PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Cara Pembentukan Fonem Bahasa Indonesia
1. Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Desember 2012
Penyusun
i
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
Cara Pembentukan Fonem Bahasa Indonesia............................................1
Pengertian fonem dan cara pembentukannya......................................1
Pengertian Vokal Dan Pembentukannya.............................................2
Cara Pembentukan Konsonan..............................................................8
ii
3. Cara Pembentukan Fonem Bahasa Indonesia
1. Pengertian fonem dan cara pembentukannya.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat
membedakan arti atau bunyi bahasa yang berbeda namun mirip
kedengarannya. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik.
Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus
mempelajari bunyi bahasa. Dalam ilmu bahasa, fonem itu ditulis diantara
dua garis miring: /.../ .
/p/ dan /b/ adalah dua fonem, karena kedua bunyi itu membedakan arti.
Contoh :
pola - /pola/ dengan bola - /bola/
peras - /peras/ dengan beras - /beras/
Bunyi bahasa yang disebut fon dibentuk dengan cara
diartikulasikan. Berdasarkan sifatnya, artikulator terbagi dua, yakni:
artikulator aktif1
vdan artikulator pasif2
. Artikulator aktif biasanya
berpindah-pindah posisi untuk menentukan titik artikulasi guna
menghasilkan bunyi bahasa. Menurut Lapoliwa (1981:18), hubungan
posisional antara artikulator aktif dan artikulator pasif disebut striktur
(strictrure). Oleh karena vokal tidak mempunyai artikulasi, strukturnya
ditentukan oleh celah antara lidah dan langit-langit. Sesuai dengan
strukturnya, di bawah ini dikemukakan cara–cara membentuk fonem, baik
vokal maupun konsonan.
1
Artikulator Aktif=alat ucap yg dapat bergerak, untuk menghasilkan bunyi bahasa
(seperti lidah dan bibir).
2
Artikulator pasif=alat ucap yang tidak dapat bergerak, tetapi disentuh atau didekati oleh
artikulator aktif dalam menghasilkan bunyi bahasa (misal gigi atas dan langit-langit).
1
4. Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan
bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu
dengan yang lain.
1. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh:
Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal.
Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata
/pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh
fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas
(bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini), contohnya
kata /tutup/. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonesia mempunyai dua
variasi. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita
tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tidak lepas kita tandai dengan [p ],˃
maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua
alofon, yaitu [p] dan [p ].˃
2. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama
atau hampir sama. Contoh: in + moral : immoral : imoral.
3. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak
sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
4. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh:
anggota menjadi anggauta.
5. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi
monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
6. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n,
m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
2. Pengertian Vokal dan Pembentukannya
2
5. Vokal (Vokoid) yaitu bunyi ucapan yang terbentuk oleh udara
yang keluar dari paru-paru dan ketika melalui tenggorokan mendapat
hambatan. Kualitas vokal umumnya ditentukan oleh tiga hal, yakni:
(1) bulat-hamparnya bentuk bibir,
(2) atas-bawah lidah, dan
(3) maju–mundurnya lidah.
3
6. Pemberian klasifikasi vokal diperkenalkan oleh Daniel Jones
(1958:18) dengan istilah sistem vokal kardinal. Vokal kardinal adalah
bunyi vokal yang mempunyai kualitas tertentu, yang telah dipilih
sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
Rangka gambar bunyi ini dapat dipakai sebagai acuan perbandingan dalam
deskripsi vokal seluruh bahasa dunia. Vokal kardinal dilambangkan
dengan [i, e, ε, a, α, ə, o, dan u] dalam International Phonetics Association
(Marsono, 1989: 26). Adapun vokal dalam bahasa Indonesia berjumlah
enam buah, yakni: [a], [i], [u], [e], [o], dan [ə]. Pembentukan vokal ini
didasarkan pada posisi bibir, tinggi rendahnya lidah, dan maju mundurnya
lidah.
• Pembentukan vokal berdasarkan tinggi rendahnya lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan diatas:
a. Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat
ke rahang atas: [i] dan [u]
b. Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bahwa
menjauh sedikit dari rahang atas: [e] dan [o]
c. Vokal rendah atau tengah yang di bentuk apabila rahang bawah
diundurkan lagi sejauh-jauhnya: [a].
d. Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal
tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat bicara (Iidah) tidak
berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata.
Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasa hanya disebut
dengan istilah vokal saja. Artinya, yang dimaksud dengan istilah vokal
adalah vokal tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap.
Diftong ialah bunyi yang pada waktu diucapkannya posisi lidah yang
satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya (jarak lidah
denganlangit-langit.
3
7. • Diftong Naik (Rising Diphtongs)
Diftong naik (rising diphtongs) ialah jika vokal yang kedua
diucapkan dengan posisi lidah Iebih tinggi daripada yang pertama.
Karena lidah semakin menaik, dengan demikian strikturnya semakin
tertutup, sehingga diftong mi juga dapat disebut diftong
menutup (closing diphtongs). Berikut akan diuraikan diftong naik
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menurut Soebardi
(1973:8-9), bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik, yaitu:
a. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya pada kata pakai, lalai,
pandai, nilai, tupai, sampai.
b. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya pada kata amboi, sepoi-
sepoi.
c. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya pada katasaudara,
saudagar, lampau, surau, pulau, kacau.
• Pembentukan vokal berdasarkan maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan diatas:
a. Vokal depan, contohnya : [i] dan [e].
b. Vokal pusat, contohnya : [a].
c. Vokal belakang, contohnya : [u] dan [o]
• Pembentukan vokal berdasarkan bulat – hamparnya bentuk bibir.
Berdasarkan bulat – hamparnya bentuk bibir, vokal dapat dibedakan
diatas:
a. Vokal bundar, contohnya : [u] dan [o]
b. Vokal tak bundar, contohnya : [e], [i] dan [a]
4
8. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong
turun tidak ada. Diftong naik diambil contohnya dari bahasa Inggris.
Di dalam bahasa Inggris terdapat dua jenis diftong turun, yakni:
1. Diftong turun membuka-memusat [iə], misalnya dalam kata ear.
2. Diftong turun membuka-memusat [uə], misalnya dalam kata poor.
Vokal [i] diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa
tanpa menyebabkan terjadi konsonan geseran. Vokal [a] diucapkan dengan
merendahkan lidah depan (ujung lidah) serendah mungkin. Vokal [u] diucapkan
dengan menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin. (Dodd dan Leo C Tupan,
1961: 17 dalam Marsono, 1989: 27).
Vokal [e] dan [ε] diucapkan dengan lidah depan terletak di antara [i] dan [a].
Vokal [o] dan [ə] diucapkan dengan posisi pangkal lidah di antara [u] dan [a].
5
10. Vokal Konsonan
Ø Bunyi yang tidak disertai
hambatan pada alat bicara.
Hambatan hanya terdapat pada pita suara.
Ø Tidak terdapat artikulasi
Ø Semua vocal dihasilkan dengan
bergetarnya pita suara. Dengan demikian,
semua vokal adalah bunyi
suara.
Ø Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada
sebagian alat bicara.
Ø Terdapat artikulasi.
Ø Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan
dengan bergetarnya pita
suara. Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang
dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
6
12. 3. Cara Pembentukan Konsonan.
Apabila vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan adanya
pelonggaran arus udara dari paru-paru tanpa mendapat halangan
dalam rongga mulut, tidak demikian hal nya dengan konsonan.
Dalam penghasilan bunyi konsonan, arus udara dari paru-paru
mendapat hambatan di rongga mulut oleh artikulasi. Konsonan
dibedakan menurut:
1. Titik artikulasi.
2. Cara hambatan.
3. Ikut bergetar tidaknya pita suara.
• Pembentukan Konsonan Berdasarkan titik artikulasi, didapati
beberapa jenis konsonan.
a. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama
bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi
yang dihasilkan ialah [p], [b], [m], dan [w].
b. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi
dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan
ialah [f] dan [v].
c. Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai
d. artikulator dan daerah antar gigi (alveolum) sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [q], [d]. dengan
menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin. (Dodd dan Leo
C Tupan, 1961: 17 dalam Marsono, 1989: 27).
8
13. Vokal [e] dan [ε] diucapkan dengan lidah depan terletak di
antara [i] dan [a]. Vokal [o] dan [ə] diucapkan dengan posisi
pangkal lidah di antara [u] dan [a].
e. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama
bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi
yang dihasilkan ialah [p], [b], [m], dan [w].
f. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi
dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan
ialah [f] dan [v].
g. Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai
artikulator dan daerah antar gigi (alveolum) sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [q], [d].
h. Konsonan apiko alveolar. Bunyi yang dihasilakn ialah [d],
[t], [l], [n], [r].
i. Konsonan palatal atau lamino-palatal, yakni konsonan yang
dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai
artikulator dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan [d], [t], [r], [z], [s], [j], [c],
[ny], [y].
j. Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang
dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator
dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah [k], [g], [x], dan [ng].
k. Konsonan glottal atau hamzah, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat
9
14. sehingga menutup glotis. Udara sama sekali dihalangi.
Bunyi yang dihasilkan ialah [?].
l. Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
pita suara terbuka lebar sehingga udara yang keluar
digesekkan melalui glotis. Bunyi yang dihasilkan ialah [h].
m. Konsonan uvular. Bunyi yang dihasilkan [r].
10
15. • Pembentukan Konsonan Berdasarkan cara hambatan arus udara.
Berdasarkan cara hambatan udara dalam rongga mulut oleh titik
artikulasi, konsonan dapat dibedakan atas konsonan hambat (stop), paduan
(afrikat), geseran (frikatif), getar (trill), sampingan (lateral), sengau (nasal)
dan semivokal.
a. Konsonan hambat (stop),
Konsonan hambat yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan
yang dihasilkan ialah [p], [t], [c], [k], [b], [d], [j], dan [g].
Konsonan hambat yang disudahi dengan letupan disebut konsonan
eksplosif, misalnya [p] pada kata lapar, pukul,dan lipat. Konsonan
hambat yang tidak diakhiri oleh letupan disebut konsonan implosif,
misalnya [p] pada kata kelap, gelap, dan tetap.
b. Konsonan paduan (afrikat)
Bunyi konsonan afrikat ini dihasilakan seperti bunyi hambat, hanya
diletupkan secara bertahap. Konsonan yang dihasilakan ialah [j],
[c] dan [y].
c. Konsonan geseran (frikatif)
Konsonan geser atau frikatif yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru.
Konsonan yang dihasilkan ialah [f], [v], [x], [h], [s], [z], dan [x].
d. Konsonan getar (trill)
Konsonan getar atau trill yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan
berulang-ulang sehingga udara bergetar. Bunyi yang terjadi disebut
konsonan getar apikal [r]. Jika uvula yang menjauh dan mendekat
ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-ulang, akan
terjadi konsonan getar uvular [R].
10
16. e. Konsonan sampingan (lateral)
Konsonan likuida atau lateral yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa
diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang
dihasilkan ialah [l].
f. Konsonan sengau (nasal)
Konsonan nasal dihasilkan dengan menutup arus udara keluar
melalui rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar
melalui rongga hidung (gerak uvula turun). Konsonan yang
dihasilkan ialah [m], [n], [ng], [ny].
g. Konsonan semivokal (semivokoid)
Semi-vokal yaitu bunyi konsonan yang pada waktu diartikulasikan
belum membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal [w] dan
[y]. Bunyi bilabial [w] dibentuk dengan tempat artikulasi yang
berupa bibir atas dan bibir bawah.
• Pembentukan Konsonan Berdasarkan ikut tidaknya bergetar pita suara
pada saat konsonan dihasilkan, diperoleh konsonan bersuara dan konsonan
tak bersuara. Konsonan yang dihasilan oleh konsonan bersuara ialah [b].
11