1. 1 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Bab III. T R A U M A
Trauma adalah segala peristiwa yang menyebabkan perlukaan pada tubuh.
Beberapa penyebab perlukaan :
Trauma tumpul : kecelakaan lalulintas, terjatuh, pekerjaan, rekreasi.
Trauma tajam : pisau, senjata api , tertancap.
Trauma thermal : api, ledakan api, suhu panas lainnya, suhu dingin, hipotermia.
Material berbahaya: bahan kimia, toksin, radiasi.
Penanggulangan
A. Fase pra hospital
Koordinasi yang baik antara Tim Medis di RS dan petugas lapangan.
Persiapan Tim Trauma, dititik beratkan pada ;
a. Penjagaan airway
b. Kontrolperdarahan & syok
c. Imobilisasi penderita
d. Segera kirim ke RS terdekat ( sebaiknya trauma center yang diakui )
Hindari waktu yang lama di tempat kejadian
Kumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti :
Waktu kejadian
Sebab kejadian
Riwayat penderita
Mekanisme kejadian
Untuk pengendalian mutu pelayanan pra RS, harus ada laporan periodik, untuk
kemudian dilakukan pengkajian multidisiplin.
B. Fase hospital
Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba
Sebaiknya ada ruangan / daerah resusitasi
Perlengkapan airway ( laringoskop, endotracheal tube, mayo, dsb ) sudah
disiapkan, dicoba & diletakkan pada tempat yang mudah terjangkau.
Cairan kristaloid ( RL ) sudah dihangatkan, digantung pada tempatnya.
Semua tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan penderita
harus dihindarkan dari kemungkinan penyakit menular terutama AIDS &
hepatitis.
2. 2 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Sebaiknya pakai alat - alat protektif: masker, kaca mata, baju kedap air,
sepatu & sarung tangan kedap air, bila ada kontak dengan cairan dengan
cairan tubuh penderita.
Triase adalah cara Pemilahan berdasarkan kebutuhan penderita dan sumber daya
yang tersedia.
Terapi didasarkan kebutuhan :
Airway dengan kontrol vertebra cervical
Breating & Ventilasi
Circulation dengan kontrol perdarahan.
Triase berlaku juga untuk pemilahan penderita dilapangan dan RS yang akan dirujuk.
Kesalahan besar untuk mengirim pasien ke RS non trauma bila ada pusat trauma
yang ada.
Ada 2 jenis keadaan triase dapat terjadi :
1. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui
kemampuan RS. Penderita dengan masalah gawat darurat & multi trauma akan
dilayani terlebih dahulu.
2. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui
kemampuan RS. Yang terlebih dahulu dilayani ada penderita dengan kemungkinan
survival terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan & tenaga paling sedikit.
PENGELOLAAN PENDERITA
Pengelolaan penderita meliputi :
1. Survey primer yang cepat diikuti resusitasi segera
2. Survey sekunder
3. Terapi defenitif
T R I A S E
3. 3 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Primary survey
Merupakan ABC nya trauma.
Berusaha mengenali keadaan yang mengancam jiwa terlebih dahulu, segera
dilakukan resusitasi saat itu juga.
Dilakukan dalam bentuk berurutan & sering dilakukan simultan.
Prioritas anak sama dengan orang dewasa, orang hamil sama dengan orang
tidak hamil, tetapi anak anak & orang hamil memiliki fisiologis yang beda.
Yang dilakukan dan dinilai selama primary survey:
a. Menjaga airway dengan kontrol servikal
b. Menjaga breathing dengan ventilasi
c. Circulation dijaga dengan kontrol perdarahan.
d. Disability, menilai status neurologis
e. Exposure / environmental control,buka baju penderita , tapi cegah
hipotermia.
Beberapa kondisi yang menyebabkan orang tua kurang mampu terhadap trauma :
diabetes melitus, penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK), penyakit koroner,
koagulopati, penyakit hati, gangguan vaskuler.
Airway dengan Cervical Spine control
Yang dinilai mula – mula : kelancaran jalan napas, apakah ada obstruksi jalan
napas atau tidak. Obstruksi disebabkan oleh :
Corpus alienum
Fraktur tulang wajah
Fraktur mandibula atau maxilla
Fraktur laring atau trakhea.
Pembebasan jalan napas harus melindungi vertebra cervical , dapat dilakukan
Chin Lift atau Jaw Trust.
Penderita yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.
Penderita dengan GCS kurang dari 8 perlu pemasangan airway defenitif.
Selama memeriksa & memperbaiki airway TIDAK BOLEH DILAKUKAN EXTENSI, FLEKSI
ATAU ROTASI DARI LEHER.
INGAT : anggaplah ada fraktur cervical pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada
gangguan kesadaran atau perlukaan di atas clavicula.
Sebaiknya selalu dipakai alat imobilisasi untuk melindungi tulang servikal, hingga
kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan.
4. 4 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
BREATHING dan VENTILASI
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru – paru, dinding dada &
diafragma ( evaluasi secara tepat ).
Perlukaan yang mengakibatkan gangguan :
Ventilasi yang berat ( dikenali saat primary survey ):
o Tension pneumotoraks
o Flail chest dengan contusion paru
o Open pneumotoraks.
Gangguan ventilasi yang ringan ( dikenali saat secondary survey ) :
Hemato toraks
Simple pneumo thoraks
Fraktur tulang iga
Kontusio paru.
CIRCULATION dengan kontrol Perdarahan
Sebab utama kematian pasca bedah adalah perdarahan. Dapat diatasi dengan
resusitasi yang cepat & tepat di RS.
Setiap keadaan hipotensi harus dianggap hipovolemia hingga terbukti tidak
demikian
3 tanda klinis gangguan hemodinamik :
a. Volume darah turun menyebabkan perfusi otak berkurang penurunan
kesadaran.
b. Warna kulit : normal kemerahan.
Hipovolemia wajah pucat keabu-abuan, kulit &
ekstremitas pucat.
c. Nadi :
o Periksa arteri besar, arteri femoralis atau arteri karotis.
o Normovolemik nadi tidak cepat, kuat, teratur.
5. 5 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Bila penderita tidak minum obat beta bloker, ( kecepatan nadi normal bukan jaminan
normovolemik )
Nadi tidak teratur ; gangguan jantung.
Nadi kecil & cepat merupakan tanda hipovolemia.
Tidak ada pulsasi arteri besar harus segera Resusitasi.
Bila ada perdarahan luar harus segera dihentikan.
Sumber perdarahan internal ( tidak terlihat )
bisa berasal dari perdarahan dalam rongga thorax, abdomen sekitar fraktur tulang
panjang, retroperitoneal, atau luka tembus dada / perut.
DISABILITY ( Evaluasi Neurologis )
Yang perlu dinilai tingkat kesadaran, ukuran & reaksi pupil.
Penilaian tingkat kesadaran :
A V P U
A = Alert ( sadar )
V = Vokal ( respon terhadap rangsangan suara )
P = Pain ( respon terhadap rangsangan nyeri )
U = Unresponsive ( tidak ada respon )
GCS : sederhana, digunakan untuk prediksi akhir ( outcome ) pasien
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena :
Penurunan oksigenasi & perfusi ke otak
Trauma langsung pada otak
Alkohol & obat – obatan
EXPOSURE & Kontrol Lingkungan
Pakaian pasien dibuka keseluruhan, sambil menggunting lakukan pemeriksaan & evaluasi
penderita.
Jaga suhu tubuh agar tidak kedinginan.
Selimut hangat, ruangan cukup hangat, beri cairan intra vena yang sudah dihangatkan.
Yang penting : suhu tubuh penderita bukan rasa nyaman petugas.
Usaha menjaga suhu tubuh penderita, harus dilakukn dengan sungguh – sungguh.
6. 6 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Resusitasi yang agresif dan pengelolaan keadaan yang mengancam nyawa segera
setelah dikenal merupakan hal mutlak bila ingin pasien tetap hidup.
Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai keadaan perfusi ginjal
dan hemodinamik pasien. Jangan pasang kateter bila ada dugaan rupture uretra,
dengan tanda – tanda :
1. Adanya darah di ostium uretra externa.
2. Hematom di skrotum.
3. Colok dubur oleh dokter, prostat letak tinggi atautidak teraba.
Kesulitan ( striktur uretra& BPH ).
Pemasangan kateter lambung untuk mengurangi distensi lambung & mencegah
kemungkinan terjadinya muntah.
Darah dalam lambung dapat terjadi karena :
a) Darah yang tertelan
b) Perlukaan lambung
c) Pemasangan NGT yang traumatik
Kadang kateter lambung harus dipasang mealui oral untuk mencegah masuknya ke
rongga otak ( lamina cribrosa os ethmoidales patah atau diduga patah ).
SECONDARY SURVEY
Dilakukan setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan & ABC nya
pasien dipastikan membaik.
Dilakukan dari kepala sampai kaki termasuk re-evaluasi tanda-tanda vital.
bila Penderita tidak sadar ; sangat besar peluang melakukan kesalahan
dalam pemeriksaan.
Dokter : pemeriksaan neurologis lengkap, skor GCS, foto Rontgen, bila
diperlukan.
Perawat : selalu monitoring KU penderita. Buat catatan perkembangan
pasien yang siap disampaikan pada Dokter, bilamana diperlukan.
Catat & harus mengetahui riwayat perlukaan, biasanya dari keluarga atau
petugas / orang lain dilapangan. ( ingat AMPLE ).
A ; alergi
M ; medikasi ( obat yang diminum saat ini ).
P ; past illness ( penyakit penyerta ) / pregnancy
L ; last meal ( apa yang dimakan terakhir )
E ; event / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
7. 7 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita, jenis perlukaan dpt
diprediksi dari mekanisme kejadian perlukaan.
Tabel berikut ini menggambarkan mekanisme perlukaan dan pola perlukaan yang mungkin
terjadi pada suatu kejadian trauma.
MEKANISME PERLUKAAN KEMUNGKINAN PERLUKAAN
Benturan frontal
Kemudi bengkok
Jejak lutut pada dashboard
Bull’s eye pada kaca depan
Fraktur servikal
Flail chest anterior
Kontusio miokard
Pneumothorax
Ruptur aorta
Ruptur lien / hepar
Fraktur / dislokasi coxae, lutut
Benturan samping, mobil Fraktur servikal kontralateral
Flail chest lateral
Kontusio miokard
Pneumothorax
Ruptur aorta
Ruptur diafragma
Ruptur lien / ginjal / hepar
Fraktur pelvis / asetabulum
Benturan belakang, mobil Fraktur servikal
Kerusakan jaringan lunak leher
Terlempar keluar, kendaraan Semua jenis perlukaan
Mortalitas jelas meningkat
Pejalan kaki vs Mobil Trauma capitis
Perlukaan thorax / abdomen
Fraktur tungkai / pelvis