Dokumen tersebut merangkum kisah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putranya Ismail. Keluarga Nabi Ibrahim memberi contoh taat dan ridho menerima segala perintah Allah, termasuk perintah yang sangat berat sekalipun. Mereka menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah yang terpenting.
6. Allah berfirman:
ُقَي ْنَأ ُواكَرْتُي ْنَأ ُاسَّنال َبِسَحَأََل ْمُهَو اَّنَمآ واُلو
َونُنَتْفُي–َينِذَّلا اَّنَتَف ْدَقَلَوَمَلْعَيَلَف ْمِهِلْبَق ْنِمُ َّاَّلل َّن
ِذاَكْلا َّنَمَلْعَيَلَو واُقَدَص َينِذَّلاَينِب
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji
lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-‘Ankabut : 2 – 3)
7.
8.
9.
10. Dalam riwayat Bukhory dinyatakan bahwa awalnya beliau tidak rela, selalu
mengikuti Ibrahim sambil berkali-kali bertanya:
َوْلا اَذهِب اَنُكُرْتَتَو ُبَهْذَت َنْيَأ ُميِهاَرْبِإ اَيَش ََلَو ٌسْنِإ ِهيِف َسْيَل يِذَّلا يِداٌٌْْي
Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di lembah
ini, lembah yang tidak ada orang dan tidak ada sesuatupun?
11. Nabi Ibrahim diam, tidak sanggup menjawab pertanyaan
istrinya, sampai akhirnya istrinya kemudian bertanya:
اَذَهِب َكَرَمَأ يِذَّلا ُ َّاَّللَأ
Apakah Allah yang memerintahkan engkau hal ini ?
12. Nabi Ibrahim baru bisa menjawab, “ya”, kemudian Hajar
mengatakan :
اَنُعِيَضُي ََل ْنَذِإ
Kalau demikian (perintah Allah), maka (Allah) tidak
akan menelantarkan kami.
13.
14. Ketika mereka lulus dari ujian
ini, tidak berselang lama
turunlah ujian berikutnya yakni
perintah untuk menyembelih
putranya yang sangat ia cintai.
15. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri
mengatakan:
ُينِبُمْلا ٌُ ََلَبْلا َوُهَل اَذَه َّنِإ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(QS. Ash-Shaffat : 106).
16. Allah berfirman:
ِف ىَرَأ ْيِنِإ َّْيَنُباَي َلاَق َْيْعَّسال ُهَعَم َغَلَب اَّمَلَفاَذاَم ْرُظْناَف َكُحَبْذَأ ْيِنَأ ِامَنَمْلا ْيَلاَق ىَرَت
َنِم ُ َّاَّلل ٌََاش ْنِإ ْيِنُد ِجَتَس ُرَمْؤُت اَم ْلَعْاف ِتَبَأاَيَين ِرِباَّصال
“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu’
(QS. Ash Shafat:102)
17. Imam Ibnu Katsir menulis riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa saat itu Syaithan sempat
membuat makar agar Ibrahim a.s tidak melaksanakan perintah Allâh SWT. Ketika Ibrahim
bermimpi menyembelih putranya, syaithan berkata; ”Sungguh jika aku tidak menfitnah
keluarga Ibrahim kali ini maka aku tidak akan bisa menfitnah mereka selamanya”, kemudian
syaithan menyerupai seorang lelaki mendatangi Hajar, ibunya Isma’il, dan berkata: ‘Apakah
anda tahu kemana Ibrahim pergi bersama putramu?’ Jawab Hajar: ‘Tidak!’, Syaithan berkata:
‘Dia pergi hendak menyembelih putramu’. Hajar menjawab: ‘tidak mungkin, dia tahu akan
hal itu (terlarang)’. Syaithan berkata: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan hal
tersebut’. Hajar menjawab: ‘Jika Tuhan-nya memerintahkan demikian maka yang paling baik
bagi Ibrahim adalah mentaatinya’. Kemudian syaithan mendatangi Ismail: ’Apakah anda tahu
kemana engkau akan pergi bersama bapakmu?’ Ismail: ‘Tidak!’. Syaithan: ‘Dia pergi
bersamamu untuk menyembelih dirimu’. Ismail: ‘Kenapa?’ Syaithan: ‘Dia menyangka Tuhan-
nya memerintahkan demikian’. Ismail: ‘Dia akan mengerjakan apa yang di perintahkan Allâh,
akan mendengar dan taat kerena perintah Allâh swt’. Kemudian syaithan mendatangi
Ibrahim: ‘Kemana hendak pergi? Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam
mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu. Namun Ibrahim tahu
bahwa lelaki tersebut adalah syaithan kemudian beliau mengusirnya’.
18. Keluarga Nabi Ibrahim a.s. memberi teladan kepada kita bahwa
ketika perintah dan hukum Allâh datang, kapanpun,
dimanapun, dan apapun harus sanggup dikorbankan untuk
menjalankannya sekalipun itu nyawa taruhannya. Mentaati
perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segala-
galanya, karena hanya dengan ketaatan yang hakiki itulah kita
akan mendapatkan ridla-Nya.