disparitas = ketimpangan wilayah. artinya ada satu wilayah yang maju banget, ada yang kurang. ketimpangan ini bisa dilihat dari indeks williamson-nya. dapet nilainya dari perhitungan pdrb gitu
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Perkembangan klaster industri digambarkan sebagai suatu siklus hidup klaster industri. Siklus hidup klaster merupakan sesuatu hal yang mulai menjadi prioritas untuk dipelajari saat ini (Bergman, 2008). Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari dinamika klaster dengan tujuan mencari bagaimana bentuk siklus hidup klaster (Maskell & Kebir, 2005). Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan identifikasi karakteristik serta kebijakan dan strategi yang diberikan dalam tiap tahapan perkembangan klaster. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mempelajari kondisi nyata yang terjadi pada klaster yang telah dikembangkan. Hal itu dilakukan untuk menjawab mengapa klaster-klaster dengan kondisi awal yang sama ketika terbentuk, tetapi hasil perkembangannya dapat jauh berbeda (Bergman, 2008). Kemungkinan hasil perkembangan yang dapat terjadi yaitu terdapat klaster yang berkembang dengan pesat sedangkan lainnya justru mengalami penurunan kinerja bahkan dapat mengalami kegagalan.
Penelitian untuk mengidentifikasi siklus hidup klaster telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda ((Swann, 2002); (Brenner, 2004); (Maskell & Kebir, 2005); (Bergman, 2008); (Menzel & Fornahl, 2009)). Brenner (2004) mengemukakan teori klaster serta teori siklus hidup klaster secara lengkap setelah melakukan identifikasi menyeluruh pada keseluruhan tahapan siklus hidup mulai dari entry, exit dan growth. Penelitian tersebut disempurnakan oleh Menzel (2009). Dalam penelitiannya, Menzel (2009) menggunakan pendekatan knowledge-based dalam menganalisa siklus hidup klaster. Penelitian tersebut berhasil menemukan penjelasan mengapa siklus hidup klaster berbeda dengan siklus hidup industri serta menemukan kemungkinan adanya tahap renewal setelah klaster mengalami tahap decline atau lock-in.
Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan tersebut menggunakan obyek yaitu spontaneus cluster yang berada pada negara maju. Sedangkan penelitian tentang siklus hidup pada government driven cluster (klaster inisiasi pemerintah) yang biasanya banyak terdapat pada negara berkembang, masih sedikit dilakukan.
Telah diketahui bahwa klaster Industri di Indonesia secara dominan merupakan hasil inisiasi pemerintah (Depperin, 2008). Klaster industri telah menjadi suatu kebijakan pemerintah Indonesia dengan tujuan memperkuat struktur industri Indonesia semenjak tahun 2005 (Depperin, 2007). Tetapi dalam perkembangannya masih belum menunjukkan hasil positif yang signifikan memperkuat struktur industri.Dalam makalah ini penulis membahas tentang Klaster Industri dan Aglomerasi serta study kasus terkait Klaster dan Aglomerasi serta keterkaitan antara Klaster dan Aglomerasi dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Perkembangan klaster industri digambarkan sebagai suatu siklus hidup klaster industri. Siklus hidup klaster merupakan sesuatu hal yang mulai menjadi prioritas untuk dipelajari saat ini (Bergman, 2008). Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari dinamika klaster dengan tujuan mencari bagaimana bentuk siklus hidup klaster (Maskell & Kebir, 2005). Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan identifikasi karakteristik serta kebijakan dan strategi yang diberikan dalam tiap tahapan perkembangan klaster. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mempelajari kondisi nyata yang terjadi pada klaster yang telah dikembangkan. Hal itu dilakukan untuk menjawab mengapa klaster-klaster dengan kondisi awal yang sama ketika terbentuk, tetapi hasil perkembangannya dapat jauh berbeda (Bergman, 2008). Kemungkinan hasil perkembangan yang dapat terjadi yaitu terdapat klaster yang berkembang dengan pesat sedangkan lainnya justru mengalami penurunan kinerja bahkan dapat mengalami kegagalan.
Penelitian untuk mengidentifikasi siklus hidup klaster telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda ((Swann, 2002); (Brenner, 2004); (Maskell & Kebir, 2005); (Bergman, 2008); (Menzel & Fornahl, 2009)). Brenner (2004) mengemukakan teori klaster serta teori siklus hidup klaster secara lengkap setelah melakukan identifikasi menyeluruh pada keseluruhan tahapan siklus hidup mulai dari entry, exit dan growth. Penelitian tersebut disempurnakan oleh Menzel (2009). Dalam penelitiannya, Menzel (2009) menggunakan pendekatan knowledge-based dalam menganalisa siklus hidup klaster. Penelitian tersebut berhasil menemukan penjelasan mengapa siklus hidup klaster berbeda dengan siklus hidup industri serta menemukan kemungkinan adanya tahap renewal setelah klaster mengalami tahap decline atau lock-in.
Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan tersebut menggunakan obyek yaitu spontaneus cluster yang berada pada negara maju. Sedangkan penelitian tentang siklus hidup pada government driven cluster (klaster inisiasi pemerintah) yang biasanya banyak terdapat pada negara berkembang, masih sedikit dilakukan.
Telah diketahui bahwa klaster Industri di Indonesia secara dominan merupakan hasil inisiasi pemerintah (Depperin, 2008). Klaster industri telah menjadi suatu kebijakan pemerintah Indonesia dengan tujuan memperkuat struktur industri Indonesia semenjak tahun 2005 (Depperin, 2007). Tetapi dalam perkembangannya masih belum menunjukkan hasil positif yang signifikan memperkuat struktur industri.Dalam makalah ini penulis membahas tentang Klaster Industri dan Aglomerasi serta study kasus terkait Klaster dan Aglomerasi serta keterkaitan antara Klaster dan Aglomerasi dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Wonogiri Strategic Economy Development Acceleration Plan (Final Report of Regional Development Class Planning Studio at Master Program of Regional and Urban Development, Diponegoro University, 2017)
melihat kondisi ekonomi kabupaten banjarnegara secara agregat (keseluruhan) dan secara intra. secara agregat artinya dari sudut pandang jawa tengah, secara intra artinya dari sudut pandang per kecamatan dalam kabupaten itu.
*by: Hanifah Cindy Pratiwi dari Kuningan + Novi Yanti dari Kebumen (tapi punya darah sunda juga) + Tegar Satriani dari Purwodadi) + me
Tugasnya menilai kinerja perekonomian dari suatu daerah/kota. Menilainya dari banyak hal misalnya spek perkembangan PDRB, pertumbuhan ekonomi, komposisi sector PDRB, perkembangan inflasi yang terjadi, dan perkembangan APBD; (habis copas dari laporan). Terus dari data-data itu, informasi itu, dibaca makna/arti kejadian yang menimbulkan angka-angka itu. Diinterpretasikan, disimpulkan. Begitulah. Beruntung banget aku sekelompok sama Mbak Sari ohohohoo. Selamat Belajar !
Semester 6.
PEMBANGUNAN IPAL SENTRA PENGASAPAN IKAN
DI DESA WONOSARI KECAMATAN BONANG
Tugasnya mencari tahu input ouput outcome sama goal.
"output", "outcome", sama "goal" miripan tapi beda.
Intinya mengevaluasi apakah suatu proyek/pekerjaan sudah benar2 memenuhi tujuannya atau blm, dilihat dari beberapa variabel/kriteria.
Kami sempat sok-sok-an jadi IPA lagi pake termometer gelas ukur sama kertas (apasihya namanya) untuk tes pH air limbah.
Bau banget coy airnya untung yang ngambil sample-nya bukan eyke tapi hafis sama aul wakwaw.
Kami ketemu sama Pak Juyamin, motor dan pelopor di Sentra tsb. keren deh bapake. ntap. salut.
Kami ngerjainnya manipulasi dikit2 tapi nilai kita A dooong hahaayy!
Studio Perancangan dan Pembangunan Kota. Semester 6. Studio ini temanya kawasan pertumbuhan baru. Nah, angkatan kami, ngambil kawasannya ini di focus area (perencanaan kota). Dari sini, diambil 30 hektar aja. Disini disebutkan kelompok meso. Terus satu kelompok dibagi 3, masing-masing kira-kira 10 hektar, yang kemudian namanya kelompok mikro. Mikro-messo-makro harus sinkron, dari konsep desain dan parameternya.
Terus yaudah dicari titik masalahnya apa, bisa diselesaikan pake konsep apa, indikatornya apa, bentuk indikatornya dalam desain gimana. Terus itu semua, rancangan desain kawasan dihitung biayanya. Mulai dari pra-konstruksi sampe pasca-konstruksi. Karena ngga mungkin pemerintah bangun sendirian karena ngga punya uang, pasti kita buat kerjasama, kan, biasanya dengan swasta. Bentuk kerjasamanya apa?
lots of love for :
Ahmad Dayrobi [Lubuk Linggau, Sumatera Selatan], Bayu Rizqi [Pati, Jawa Tengah], akuu, Kiki Andriani [Muara Enim, Sumatera Selatan], Nafisah Anas [Kalianda, Lampung Selatan], Intan Hasiani Pasaribu [Medan, Sumatera Utara], Dhita Mey Diana Kusuma [Ungaran, Jawa Tengah], Intan Hapsari Hasmantika [Semarang, Jawa Tengah], Nurul Almira [Semarang, Jawa Tengah], Arief Adhika Pratama [Tangerang Selatan], Aqib Abdul Aziz [Medan, Sumatera Utara].
Weblog Studio Perancangan dan Pembangunan Kota semester 6. Weblog adalah media utk mengomunikasikan hasil perancangan kami jd kita di media weblog halah. Jadi yg ahli blog desain macem2 ditaruh disini. di kelompokku Nafisah juragannya
Artikel Jurnal dari tugas Studio Perancangan dan Pembangunan Kota semester 6. jadi hasil tugas kami dijadiin jurnal artikel gitu yg isinya lebih singkat padat jelas. ini ngeditnya manual bgt ya pake nambal pake shape segala tolong tolong karena kurangnya pengetahuan mainan ms.word ini. nangis2 ini nggarap sama ngumpulinnya.
btw di seri studio rancang ini nomor 2 itu isinya gambar (jpeg) 2D,
nomor 3 nya gambar (jpeg) 3D,
nomor 4 nya Gambar detail 3D (jpeg)
nomor 5 nya banner (jpeg).
kalp jpeg ga bs di aplod di slideshare harus file doc atau pdf.
pan kapan deh aku jadiin pdf terus aku aplodin ya. etapi udah ada di laporan jg si.
semester 6. ini adalah tugas matkul perumahan dan permukiman.
Ini tugasnya intinya nyariin desain perumahan yang layak buat masyarakat yang belum punya rumah sendiri. Lokasi dimana (udah dipatok maksimal 10 km dari UNDIP), rumahnya tipe berapa, denahnya (siteplan) gimana, buat bayarnya nyicil berapa tahun dan sebulannya berapa. Disini jumlah yang harus dibayarin per bulan itu harus tidak lebih dari 30% dari pemasukan perbulannya. Kalo sama biaya transport, ga boleh lebih dari 40%, gitu-gitu.
Perkim Kelompok 4:
Mazaya Ghaizani Nadiantika
Dhanna Prasetya Nusantara
Muhammad Hafidz Satria Pratama
Reksa Istiana
Yonika Evidonta Meilala Boru Sembiring
Aku.
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
Laporan MKP Perenc Infras buat UTS
Rencana Optimalisasi Kinerja BRT tugas mata kuliah pilihan perencanaan infrastruktur transportasi perkotaan
yang ini masih ada revisi tp yg versi revisian aku blm punyaa.
i didnt do much here tho
SEMESTER 4. Studio 1 (Studio Proses Perencanaan)
studio proses perencanaan isinya ttg memahami profil wilayah secara komprehensip alias dari berbagai sisiiii.
wilstudnya regionalisasi Weleri Raya di Kabupaten Kendal
dari sini dibandingin antara ekspektasi sama realitas (bukan lelucon), dimana ketika kedua hal itu tdk sama berarti ada masalah. masalahnya lalu distrukturkan, dikelompokkan, dan dikasih bobot mana masalah prioritas 1, 2, 3, yang harus diselesaikan duluw
Dosennya Pak Jawoto yang baiiik bgttt
disini kita sangat diajari tentang BERPROSES.
SEMESTER 5. ini propteknya studio perencanaan wilstud regionalisasi Kendal Raya
proptek tu isinya "gimana caranya kita bakal nyari data dan ngerjain tugas ini" gitu
memuat hal-hal teknis deh, ttg desain survey istilahnya
SEMESTER 5. PPT buat Presentasi Final Studio Perencanaan bareng sama kelas A di ruang teater. Layout by Teh Sally. Pas presentasi, poster dan x-banner dipasang di depan. PWK FT UNDIP Semarang 2015 angkatan 2013.
Studio 1 belajar ttg memahami profil wilayah, dari situ bisa ditarik garis besar permasalahan utama di swatu wilayah. Nah di studio 2 ini, diselesaikan masalahnya. Jadi wilstudnya ya sama. Cari data juga, cuma data yg buat perencanaan ini lebih dalam, kalo yg di studio 1 kan kaya secara umum aja gituw. Jadi yg studio 2 ini nentuin dulu mau direncanain kaya gimana, aspek dan objek apa aja yang kena perencanaan, terus nyari data mendalam ttg aspek dan objek itu.
Jadi alurnya bukan survey-->dapat masalah-->tujuan--> rencana, karena itu udah di studio 1; tetapi yang ini tujuan-->rencana-->survey-->perencanaan.
Studio Perencanaan kebagi jadi perencanaan wilayah (regional) sama perencanaan focused area (perkotaan). Kalau kurikulum dulu, studio perencanaannya dipisah jadi 2 itu, kalo sekarang dirapel.
Disini aku ganti wilstud, di studio 1 aku di kelompok Weleri Raya (Welerich), di studio 2 aku di kelompok Kendal Raya (Bondokenceng) haha sempet baper
Ini tugas dari Pak Ipep. Inti laporan ini tu apakah orang-orang mau peduli atas adanya sebuah kejadian yang berpengaruh thd mereka dan apakah mereka DO ACTION sebagai respon atas kejadian tsb (yang cenderung negatif).
Secara alami sih menurutku manusia bakal ngerespon dan do action. Nah bagaimana dengan kasus yang ada di laporan ini? Check this aaaawt.
Btw habis tugas ini ada lagi tugas buat UAS, dari pak Samsul, kelompoknya berdasar Kelompok Proper, beda sama kelompok di tugas ini. Tapi laporannya di Intan Pasaribu belum sempat ngopy HEHE jangan ditiru .
Ini ialah tugas terakhir matkul tekkom yang dikerjakan dengan sisa-sisa semangat yang ada plus semangat-semangat baru yang mau ga mau harus dikumpulkan.
Selamat Bersemangat ! Fight For Tugas.
Hoke jadi kita sebagai orang yang membuat kebijakan (sometimes i feel hopeless mengingat banyaknya konspirasi atas kebijakan-kebijakan yang memihak rakyat yang ada di negeri kita yang belum digdaya ini), perlu buat menyosialisasikan kebijakan tsb. Bisa berupa info, ajakan, dll. Untuk menyosialisasikan itu, kita butuh media. Medianya bisa berupa: poster dan film. Dalam menyajikan pesan-pesan yang mau kita sampaikan melalui media-media itu, ga bisa asal. Ada ilmu buat menyajikannya. Dan itulah intisari matkul ini *wink*. Disini kreatifitas dan seni dibutuhin supaya hasilnya kekinian dan chethar.
Begitulah ya. Selamat Berkreasi !
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
1. i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Sasaran................................................................................................ 1
1.3.1 Tujuan................................................................................................................... 1
1.3.2 Sasaran ................................................................................................................ 1
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................................ 1
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................................ 1
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ........................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................................. 2
BAB II KAJIAN LITERATUR.................................................................................................. 4
2.1 Ekonomi Regional................................................................................................... 4
2.2 Disparitas Spasial (Ketimpangan Keruangan)......................................................... 4
2.3 Indeks Williamson................................................................................................... 5
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA ............................................. 7
3.1 Aspek Fisik ............................................................................................................. 7
3.2 Aspek Kependudukan............................................................................................. 7
3.2 Aspek Perekonomian.............................................................................................. 8
BAB IV PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON .................................................................. 9
BAB V INTERPRETASI DAN KESIMPULAN ...................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 16
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam merencanakan suatu wilayah, aspek ekonomi merupakan satu elemen penting
yang harus diperhatikan. Bagaimana penduduk yang tinggal di dalam daerah tersebut dapat
secara keseluruhan dan utuh meningkat pendapatan serta kesejahteraannya melalui hasil-
hasil pembangunan fisik. Tidak hanya peningkatan pendapatan saja, melainkan juga
penyebarannya yang juga merata. Apabila suatu daerah tidak mengalami ketimpangan
spasial (spatial disparity) dalam hal perekonomian, maka daerah tersebut sudah menjadi
daerah yang baik. Jika suatu daerah mengalami ketimpangan spasial yang tinggi, perlu
diselidiki apa yang menjadi penyebabnya, mengapa, dan apa solusi yang dapat diwujudkan
melalui hasil-hasil perencanaan ke depan.
1.2 Perumusan Masalah
Daerah studi ialah Kabupaten Banjarnegara dengan 20 kecamatan. Dalam satu
kabupaten tersebut disparitas spasialnya sangat tinggi. Untuk menjelaskan tingkat disparitas
spasial ini, digunakan perhitungan Indeks Williamson. Jumlah pendapatan per kapita dan
jumlah penduduk dari tiap kecamatan termasuk ke dalam hitungan.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya laporan ini ialah untuk mengetahui tingkat disparitas spasial antar
kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2008 – 2012. Selain itu, akan dilihat pula
pengaruh sektor pertanian terhadap disparitas spasial ini.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dalam mencapai tujuan laporan ini ialah:
a. memilih wilayah studi yaitu Kabupaten Banjarnegara;
b. mendapatkan data jumlah penduduk per kecamatan dan data distribusi pendapatan per
kapita per kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2008–2012;
c. melakukan perhitungan Indeks Williamson;
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam laporan ini ialah Kabupaten Banjarnegara. Luas Wilayah
Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha dan memiliki 20 kecamatan. Kabupaten
Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya bernama
3. 2
Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12'–7° 31' Lintang Selatan dan
109° 29'–109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah
106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas
Kabupaten Banjarnegara ialah:
Sebelah utara: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah timur: Kabupaten Wonosobo
Sebelah selatan: Kabupaten Kebumen
Sebelah barat: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga
Gambar I.1 : Peta Kabupaten Banjarnegara.
Sumber gambar: pa-banjarnegara.go.id
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi meliputi pendapatan total Kabupaten Banjarnegara tahun 2008–
2012, pendapatan per kecamatan tahun 2008–2012, jumlah penduduk per kecamatan tahun
2008–2012, serta perhitungan Indeks Williamson untuk tahun 2008 2012.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini ialah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
(wilayah studi dan materi), metodologi penelitian (pengumpulan data dan analisis), dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan ekonomi wilayah dan kota
khususnya mengenai perhitungan Indeks Williamson dan tingkat disparitas spasial.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA
4. 3
Bab ini menjelaskan kondisi fisik alam yaitu letak geografis, iklim, pembagian administrasi
serta kondisi penduduk yaitu jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, dan sistem
pemerintahan Kabupaten Banjarnegara.
BAB IV PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON
Bab ini berisi tentang perhitungan Indeks Williamson yang akan mencerminkan kondisi
ketimpangan spasial di Kabupaten Banjarnegara.
BAB V INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
Bab ini menjelaskan interpretasi angka-angka yang muncul dari hasil perhitungan Indeks
Williamson pada Bab IV serta kesimpulan yang dapat diambil.
5. 4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Ekonomi Regional
Ilmu Ekonomi Regional adalah cabang dari ilmu ekonomi yang memasukkan unsur
lokasi di dalam pembahasannya. Di mana secara spesifik membahas tentang pembatasan
pembatasan wilayah ekonomi dari suatu Negara dengan mempertimbangkan kondisi dan
sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia disetiap wilayah ekonomi. Ilmu
ekonomi regional tidak membahas tentang kegiatan individu, tetapi melainkan menganalisa
suatu wilayah secara keseluruhan dengan mempertimbangkan potensi yang beragam yang
dapat dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dari wilayah yang
bersangkutan.
Analisa ekonomi regional pada hakekatnya membahas mengenai kegiatan
perekonomian ditinjau dari segi sudut penyebaran kegiatan ekonomi ke berbagai lokasi
dalam suatu economic space atau ruang ekonomi tertentu, misalnya dalam suatu negara
atau suatu propinsi. Tetapi disamping itu analisa ekonomi regional akan melibatkan dirinya
pula dalam menganalisa ekonomi suatu daerah ditinjau secara sektoral dan secara makro.
Daerah tersebut dapat berupa satu propinsi, satu kabupaten, satu daerah khusus tertentu
satu kota besar yang pembangunannya akan digalakkan. Analisa mengenai perekonomian
kota besar merupakan suatu cabang khusus dari analisa ekonomi regional dan dikenal
sebagai analisa urban/ urban economics.
Peran ruang dalam analisis ekonomi regional :
a. Aspek Mikro
Analisa lokasi perusahaan
Analisa Luas areal pasar
Analisa Kompetesi antar tempat (Spatial Competition)
Analisa Penentuan harga antar tempat (Spatial Pricing).
b. Aspek Makro
Analisa konsentrasi industri
Mobilitas investasi dan faktor produksi (tenaga kerja, teknologi) antar daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah
Ketimpangan antar wilayah
2.2 Disparitas Spasial (Ketimpangan Keruangan)
Tujuan pembangunan ekonomi regional (bersifat multidimensional) adalah
menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi
6. 5
atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran
(Todaro, 2000).
Salah satu masalah dalam perekonomian yaitu disparitas spasial adalah salah satu
ukuran hasil pembangunan yang diukur meningkatnya hasil pembangunan (welfare) yang
didekati dari besaran income percapita. Disparitas spasial terjadi karena adanya
ketimpangan income perkapita antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Menurut
pandangan Williamson (1965) dalam Delis (2008) pertumbuhan tidak selalu terjadi secara
merata pada semua wilayah. Pada tahap awal, proses pembangunan cenderung
terkosentrasi dan terpolarisasi pada area pusat suatu negara. Penyebarannya ke wilayah
pinggiran dan sektor-sektor yang relatif lemah hanya terjadi secara subsequen. Konsekuensi
dari keberadaan dua bentuk kecepatan pembangunan yang berbeda tersebut adalah
meluasnya jurang antara wilayah pada fase awal pembangunan ekonomi di suatu negara,
namun kemudian berkurang ketika pendapatan nasional mencapai tingkat tertentu. Ada
beberapa faktor yang mementukan ketimpangan antar wilayah, antar lain yaitu (syafrijal,
2008):
a) Perbedaan kandungan sumberdaya alam
b) Perbedaan Kondisi Demografis
c) Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
d) Kosentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
e) Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Akibat dari perbedaan tersebut, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan wilayah
terbelakang (Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap
formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
2.3 Indeks Williamson
Ukuran ketimpangan pembangunan antar wilayah yang mula-mula ditemukan adalah
Williamson index yang digunakan dalam studinya pada tahun 1966. Secara ilmu Statistik,
index ini sebenarnya adalah coefficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur
suatu perbedaan. Istilah Williamson Index muncul sebagai penghargaan kepada Jeffrey G.
Williamson yang mula-mula menggunakan teknik ini untuk mengukur ketimpangan
pembangunan antar wilayah. Walaupun index ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu
antara lain sensitive terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun
7. 6
demikian indeks cukup lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar
wilayah.
Rumus Indeks Williamson :
Keterangan :
Wi = Nilai / indeks ketimpangan wilayah / provinsi
Yi = Pendapatan perkapita masing-masing provinsi
Y = Total pendapatan perkapita kawasan indonesia
Fi = Jumlah penduduk masing-masing provinsi
N = Jumlah penduduk Indonesia
Disparitas spasial yang terjadi disuatu daerah dapat di lihat dari nilai Wi yang
didapatkan dari perhitungan rumus Indeks Williamson, dengan kriteria sebagai berikut :
Wi = 0, berarti pembangunan wilayah sangat merata
Wi = 1, berarti pembangunan wilayah sangat tidak merata (kesenjangan sempurna)
Wi~0, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati merata
Wi~1, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati tidak merata.
Wi =
⅀ 𝑌𝑖−𝑌 2 ⅀𝑓𝑖/𝑛
2
𝑌
8. 7
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA
3.1 Aspek Fisik
Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukotanya bernama Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12'–7° 31'
Lintang Selatan dan 109° 29'–109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten
Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Batas-batas Kabupaten Banjarnegara ialah:
Sebelah utara: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah timur: Kabupaten Wonosobo
Sebelah selatan: Kabupaten Kebumen
Sebelah barat: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga
Gambar I.1 : Peta Kabupaten Banjarnegara.
Sumber gambar: pa-banjarnegara.go.id
Kedua puluh kecamatan Kabupaten Banjarnegara ialah Kecamatan Susukan, Purwareja
Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Pegedongan, Sigaluh, Madukara,
Banjarmangu, Wanadadi, Rakit, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur,
Wanayasa, Kalibening, dan Kecamatan Pandanarum.
3.2 Aspek Kependudukan
Penduduk akhir Kabupaten Bajarnegara tahun 2012 sebanyak 945154 jiwa, terdiri dari
473207 laki-laki dan 471947 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 0,68
persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2011 sebanyak 938768 jiwa. Kepadatan penduduk
akhir tahun 2012 sebesar 884 jiwa per km2.
9. 8
3.2 Aspek Perekonomian
Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, dimana sebagian besar
masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Pola seperti ini masih
dominan selama kurun waktu lima tahun terakhir.
10. 9
BAB IV
PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON
Perhitungan Indeks Williamson menggunakan rumus berikut:
dimana :
Wi ialah nilai indeks Williamson di tahun 2008–2012;
Yi ialah pendapatan per kapita dari semua sektor tiap kecamatan di tahun 2008–2012;
Y ialah pendapatan per kapita dari semua sektor Kabupaten Banjarnegara di tahun
2008–2012;
fi ialah jumlah penduduk tiap kecamatan di tahun 2008–2012; dan
n ialah jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara secara keseluruhan di tahun 2008–
2012.
Tabel IV.1
Pendapatan per Kapita per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012 (Yi)
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 1442941 1459600 1524604 1583620 1669147
2 Purwareja Klampok 5492483 5572892 5711093 5964267 6204718
3 Mandiraja 1908103 2183452 2302040 2404221 2521429
4 Purwanegara 1996043 1987711 2011237 2118467 2209327
5 Bawang 1763642 1855160 1967681 2049129 2123253
6 Banjarnegara 4826696 5294056 5639849 5970945 7356209
7 Pagedongan 864754 882466 913442 955865 1003029
8 Sigaluh 2973617 3033239 3139109 3214306 3358006
9 Madukara 3368886 3441598 3602187 3749862 3883461
10 Banjarmangu 2308536 2396871 2470857 2556269 2671689
11 Wanadadi 2228817 2347175 1440718 2588207 2740582
12 Rakit 1557082 1578423 1663012 1751409 1841424
13 Punggelan 1392204 1440333 1506091 1543830 1598519
14 Karangkobar 2433419 2397210 2465166 2556267 2692257
15 Pagentan 1288965 1342035 1379277 1453422 1542709
16 Pejawaran 4348265 4377736 4545967 4696901 4849680
17 Batur 4506658 4793514 5015376 5196989 5415837
18 Wanayasa 2283824 2281901 2360353 2397320 2498943
Wi =
⅀ 𝑌𝑖−𝑌 2 .𝑓𝑖/𝑛
2
𝑌
15. 14
Grafik IV.1
Indeks Williamson di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012
0,5
0,52
0,54
0,56
0,58
0,6
0,62
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks
Williamson
16. 15
BAB V
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
Di tahun 2008, nilai indeks Williamson ini ialah 0,5338; yang menunjukkan bahwa
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Banjarnegara
ialah tinggi. Nilai ketimpangan ini terus meningkat. Meskipun di tahun 2011 sempat
menurun, namun di tahun 2012 grafik kembali naik secara drastis hingga angka 0,6.
Keadaan demikian menjelaskan bahwa pengelolaan bidang perekonomian oleh pemerintah
di Kabupaten Banjarnegara masih sangat kurang.
Hal seperti ini dapat terjadi antara lain karena perbedaan potensi sumber daya yang
berbeda antar kecamatan karena pengaruh kondisi lingkungan dan ketersediaan
infrastruktur penunjang kesejahteraan masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan.
Minimnya infrastruktur ini membuat kecamatan yang masih rendah pendapatannya tidak
berkembang, sehingga tetap miskin. Di sisi lain, tujuan investasi modal hanya ditujukan
pada daerah/kecamatan yang memiiki sumber daya alam ataupun manusia serta
infrastuktur yang memadai.
Infrastruktur di bidang kesehatan dan pendidikan ini harus ditingkatkan, karena akan
membuat sumber daya manusia yang ada mampu mengolah sumber daya alam sehingga
memberi nilai tambah yang besar di kecamatannya. Nilai tambah ini dapat digunakan untuk
meningkatkan kembali SDM, yang kemudian menghasilkan nilai tambah yang lebih juga
terhadap pengolahan sumber daya alam. Pembangunan infrastruktur seperti ini harus
merata ke setiap kecamatan sehingga ketimpangan distribusi pendapatan tidak terdapat lagi
Selain itu, hal-hal yang menyebabkan disparitas spasial ini ialah terkonsentrasinya
suatu sektor basis di beberapa kecamatan saja, sehingga yang menikmati hasilnya juga
hanya sebagian. Kondisi seperti ini membutuhkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah agar
setiap kecamatan dapat optimal SDM-nya sehingga pemerataan distribusi pendapatan
dapat terwujud.
17. 16
Daftar Pustaka
Banjarnegara dalam Angka 2012.
Nurhayati, Yunie. 2013. “Jawa Barat Masih Timpang? Analisis Ketimpangan Wilayah
Menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil” dalam Kompasiana.
http://politik.kompasiana.com/. Diunduh Sabtu, 25 Oktober 2014.
PDRB Kabupaten Banjarnegara 2012.
Sirojuzilam. 2010. “Disparitas Ekonomi Regional dan Perencanaan Wilayah” dalam USU
Repository. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20613. Diunduh Senin, 27
Oktober 2014.