunbagimahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 PENULIS Gambar : Pengecekan cabang bayi
  • 3. 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Istilah • Urinomter: Merupakan hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. • Hemoglobin: Adalah protein yang kaya akan zat besi. Merupakan yang mengisi ba- gian inti dari sel darah merah. Dapat diukur dengan pemeriksaan sederhana. • Fiksasi: Tindakan untuk membuat bagian alat atau sesuatu tidak dapat digerakkan, sehingga menjadikan posisinya stabil. • Fehling: Reagen yang digunakan untuk memeriksa kandungan gula dalam urine. Ada 2 jenis yaitu fehling A dan fehling B
  • 4. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Pendahuluan Ketika saudara melayani masyarakat, seringkali masyarakat bertanya berapa darah saya, atau berapa tensi saya, atau saya menderita gula, kolesterol saya tinggi, dsb. Nah, ketika menjumpai masalah seperti itu saudara mesti harus mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan meluruskan pemahaman masyarakat yang keliru. Banyak sekali tayangan TV saat ini yang berisiko menjerumuskan pemahaman masyarakat tentang pengertian kesehatan. Istilah-istilah yang digunakan di siaran TV, terutama oleh pengobatan alternatif kadang-kadang merancukan pemahaman kesehatan secara medis. Kita harus mendudukkan permasalahan secara tepat. Kita memiliki tanggungjawab untuk melakukan promosi kesehatan secara benar jujur dan akademis. Pada modul kali ini saudara akan diajak belajar cara melakukan pemeriksaan diagnostik secara makro artinya yang bisa diketahui hasilnya tanpa menggunakan mikroskop dan Saudara bisa mengerjakan secara mandiri. Modul ini dikemas dalam dua kegiatan yang disusun secara berurutan sebagai berikut: Kegiatan Belajar I : Perawatan pasien pre dan paska operasi. Kegiatan Belajar II : Perawatan luka Relevansi Setelah mempelajari modul ini, saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan darah 2) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan urine Kompetensi ini nantinya menunjang kompetensi saudara sebagai bidan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik sederhana sesuai dengan kewenangan. Dengan memiliki kemampuan ini saudara dapat menentukan diangnosa kebidanan karena hasil pemeriksaan ini sebagai penunjang untuk menegakaan diagnosa terutama pada saat kehamilan sehingga dapat mencegah komplikasi kehamilan
  • 5. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Metode Mempelajari Modul Proses pembelajaran untuk materi Pemeriksaan diagnostik, dapat berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut: a. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar. d. Lakukan pemeriksaa diagnostik sesuai dengan pedoman yang telah disediakan e. Jikasaudaramengalamikesulitandiskusikandengantemansaudaraataumenanyakan Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik
  • 6. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kegiatan Belajar 2 PEMERIKSAAN URINE Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini saudara diharapka dapat melakukan pemeriksaan ampel urine dan reduksi Tujuan Pembelajaran khusus saudara diharapkan mampu 1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan sampel urine 2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan sampel urine 3. Melakukan prosedur pemeriksaan urine 4. Membaca hasil pemeriksaan dan Interpretasi hasil 5. Melakukan test glukosa urine Kegiatan belajar ini akan dibahas tentang pengertian , tujuan , prosedur pemeriksaan sampel urine, Hasil pemeriksaan dan interpretsi hasil sera test glikosa urine Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH) Pemeriksaan urin dapat dilakukan secara makroskopis dan pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna, kejernihan, pH, dan berat jenis. Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan. 1. Pengertian Yang dimaksud dengan pemeriksaan sampel urine disini adalah pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas untuk mengnalisa organoleptis, berat jenis dan pH dari sampel urin pasien. 2. Tujuan pemeriksaan sampel urin ini adalah: Untuk mengetahui organoleptis, berat jenis, dan pH dari urin sampel. Tujuan Pembelajaran Umum Pokok Materi
  • 7. Uraian Materi Pemeriksaan Organoleptis Urin a. Warna Urin Urin normal yang baru tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning karena pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine, urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, hematuria, penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah : 1) Merah : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna. 2) Orange : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : biasanya karena paparan obat untuk infeksi saluran kemih (piridium), termasuk fenotiazin. 3) Kuning : urin sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab non-patologik : wortel, fenasetin,obat nitrofurantoin. 4) Hijau: adanya biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic. 5) Biru : ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. 6) Coklat : Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa. 7) Hitam atau hitam kecoklatan : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol. b. Bau Urine Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau busuk pada urine. c. Buih pada Urine Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. WArna kuning pada buih disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine. Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein pada urin (proteinuria).
  • 8. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan d. Kekeruhan pada Urine Urin baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena : • Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis. • Urat Amorf : kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam. • Darah : warna merah samapi coklat. • Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring. • Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus. 3. Berat Jenis Urine Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer, refraktometer, gravimetri dan falling drop. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun (Wirawan dkk., 1983). Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus (Oka, 1998). Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan yang akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di bawah temperatur peneraan. 4. pH Urine Pengukuran pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup.
  • 9. Kertas lakmus : Urin asam : kertas lakmus biru à merah kertas lakmus merah à tetap merah Urin alkalis : kertas lakmus merah à biru kertas lakmus biru à tetap biru Langkah-langkah 1. Persiapan Alat dan Bahan a. Tabung reaksi b. Urometer c. Gelas ukur d. Kertas saring e. Kertas lakmus f. Sarung tangan g. Tissue h. Masker b. Bahan: Sampel urine 4. Prosedur Pelaksanaan a. Organoleptis Diambil sejumlah sampel urin. ↓ Dimasukkan kedalam tabung reaksi. ↓ Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine. b. Berat Jenis Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest. ↓ Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil akhir pembacaan dikurangi 0,005. ↓ Gelas ukur diisi dengan urin hingga bagian. ↓ Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahan satu tetes eter.
  • 10. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara mengukur dan memutar pada sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel pada dinding bagian dalam gelas ukur. ↓ Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001 c. pH Diambil sejumlah sampl urin. ↓ Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. ↓ Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin. ↓ Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus. 5. Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil a. Organoleptis Urine Warna urine : kuning bening Bau urine : pesing Buih pada urine : terdapat buih pada urine Kekeruhan pada urine : jernih Interpretasi Hasil Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal. b. Berat Jenis Urine Bila berat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal. c. pH Urine Kertas lakmus merah tetap berwarna merah. Interpretasi Hasil Tes Glukosa Urine Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekalipun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang digunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling. Prinsip Pemeriksaan Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.
  • 11. Langkah-langkah pelaksanaan Alat dan Bahan Alat Tabung reaksi Api Bunsen Pipet volume Ball filler Bahan Sampel urine Reagen Fehling A dan Fehling B Cara Kerja: 1. Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel) 2. Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi 3. Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut 4. Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih 5. Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung. Interpretasi : (-) : warna biru / hijau keruh (+) : larutan keruh dan hijau agak kuning (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning (+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah (++++) : merah jingga sampai merah bata Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil No. Tabung ke- Komposisi Bahan Pengamatan Warna InterpretasiSebelum pemanasan Setelah Pemanasan 1. A Fehling A + Fehling B + Sampel urine 1 Biru tua Kuning kehijauan ++ 2. B Fehling A + Fehling B + Sampel urine 2 Biru tua Kuning kemerahan +++ 3. C Fehling A + Fehling B + Sampel urine 3 (urine normal) Biru tua Biru tua - Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
  • 12. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Rangkuman 1. Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis, berat jenis, pH dan uji kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes carik celup. 2. Pemeriksaan Organoleptis Urin: Warna Urin, Bau Urine, Buih pada Urine, Kekeruhan pada Urine Interpretasi Hasil Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal. 3. Berat Jenis Urine :Bila bBrat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal. 4. pH Urine :Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.Interpretasi Hasil normal 5. Interpretasi hasil test glukosa (-) : warna biru / hijau keruh (+) : larutan keruh dan hijau agak kuning (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning (+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah (++++) : merah jingga sampai merah bata
  • 13. Evaluasi Formatif Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara membrikan tanda silang 1 Pemeriksaan kimiawi sediaan urin terdiri dari organoleptis, berat jenis, dan pH dari urin sampel. Yang termasuk pemeriksaan organoleptis adalah: a. Asam b. Berat jenis c. Warna d. Rupa 2 Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin berubah. Apabila urine berwarna merah, disebabkan oleh: a. Pigmen empedu. b. Fenotiazin. c. Bilirubin d. Hemoglobin, mioglobin. 3 Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing. Penyebab bau pesing pada urine adalah a. Adanya zat pesing dalam urine b. Adanya asam-asam yang mudah menguap. c. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan yang beraroma pesing. d. Apabila urin dibiarkan lama maka akan timbul bau amis. 4 Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. Penye- bab warna kuning pada buih urin disebabkan oleh: a. Pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine. b. Adanya zat gula dalam urin c. Adanya busa dalam urin d. Normalnya memang berbusa 5 Berat jenis urin dapat dilakukan pemeriksaan secara khusus. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal adalah: a. 1,03-1,05 b. 3,5-3,7 c. 1,003-1,030. d. 1-30
  • 14. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Pada penyakit tertentu dapat diketahui dari kondisi asam basa urine. Untuk mengetahui kondisi asam basa urin pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Bila kertas lakmus tetap berwarna merah, maka kondisi urin adalah: a. Urin asam b. Urin basa c. Urin normal d. Urin asam basa 7 Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekali- pun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk me- meriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang di- gunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling. Prinsip Pemeriksaan ini adalah: a. Gula bereaksi positif dengan fehling A b. Gula bereaksi dengan Fehling B c. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. d. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar fehling dalam urine yang diperiksa. 8 Hasil dari reduksi atas urin pasien menunjukkan beberapa perubahan war- na. Apabila pasien dinyatakan negative, interpretasi perubahan warna reaksi menjadi : a. Marah padam b. Merah c. Merah bata d. warna biru / hijau keruh 9 Hasil pemeriksaan reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Dia- betes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat ter- jadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : a. penicillin b. galaktosa c. rifampicin d. antihistamin 10 Kandungan glukosa yang semakin banyak memberikan efek perubahan war- na pada hasil reaksi. Kalau hasil menunjukkan positif 4 (++++) menunjukkan : a. biru tua b. biru muda c. kuning d. merah jingga sampai merah bata
  • 15. KUNCI JAWABAN 1. C 2. D 3. B 4. A 5. C 6. A 7. C 8. D 9. B 10.D TUGAS TERSTRUKTUR 1. Lakukanlah pemeriksaan kondisi fisik 5 sampel urin dari orang sehat dan yang sakit. Lalu simpulkan kondisi fisik urin tersebut. Lakukan pemeriksaan Reduksi pada urine orang normal dan 3 orang yang men derita Diabetus Millitus. Tulislah kesimpulan saudara
  • 16. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan PEDOMAN; Pemeriksaan Glukosa Urin NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 A B >> >> C >> >> D >> E >> Ketrampilan ( 5 ) Persiapan Pasien 1. Memberitahu tujuan pengambilan pemeriksaan reduksi 2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Meminta bantuan menyediakan urine untuk bahan pemeriksaan Persiapan Alat 1. Tabung reaksi 2. Api Bunsen 3. Pipet volume 4. Ball filler 5. Sampel urine 6. Reagen Fehling A 7. Fehling B Prosedur pelaksanaan a. Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampur- kan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel) b. Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi c. Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut d. Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hing- ga mendidih e. Setelah dingin, diamati perubahan warna yang ter- jadi pada ketiga tabung. f. Membereskan alat-alat g. Mencuci tangan h. Evaluasi dan dokumentasi S i k a p (2) 9. Tanggap terhadap respon 10. Teliti 11. Sabar 12. Bertanggung jawab Pengetahuan ( 3 ) 5. Dapat menjelaskan rasional tindakan 6. Dapat menjawab setiap pertanyaan
  • 17. Keterangan : Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal prinsip yang harus dilakukan Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot Skor maksimal Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap + ∑ N PengetahuaN 10 Pembimbing/ Penguji
  • 18. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Daftar Gambar Cover http://cahayareformasi.com/wp-content/ uploads/2014/03/Tes-darah.jpg
  • 19. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015