7. َِّاَّلل َولُسَر ََّنأ-وسلم عليه هللا صلى-ىَلَع َّرَمَي َلَخْدَأَف ٍامَعَط ِةَرْبُصاَيهِف ُهَد
َالَقَف ًالَلَب ُهُعِباََصأ ْتَلاَنَف«َص اَي اَذَه اَمِامَعَّطال َبِاح».ْتَابََصأ َالَقُاءَمَّالس ُه
َِّاَّلل َولُسَر اَي.ال َقْوَف ُهَْتلَعَج َالَفَأ َالَقَغ ْنَم َُّاسنال ُاهَرَي ْىَك ِامَعَّطِّنِم َسْيَلَف َّش
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati
setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke
dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang
basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik
makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut
terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa
kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia
dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia
bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim)
8.
9. َلِإ ىِدْهَي َقْدِ
ّالص َّنِإَف ِقْدِ
ّالصِب ْمُكْيَلَعِإ ىِدْهَي َِّْبلا َّنِإَو ِِّْبلاُالَزَي اَمَو َِّةنَْْلا َل
ُي ََّّتَح َقْدِ
ّالص ىَّرَحَتَيَو ُقُدْصَي ُلُجَّالرِإَو اًقيِّدِص َِّاَّلل َدْنِع َبَتْكَبِذَكْلاَو ْمُكاَّي
ُفْلا َّنِإَو ِروُجُفْلا َلِإ ىِدْهَي َبِذَكْلا َّنِإَفَزَي اَمَو ِرَّانال َلِإ ىِدْهَي َورُجُلُجَّالر ُال
ِع َبَتْكُي ََّّتَح َبِذَكْلا ىَّرَحَتَيَو ُبِذْكَياًابَّذَكَِّاَّلل َدْن
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya
kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya
kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian
dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan
berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (HR. Muslim)
10. َح اَذِإ ٌثَالَث ِقِافَنُْملا ُةَآيِإَو ، َبَذَك َثَّداَذ
ُِتْاؤ اَذِإَو ، َفَلْخَأ َدَعَوَناَخ َن
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia
dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika
diberi amanat, maka ia ingkar”
(HR. Bukhari dan Muslim).
11. “Hadits ini menerangkan tanda munafik, yang
memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan
munafik atau berperangai seperti kelakuan
munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah
yang ia tampakkan berbeda dengan yang
disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat
pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut”
[Imam Nawawi rahimahullah]
12.
13. 1. SISWA MENJADI TIDAK PEDE
2. BILA KETAHUAN, MENDAPAT SANKSI
3. MERUGIKAN YANG DICONTEK
4. PERSAINGAN TIDAK SEHAT
17. 1. MENGAMBIL MILIK ORANG
LAIN TANPA IZIN
2. MENYEPELEKAN
3. SENANG JALAN PINTAS
4. MALAS BERUSAHA KERAS
5. SELESAI PENDIDIKAN, MUDAH
UNTUK MENCURI
6. KORUPSI
7. MANAJEMEN BURUK
8. PEMALAS TAPI INGIN JABATAN
& PENDAPATAN TINGGI
Sebentar lagi adik-adik kita yang duduk di bangku SMA akan menjalani Ujian. Budaya jelek yang masih laris di tengah-tengah mereka adalah menyontek atau membawa "kepekan" kertas berisi rangkuman saat masuk ke ruang ujian.
Hadits di atas ada kisahnya ketika seorang pedagang mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur dalam jual belinya.
Ini berarti setiap orang yang menipu, berbohong, berbuat curang, mengelabui dikatakan oleh Nabi bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Menyontek pun demikian.
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.
Mending nilai pas-pasan daripada berbuat curang dan berbohong dengan menyontek. Prinsip inilah yang harus ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Harusnya orang tua mengajarkan kepada anak-anak supaya jujur dan mencari ridho Allah.