Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh peserta tutur agar percakapannya terdengar koheren. Menurut Rustono (1999:53) penutur yang tidak memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak mengikuti prinsip kerja sama.
PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWA
1. PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA
PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWA
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PRAGMATIK
Dosen Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.
Oleh
Kelompok 12
Dewi Herliani (A1B114068)
Noranisa (A1B114088)
Siti Fatimah (A1B114098)
Noor Ifansyah (A1B112053)
Rhizka Nur Henty (A1B110246)
PORGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Penerapan Prinsip Kerjasama Pada Percakapan Lisan Tidak Resmi
Mahasiswa. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pragmatik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Pragmatik. Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, 14 November 2016
Penulis
Kelompok 12
2
3. DAFTAR ISI
Halaman judul
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prinsip kerjasama......................................................................................4
2.2 Metode penelitian........................................................................................................4
2.3 Teknik pengumpulan data...........................................................................................4
2.4 Objek penelitian..........................................................................................................4
2.5 Pematuhan Prinsip Kerja Sama pada Percakapan Lisan Tidak Resmi Mahasiswa....
...........................................................................................................................................4
2.6 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Percakapan Lisan Tidak Resmi Mahasiswa
.........................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I
3
4. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari manusia akan selalu bertemu dan
berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia menggunakan
bahasa sebagai media komunikasi. Di dalam komunikasi yang wajar, masing-masing pihak
yang terlibat, yaitu antara penutur dan mitra tutur akan selalu berusaha menyampaikan
tuturannya secara efektif dan efisien. Hal ini senada dengan pendapat Wijana (1996:450)
yang mengatakan bahwa seorang penutur akan berusaha agar tuturannya selalu relevan
dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat dan ringkas dan selalu pada persoalan
sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicara.
Agar tuturan –tuturan dapat diutarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya, penutur
pada lazimya mempertimbangkan secara seksama berbagai faktor pragmatik yan terlibat atau
mungkin terlibat dalam suatu proses komunikasi tersebut (Wijana, 2004:54). Secara
sederhana ada tiga aspek yang dipertimbangkan oleh penutur dan lawan tutur. Aspek-aspek
itu adalah prinsip kerjasama, prinsip kesopanan dan parameter pragmatik. Berikut akan
diulas salah satunya, yaitu prinsip kerjasama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pematuhan prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi
mahasiswa?
2. Bagaimana pelanggaran prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi
mahasiswa?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pematuhan prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi
mahasiswa.
2. Mengetahui pelanggaran prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi
mahasiswa.
BAB II
4
5. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prinsip kerjasama
Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh peserta
tutur agar percakapannya terdengar koheren. Menurut Rustono (1999:53) penutur yang tidak
memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak mengikuti prinsip
kerja sama.
2.2 Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif.
2.3 Teknik pengumpulan data
Teknik simak, libat cakap, . Teknik yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu (1)
Mentranskripsikan data dari hasil menyimak, (2) Mengidentifikasi bentuk pematuhan
dan pelanggaran prinsip kerja sama, (3) Mengklasifikasikan data sesuai dengan
maksim yang ada, (4) Menyimpulkan hasil analisis data.
2.4 Objek penelitian
Mahasiswa FKIP Unlam.
2.5 Pematuhan Prinsip Kerja Sama pada Percakapan Lisan Tidak Resmi Mahasiswa
a. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas merupakan maksim yang mengharapkan peserta tutur memberikan
kontribusi tidak berlebihan atau secukupnya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.
Pandangan tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Grice (1975:45) bahwa maksim
kuantitas merupakan maksim yang melihat peserta tutur memberikan kontribusi tidak lebih
dan tidak kurang dari yang dibutuhkan.
Pematuhan yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pematuhan
terhadap maksim kuantitas, yakni:
Percakapan mahasiswa ketika sedang duduk-duduk di samping sakadomas FKIP Unlam.
Data 1
P1: Apakah kamu ada kertas polio?
P2: Ada.
Data 2
5
6. P1: Bagaimana latar belakang kamu apakah sudah selesai?
P2: Sudah.
Data 3
P1: Berapa bab sudah punya kamu?
P2: 1 bab.
Data 4
P1: Kapan dikumpulkan tugasnya?
P2: Besok.
Ketika sedang duduk di depan ruang 9, datang 2 orang dari anggota HTI katanya untuk
berdiskusi.
Data 5
P1: Apakah kamu anggota Hima?
P2:Iya.
Data 6
P1: Apakah Himbisastra mempunyai Sekre?
P2: Tidak.
Ketika sedang di depan ruangan.
Data 7
P1: Minta makanan dong!
P2: Nih.
Data 8
P1: Lihat hp terus, apaan sih yang dilihatin?
P2: Drama korea.
Data 9
P1: Eh kamu tahu nggak dia itu nggak ada temannya lagi lho.
P2: Tidak.
Berdasarkan teori tersebut, jika dihubungkan dengan hasil penelitian, pematuhan
terhadap maksim kuantitas terlihat pada percakapan di atas. Alasannya, pada data percakapan
6
7. kali ini P2 mematuhi maksim tersebut, karena P2 memberikan kontribusi tidak berlebihan
atau cukup terhadap informasi yang dibutuhkan P1.
b. Maksim Kualitas
Maksim kualitas merupakan maksim yang mengharapkan peserta tutur memberikan
informasi yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Grice(1975:47) bahwa maksim
kualitas merupakan maksim yang mengharapkan peserta tutur memberikan kontribusi yang
sebenarnya.
Pematuhan yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pematuhan
terhadap maksim kualitas, yakni:
Percakapan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di payung depan ruang 9
FKIP Unlam.
Data 1
P1: Nisa, PA (Pembimbing Akademik) kamu siapa?
P2: Bapak Rustam.
Data 2
P1: kemarin kamu PPL di sekolah mana?
P2: SMP Negeri 7 Banjarmasin.
Ketika sedang duduk di depan ruang 9, datang 2 orang dari anggota HTI katanya untuk
berdiskusi.
Data 3
P1: Kamu Hima apa ya?
P2: Himbisastra
Data 4
P1: Nama kamu siapa ya?
P2: Dewi
Data 5
P1: Kalau nama kalian?
P2: Nuriyah dengan Anti.
Ketika di kantin
7
8. Data 6
P1: Kamu mau makan apa?
P2: Aku makan nasi saja.
Data 7
P1: Ibu nasi sopnya satu.
P2: iya sedang dibikin.
Data 8
P1: Kembalian kamu berapa?
P2: Kembalianku sepuluh ribu, Bu.
Berdasarkan teori tersebut, jika dihubungkan dengan hasil penelitian, pematuhan
terhadap maksim kualitas terlihat pada percakapan. Pada percakapan tersebut terlihat
pematuhan maksim kualitas. Peserta yang mematuhi maksim ini adalah P2. Misalnya saja,
respon atau jawaban P2 pada masing-masing data percakapan tersebut memberikan
kontribusi yang benar terhadap apa yang diinginkan P1, karena saat P1 menanyakan, P2
menjawab dengan sebenarnya.
c. Maksim Relevansi
Maksim relevansi merupakan maksim yang mengharapkan peserta tutur memberikan
kontribusi sejalan atau relevan dengan masalah yang dibicarakan. Pernyataan tersebut sesuai
dengan apa yang di jelaskan oleh Chaer (2010:35)bahwa maksim ini menghendaki agar
peserta tutur memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan.
Pematuhan yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pematuhan
terhadap maksim relevansi, yakni:
Percakapan mahasiswa ketika sedang duduk-duduk di depan BAAK FKIP Unlam.
Data 1
P1: Mengapa kemarin kamu tidak masuk ?
P2: Aku sakit perut.
Analisisnya, P1 bertanya kepada P2 mengapa dia tidak kuliah kemarin. P2 menjawab
sesuai dengan keadaan bahwa ia tidak masuk karena sakit perut. Pernyataan yang diberikan
P2 memberikan kontribusi atau informasi yang sebenarnya dengan keadaan bahwa ia tidak
datang karena sakit perut.
8
9. Data 2
P1: Pembahasan kita minggu ini tentang apa?
P2: Tentang wacana kritis.
Analisisnya, P1 bertanya kepada P2 tentang pembahasan apa yang akan dibahas
minggu ini. P2 menjawab sesuai dengan keadaan bahwa ia tahu bahwa tentang wacana kritis.
Pernyataan yang diberikan P2 memberikan kontribusi atau informasi yang sebenarnya
dengan keadaan bahwa ia tahu pembahasan minggu ini.
Data 3
P1: Setelah dari kampus kamu mau ke mana?
P2: Langsung pulang saja karena aku lelah sekali.
Analisisnya, P1 bertanya kepada P2 setelah dari kampus mau kemana. P2 menjawab
sesuai dengan keadaan bahwa ia langsung pulang. Pernyataan yang diberikan P2
memberikan kontribusi atau informasi yang sebenarnya dengan keadaan bahwa ia ingin
langsung pulang karena dia lelah sekali.
Data 4
P1: Kamu lihat Nila bertengkar dengan pacarnya?
P2: Aku kemarin pulang pukul 1 jadi tidak melihat.
Analisisnya, P1 bertanya kepada P2 apakah dia melihat Nila bertengkar dengan
pacarnya. P2 menjawab sesuai dengan keadaan bahwa ia tidak melihat. Pernyataan yang
diberikan P2 memberikan kontribusi atau informasi yang sebenarnya dengan keadaan bahwa
ia tidak melihat Nila bertengkar.
4. Maksim Cara
Maksim cara merupakan maksim yang penuturnya harus memberikan informasi yang
jelas. Seperti yang diungkapkan Grice (1975:47) bahwa maksim cara merupakan maksim
yang mengharapkan peserta tutur memberikan kontribusi yang jelas terhadap apa yang
dimaksudkan. Intinya, peserta tutur harus memberikan informasi yang jelas, tidak kabur,
tidak berlebih-lebihan, dan runtut.
Pematuhan yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pematuhan
terhadap maksim cara, yakni.
Percakapan mahasiswa ketika sedang duduk di depan ruang 4 FKIP Unlam.
9
10. Data 1
P1: Wah lucu sekali.
P2: Terima kasih.
P1: Bukan kamu tapi kucing.
Maksud percakapan tersebut,P1 sedang melihat sesuatu dengan mengatakan
“Wah,lucu sekali”ternyata ditafsirkan keliru oleh P2 karena dia menyangka bahwa P1
memuji dia.
Data 2
P1: Fotocopy kamu?
P2: Tidak.
P1:Maksudnya, kamu menitip atau tidak.
Maksud percakapan tersebut, P1 sedang memegang sebuah buku dan mengatakan”
Fotocopy kamu?”, ternyata ditafsirkan keliru oleh P2 karena dia menyangka bahwa P1
menyuruh dia yang memfotocopy.
Data 3
P1: Manisnya.
P2: Ah, masa.
P1: Bukan kamu, tapi kerudungnya.
Maksud percakapan tersebut,P1 sedang melihat seseorang dengan mengatakan “Ah,
masa”ternyata ditafsirkan keliru oleh P2 karena dia menyangka bahwa P1 memuji dia
padahal memuji kerudungnya.
2.6 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Percakapan Lisan Tidak Resmi Mahasiswa
Diketahui bahwa pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan mitra
tutur dalam pertuturan itu menaati prinsip-prinsip kerja sama (Grice1975:45). Dengan kata
lain, jika kita tidak menaati atau mematuhi prinsip kerjasama tersebut, maka pertuturan atau
10
11. percakapan tidak akan berjalan dengan baik. Pelanggaran terhadap maksim kerja sama dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor,yakni (1) penutur memberikan kontribusi yang berlebihan
dari apa yang diharapkan mitra tutur, (2) peserta tutur memberikan kontribusi yang tidak
benar,(3) peserta tutur memberikan kontribusi yang tidak relevan dengan apa yang
dibicarakan, dan (4) peserta tutur memberikan kontribusi yang kurang jelas, ambigu, ataupun
berlebih-lebihan.
1. Maksim Kuantitas
Pelanggaran yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pelanggaran
terhadap maksim kuantitas, yakni.
Percakapan mahasiswa di FKIP Unlam.
Data 1
P1: Lalu kamu sudah perbaiki proposalnya?
P2: Belum, itu sedang dibaca oleh Putra
Data 2
P1: Adakah kertas polio?
P2: Ada satu, tapi buat aku saja yang memakai.
Data 3
P1: Bagaimana latar belakang kamu, apakah sudah selesai?
P2: Sudah, tapi tidak tahu benar tidaknya kalau perasaan saya benar saja.
Data 4
P1: Kamu siapa pembimbingnya?
P2: Ibu Laily, tapi saya melanjutkan tahun depan saja.
Data 4
P1: Sudah selesai kamu merisum?
P2: Sudah, dari pukul 12 sampai pukul 1 saya mengerjakan.
Percakapan di atas mengalami pelanggaran maksim kuantitas. Alasannya, pada :
Data 1, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut sudah atau tidaknya
perbaikan proposalnya, P2 menjawab ”Belum, itu sedang dibaca oleh Putra”. Memang benar
apa yang dijawab P2, namun P1 tidak mengharapkan jawaban apakah itu dibaca oleh
11
12. seseorang atau tidak, ataupun alasan lainnya. P1 mengharapkan jawaban sudah atau tidaknya
proposal itu diperbaiki.
Data 2, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut mau meminta kertas
polio, P2 menjawab ” Ada satu, tapi buat aku saja yang memakai.”. Memang benar apa yang
dijawab P2, namun secara tidak langsung P2 mengatakan bahwa tidak ada kertas polio lagi
dan P1 tidak mengharapkan jawaban apakah kertas itu di pakai atau tidak ataupun alasan
lainnya. P1 mengharapkan jawaban ada atau tidaknya kertas polio itu.
Data 3, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut sudah atau tidaknya latar
belakang, P2 menjawab “Sudah, tapi tidak tahu benar tidaknya kalau perasaan saya benar
saja.” Memang benar apa yang dijawab P2, namun P1 tidak mengharapkan jawaban
mengenai perasaannya, ataupun alasan lainnya. P1 mengharapkan jawaban sudah atau
tidaknya latar belakang itu.
Data 4, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut sudah atau tidaknya
risuman , P2 menjawab ” Sudah, dari pukul 12 sampai pukul 1 saya mengerjakan.”. Memang
benar apa yang dijawab P2, namun P1 tidak mengharapkan jawaban sampai pukul berapa dia
mengerjakan, ataupun alasan lainnya. P1 mengharapkan jawaban sudah atau tidaknya
merisum.
2. Maksim Kualitas
Pelanggaran yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pelanggaran
terhadap maksim kualitas, yakni:
Data 1
P1: Kamu pakai apa jadi bisa langsing?
P2: Hanya minum sunlight, bisa jadi kurus.
Data 2
P1: Apa sih resepnya kamu bisa seputih itu?
P2: Berendam dalam air tawas (penjernih air).
Data 3
P1: Siapa dosen PA kamu?
P2: Itu yang jadi dekan.
Data 4
12
13. P1: Siapa dosen pamongmu?
P2: Itu dosen yang killer.
Percakapan di atas mengalami pelanggaran maksim kualitas. Alasannya, pada :
Data 1, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut pelangsing, P2
menjawab “Hanya minum sunlight, bisa jadi kurus.” Jawaban tersebut sangat tidak benar
karena mana mungkin hal itu bisa terjadi padahal sunlight itu adalah sabun untuk mencuci
piring, itu hanya untuk melucu saja.
Data 2, kurang lebih sama dengan data1, saat P1 bermaksud bertanya kepada P2
menyangkut pemutih kulit, P2 menjawab “Berendam dalam air tawas (penjernih air).”
Jawaban tersebut sangat tidak benar karena mana mungkin hal itu bisa terjadi padahal tawas
itu adalah penjernih air, itu hanya untuk melucu saja.
Data 3, P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut siapa dosen PA, P2
menjawab “Itu yang jadi dekan.” Jawaban tersebut sangat tidak benar karena mana
mungkin hal itu bisa terjadi padahal dia sendiri tidak pernah tahu dosen PAnya yang mana
karena tidak pernah ikut konsul.
Data 4, P1 bermaksud bertanya kepada P2 menyangkut siapa Dosen pembimbingnya,
P2 menjawab “Itu dosen yang killer.” Jawaban tersebut sangat tidak benar karena mana
mungkin hal itu bisa terjadi padahal dia sendiri tidak pernah melihat karakter dosen tersebut.
3. Maksim Relevansi
Pelanggaran yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pelanggaran
terhadap maksim relevansi, yakni.
Data 1
P1: Mengapa kemarin kamu tidak masuk ?
P2: Kasihan sekali dia. Kecil-kecil sudah berjualan.
Analisisnya, P1 menanyakan mengapa kemarin tidak masuk, dan P2 malah menjawab
“kasihan sekali dia. Kecil-kecil sudah berjualan.” Karena pada saat P1 bertanya P2 malah
melihat anak kecil yang sedang berjualan gorengan, sehingga hal demikian dikatakan
pelanggaran maksim relevansi.
Data 2
P1: Apakah kamu mau ke kantin?
13
14. P2:Aku mengerjakan tugas dulu ya.
Analisisnya, P1 bertanya apakah mau ke kantin, ternyata P2 menjawab “Aku
mengerjakan tugas dulu ya.” Karena pada saat P1 bertanya P2 baru ingat tugasnya ada yang
belum, sehingga dia mengerjakan dulu.
Data 3
P1: Kamu nanti ke sini lagi kan?
P2: Aku ada urusan dulu ya.
Analisisnya, P1 menanyakan apakah dia ke sini lagi atau tidak. P2 menjawab “Aku
ada urusan dulu ya.” Karena pada saat P1 bertanya, P2 ada yang menelpon sehingga dia
tidak mendengar apa yang di katakan P1
4. Maksim Cara
Pelanggaran yang ditemukan pada percakapan di bawah ini mengandung pelanggaran
terhadap maksim cara, yakni.
Data 1
P1: Lalu Sani pergi kemana?
P2: Mungkin ke toilet atau makan ke kantin dia.
Percakapan tersebut memiliki pelanggaran terhadap maksim kerja sama, yakni pada
maksim cara. P1 bertanya kepada P2 tentang keadaan dimana Sani berada. Jawaban yang
diberikan P2 malah menduga-duga di mana sani berada. Hal ini dibuktikan dengan kalimat
“Mungkin ke toilet atau makan ke kantin dia”. Pernyataan yangdituturkan P2 tidak jelas dan
berbelit-belit dengan apa yang di tanyakan oleh P1.
Data 2
P1: Hari ini kamu mau makan apa, soto atau gado-gado?
P2: Paling enak sih makan nasi goreng. Soto juga mantap. Gado-gado boleh juga sih, tapi
kemarin aku sudah makan gado-gado masa gado-gado lagi.
Percakapan tersebut memiliki pelanggaran terhadap maksim kerja sama, yakni pada maksim
cara. P1 bertanya kepada P2 mengenai makan apa hari ini. Jawaban yang diberikan P2 malah
berbelit-belit. Hal ini dibuktikan dengan kalimat “Paling enak sih makan nasi goreng. Soto
juga mantap. Gado-gado boleh juga sih, tapi kemarin aku sudah makan gado-gado masa
gado-gado lagi.
14
15. BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan paparan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagaiberikut.
(1) Pematuhan prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi mahasiswa terdiri atas
pematuhan terhadap maksim kuantitas, kualitas, relevansi,dan cara. Pematuhan terjadi karena
mahasiswa memberikan informasi tidak berlebihan, memberikan informasi yang benar,
memberikan informasi yang sesuai dengan masalah, memberikan informasi yang jelas, dan
(2) Pelanggaran prinsip kerja sama pada percakapan lisan tidak resmi mahasiswa terdiri atas
pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Pelanggaran terjadi
15
16. karena mahasiswa memberikan informasi yang berlebihan, memberikan informasiyang tidak
benar, memberikan informasi yang tidak relevan, dan memberikaninformasi yang kurang
jelas.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari percakapan lisan tidak resmi mahasiswa, serta hasil
kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran yakni, pematuhan terhadap
maksim-maksim prinsi kerjasama dapat menjadikan kualitas percakapan lebih baik, yaitu
dengan cara menaati keempat maksim (maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi, maksim cara). Masih banyak pelanggaran yang terjadi pada percakapan tersebut.
Oleh karena itu kita lebih meningkatkan lagi kualitas percakapan kita. Caranya dengan
memerhatikan aturan-aturan, khususnya maksim kerja sama, agar kesalahan ini tidak akan
terulang dilain waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran pragmatik. Bandung: Angkasa.
Yule, G. (1998). Pragmatik. (S. Hermawan, Ed., & D. Jumadi, Trans.) Banjarmasin,
Kalimantan Selatan: PBS FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
https://littlestoriesoflanguages.wordpress.com/2012/04/19/prinsip-kerjasama-cooperative-
principles/ di akses pada 1 Desember 2016.
http://lifeiseducation09.blogspot.co.id/2013/02/prinsip-kerja-sama-grice-pragmatik.html
diakases pada tanggal 1 Desember 2016.
16