7. • “Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang
keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun
mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun
menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah
100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.
• Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki
kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah
taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan
menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di
sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan
janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah
perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab.
Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada
Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah
malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus
perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia
tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”
Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan
tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”1
8. GHOZWUL FIKRI & GHAZWUTS
TSAQAFIY
Liberalisasi
Massif
Aqliyah : Pemahaman, standar
perbuatan, pandangan hidup =
LIBERAL
Naluriah : Rangsangan dari
lingkungan, media, dll
memunculkan cinta-benci &
keridhoan berlandaskan hawa
nafsu
Normalisasi
maksiat &
Naturalisasi
penyimpangan
=
11. Amar makruf dan nahi munkar adalah
karakter dasar yang dimiliki oleh
orang-orang yang beriman
Allah Ta’ala berfirman,
ِكاَّالر َونُحِئاَّسال َونُدِامَحْال َونُدِباَعْال َُونبِئاَّتال
ُرْعَمْالِب َونُرِم ْ
اْل َونُد ِاجَّسال َن ْوُع
ِوف
ِهللا ِد ُْودُحِل َن ْوُظِفاَحْال َو ِ
رَكْنُمْال ِنَع َن ْوُهاَّنال َو
َْنيِنِمْؤُمْال ِ
رِّشَب َو
“ Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah,
memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk,
sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang
mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.
Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman.”
(QS. At-Taubah: 112)
12. Amar makruf dan nahi munkar
adalah sifat orang-orang yang
shalih
Allah Ta’ala berfirman,
ُلْتَي ٌةَمِئاَق ٌةَّمُأ ِباَتِكْال ِلْهَأ ْنِم ًءا َوَس واُسْيَل
ُجْسَي ْمُه َو ِلْيَّالل َءَانآ ِهللا ِتاَيآ َون
َونُد
–
ْعَمْالِب َونُرُمْأَي َو ِ
ر ِخ ْ
اْل ِم ْوَيْال َو ِهللاِب َونُنِمْؤُي
اَسُي َو ِ
رَكْنُمْال ِنَع َن ْوَهْنَي َو ِوفُر
َُونع ِ
ر
َْني ِحِلاَّصال َنِم َكِئَلوُأ َو ِتا َْريَخْال يِف
“Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada
golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada
malam hari, dan mereka (juga) bersujud (salat).
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar
dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka
termasuk orang-orang shalih.”
13. Amar makruf dan nahi munkar merupakan tanda
kemuliaan umat nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam
Allah Ta’ala berfirman,
ِوفُرْعَمْالِب َونُرُمْأَت ِ
اسَّنلِل ْتَج ِ
رْخُأ ٍةَّمُأ َْريَخ ْمُتْنُك
ِهللاِب َونُنِمْؤُت َو ِ
رَكْنُمْال ِنَع َن ْوَهْنَت َو
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali-‘Imran: 110)
14. Amar makruf nahi munkar salah satu
sebab untuk mendapatkan kedudukan
di muka bumi
Allah Ta’ala berfirman,
ْرَ ْ
األ يِف ْمُهاَّنَّكَم ْنِإ َْنيِذَّلَا
ُوَتآ َو َة َ
الَّصال واُماَقَأ ِ
ض
ا
َهَن َو ِوفُرْعَمْالِب واُرَمَأ َو َةاَكَّالز
ِ ِ
ِل َو ِ
رَكْنُمْال ِنَع ا ْو
ِ
ر ْوُمُ ْ
األ ُةَبِقاَع
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami
beri kedudukan di bumi, mereka
melaksanakan salat, menunaikan
zakat, dan menyuruh berbuat yang
makruf dan mencegah dari yang
mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.”
(QS. Al-Hajj: 41).
15. Amar makruf nahi munkar
merupakan sarana penting untuk
mencapai kemenangan
Allah Ta’ala berfirman,
يِوَقَل َهللا َّنِإ ُهُرُصْنَي ْنَم ُهللا َّن َرُصْنَيَل َو
ٌْزي ِ
زَع
–
يِف ْمُهاَّنَّكَم ْنِإ َْنيِذَّلَا
ِ
ض ْرَ ْ
األ
ِوفُرْعَمْالِب واُرَمَأ َو َةاَكَّالز ا ُوَتآ َو َة َ
الَّصال واُماَقَأ
َبِقاَع ِ ِ
ِل َو ِ
رَكْنُمْال ِنَع ا ْوَهَن َو
ُة
ِ
ر ْوُمُ ْ
األ
“Allah pasti akan menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi,
mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan
menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
(QS. Al-Hajj: 40-41).
16. Pahala yang sangat besar bagi orang
yang menegakkan amar makruf dan nahi
munkar
• Allah Ta’ala berfirman,
َمَأ ْنَم َّ
الِإ ْمُها َوَْجن ْنِم ٍ
ْريِثَك يِف َْريَخ َ
ال
ْصِإ ْوَأ ٍوفُرْعَم ْوَأ ٍةَقَدَصِب َر
ٍح َ
ال
ْرَم َءَاغِتْبا َكِلَذ ْلَعْفَي ْنَم َو ِ
اسَّنال َْنيَب
َع اًرْجَأ ِهيِتْؤُن َف ْوَسَف ِهللا ِتاَض
اًمْيِظ
“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan
rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari
orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau
berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian
karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami
akan memberinya pahala yang besar.”
(QS. An-Nisaa`: 114).
17. Amar makruf nahi munkar menjadi
penyebab dosa-dosa terampuni
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ِه ِ
ارَج َو ِهِدَل َو َو ِهِسْفَن َو ِهِلاَم َو ِهِلْهَأ يِف ِلُجَّالر ُةَنْتِف
ُةَقَدَّصال َو ُةَالَّصال َو ُماَي ِ
ّصال اَهُرِّفَكُي
ْا َو
ُرْمَأل
ِ
رَكْنُمْال ْنَع ُيْهَّنال َو ِوفُرْعَمْالِب
“Dosa-dosa seorang laki-laki terhadap istri, harta benda, diri sendiri,
anak, dan tetangganya, dapat dihapus dengan puasa, shalat,
bersedekah, dan mendirikan amar makruf dan nahi munkar.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
18. Sebagai ma’dzirah(pelepas tanggungjawab)
di akhirat kelak
ْذِإَو
ُم ْوَأ ْمُهُكِلْهُم ُ َّ
َّللا اًم ْوَق َونُظِعَت َمِل ْمُهْنِم ٌةَّمُأ ْتَلاَق
َلِإ ًةَرِذْعَم واُلاَق ًاديِدَش اًباَذَع ْمُهُبِذَع
ى
َونُقَّتَي ْمُهَّلَعَلَو ْمُكِبَر
(
164
)
ا َِنع َن ْوَهْنَي َينِذَّلا اَنْيَجْنَأ ِهِب واُرِكُذ اَم واُسَن اَّمَلَف
َب ٍباَذَعِب واُمَلَظ َينِذَّلا اَنْذَخَأَو ِوءُّسل
يِئ
واُنَاك اَمِب ٍ
س
َونُقُسْفَي
(
165
)
Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kalian
menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka
dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai
alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian dan supaya mereka
bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada
mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan
Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan
mereka selalu berbuat fasik
19. Meninggalkan amar makruf dan nahi
mungkar bisa mendatangkan laknat Allah
Allah berfirman,
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan
lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu,”
(QS. Al-Maidah: 78-79).
20. Meninggalkan amar mak’ruf nahi
munkar, menyebabkan
tertolaknya doa
Ini berdasarkan hadis Aisyah RA. Ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‘Perintahkanlah yang makruf dan
cegahlah yang mungkar sebelum kalian
berdoa lalu tidak diperkenankan’,”
(HR. Ahmad).
21. Meninggalkan amar
ma’ruf nahi
munkar, membuat
hati rusak
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika
dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati,”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
22. Menyebabkan diri sendiri dan
orang lain mendapat siksa
Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya apabila manusia melihat kemungkaran
dan tidak mengubahnya, dikhawatirkan Allah akan
meratakan siksa-Nya kepada mereka,”
(HR. Ahmad).
23. َس ىَلَع واُمَهَتْسا ٍم ْوَق ِلَثَمَك ،اَهيِف ِعِقا َالو َو ِ َّ
َّللا ِدُودُح ىَلَع ِمِئاَقال ُلَثَم
ْعَأ ْمُهُضْعَب َابَصَأَف ،ٍةَنيِف
َفْسَأ ْمُهُضْعَب َو اَهَال
َانَكَف ،اَهَل
واُلاَقَف ،ْمُهَق ْوَف ْنَم ىَلَع واُّرَم ِاءَمال َنِم ا ْوَقَتْسا اَذِإ اَهِلَفْسَأ يِف َِينذَّال
:
ْنَم ِذْؤُن ْمَل َو اًق َْرخ َانِبي ِ
َصن يِف َانْق ََرخ اَّنَأ ْوَل
َانَق ْوَف
.
ْنِإَف
ْوَجَن َو ،ا ْوَجَن ْمِهِيدْيَأ ىَلَع واُذَخَأ ْنِإ َو ،اًعيِمَج واُكَلَه ُواداَرَأ اَم َو ْمُهوُكُرْتَي
اًعيِمَج ا
“
Perumpamaan orang yang mengingkari/mencegah larangan Allah
subhanahu wata’ala dan orang yang terjatuh dalam larangan
tersebut seperti sebuah kaum yang berundi pada sebuah kapal.
Sebagian mereka mendapatkan bagian atas dan yang lainnya di
bagian bawah. Saat orang-orang yang di bagian bawah ingin
meminum air, mereka harus melewati orang yang berada di atas.
Mereka pun berkata, ‘Alangkah baiknya kalau kita membuat
lubang di tempat kita agar tidak mengganggu orang-orang yang
ada di atas.’ “Apabila mereka membiarkan orang-orang tersebut
melakukan keinginan mereka, mereka semua pasti binasa. Namun,
apabila mereka mencegah orang-orang tersebut, orang-orang itu
pasti selamat. Mereka semua juga pasti selamat.”
(HR. Al-Bukhari no. 2443).