Abstraksi
Kabupaten Nganjuk berada di dearah propinsi Jawa Timur. Daerah ini termasuk lumbung pangan karena kemajuan di sektor pertaniannya. Setiap tahun sektor pertanian mampu memberi sumbangsih yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Nganjuk bahkan terus mengalami peningkatan kontribisi dalam angka yang meyakinkan setiap tahunnya. Terakhir pada tahun 2012 sektor pertanian mampu memberi konstribusi sebesar 28.14% terhadap PDRB Nganjuk. Dengan mempertimbangkan kemampuan kontribusi di sektor ini, peneliti tertarik mengangkat komoditas palawija sebagai salah satu subsektor pertanian menjadi obyek penelitian.Dengan untuk mencari komoditas yang paling unggul dalam rangka untuk semakin meningakatkan kemampuan krontribusi terhadap PDRB di kemudian. Sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini metode location quotient (LQ). Alasan menggunakan metode ini, karena LQ sebagai alat analisis sangat efektif untuk mengetahui pertumbuhan obyek yang diolah dan pengolahan datanya sangat sederhana. Bisa menggunakan piranti lunak Microsoft Excel atau dihitung secara manual. Hasilnya dari data enam komoditas yang diolah melalui metode LQ bahwa Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah tergolong memiliki karakter basic. Artinya untuk jenis komoditas tersebut, hasilnya bisa didistribusikan ke kota di luar kabupaten Nganjuk. Komoditas Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah menjadi produk yang bisa diunggulkan masyarakat Nganjuk.
EKONOMI REGIONAL - PUSAT PERTUMBUHAN
1. DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PUSAT PEMBANGUNAN
2. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PERENCANAAN
3. PEMBANGUNAN WILAYAH
4. AGLOMERASI
5. LANGKAH PENDIRIAN PUSAT PERTUMBUHAN
6. PERMASALAHAN PUSAT PERTUMBUHAN SERTA
7. PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
8. PENERAPAN KONSEP PUSAT PERTUMBUHAN
9. STUDI KASUS
disparitas = ketimpangan wilayah. artinya ada satu wilayah yang maju banget, ada yang kurang. ketimpangan ini bisa dilihat dari indeks williamson-nya. dapet nilainya dari perhitungan pdrb gitu
melihat kondisi ekonomi kabupaten banjarnegara secara agregat (keseluruhan) dan secara intra. secara agregat artinya dari sudut pandang jawa tengah, secara intra artinya dari sudut pandang per kecamatan dalam kabupaten itu.
*by: Hanifah Cindy Pratiwi dari Kuningan + Novi Yanti dari Kebumen (tapi punya darah sunda juga) + Tegar Satriani dari Purwodadi) + me
Tugasnya menilai kinerja perekonomian dari suatu daerah/kota. Menilainya dari banyak hal misalnya spek perkembangan PDRB, pertumbuhan ekonomi, komposisi sector PDRB, perkembangan inflasi yang terjadi, dan perkembangan APBD; (habis copas dari laporan). Terus dari data-data itu, informasi itu, dibaca makna/arti kejadian yang menimbulkan angka-angka itu. Diinterpretasikan, disimpulkan. Begitulah. Beruntung banget aku sekelompok sama Mbak Sari ohohohoo. Selamat Belajar !
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru
EKONOMI REGIONAL - PUSAT PERTUMBUHAN
1. DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PUSAT PEMBANGUNAN
2. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PERENCANAAN
3. PEMBANGUNAN WILAYAH
4. AGLOMERASI
5. LANGKAH PENDIRIAN PUSAT PERTUMBUHAN
6. PERMASALAHAN PUSAT PERTUMBUHAN SERTA
7. PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
8. PENERAPAN KONSEP PUSAT PERTUMBUHAN
9. STUDI KASUS
disparitas = ketimpangan wilayah. artinya ada satu wilayah yang maju banget, ada yang kurang. ketimpangan ini bisa dilihat dari indeks williamson-nya. dapet nilainya dari perhitungan pdrb gitu
melihat kondisi ekonomi kabupaten banjarnegara secara agregat (keseluruhan) dan secara intra. secara agregat artinya dari sudut pandang jawa tengah, secara intra artinya dari sudut pandang per kecamatan dalam kabupaten itu.
*by: Hanifah Cindy Pratiwi dari Kuningan + Novi Yanti dari Kebumen (tapi punya darah sunda juga) + Tegar Satriani dari Purwodadi) + me
Tugasnya menilai kinerja perekonomian dari suatu daerah/kota. Menilainya dari banyak hal misalnya spek perkembangan PDRB, pertumbuhan ekonomi, komposisi sector PDRB, perkembangan inflasi yang terjadi, dan perkembangan APBD; (habis copas dari laporan). Terus dari data-data itu, informasi itu, dibaca makna/arti kejadian yang menimbulkan angka-angka itu. Diinterpretasikan, disimpulkan. Begitulah. Beruntung banget aku sekelompok sama Mbak Sari ohohohoo. Selamat Belajar !
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru
This study aims to analyze and find out (1) the influence of agricultural labor,
productive land, capital agricultural, and industrial output to the output of the agricultural
sector in Jambi province, (2) the influence of the labor industrial sector, capital industrial
sector, and output of agricultural sector to industrial sector output in Jambi province, (3) the
influence of trade labor, capital trade sector, agricultural output and industrial output to the
output of the trade sector in Jambi province.
This type of research is descriptive and associative studies. And the type of data is the
documentary data, the secondary data sources and the form of data are time series since 1980
- 2009. This study uses a simultaneous equations model analysis with Two Stages Least
Squared method (TSLS). Endogenous variables in the study is the output of agricultural
sector, industrial sector output, and output the trade sector. And the exogeneous variables are
agricultural labor, productive land area, capital of the agricultural sector, industrial sector
employment, industry sector capital, labor of trade sector and capital trade sector .
Kontribusi Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...fahda6
Penelitian mengenai kontribusi sektor pertanian dan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Temanggung. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam merencanakan pengembangan pertanian serta penyedian lapangan kerja. Seta juga dapat menambah wawasan bagi masyarakat secara umum.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMODITAS PALAWIJA UNGGULAN DI KABUPATEN NGANJUK
1. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 114
APLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE
PENENTUAN KOMODITAS PALAWIJA UNGGULAN
DI KABUPATEN NGANJUK
Rony Kurniawan
Fakultas Ekonomi Manajemen UNP Kediri
Email: ronykur.unp@gmail.com
Abstractions
Nganjuk Regency located in East Java province area, this area can be referred as food barn
due to the advancement in the agricultural sector. Each year the agricultural sector able to
provide a substantial contribution to Nganjuk Regency Regional Gross Domestic Product
(GDP). Even so, the contribution constantly increasing in convincing numbers annually.
Recently in 2012 the agricultural sector is able to provide contribution of 28.14% for Nganjuk
GDP. By considering ability of contribution in this sector, researchers interested in raising
grains commodity as one of the sub-sectors of agriculture became the object of research. With
the aim to find the most superior commodity in order to further enhance the ability of the
contribution to GDP in the future. While analysis tools used in this research is “Location
Quotient” (LQ) method. The reason using this method because of LQ as a very effective
analytical tool to determine the growth of the object that be processed and the data processing
highly simple. It could using the Microsoft Excel software or calculated manually. The
results of the data of six commodities processed through LQ method that Corn, Soybeans, and
Peanut classified has basic character. This means that for these commodities, the results can be
distributed to cities outside the district Nganjuk. Commodities Corn, Soybean and Peanutinto
products that can bese eded Nganjuk community.
Keywords: LQ method, Secondary Food Crops, Nganjuk Regency, Leading Commodity
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan ekonomi
daerah harus terintegral dengan kebijakan
pemerintah pusat. Namun demikian dalam
kewenangannya pemerintah daerah saat
menyusun perencanaan pembangunan
sudah tentu harus memiliki kebebasan
agar bisa mengoptimalkan potensi sektoral
yang dimilikinya (Yulianta, 2007).
Sesuai dengan UU No 23/2014
tentang Pemerintah Daerah, tujuan
kegiatan pembangunan ekonomi
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
melalui pemanfaatan potensi sektoral yang
tersedia. Sebagai syarat untuk mencapai itu,
pemerintah daerah harus menampung
aspirasi masyarakatnya sehingga mereka
bisa ambil bagian dalam memberi kontribusi
terhadap tercapainya pembangunan yang
bermutu. Dalam proses perencanan
pembangunan tanpa melibatkan masyarakat
justru akan menghasilkan kebijakan yang
tidak sesuai dengan harapan.
Menurut Arsyad (1999:298)
pembangunan ekonomi daerah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber dayanya yang tersedia
dengan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut.
Salah satu upaya membangun
kesejahteraan masyarakt, pemerintah daerah
bisa membangun kebijakan publik sektor
ekonomi melalui pemberdayaan potensi
berciri khas daerah. Salah satunya dengan
memilih komoditas palawija yang beragam
menjadi produk unggulan (Daryanto,2004).
Sehingga, pendapatan petani akan
bertambah dengan memberdayakan
lahannya di saat jeda masa tanam padi
2. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 115
beralih menanam komoditas unggulan yang
telah dipilih oleh pemerintah daerah dimana
mereka tinggal.
Di banyak negara yang memiliki
karakter sebagai negara agraris telah berhasil
menjadi negara yang kuat dalam hal pangan,
karena telah memiliki produk unggulan di
sektor pertanian, seperti di Thiland misalnya.
Produk Domestik Regionalnya tinggi karena
disuplay oleh keberhasilannya membangun
sektor pertanian. Negara gajah putih pun
berhasil membuktikan sektor pertanian
sebagai sektor yang paling potensial sebagai
penyerap tenaga kerja yang paling ampuh.
Oleh karena itu negara tersebut
berdinamika usaha dengan tingkat
pengangguran terendah di dunia,hanya 0,56
persen dari total populasi. Ini karena sektor
pertanian menyerap tenaga kerja sekitar 40
persen populasi terikat dalam kerja
pertanian (Republika, 2014).
Pertanian jelas menjadi potensi yang lebih
untuk berkembang dibandingkan dengan
sektor lainnya (Erika, 2013). Keberhasilan
pengembangan potensi yang dilakukan
Thailand sah saja jika diadopsi demi
kepentingan masyarakat menuju sejahtera,
pada gilirannya akan menciptakan kondisi
Indonesia sebagai negara yang wellfare state.
Untuk melihat pergerakan laju
pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa
melalui pendapatan nasionalnya, sedangkan
untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah diantaranya menggunakan
komponen data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dengan membandingkan
angka perolehannya dari tahun ke tahun
(Halim, 2012:45)
Pertumbuhan pendapatan nasional /
PDRB suatu daerah dapat dihitung melalui
nilai pasar produk yang itu berbentuk
barang atau jasa yang dihasilkan
masyarakat. Rosyidi (2006:107)
menyatakan barang dan jasa yang
dihasilkan masyarakat terbagi dalam 11
sektor ekonomi, yakni, (a) pertanian, (b)
pertambangan (c) industri (d) bangrunan,
(e) perdagangan (f) listrik, gas dan air
minum, (g) bank dan lembaga keuangan
lainnya (h) perhubungan dan
telekomunikasi, (i) pemerintahan dan
hankam (j) sewa rumah (k) sektor jasa-jasa
lainnya.
Pemerintah (pusat dan daerah)
sebagai pihak yang berkuajiban
mengembangkannya melalui program-
program kerjanya yang efektif, efisien,
mengacu kepada kepentingan peningkatan
pendapatan rakyatnya. Masyarakat disini
tidak hanya ditempatkan sebagai obyek tapi
juga sebagai subyek dalam pelaksanaan
program pembangunan yang telah tersusun
(Gadang, 2012), (Aziz,2012). Dengan
meletakkan masyarakat sebagai subyek
berarti akan terjadi peran aktif dalam
peningkatan produksi barang dan jasa
sektoral yang pada gilirannya menciptakan
pendistribusian pendapatan secara nyata.
Rakyat akan benar-benar memiliki
pendapatan yang akhirnya akan
menumbuhkan daya beli dalam taraf yang
signifikan.
Disisi lain semakin tinggi perolehan
dari produksi barang dan jasa sektoral
tersebut maka akan meningkatkan
pendapatan nasional/PDRB suatu wilayah
regional (Manzaliati, 2012).
Sektor-sektor agribisnis merupakan
sektor ekonomi terbesar dan terpenting
dalam perekonomian nasional. Peran
penting sektor agribisnis saat ini adalah
kemampuannya dalam menyerap tenaga
kerja dan sebagian besar penduduk
Indonesia menggantungkan hidupnya pada
sektor agribisnis. Dengan demikian sektor
agribisnis merupakan sektor ekonomi
rakyat Indonesia yang menjadi tumpuan
kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat
dan merupakan syarat keharusan bagi
pemberdayaan ekonomi nasional (Triyanto,
2013),(Syahza, 2003).
Kabupaten Nganjuk dengan luas
wilayah 1,224.33 Km2 merupakansalah
satu kabupaten yang terletak di bagian barat
Propinsi Jawa Timur juga mengandalkan
sektor pertaniannya untuk meningkatkan
PDRB yang dimilikinya.
Mengandalkan sektor pertanian
karena daerah ini memilki areal sawah
cukup luas, 43,026 Ha. Dari areal itu
menghasilkanproduksi padi sebesar
5,442,640.72 Kw pada tahun 2012. Jumlah
ini secara kumulatif mengalami kenaikan
3.91 % di banding sebelumnya, 2011. Tidak
3. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 116
Petani menanam palawija untuk
mendapatkan hasil tambahan sehingga
hanya itu, untuk produksi jenis tanaman
sayuran khususnya bawang merah, palawija
pada tahun 2012 mampu membukukan
jumlah produksi sebesar 123,462.5 ton atau
naik 7.86 % dari tahun sebelumnya.
Sementara ini dari laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Nganjuk di tahun 2012
tercatat 6.68% dengan pendapatanper
kapitanya sebesar Rp. 10.113.717,30 atau
naik 11.10% dari tahun sebelumnya.
Perkembangan produktivitas itu secara
nyata memberikan kontribusi pada Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di tahun
2012 sebesar Rp 13.888.800,78 (dalam juta)
ada kenaikan dari tahun 2011 sebesar 12.87
%.. Tiga sektor ekonomi yang sangat
dominan di kabupaten ini kontribusinya,
yaitu sektor: perdagangan, hotel, dan
restoran (37.84%); pertanian (28.14%); dan
jasa-jasa (17.57%).
tren yang menarik sehingga mengambil
keputusan untuk melakukan penelitian
dengan analisisLocation Quotient (LQ).
Dasar formal yang membuat peneliti
mengambil tematik tersebut berpangkal
pada teori yang diungkapkan Rosyidi
(2006:107) menyatakan barang dan jasa
yang dihasilkan masyarakat terbagi dalam
11 sektor ekonomi, yakni, (a.) pertanian, (b)
pertambangan (c) industri (d) bangrunan,
(e) perdagangan (f) listrik, gas dan air
minum, (g) bank dan lembaga keuangan
lainnya (h) perhubungan dan
telekomunikasi, (i) pemerintahan dan
hankam (j) sewa rumah (k) sektor jasa-jasa
lainnya. Nilai-nalai pertumbuhan pada
produk sektoral itu menjadi indikator
keberhasilan pembanguna ekonomi melalui
pendekatan produktivitas secara nyata pada
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Dalam penelitian memfokuskan
Kacang
Tanah
1%
Ubi
Jalar
1%
Kedelai
6%
Kacang
Hijau
0%
pada komuditas palawija sebagai obyek
kajian. Tujuan penelitian secara umum
untuk mengidentifikasi palawija produk
unggulan. Sedangkan hasil penelitian ini
diharapkan bisa menjadi pertimbangan
pemerintah pada umumnya, terutama
K Pohon
30%
Jagung
62%
Pemkab Nganjuk dalam menyusun program
pembangunan ketahanan pangan dan
peningkatan pendapatan petani.
KAJIAN PUSTAKA
Komoditas unggulan: barang atau jasa
yang dihasilkan masyarakat melalui proses
Gambar 1: LQ Produksi Palawija 2009-2012
Kabupaten Nganjuk
Sumber: BPS Jatim 2013, diolah
Dari data dan fakta itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil tematik pada sektor pertanian,
khususnya palawija. Pemkab Nganjuk
menempatkan enam komoditas palawija
yang diunggulkan, yakni, Jagung, Ubi
Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, dan
Kedelai. Sedangkan palawija menurut BPS
Nganjuk (2012;143) diartikan sebagai
tanaman pangan skunder di luar padi,
Melihat data mentah sebelum dilakukan
pengolahan, untuk nama-nama komoditas
ini mulai tahun 2009-2012 menunjukkan
pemilihan dan pengembangan, memiliki
nilai lebih dibanding dengan produk lainnya
(Alian et.al, 2013). Peneliti memfokuskan
tentang pengertian komoditas unggulan
produk palawija. Untuk menentukan produk
atau komoditas ungulan, melalui proses
analisis metode location quatient(LQ).
Palawija: Semua tanaman produktif
berkarakter kering yang ditanam petani
pada diantara pergantian musm tanam padi.
palawija merupakan tanaman produktif ke
dua setelah padi. Petani mempersepsikan
palawija sebagai bahan makanan kedua
setelah padi. Tanaman ini banyak
dibudidayakan di tanah berkarakter kering
4. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 117
(Prihartono W & Suarna, 2012)(BPS
Nganjuk, 2012;143).Sedangkan palawija
menurut Jenis tanaman palawija, antara
lain, kacang tanah, ketela pohon, ubi jalar,
jagung, kacang hijau dan talas.
Kabupaten Nganjuk: Kabupaten Nganjuk
memiliki luas wilayah 1,224.33 Km2
merupakansalah satu kabupaten yang
terletak di bagian barat Propinsi Jawa
Timur juga mengandalkan sektor
pertaniannya untuk meningkatkan PDRB
yang dimilikinya.
Mengandalkan sektor pertanian
karena daerah ini memilki areal sawah
cukup luas, 43,026 Ha. Dari areal itu
menghasilkanproduksi padi sebesar
5,442,640.72 Kw pada tahun 2012. Jumlah
ini secara kumulatif mengalami kenaikan
3.91 % di banding sebelumnya, 2011. Tidak
hanya itu, untuk produksi jenis tanaman
sayuran khususnya bawang merah, palawija
pada tahun 2012 mampu membukukan
jumlah produksi sebesar 123,462.5 ton atau
naik 7.86 % dari tahun sebelumnya.
Sementara ini dari laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Nganjuk di tahun 2012
tercatat 6.68% dengan pendapatanper
kapitanya sebesar Rp. 10.113.717,30 atau
naik 11.10% dari tahun sebelumnya.
Perkembangan produktivitas itu secara
nyata memberikan kontribusi pada Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di tahun
2012 sebesar Rp 13.888.800,78 (dalam juta)
ada kenaikan dari tahun 2011 sebesar 12.87
%. Tiga sektor ekonomi yang sangat
dominan di kabupaten ini kontribusinya,
yaitu sektor: perdagangan, hotel, dan
restoran (37.84%); pertanian (28.14%); dan
jasa-jasa (17.57%).Produksi palawija tahun
2012 di kabupaten Nganjuk tercatat
3.614.451 kwintal (uraian lengkap pada tabel
1).
Dari data dan fakta itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil tematik pada sektor pertanian,
khususnya palawija. Pemkab Nganjuk
menempatkan enam komoditas palawija
yang diunggulkan, yakni, Jagung, Ubi
Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, dan
Kedelai. Melihat data mentah sebelum
dilakukan pengolahan, untuk nama-nama
komoditas ini mulai tahun 2009-2012
menunjukkan tren yang menarik sehingga
mengambil keputusan untuk melakukan
penelitian dengan analisis Location
Quotient(LQ)
Pembangunan Ekonomi
Menurut banyak ahli bahwa
pembangunan ekonomi diartikan kegiatan
suatu negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi, dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Seperti yang
diungkapkan oleh Sukirno (2011:447)
bahwa pembangunan ekonomi pada
dasarnya suatu usaha untuk mengubah
suatu perekonomian yang kurang maju,
sangat tradisional dan berpendapatan
rendah menjadi suatu perekonomian yang
modern mencapai taraf kemakmuran yang
tinggi.
Senada dengan yang diungkapkan
Arsyad (1999;11) bahwa pembangunan
ekonomi sebuah proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka
panjang disertai dengan perbaikan sistem
kelembagaan. Pendapatan riil per kapita
penduduk merupakan sebuah penerimaan
dan timbulnya perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat. Biasanya laju
pembangunan ekonomi diukur dengan
dengan menggunakan tingkat pertambahan
Gross Domestic Product/Gross National
Product (GDP/GNP).
Pembangunan ekonomi memiliki
tujuan inti adalah peningkatan ketersediaan
serta perluasan distribusi berbagai macam
kebutuhan hidup yang pokok, seperti
pangan, sandang, papan, kesehatan dan
perlindungan keamanan. Disamping itu
dalam rangka peningkatan standar hidup.
Peningkatan ini bukan hanya berupa
peningkatan pendapatan, tetapi juga
meliputi penambahan penyediaan lapangan
kerja, peningkatan kualitas pendidikan,
peningkatan perhatian atas nilai kultural
dan kemanusiaan sehingga dapat
memperbaiki kesejahteraan materiil dan
harga diri masyarakat (Todaro & Smith,
2004:28).
Pertumbuhan Ekonomi
5. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 118
Pertumbuhan ekonomi memiliki
standar materi kehidupan telah meningkat
secara mengesankan sepanjang waktu
bagian sebagian besar keluarga di banyak
negara. Perkembangan standar materi ini
bersasal dari meningkatnya pendapatan
secara terus menerus, yang memungkinkan
orang mengonsumsi jumlah barang dan jasa
yang lebih banyak dengn beragam jenisnya
(Mankiw, 2007:182).
Untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi, para ekonom banyak
menggunakan pembandingan data produk
domestik bruto (GDB) dari tahun yang
dihitung dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan Arsyad (1999:13)
menambahkan bahwa pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan
GDP/GNP tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau
apakah perubahan struktur ekonomi terjadi
atau tidak. Namun demikian untuk
membanding perubahan pertumbuhan
pendapatan pada dua faktor, yaitu (1)
perubahan tingkat ekonomi (2) perubahan
harga-harga barang dan jasa menurut harga
berlaku pada tahun yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau
wilayah antara lain Tanah dan Kekayaan
Alam Lainnya. Kekayaan alam meliputi
luas dan kesuburannya, keadaan iklim dan
cuaca. Kekayaan alam akan mempermudah
usaha untuk mengembangkan
perekonomian terutama pada masa-masa
permulaan dari proses pertumbuhan
ekonomi (Sukirno, 2011:429).
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) adalah komponen makroekonomi
untuk melihat keberhasilan pembangunan
ekonomi untuk wilayah regional. Untuk
menghitung Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu: PDRB melalui
pendekatan produksi yang menghitung
jumlah produksi barang dan jasa potensial
yang dihasilkan suatu wilayah regional
dalam durasi satu tahun. PDRB melalui
Pendekatan Pendapatan, menghitung
pendapatan dari balasa jasa yang diterima
masyarakat berupa, gaji/upah, bunga bersih
jasa perbankan, jasa sewa, dan keuntungan
usaha di wilayah regional durasi waktu satu
tahun. PDRB melalui pendekatan
Pengeluaran Menghitung kegiatan
pengeluaran yang dilakukan masyarakat
berupa konsumsi total, kegiatan penanaman
usaha atau dan tabungan, pemerintah
regional, dan kegiatan ekspor dan impor di
wilayah regional dalam durasi waktu satu
tahun.
Teori Basis Ekonomi
Berdasarkan Teori basis ekonomi
bahwafaktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
langsung dengan permintaan akan barang
dan jasa dari luar
daerah.(Prishandoyo;2008)
Dalam teori basis ekonomi
(economic base) bahwa semua wilayah
merupakan sebuah sistem sosio-ekonomi
yang terpadu. Teori inilah yang mendasari
pemikiran teknik location quotient,yaitu
teknik yang membantu dalam menentukan
kapasitas ekspor perekonomian daerah dan
derajat keswasembada (Self-sufficiency)
suatu sektor. Konsep dasar teori basis
ekonomi membagi perekonomian menjadi
dua sektor yaitu: a. Sektor-sektor basis
adalah sektor-sektor yang mengekspor
barang-barang dan jasa ke tempat di luar
batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. b. Sektor-sektor bukan basis
adalah sektor-sektor yang menjadikan
barang-barang yang dibutuhkan oleh orang
yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
analisis Location Quatient (LQ). Metode ini
beroperasi berdasar pada teori ekonomi
basis yang digunakan untuk menganalisis
sektor potensial yang ada dalam lingkup
perekonomian daerah. Dalam metode
analisis ini kegiatan ekonomi daerah dibagi
tiga golongan atau karakter, yaitu:
1. Industri basic dengan nilai (>1) adalah
6. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 119
kegiatan ekonomi atau industri yang
melayani pasar daerah itu sendiri
maupun di luar daerahnya.
2. Swasembada (= 1) kegiatan ekonomi
atau industri yang hasilnya mampu
melayani kebutuhan diri sendiri.
3. Industri non basic atau industri lokal
(<1) , adalah kegiatan ekonomi atau
industri yang hasilnya belum dapat
mememenuhi daerah itu sendiri dan
harus mendatangkan dari daerah lain.
Setiap metode analisis terdapat kelebihan
dan keterbatasan.Demikian juga dengan
metode LQ. Metode ini dalam menganalisis
komoditas unggulan dapat dilakukan
dengan sederhana, bisa menggungakan
perangkat lunak (Mikrosoft Excel) atau
juga dengan penghitungan manual. Ini
terkondisi karena penerapan penetuan
karakter dengan rumus matematika yang
sederhana. Keuntungan lainnyadari data
historik (time series) hasilnya bisa
digunakan untuk mengetahui trend yang
sedang berlangsung.Keterbatasan metode
LQ antara lain diperlukan akurasi data
untuk mendapatkan hasil yang valid.
(Rusastra dkk, 2000).
FormulaLocation Quatient (LQ) adalah:
LQ =
/
/
Keterangan:
yi : Produktivitas komoditas palawija
Kabupaten Nganjuk
yt : Produktivitas komoditas palawija
total Kabupaten Nganjuk
Yi : Produktivitas komoditas palawija
Propinsi Jatim
Analisis Data
Memasukan data serie produktivitas
palawija selama 4 tahunkedalam
spreadsheet software Microsoft Office
Excell. Kolom diisi dengan nama jenis
tanaman palawija yaitu jagung, kacang
hijau, kacang tanah, kedelai, ubi jalar dan
ubi kayu. Produktivitas masing-masing
jenis tanaman tersebut di tingkat kabupaten
Yt : Produktivitas komoditas palawija
total Propinsi Jatim
Pengumpulan data penelitian
melalui metode penelitian pustaka (Library
Research Method) dan dokumentasi.
Metode penelitian pustaka, mengenai teori-
teori, defenisi, atau pengertian serta
referensi dari literatur-literatur serta artikel
jurnal ilmiah yang dianggap erat kaitannya
dengan masalah yang dibahas.
Dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan melelui
pengumpulan informasi atau menelaah
dokumen dan laporan yang dalam hal ini
merupakan data sekunder yang berkaitan
dengan objek penelitian.
Data merupakan semua hasil
observasi atau pengukuran untuk keperluan
untuk analisis desain penelitian deskriptif,
yaitu penyajian dan penyusunan data ke
dalam tabel-tabel dalam bentuk pemaparan
kontekstual terhadap masalah yang diteliti
untuk dianalisis.
Sumber data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang digunakan untuk mendukung
kelengkapan dalam penelitan maupun
analisis data merupakan data yang telah
diolah oleh pihak lain dalam hal ini adalah
pemerintah, data dari instansi-instansi
terkait, berupa data statistik dan informasi
tertulis lainnya, yang berkaitan dengan
produktivitas palawija di Kabupaten
Nganjuk mulai 2009-2012.
Sumber data tersebut diperoleh dari :
1. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Nganjuk.
2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Propinsi Jawa Timur
3. Kantor BAPPEDA Kabupaten Nganjuk
4. Dan sumber lain yang relevan.
Nganjuk dan Propinsi Jatim pada tahun
2009 hingga 2012, serta membuat kolom
LQ dalam tiap tahun ( 2009 – 2012)
Menjumlahkan komoditas palawija di
Kabupaten Nganjuk dan Propinsi Jatim
Menjumlahkan produktivitas suatu jenis
tanaman palawija Kabupaten Nganjuk
setiap tahunnya lalu diberi notasiyi.
Selanjutnya menjumlahkan produktivitas
seluruh komoditas palawija di kabupaten
7. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 115
Nganjuk dan diberi notasi yt. Selanjutnya
menjumlahkan produktivitas suatu jenis
tanaman palawija seluruh Jatim (propinsi)
tiap tahunnya lalu diberi notasi YI.
Selanjutnya menjumlahkan produktivitas
seluruh komoditas palawija Propinsi Jatim
dan hasilnya diberi notasi YT.
Menghitung LQ
Langkah terakhir dalam tahapan ini dengan
mencari nilai LQ melalui formula sebagai
berikut:
LQ =
/
/
Contoh aplikasi
Produktivitas jagung tahun X di Kab.
Nganjuk/Total produktivitas Seluruh
Palawija di Kab Nganjuk.
Produktivitas jagung prop. Jatim/ Total
Produktivitas Seluruh Palawija Prop Jatim
Interpretasi nilai LQ
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga
kriteria yaitu:
a. LQ>1 : komoditas palawija ini menjadi
basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas tersebut tidak hanya dapat
memenuhi kebutuhan di Kabupaten
Nganjuk tetapi juga dapat didistribusikan
ke kabupaten/kota provinsi wilayah lainya.
b. LQ=1 : komoditas perkebunan ini
tergolong non basis. Komoditas tersebut
hanya cukup memenuhi kebutuhan di
kabupaten sendiri dan tidak dapat
idistribusikan ke kabupaten/kota provinsi
wilayah lainya.
c. LQ<1 : komoditas perkebunan ini juga
tergolong non basis. Produksi komoditas
tersebut di Kabupaten Nganjuk tidak dapat
memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga
perlu pasokan dari provinsi lainnya
PEMBAHASAN
Melihat hasil perhitungan pertumbuhan 6
komoditas palawija di Kabupaten Nganjuk
rata-rata menunjukkan angka yang maju
dibandingkan dengan produktivitas untuk
komoditas yang sama dalam skala wilayah
propinsi Jawa Timur.
Untuk komoditas jagung dari tahun ke
tahun selalu mengungguli total
produktivitas tingkat propinsi Jawa
Timur(Jatim). Pada tahun 2009
produktivitasnya 68,47 sementara propinsi
Jatim 40,67, pada tahun 2010 , Nganjuk
(68,67) propinsi Jatim (44,42), tahun
2011 Nganjuk (63,42) propinsi Jatim
(45,21), tahun 2011 Nganjuk (67,65)
propinsi Jatim (51,08.
Untuk komoditas ubi kayu angka
produktivitas di Kabupaten Nganjuk tidak
seperti jagung yang terus mengalami
kenaikan, tapi masih menunjukkan angka
yang besar meski sejak tahun 2010
Tabel 1:
LQ Produktivitas Palawija Kabupaten Nganjuk Dan Propinsi Jawa Timur
Komoditas
Produktivitas 2009 Produktivitas 2010 Produktivitas 2011 Produktivitas 2012
Kab.
Nganjuk
Prop
Jatim
Kab.
Nganjuk
Prop
Jatim
Kab.
Nganjuk
Prop
Jatim
Kab.
Nganjuk
Prop
Jatim
Jagung 68,47 40,67 68,67 44,42 63,42 45,21 67,65 51,08
Ubi Kayu 180,02 155,30 173,32 194,89 185,29 202,20 192,96 223,50
Ubi Jalar 117,81 100,36 110,90 94,19 109,32 153,45 167,03 288,81
Kacang Tanah 35,66 11,99 33,92 12,04 27,07 12,82 21,78 13,07
Kedelai 17,22 13,42 18,16 13,75 14,04 14,52 18,54 16,39
Kacang Hijau 12,03 11,68 9,11 11,77 14,27 11,71 12,18 11,95
Total 431,21 333,42 414,08 371,06 413,41 439,91 480,14 604,8
Sumber: BPS Jatim 2013, diolah
8. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 116
mengalami penurunan tingkat produksi.
Produktivitas ubi kayu tahun 2009
Nganjuk mencatatkan angka 180,02,
sedangkan angka produktivitas propinsi
Jatim 155,30, pada tahun 2010 Nganjuk
(173,32) propinsi Jatim (194,89), pada
2011 Nganjuk (185,29) propinsi Jatim
(202,20), pada tahun 2012 (192,96)
propinsi Jatim (223,50). Sama halnya
dengan ubi kayu, untuk ubi jalar
produtivitas Nganjuk sejak 2009 terus
surplus dibanding dengan produktivitas
propinsi Jatim, namun sejak tahun 2012
status surplus patah karena tingkat
produktivitasnya menurun di bawah
produktivitas propinsi Jatim. Tahun 2009
Nganjuk (117,81), propinsi Jatim (100,36),
tahun 2010 Nganjuk (110, 90) propinsi
Jatim (94,19), tahun 2011 Nganjuk
(109,32) propinsi Jatim (153,45), pada
tahun 2012 Nganjuk (167,03) propinsi
Jatim (288,81).
Berbeda dengan kacang tanah tingkat
produksinya menunjukkan nilai absolut
dibanding dengan produktivitas propinsi
Jatim. Artinya nilai produktivitas kacang
tanah Nganjuk selalu berada diatas
produktivitas propinsi Jatim, meskipun
menunjukkan tren angka menurun. Tahun
2009 Nganjuk (35,66) propinsi Jatim
(11,99), tahun 2010 Nganjuk (33,95)
propinsi Jatim (12,04), tahun 2011
Nganjuk (27,07) propinsi Jatim (12,82),
sedangkan tahun 2012 Nganjuk (21,78)
propinsi Jatim (13,07).
Komoditas kedelai juga menunjukkan
tingkat produktivitas yang meyakinkan
meskipun sempat mangalami penurunan
pada tahun 2011 namun produktivitas
kedelai tahun 2012 kembali naik
mengungguli propinsi Jatim. Produktivitas
tahun 2009 Nganjuk (17,22) propinsi Jatim
(13,42), tahun 2010 Nganjuk (18,16)
propinsi Jatim (13,75), tahun 2011
Nganjuk (14,04) propinsi Jatim (14,52),
tahun 2012 Ngannuk (18,54) propinsi
Jatim (16,39).
Produktivitas kacang hijau mengalami
problem sama dengan komoditas lainnya,
dengan gejala sempat menurun tingkat
produktivitasnya. Ini terjadi pada 2010,
namun setelah itu kembali mengungguli
total produktivitas kacang hijau propinsi
Jatim. Tahun 2009 Nganjuk (12,03)
propinsi Jatim (11,68), tahun 2010
Nganjuk (9,11) propinsi Jatim (11,77),
tahun 2011 Nganjuk (14,27) propinsi Jatim
(11,71), tahun 2012 Nganjuk (12,18)
propinsi Jatim (11,95).
Secara kumulatif LQ produktivitas
palawija Nganjuk sejak tahun 2011-2011
mengalami penurunan tingkat
700
600
500
400
300
200
100
0
LQ Produktivitas Palawija
Nganjuk Prop Jatim Nganjuk Prop Jatim Nganjuk Prop Jatim Nganjuk Prop Jatim
Produktivitas 2009 Produktivitas 2010 Produktivitas 2011 Produktivitas 2012
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah
Kedelai Kacang Hijau Total
Gambar 2: LQ Produktivitas Palawija 2009-2012
Kabupaten Nganjuk Dan Propinsi Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim 2013, diolah
9. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 117
Tabel 2
LQ Tanaman Palawija Kabupaten Nganjuk 2009-2012
Komoditas LQ LQ LQ LQ
2009 Karakter 2010 Karakter 2011 Karakter 2012 Karakter
Jagung 1,3 Basic 1,38 Basic 1,5 Basic 1,75 Basic
Ubi Kayu 0,89 Non- Basic 0,79 Non-basic 0,97 Non-basic 1.08 Basic
Ubi jalar 0,9 Non-basic 1,05 Basic 0,75 Non-basic 0,72 Non-basic
Kacang tanah 2,34 Basic 0,28 Non-basic 2,24 Basic 2,14 Basic
Kedelai 0,97 Non-basic 1,06 Basic 1 Swasembada 1,4 Basic
Kacang hijau 0,77 Non-basic 0,70 Non-basic 0,84 Non-basic 1,31 Basic
Sumber: BPS Jatim 2013, diolah
produktivitas secara kumulatif se propinsi
Jatim (lihat gambar 2).
Sedangkan dari hasil penghitungan
melalui formula Location Quotient (LQ)
pada enam komoditas unggulan di
Kabupaten Nganjuk jagung stabil menjadi
komoditas basic, artinya tidak berubah-
ubah. Sementara untuk komoditas lain
terjadi fluktuasi karakter yang artinya nilai
LQ mengalami kenaikan dari batasan >1
yang menjadi batasan karakter LQ, seperti
ubi kayu, ubi jalar, kedelai, yang artinya
mengalami kenaikan jumlah produktivitas.
Sejumlah komoditas unggulan itu
terdapat peningkatan produktivitas yang
potensial untuk dikembangkan adalah
kacang hijau yang dilihat dari nilai
karakter mengalami kenaikan LQ 0,77
(2009), LQ 0,70 (2010), LQ 0,84 (2011)
dan menjadi karakter basik dengan nilai
LQ 1,31 pada tahun LQ 2012.
Hal yang patut dicermati dari
pengidentifikasian karakter tersebut diatas,
adalah komoditas kedelai, ternyata Pemkab
Nganjuk mampu mempertahankan
produktivitasnya menjadi produk potensial
untuk dikembangkan dari hasil
penghitungan LQ berkarakter prospektif
yakni swasembada (2009), naik menjadi
basic (2010), turun status pada karakter
swasembada (2011) dan terakhir kembali
pada posisi basic pada tahun 2012. Artinya
bahwa di wilayah Kabupaten Nganjuk
tidak pernah mengalami defisit kedelai.
Petani setempat bisa memenuhi kebutuhan
pasarnya sendiri bahkan kemudian mampu
memberi kontribusi terhadap pasar di luar
daerah pada tahun 2010 dan 2012.
Komoditas kacang tanah
mengalami kenaikan karakter dari non-
basic (2009-2010) kemudian menempati
posisi basic pada tahun berikutnya (2011-
2012). Trend positif ini bisa diartikan
produktivitas petani palawija mengalami
kenaikan, dari kondisi kekurangan pada
tingkat kebutuhan pasar berubah menjadi
surplus dan mampu memberi kontribusi
kepada pemenuhan kebutuhan pasar di luar
daerah Kabupaten Nganjuk.
IMPLIKASI
Melihat hasil dari perhitungan LQ yang
dilakukan peneliti dari enam komoditas
yang diunggulkan Pemkab Nganjuk,
bahwa jagung, kedelai, dan kacang tanah
tergolong memiliki karakter basic. Artinya
untuk jenis komoditas tersebut, hasilnya
bisa didistribusikan ke kota di luar
kabupaten Nganjuk. Komoditas jagung,
kedelai dan kacang tanah menjadi produk
yang bisa diunggulkan masyarakat
Nganjuk.
Sedangkan komoditas, Ubi Kayu dan Ubi
Jalar, fluktuatif dari karakter basic dan
non-basic yang artinya tidak tetap hasilnya
bisa didistribusikan ke luar wilayah
Nganjuk, tapi hanya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di Nganjuk sendiri.
Tidak tergolong menjadi produk unggulan
masyarakat Nganjuk.
Melalui hasil tersebut, peneliti
menyarankan kepada Pemkab Nganjuk
dalam hal ini dinas terkait dalam
menentukan kebijakan di sektor pertanian
harus memprioritaskan jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau
10. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 118
sehingga dapat menempatkan pada posisi
karakter basic, artinya, produk unggulan
itu bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal
dan kebutuhan pasar di luar daerah
Nganjuk,
Pemkab Nganjuk melalui dinas terkait
perlu memberi perhatian ekstra terhadap
komoditas palawija jenis kedelai yang
dalam perhitungan LQ menunjukkan
karakter swasembada dan basic agar
mengalami kenaikan pada tingkat
produktivitas tinggi, pasalnya, kedelai
menjadi persoalan nasional menginggat
selalu terjadi defisit pasar yang memaksa
pemerintah pusat melakukan impor untuk
mencukupi kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alian, M. R., & Ciptomulyono, U. (2013).
Penentuan Dan Pengembangan
Komoditas Unggulan Klaster
Agroindustri Dalam Penguatan Sistem
Inovasi Daerah Kabupaten Malang.
Arsyad, Lincolin (1999) Ekonomi
Pembangunan, STIE YKPN,
Yogyakarta.
Arifin, A. (2014). Analisis Keunggulan
Produk Kerajinan Rambut di Desa
Karang Banjar Kecamatan Bojongsari,
Purbalingga, 2007 (Pendekatan
RevealedComparative Advantage
(RCA) dan Sustainable Competitive
Advantage (SCA)). EKO-REGIONAL,
3(1).
Artati Khanisa, Fatma, 2012, Analisis
Pendapatan Petani Tembakau Di Desa
Menggoro Kecamatan Tembarak
Kabupaten Temanggung. Laporan
Penelitian. Tidak dipublikasikan
Aziz, Abdul, dkk (2012), Analisis Sektor
Unggulan dan Perkembangan Ekonomi
Kabupaten Lamongan, Jurnal Ekonomi
dan Studi Pembangunan, Vol. 4, No 2,
November 2012
Erika, Rita dkk, (2013), analisis sektor-
sektor ekonom dalam rangka
pengembangan kebijakanpembangunan
ekonomi kota kediri, Vol. 5, No 1,
November 2013
Daryanto, A. (2004). Keunggulan Daya
Saing dan Teknik Identifikasi
Komoditas Unggulan Dalam
Mengembangkan Potensi Ekonomi
Regional. J Agrimedia, 9(2), 51-62.
Gadang, Dimas , 2011, Analisis Peranan
Sektor PertanianTerhadap
Perekonomian Jawa Tengah
(Pendekatan Analisis Input-Output),
Undip Semarang, Laporan Penelitian
Kuncoro, Mudrajad (2006), Ekonomika
Pembangunan, Teori, Masalah, dan
Kebijakan, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta
Anonim (2013) Kabupaten Nganjuk Dalam
Angka 2013, Badan Pusat Statistis
Kabupaten Nganjuk, Nganjuk.
Manzaliati, Asfi, dkk, 2012, Telaah Kritis
Pembiayaan Agribisnis Pada Kontak
Tani, Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Vol. 4, No 2, November
2012
Mankiw, N. Gregory (2007),
Makroekonomi, Teori Pengantar, PT
Erlangga, Surabaya
Prihartono, W., & Suarna, N. (2012).
Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis Untuk Meningkatkan
Produksi Palawija Pada Wilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten
Indramayu. Jurnal Ict, 1(2).
Prishardoyo, Bambang (2008), Analisis
Tingkat Pertumbuhan dan Potensi
Ekonomi Terhadap Produk Domestik
Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun
2000-2005, Jejak Volume 1, Nomor 1,
September 2008.
Anonim (2013) Propinsi Jawa Timur
dalam Angka 2013, Badan Pusat
Statistik Jawa Timur, Surabaya
Yulianta, Ana (2007) Analisis Sektor
Unggulan Dan Pengeluaran
Pemerintah Di Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Hal. 70-85.
Rosyidi, Suherman (2006), Pengantar
Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada
Ekonomi Makro dan Mikro Ekonomi,PT
Rajawali Press, Jakarta.
Triyanto, Citra Agung & Hardinto, Prih,
2013, Analisis Produktivitas Sektor
Pertanian Komoditi Tanaman Padi
Berbasis Agribisnis Dalam Peningkatan
11. Jutnal Riset ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014 119
Ekonomi. (Studi Kasus di Desa Jati
Tengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten
Blitar),Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Vol. 5, No 1,
November 2013
Gustiana,2013,http://ilmuandinformasi.blog
spot.com/2013/06/teori
pendapatan.html.
LaporanKaryaIlmiah.Tidak
dipublikasikan. download pada 16 Mei
2014, Pukul 18.14 WIB.
Republika Online (2014)
http://www.republika.co.id/berita/intern
asional/global/15/02/03/nj6zyh-
sektorpertanian-buat-angka-
pengangguran-thailand-terendah-di-
dunia. Browsing pukul 12.28, Jumat,16
Mei 2014.
Sukirno, Sadono (2011), Makro Ekonomi,
Teori Pengantar, PT Rajawali Press,
Jakarta
Sanusi, Anwar (2012), Metodologi
Penelitian Bisnis, Salemba Empat,
Jakarta
Syahza, A. (2003). Paradigma Baru
Pemasaran Produk Pertanian Berbasis
Agribisnis di Daerah Riau. Jurnal
Ekonomi, 33-42.
Todaro, Michael P., & Smith, Stephen C
(2004), Pembangunan Ekonomi Di
Dunia Ketiga, PT Gelora Aksara
Pratama, Jakarta