Teori basis ekonomi menganalisis pengaruh sektor ekonomi utama terhadap pertumbuhan suatu wilayah dengan membedakan sektor unggulan dan bukan unggulan berdasarkan kontribusi produk domestik regional bruto dan laju pertumbuhan. Analisis ini melengkapi pendekatan akuntansi regional dan input-output untuk merencanakan pembangunan daerah."
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Perkembangan klaster industri digambarkan sebagai suatu siklus hidup klaster industri. Siklus hidup klaster merupakan sesuatu hal yang mulai menjadi prioritas untuk dipelajari saat ini (Bergman, 2008). Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari dinamika klaster dengan tujuan mencari bagaimana bentuk siklus hidup klaster (Maskell & Kebir, 2005). Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan identifikasi karakteristik serta kebijakan dan strategi yang diberikan dalam tiap tahapan perkembangan klaster. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mempelajari kondisi nyata yang terjadi pada klaster yang telah dikembangkan. Hal itu dilakukan untuk menjawab mengapa klaster-klaster dengan kondisi awal yang sama ketika terbentuk, tetapi hasil perkembangannya dapat jauh berbeda (Bergman, 2008). Kemungkinan hasil perkembangan yang dapat terjadi yaitu terdapat klaster yang berkembang dengan pesat sedangkan lainnya justru mengalami penurunan kinerja bahkan dapat mengalami kegagalan.
Penelitian untuk mengidentifikasi siklus hidup klaster telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda ((Swann, 2002); (Brenner, 2004); (Maskell & Kebir, 2005); (Bergman, 2008); (Menzel & Fornahl, 2009)). Brenner (2004) mengemukakan teori klaster serta teori siklus hidup klaster secara lengkap setelah melakukan identifikasi menyeluruh pada keseluruhan tahapan siklus hidup mulai dari entry, exit dan growth. Penelitian tersebut disempurnakan oleh Menzel (2009). Dalam penelitiannya, Menzel (2009) menggunakan pendekatan knowledge-based dalam menganalisa siklus hidup klaster. Penelitian tersebut berhasil menemukan penjelasan mengapa siklus hidup klaster berbeda dengan siklus hidup industri serta menemukan kemungkinan adanya tahap renewal setelah klaster mengalami tahap decline atau lock-in.
Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan tersebut menggunakan obyek yaitu spontaneus cluster yang berada pada negara maju. Sedangkan penelitian tentang siklus hidup pada government driven cluster (klaster inisiasi pemerintah) yang biasanya banyak terdapat pada negara berkembang, masih sedikit dilakukan.
Telah diketahui bahwa klaster Industri di Indonesia secara dominan merupakan hasil inisiasi pemerintah (Depperin, 2008). Klaster industri telah menjadi suatu kebijakan pemerintah Indonesia dengan tujuan memperkuat struktur industri Indonesia semenjak tahun 2005 (Depperin, 2007). Tetapi dalam perkembangannya masih belum menunjukkan hasil positif yang signifikan memperkuat struktur industri.Dalam makalah ini penulis membahas tentang Klaster Industri dan Aglomerasi serta study kasus terkait Klaster dan Aglomerasi serta keterkaitan antara Klaster dan Aglomerasi dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Perkembangan klaster industri digambarkan sebagai suatu siklus hidup klaster industri. Siklus hidup klaster merupakan sesuatu hal yang mulai menjadi prioritas untuk dipelajari saat ini (Bergman, 2008). Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari dinamika klaster dengan tujuan mencari bagaimana bentuk siklus hidup klaster (Maskell & Kebir, 2005). Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan identifikasi karakteristik serta kebijakan dan strategi yang diberikan dalam tiap tahapan perkembangan klaster. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mempelajari kondisi nyata yang terjadi pada klaster yang telah dikembangkan. Hal itu dilakukan untuk menjawab mengapa klaster-klaster dengan kondisi awal yang sama ketika terbentuk, tetapi hasil perkembangannya dapat jauh berbeda (Bergman, 2008). Kemungkinan hasil perkembangan yang dapat terjadi yaitu terdapat klaster yang berkembang dengan pesat sedangkan lainnya justru mengalami penurunan kinerja bahkan dapat mengalami kegagalan.
Penelitian untuk mengidentifikasi siklus hidup klaster telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda ((Swann, 2002); (Brenner, 2004); (Maskell & Kebir, 2005); (Bergman, 2008); (Menzel & Fornahl, 2009)). Brenner (2004) mengemukakan teori klaster serta teori siklus hidup klaster secara lengkap setelah melakukan identifikasi menyeluruh pada keseluruhan tahapan siklus hidup mulai dari entry, exit dan growth. Penelitian tersebut disempurnakan oleh Menzel (2009). Dalam penelitiannya, Menzel (2009) menggunakan pendekatan knowledge-based dalam menganalisa siklus hidup klaster. Penelitian tersebut berhasil menemukan penjelasan mengapa siklus hidup klaster berbeda dengan siklus hidup industri serta menemukan kemungkinan adanya tahap renewal setelah klaster mengalami tahap decline atau lock-in.
Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan tersebut menggunakan obyek yaitu spontaneus cluster yang berada pada negara maju. Sedangkan penelitian tentang siklus hidup pada government driven cluster (klaster inisiasi pemerintah) yang biasanya banyak terdapat pada negara berkembang, masih sedikit dilakukan.
Telah diketahui bahwa klaster Industri di Indonesia secara dominan merupakan hasil inisiasi pemerintah (Depperin, 2008). Klaster industri telah menjadi suatu kebijakan pemerintah Indonesia dengan tujuan memperkuat struktur industri Indonesia semenjak tahun 2005 (Depperin, 2007). Tetapi dalam perkembangannya masih belum menunjukkan hasil positif yang signifikan memperkuat struktur industri.Dalam makalah ini penulis membahas tentang Klaster Industri dan Aglomerasi serta study kasus terkait Klaster dan Aglomerasi serta keterkaitan antara Klaster dan Aglomerasi dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Esta presentación resume el libro de Casey J. Dawkins, Teorìa de Desarrollo Regional: Fundamentos conceptuales, obras clásicas y acontecimientos recientes.
Ringkasan substansi "Kajian dinamika kinerja ekonomi kota solok".
Terima kasih kepada Bappeda Kota Solok yang telah memberikan kesempatan pada tim peneliti untuk melakukan kajian di Kota Solok.
This study aims to analyze and find out (1) the influence of agricultural labor,
productive land, capital agricultural, and industrial output to the output of the agricultural
sector in Jambi province, (2) the influence of the labor industrial sector, capital industrial
sector, and output of agricultural sector to industrial sector output in Jambi province, (3) the
influence of trade labor, capital trade sector, agricultural output and industrial output to the
output of the trade sector in Jambi province.
This type of research is descriptive and associative studies. And the type of data is the
documentary data, the secondary data sources and the form of data are time series since 1980
- 2009. This study uses a simultaneous equations model analysis with Two Stages Least
Squared method (TSLS). Endogenous variables in the study is the output of agricultural
sector, industrial sector output, and output the trade sector. And the exogeneous variables are
agricultural labor, productive land area, capital of the agricultural sector, industrial sector
employment, industry sector capital, labor of trade sector and capital trade sector .
Tugasnya menilai kinerja perekonomian dari suatu daerah/kota. Menilainya dari banyak hal misalnya spek perkembangan PDRB, pertumbuhan ekonomi, komposisi sector PDRB, perkembangan inflasi yang terjadi, dan perkembangan APBD; (habis copas dari laporan). Terus dari data-data itu, informasi itu, dibaca makna/arti kejadian yang menimbulkan angka-angka itu. Diinterpretasikan, disimpulkan. Begitulah. Beruntung banget aku sekelompok sama Mbak Sari ohohohoo. Selamat Belajar !
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. NILAI
EKONOMI
REGIONAL
1. Regional Account (Income – Expenditure) Approach
2. Input – Output Approach
3. Economic Base Approach
Perhitungan nilai ekonomi wilayah / region dengan pendekatan ini
didasarkan pada pengertian bahwa kegiatan ekonomi di suatu wilayah dinilai
dari pemanfaatan faktor produksi atau input, baik yang tersedia di wilayah
tersebut maupun yang berasal dari wilayah lain, untuk menghasilkan output
tertentu
Perhitungan nilai ekonomi wilayah / region dengan pendekatan ini
didasarkan pada perhitungan produk dari semua kegiatan ekonomi pada
setiap sektor di wilayah tertentu.
Pendekatan ini lebih didasarkan pada perhitungan nilai produksi dan
pertumbuhan setiap sektor ekonomi dengan mengelompokkan struktur
perekonomian daerah menjadi sektor unggulan dan bukan unggulan.
3. Regional
Account
McCrone: pengembangan akuntansi tingkat nasional adalah prasyarat
esensial sebelum perencanaan regional dapat dilaksanakan
Fungsi Akuntansi Regional
- Memberikan gambaran terinci mengenai saling-hubungan antara sektor-
sektor penting dari perekonomian regional
- Dapat menjadi landasan bagi penentuan kebijaksanaan dan pengambilan
keputusan regional
- Tersedia informasi mengenai hal-hal yang sangat penting seperti penda-
patan, output, investasi dan produktivitas regional
- Taksiran produk regional menurut industri akan memudahkan pemisah-
an kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam perekonomian
regional
- Data mengenai investasi dapat memberi petunjuk tentang industri apa
dan di daerah mana yang akan memberikan hasil terbaik bagi penerap-
an investasi tertentu.
5. Y = C + I + G + X - M
Catatan Penting :
- Akuntansi regional memerlukan data yang bersifat makro
- Secara konseptual, daerah bukanlah negara sehingga diperlukan bentuk
akuntansi yang berbeda dengan akuntansi nasional.
- Untuk tujuan perbandingan antar-daerah diperlukan akuntansi standar
Y+M=C+I+X
Y+M=E+X
we disaggregate E into C+ I and assume that I and X are
autonomous and further that there has been an autonomous
change in I of SI and in X of AX, what will be the effect onY?
Define m = M/T and c = C/Y, then we have:
Y+M=T
Y=T-mT
Y=T (1-m)
6. Economic
Base
Approach
Teori basis ekonomi lebih didasarkan pada perkembangan peran sektor
ekonomi, baik di dalam wilayah maupun ke luar daerah, terhadap
pertumbuhan perekonomian wilayah / daerah tersebut. Untuk itu basis
ekonomi pada struktur perekonomian suatu wilayah / daerah dikelompokkan
menjadi dua sektor, yaitu:
1. Sektor Unggulan, yaitu sektor ekonomi yang mampu memenuhi permintaan
barang dan jasa di pasar domestik maupun luar wilayah/daerah
2. Sektor Bukan Unggulan, yaitu sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi
permintaan barang dan jasa di pasar domestik atau di wilayah/daerah
8. LQr =
PDRBir / TPDRBr
PDRBin / TPDRBn
LQr = Location Quotient daerah r
PDRBir = PDRB sektor i di daerah r
PDRBr = PDRB total daerah r
PDRBin = PDRB sektor i di tingkat Nasional n
PDRBn = PDRB total Nasional n
dengan : i = sektor ; r = regional ; n = nasional
Jika LQr > 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor unggulan dengan tingkat
spesialisasi sektor tersebut di daerah r lebih besar dari nasional n
Jika LQr = 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor bukan unggulan dengan tingkat
spesialisasi sektor tersebut di daerah r sama dengan dari nasional n
Jika LQr < 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor bukan unggulan dengan tingkat
spesialisasi sektor tersebut di daerah r lebih kecil dari nasional n
10. Growing basic
activities generate
jobs and export
income
Non-basic activities
required to support
basic sector.
Jobs and local
income generated.
Area infrastructure
grows as
prosperity grows.
Growing area
attracts more basic
activities.
EXPORT
INCOME
Household multiplier
11. Declining basic
activities decrease
jobs and export
income
Non-basic activities
required to support
basic sector decline.
Jobs and local
income are lost.
Area infrastructure
stagnates as
prosperity declines.
Declining area
discourages more
basic activities.
EXPORT
INCOME
DECLINES
Household multiplier
12. Selanjutnya dapat pula dilakukan analisis yang digunakan untuk mengetahui
pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi dengan
Klassen Typologi. Hasil analisis ini dapat melengkapi analisis LQ karena
sektor-sektor ekonomi tersebut dengan matriks klasifikasi Klassen dapat
dikelompokkan menjadi empat karakteristik, yaitu:
Kriteria
Kontribusi terhadap PDRB
Yi > Y Yi < Y
Laju
Pertumbuhan
ri > r
Sektor maju dan
tumbuh cepat
Sektor berkembang
cepat
ri < r
Sektor maju tapi
tertekan
Sektor relatif
tertinggal
dengan : ri = laju pertumbuhan PDRB sektor i
r = laju pertumbuhan PDRB total
yi = kontribusi PDRB sektor i terhadap total PDRB
yi = kontribusi PDRB rata-rata sektor terhadap total PDRB
13. Keunggulan
dan
Keterbatasan
Economic
Base Multiplier
Keunggulan Keterbatasan
Model analisis yang
sederhana
Penentuan sektor base
yang didasarkan LQ
Sangat baik sebagai
informasi awal bagi
perencana
Nilai multiplier yang
konstan dari waktu
kewaktu
Data yang dibutuhkan
biasanya tersedia di
berbagai publikasi
Aspek produksi sama
sekali tidak
diperhitungkan
14. Klasifikasi Sektor Unggulan berdasarkan Location Quotient (LQ) di Propinsi X
No Lapangan Usaha
Location Quotient (LQ)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.46 1.37 1.41 1.44 1.45 1.45 1.46
a. Tanaman Bahan Makanan 2.07 1.99 2.06 2.09 2.09 2.06 2.05
b. Tanaman Perkebunan 0.84 0.79 0.83 0.84 0.85 0.87 0.88
c. Peternakan 1.35 1.22 1.19 1.25 1.32 1.45 1.53
d. Kehutanan 0.41 0.24 0.33 0.49 0.43 0.44 0.42
e. Perikanan 0.65 0.58 0.58 0.53 0.56 0.53 0.53
2. Pertambangan & Penggalian 0.09 0.09 0.10 0.11 0.12 0.13 0.13
3. Industri Pengolahan 1.14 1.14 1.14 1.15 1.15 1.17 1.18
4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.21 1.15 1.19 1.25 1.26 1.22 1.16
5. Konstruksi 0.89 0.94 0.94 0.94 0.92 0.92 0.92
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.32 1.32 1.28 1.25 1.25 1.23 1.22
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0.94 0.90 0.82 0.78 0.73 0.70 0.65
8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 0.42 0.41 0.39 0.38 0.39 0.39 0.39
9. Jasa-jasa 0.98 1.10 1.09 1.09 1.11 1.12 1.14