SlideShare a Scribd company logo
1
Peluang
1. Ruang Sampel
Definisi:
Ruang sampel: Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan statistika, dan
dilambangkan dengan S.
Titik sampel: tiap-tiap hasil yang mungkin dalam ruang sempel.
Dalam statistik dikenal istilah eksperimen untuk menjelaskan proses mendapatkan sekumpulan data.
Contoh dari eksperimen statistik adalah melempar koin. Dalam eksperimen ini ada dua kemungkinan
kejadian (outcomes), muka(head) atau belakang(tail).
Contoh:
Ruang sampel dari eksperimen melempar mata uang adalah:
S = { H, T }
dimana H dan T bersesuaian dengan muka(head) dan belakang(tail )
Contoh: melempar dadu -> S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
melempar koin dua kali -> S = {GA, GG, AA, AG}
G = gambar, A = angka
2. Kejadian (Event)
Event adalah subset(himpunan bagian) dari ruang sampel, yaitu suatu kejadian dengan kondisi
tertentu.
Contoh:
Diberikan suatu ruang sampel S = {tβ”‚t β‰₯ 0} dimana t adalah umur dalam satuan tahun suatu
komponen elektronik. Suatu kejadian A adalah umur komponen yang kurang dari lima tahun, atau
dituliskan A = {tβ”‚0 ≀ t < 5}.
Operasi pada kejadian
a. Irisan (Intersection) dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∩ B, merupakan kejadian
yang elemennya termasuk dalam A dan B.
b. Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A U B, merupakan kejadian yang
mengandung semua elemen yang termasuk A atau B atau keduanya.
c. Komplemen suatu kejadian A, dinyatakan dengan A’, adalah himpunan semua elemen dalam S
yang tidak termasuk dalam A.
Hubungan antara kejadian dan ruang sampel dapat digambarkan dengan diagram Venn.
Dalam suatu diagram Venn misalkan, ruang sampel di gambarkan sebagai persegi panjang dan
kejadian dinyatakan sebagai lingkaran di dalamnya.
A ∩ B = region 1 dan 2
B ∩ C = region 1 dan 3
A U C = region 1,2,3,4,5,7
Bβ€² ∩ A = region 4 dan 7
A ∩ B ∩ C = region 1
(A U B) ∩ Cβ€² = region 2, 6 dan 7
2
Contoh :
Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul
οΏ½ Ruang sampel
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
οΏ½ Kejadian munculnya angka genap, A
A = {2, 4, 6}
οΏ½ Kejadian munculnya angka 5 atau lebih, B
B = {5, 6}
οΏ½ Irisan A dan B
A ∩ B = {6}
οΏ½ Gabungan A dan B
A U B = {2, 4, 5, 6}
οΏ½ Komplemen dari A
A’ = {1, 3, 5}
3. Menghitung titik sampel
Dalam percobaan statistika, semua kejadian yang mungkin dapat ditentukan tanpa harus
mendaftarkan satu-per-satu.
Teorema:
Jika operasi pertama dapat dilakukan dengan n1 cara, dan operasi kedua dengan n2 cara maka dua
operasi dapat dilakukan dengan n1n2 cara.
Contoh:
Ada berapa titik sampel jika dua buah dadu dilempar bersama-sama.
Jawab: (6)(6)=36 cara.
Teorema:
Bila ada k operasi dengan masing-masing mempunyai n1, n2,… , nk cara maka terdapat
(n1)(n2)…(nk) cara.
Contoh:
Dari 10 orang mahasiswa akan dibentuk sebuah kepengurusan yang terdiri dari 3 orang yang
berbeda, yaitu 1 ketua, 1 sekertaris dan 1 bendahara. Ada berapa kepengurusan yang mungkin
terbentuk?
Jawab : terdapat 10 cara untuk memilih ketua, diikuti oleh sembilan cara untuk memilih sekretaris,
dan di ikuti 8 cara untuk memilih bendahara.Berdasarkan teorema kepengurusan yang mungkin
terbentuk adalah 10 x 9 x 8 = 780
Kasus permutasi adalah experimen terhadap suatu obyek berupa himpunan H yang
menghasilkan ruang sampel dimana titik-titik sampelnya tidak memungkinkan pengulangan elemen-
elemen dalam H namun urutan elemen-elemen H pada setiap titik sampelnya diperhatikan.
Definisi:
Permutasi adalah sebuah susunan yang dapat dibentuk dari semua atau sebagian kumpulan objek.
Teorema :
Bila terdapat n objek yang berbeda terdapat n! permutasi.
Contoh:
Bila terdapat 3 huruf a,b,c maka jumlah permutasinya 3!=(3)(2)(1)=6, yaitu abc, acb, bac, bca, cab,
cba
Teorema:
Jumlah permutasi dari n objek yang berbeda diambil r adalah:
π‘ƒπ‘Ÿ =
𝑛!
( 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ)!𝑛
3
Contoh:
Dua tiket lotere diambil dari 20 untuk hadiah pertama dan kedua. Tentukan
jumlah titik sampel kejadian tersebut:
𝑃2 =
20!
18!
= (20)(19) = 38020
Teorema:
Jumlah permutasi dari n objek yang berbeda disusun melingkar adalah (n-1)!, dimana satu objek
dianggap mempunyai posisi tetap sehingga ada (n-1) yang disusun.
Bila objek-objek tersebut ada yang sama, maka akan terdapat susunan yang berulang. Misalkan dari
tiga huruf a,b,c dengan b=c=x, maka kemungkinan susunan adalah axx, axx, xax, xax, xxa, xxa
sebenarnya hanya ada 3 susunan yang berbeda. Susunan tersebut dihitung dengan cara 3!/2! = 3.
Teorema:
Jumlah permutasi yang berbeda dari n objek yang terdiri dari n1 jenis 1, n2
jenis 2, ... ,nk jenis ke-k adalah:
𝑛!
𝑛1! 𝑛2! β‹― 𝑛 π‘˜!
Contoh:
Terdapat lampu merah 3, lampu kuning 4, dan lampu biru 2 akan dipasang dengan tiga sinar pada 9
socket. Berapa kemungkinan yang dapat disusun.
Jawab:
9!
3! 4! 2!
= 1260 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž
Bila diberikan n objek kemudian akan dipartisi menjadi r subset disebut sel.
Urutan objek dalam sel tidak penting. Suatu contoh diberikan 5 huruf a, i, u, e, o akan dipartisi
menjadi dua sel masing-masing berisi 4 dan 1, maka susunan yang mungkin adalah:
{(a, e, i, o), (u)}, {(a, i, o, u), (e)}, {(e, i, o, u), (a)}, {(a, e, o, u), (i)}, {(a, e, i, u), (o)}
Jumlah partisi tersebut dinotasikan :
(
5
4,1
) =
5!
4! 1!
= 5
Teorema:
Jumlah cara untuk mempartisi sekumpulan n objek menjadi r sel dengan n1 elemen di sel pertama,
n2 elemen di sel ke dua dst. adalah:
(
𝑛
𝑛1, 𝑛2, β‹― , 𝑛 π‘Ÿ
) =
𝑛!
𝑛1! 𝑛2! β‹― 𝑛 π‘Ÿ!
dimana n1 + n2 + ::: + nr = n.
Contoh:
Ada 7 orang akan menginap di Hotel dengan 3 kamar, satu kamar berisi 3 orang dan dua kamar
berisi 2 orang. Ada berapa cara untuk menempatkan orang tersebut. Jawab:
(
7
3,2,2
) =
7!
3! 2! 2!
= 210
Teorema:
Diberikan n objek akan diambil sebanyak r tanpa memperhatikan urutan, cara pemilihan ini disebut
dengan kombinasi, dihitung dengan cara berikut:
(
𝑛
π‘Ÿ, 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ
) π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ (
𝑛
π‘Ÿ
) =
𝑛
π‘Ÿ! ( 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ)!
Contoh:
Dari 4 orang kimia akan diambil 2 orang, dari 3 orang fisika diambil 1 orang.
Bila orang yang dipilih digabung membentuk suatu kepanitian, ada berapa cara.
4
Jawab:
(
4
2
)(
3
1
) = (6)(3) = 18
4. Peluang suatu kejadian (Probabilitas dari Event)
Teori peluang secara matematis untuk ruang sampel berhingga maupun tak berhingga
merupakan fungsi kejadian yang menetapkan suatu bilangan dinamakan bobot, yang berharga dari
0 sampai 1 ,sehingga kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berasal dari suatu percobaan
statistika dapat dihitung.Untuk menentukan suatu kejadian A, semua bobot titik sampel kita
jumlahkan. Jumlah ini disebut dengan peluang dari A, dinotasikan dengan P(A).
Definisi:
Peluang dari kejadian A adalah jumlah dari bobot semua titik sampel dalam A.
Sehingga:
0 ≀ P(A) ≀ 1, P(Ø) = 0 dan P(S) = 1
Contoh:
Suatu mata uang dilempar dua kali. Tentukan peluang sekurang-kurangnya satu head muncul.
Jawab:
Ruang sampel dari percobaan ini adalah:
S = {HH, HT, TH, TT}
Jika mata uang ini rata/seimbang maka peluangnya sama, masing-masing
1
4
Jika A adalah kejadian tersebut maka:
A = {HH, HT, TH} dan 𝑃( 𝐴) =
1
4
+
1
4
+
1
4
=
3
4
Contoh:
Sebuah dadu dilempar dimana kemunculan bilangan genap mempunyai peluang
dua kali lebih besar. Jika E adalah suatu kejadian bahwa bilangan yang muncul
kurang dari 4 tentukan P(E).
Jawab:
Ruang sampelnya adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Misalkan peluang ganjil adalah
w (ada 3 bilangan ganjil yaitu 1,3 dan 5 sehinga jumlah peluang ganjil adalah 3 x w=3w) dan
peluang genap adalah 2w(ada 3 bilangan genap yaitu 2, 4,dan 6 sehinga jumlah peluang genap
adalah 3 x 2w=6w). Karena totalnya 1 maka 3w + 6w = 9w = 1, sehingga 𝑀 =
1
9
E = {1, 2, 3} sehingga bisa dimisalkan sebagai {w,2w,w} dan 𝑃( 𝐸) =
1
9
+
2
9
+
1
9
=
4
9
Teorema:
Bila suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama, dan bila
tepat sebanyak n dari hasil berkaitan dengan kejadian A, maka peluang kejadian A adalah
𝑃( 𝐴) =
𝑛
𝑁
Contoh:
Diambil 5 kartu poker, tentukan peluang terambil 2 as dan 3 jack.
Jawab:
𝑃( 𝐢) =
(4
2
)(4
3
)
(52
5
)
= 0.9 Γ— 10βˆ’5
Contoh :
Dua buah dadu di lempar keatas secara bersamaan. Tentukan peluang munculnya angka berjumlah
5!
Jawab :
Hasil yang dimaksud n = 4 , yaitu (1,4),(4,1),(2,3),(3,2)
Hasil yang mungkin N = 36, yaitu (1,1),(1,2),(1,3) ,............,(6,6)
𝑃( 𝐴) =
4
36
= 0,11
5
5. Aturan Penjumlahan
Teorema:
Jika A dan B adalah dua buah kejadian sebarang maka:
P(A U B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
Bukti:
Perhatikan diagram Venn pada gambar .
Dari operasi gabungan dua himpunan diperoleh
𝑃( 𝐴 βˆͺ 𝐡) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′)
Dari gambar diperoleh
𝑃( 𝐴) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) , π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) = 𝑃( 𝐴) βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡)
𝑃( 𝐡) = 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) , π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) = 𝑃( 𝐡)βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡)
Sehingga
𝑃( 𝐴 βˆͺ 𝐡) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′)
= 𝑃( 𝐴) βˆ’ 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡)βˆ’ 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡)
= 𝑃( 𝐴) + 𝑃( 𝐡) βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡)
P(A U B) adalah jumlah peluang titik sampel dalam (A U B). P(A)+P(B) menyatakan jumlah semua
peluang dalam A dan jumlah semua peluang dalam B. Jadi peluang (A ∩ B) telah dijumlahkan dua
kali. Karena peluang semua titik dalam (A ∩ B) adalah P(A ∩ B) maka peluang ini harus dikurangkan
sekali untuk mendapatkan jumlah peluang dalam (A U B), yaitu P(A U B).
Akibat:
Jika A dan B kejadian terpisah maka
P(A U B) = P(A) + P(B)
Akibat:
Jika A1, A2, A3,…, An saling terpisah maka
P(A1 U A2 U … U An) = P(A1) + P(A2) + … + P(An)
Akibat:
Jika A1, A2, A3, …, An adalah partisi dari ruang sampel S maka
P(A1 U A2 U… U An) = P(A1) + P(A2) + ::: + P(An)
= P(S)
= 1
Teorema:
Untuk tiga kejadian A, B, dan C
P(A U B U C) =P(A) + P(B) + P(C) - P(A ∩ B) - P(A ∩ C)- P(B ∩ C) + P(A ∩ B ∩ C)
A ∩ BA B
T
6
Contoh:
Peluang Paula lulus matematika adalah 2/3 lulus bahasa inggris 4/9. Jika peluang lulus keduanya
1/4, berapa peluang lulus sekurang-kurangnya satu pelajaran.
Jawab:
P(M U E) = P(M) + P(E) - P(M ∩ E) = 2/3 + 4/9 – 1/4 = 31/36
Contoh:
Dua dadu dilempar, tentukan probabilitas jumlahnya 7 atau 11.
Jawab:
Misalkan P(A) adalah dua dadu dengan jumlah 7, P(B) adalah dua dadu dengan jumlah 11.
P(A U B) = P(A) + P(B) = 1/6 + 1/18 = 2/9
Teorema:
Jika A dan Aβ€² adalah kejadian yang saling berkomplemen maka:
P(A) + P(Aβ€²) = 1
Bukti:
Karena (A U Aβ€²) = S , dan himpunan A dan Aβ€² terpisah, maka
1 = P(S)
= P(A U Aβ€²)
= P(A) + P(Aβ€²)
Contoh:
Dua buah barang dipilih secara acak dari 12 barang diantaranya ada 4 barang berkondisi cacat
(rusak). Tentukan probailitas bahwa:
(a). kedua barang tersebut cacat
(b). kedua barang berkondisi baik
(c). paling sedikit satu barang cacat
Banyaknya cara untuk memilih 2 barang dari 12 barang = n(S)
𝑛( 𝑆) = (
12
2
) =
12!
2! (12 βˆ’ 2)!
= 66
Dimisalkan : A = kejadian terpilihnya kedua barang cacat
B = kejadian terpilihnya kedua barang baik
Maka
𝑛( 𝐴) = (
4
2
) =
4!
2! (4 βˆ’ 2)!
= 6 𝑛( 𝐡) = (
8
2
) =
8!
2! (8 βˆ’ 2)!
= 28
a). Probabilitas untuk mendapatkan kedua barang cacat = 𝑃( 𝐴) =
𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)
=
6
66
b). Probabilitas untuk mendapatkan kedua barang baik = 𝑃( 𝐡) =
𝑛(𝐡)
𝑛(𝑆)
=
28
66
c). Misalkan; = probabilitas terpilihnya 0- barang yang cacat
= probabilitas terpilihnya 1- barang yang cacat
= probabilitas terpilihnya 2- barang yang cacat
𝑃( 𝑆) = 𝑃(0) + 𝑃(1) + 𝑃(2) = 1 𝑃(0) = 𝑃( 𝐡) =
28
66
Probabilitas paling sedikit ada satu barang cacat = Probabilitas (1-barang yang cacat , 2-barang
yang cacat) = 𝑃(1) + 𝑃(2) = 1 βˆ’ 𝑃(0) = 1 βˆ’
28
66
=
38
66
Jadi probabilitas paling sedikit ada satu barang cacat adalah
38
66
7
6. Peluang Bersyarat (Probabilitas Bersyarat)
Probabilitas event B terjadi jika diketahui bahwa event A telah terjadi disebut dengan probabilitas
bersyarat dan dinotasikan dengan P(Bβ”‚A). Penulisan ini dibaca "peluang B terjadi diberikan A telah
terjadi".
Ilustrasi:
Misalkan B adalah bilangan kuadrat sempurna bila sebuah dadu dilempar.
Seperti contoh sebelumnya (contoh pada peluang suatu kejadian) bilangan genap mempunyai
peluang dua kali dibanding yang ganjil. Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dengan peluang
1
9
dan
2
9
untuk bilangan ganjil dan genap. Ruang sampel B adalah B = {1, 4} dengan P(B) =
1
3
. Misalkan A
adalah suatu event dimana bilangan yang muncul lebih besar dari atau sama dengan 4, atau A = {4,
5, 6}. Untuk menghitung peluang B terjadi relatif terhadap event A. kita harus menghitung dahulu
peluang baru A proposional dengan peluang semula demikian sehingga jumlahnya 1. Misalkan w
adalah peluang bilangan ganjil dan 2w peluang bilangan genap dari event A, maka w =
1
5
. Event
Bβ”‚A = {4}, sehingga P(Bβ”‚A) =
2
5
Atau kita dapat menuliskan:
𝑃( 𝐡| 𝐴) =
2
5
=
2 9⁄
5 9⁄
=
𝑃( 𝐴⋂𝐡)
𝑃( 𝐴)
Definisi:
Peluang bersyarat dari B diberikan A dinotasikan dengan P(Bβ”‚A) didefinisikan dengan :
𝑃( 𝐡| 𝐴) =
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡)
𝑃( 𝐴)
π‘—π‘–π‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐴) > 0
Contoh:
Misalkan jumlah seluruh mahasiswa suatu universitas adalah 10.000 orang. Himpunan A mewakili
2.000 mahasiswa lama (a). Himpunan B mewakili 3.500 mahasiswa putri (b). Sedangkan 800 dari
3.500 mahasiswa putri merupakan mahasiwa lama (c). A dan B adalah masing-masing merupakan
himpunan bagian dari S. Kita memilih satu orang mahasiswa secara acak, maka kejadian bersyarat
(A/B) adalah kejadian yang mewakili mahasiswa lama dengan syarat bahwa mereka putri.
Tentukan
(a). Apabila dari 10.000 mahasiswa tersebut dipilih satu secara acak, berapakah probabilitasnya
bahwa mahasiswa tersebut mahasiswa lama dengan syarat putri.
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) =
𝑐
𝑁
=
800
10.000
= 0,08
𝑃( 𝐴| 𝐡) = P(lama/putri)
=
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡)
𝑃( 𝐡)
=
𝑐/𝑁
𝑏/𝑁
=
800
3500
= 0,23
(b). Dengan argumentasi yang sama, probabilitas bahwa mahasiswa yang terpilih secara acak
tersebut mahasiswa putri dengan syarat bahwa harus juga mahasiswa lama, maka:
𝑃( 𝐡| 𝐴) = P(putri/lama)
8
=
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡)
𝑃( 𝐴)
=
𝑐 /𝑁
π‘Ž/𝑁
=
800
2000
= 0,40
7. Event Independent (Kejadian saling lepas)
Dua kejadian atau lebih dikatakan merupakan kejadian bebas apabila terjadinya kejadian tersebut
tidak saling mempengaruhi. Dua kejadian A dan B dikatakan bebas, jika kejadian A tidak
mempengaruhi B atau sebaliknya.
Definisi:
Dua kejadian A dan B independent jika dan hanya jika:
P(Bβ”‚A) = P(B) dan P(Aβ”‚B) = P(A)
jika tidak demikian maka dependent.
Contoh:
Misal A adalah kejadian munculnya gambar spade pada pengambilan pertama dan B adalah
kejadian munculnya gambar spade pada pengambilan kedua.
Penyelesaian:
P(A) = P(B) =
13
52
= 0,25. Jika dilakukan pengembalian, maka P(B|A) = P(B) = 0,25. Jika tidak
dilakukan pengembalian maka P(B|A) = 12/51
8. Aturan Perkalian
Teorema:
Jika dalam suatu eksperimen dua event A dan B dapat terjadi maka:
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴)
Contoh:
Misalkan dalam suatu box terdapat 20 sekering, 5 diantaranya putus. Akan diambil dua secara
random dengan pengambilan pertama tanpa dikembalikan.
Tentukan peluang keduanya putus.
Jawab:
Peluang pertama putus adalah
5
20
=
1
4
yang kedua putus adalah
4
19
, sehingga
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = (
1
4
)(
4
19
) =
1
19
Contoh:
Satu tas pertama berisi 4 bola putih dan 3 bola hitam. Tas kedua berisi 3 bola putih dan 5 bola
hitam. Satu bola diambil dari tas pertama dimasukkan ke tas kedua (secara random). Tentukan
peluang mengambil satu bola dari tas kedua berwarna hitam.
Jawab:
Misalkan B1,B2 dan W1 mewakili pengambilan bola hitam dari tas 1, bola hitam dari tas 2 dan bola
putih dari tas 1. Event yang dimaksud adalah B1 ∩ B2 digabung dengan W1 ∩ B2, peluang dari event
tersebut adalah:
P[(B1 ∩ B2) or (W1 ∩ B2)] = P(B1 ∩ B2) + P(W1 ∩ B2)
= P(B1)P(B2β”‚B1) + P(W1)P(B2β”‚W1)
=(
3
7
)(
6
9
)+ (
4
7
)(
5
9
) =
38
63
Untuk mendapatkan peluang bahwa dua kejadian bebas akan terjadi bersama, bias diperoleh
dengan mencari hasil kali peluang dua kejadian.
9
Teorema:
Dua even A dan B adalah independent jika dan hanya jika
P(A ∩ B) = P(A)P(B)
Bukti : 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴)
Dari Definisi Dua kejadian A dan B independent jika dan hanya jika:
P(Bβ”‚A) = P(B) dan P(Aβ”‚B) = P(A)
Maka 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴)
𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃(𝐡)
Contoh:
Sepasang dadu dilempar dua kali. Tentukan peluang jumlah 7 dan 11.
Jawab:
Misalkan
A1 : pelemparan pertama berjumlah 7
A2 : pelemparan kedua berjumlah 7
B1 : pelemparan pertama berjumlah 11
B2 : pelemparan kedua berjumlah 11
P[(A1 ∩ B2) U (B1 ∩ A2)] = P(A1 ∩ B2) + P(B1 ∩ A2)
= P(A1)P(B2) + P(B1)P(A2)
= (
1
6
)(
1
18
) + (
1
18
) (
1
6
) =
1
54
Teorema:
Jika dalam suatu eksperimen event-event A1, A2, A3,…,Ak dapat terjadi, maka :
P(A1 ∩ A2 ∩ A3 βˆ©β€¦βˆ© Ak) = P(A1) P(A2β”‚A1) P(A3β”‚A1 ∩ A2)...P(Akβ”‚A1 ∩ A2 βˆ©β€¦βˆ© Ak-1)
Jika event-event A1, A2, A3,…,Ak saling lepas (independent) maka:
P(A1 ∩ A2 ∩ A3 ∩ … ∩ Ak) = P(A1)P(A2)P(A3)…P(Ak)
Contoh:
Tiga lembar kartu diambil secara berturutan tidak dikembalikan. Tentukan peluang dari event A1 ∩
A2 ∩ A3 dimana:
A1 : kartu pertama adalah ACE merah
A2 : kartu kedua adalah 10 atau JACK
A3 : kartu ketiga lebih besar dari 3 dan kurang dari 7
Jawab:
𝑃( 𝐴1) =
2
52
𝑃( 𝐴2| 𝐴1) =
8
51
𝑃( 𝐴3| 𝐴1 ∩ 𝐴2) =
12
50
Sehingga diperoleh:
𝑃( 𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ 𝐴3) = 𝑃( 𝐴1) 𝑃( 𝐴2| 𝐴1) 𝑃( 𝐴3 | 𝐴1 ∩ 𝐴2)
= (
2
52
)(
8
51
)(
12
50
) =
8
5525
9. Kaidah Bayes (Teorema Bayes)
Kaidah bayes atau teori bayes dikemukakan oleh seorang pendeta Inggris tahun 1763 yang
bernama Thomas Bayes. Kaidah ini digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya suatu
peristiwa berdasarkan pengaruh yang didapat dari hasil observasi. Sejak perang dunia ke-2 telah
berkembang apa yang disebut β€œBayesian decision Theory”, yaitu teori keputusan berdasarkan
perumusan Thomas Bayes yang bertujuan untuk memecahkan masalah pembuatan keputusan yang
mengandung ketidakpastian (Decision making uder uncertainty).
10
Teori ini menerangkan hubungan antara probabilitas terjadinya suatu peristiwa (misalkan B)
dengan syarat peristiwa lain (misalkan A) telah terjadi, dan probabilitas terjadinya peristiwa A
dengan syarat peristiwa B telah terjadi. Kaidah ini didasarkan pada prinsip bahwa tambahan
informasi dapat memperbaiki kaidah probabilitas.
Peluang bersyarat kita gunakan apabila dalam ruang sampel (S) terdapat satu peristiwa
saling lepas, sedangkan Aturan bayes kita gunakan jika dalam suatu ruang sampel (S) terdapat
beberapa peristiwa saling lepas (mutually exclusive), Peristiwa A dapat dinyatakan sebagai
gabungan dua atau lebih peristiwa yang mutually exclusive.
Tinjau diagram Venn
Peristiwa A dapat dinyatakan sebagai gabungan dua peristiwa yang mutually exclusive, yaitu (B∩A)
dan (Bβ€™βˆ©A). Jadi
A = (B ∩ A) U (Bβ€² ∩ A)
maka P(A) dapat dihitung sebagai berikut:
P(A) = P[(B ∩ A) U (Bβ€² ∩ A)]
= P(B ∩ A) + P(Bβ€² ∩ A)
Dari
𝑃( 𝐡| 𝐴) =
𝑃( 𝐴⋂𝐡)
𝑃( 𝐴)
π‘‘π‘Žπ‘› 𝑃( 𝐴| 𝐡) =
𝑃( 𝐴⋂𝐡)
𝑃( 𝐡)
𝑃( 𝐡| 𝐴)
𝑃( 𝐴| 𝐡)
=
𝑃( 𝐴⋂𝐡)
𝑃( 𝐴)
𝑃( 𝐴⋂𝐡)
𝑃( 𝐡)
=
𝑃( 𝐡)
𝑃( 𝐴)
𝑃( 𝐡| 𝐴) =
𝑃( 𝐡)
𝑃( 𝐴)
𝑃( 𝐴| 𝐡)
Dengan P(A) = P(B ∩ A) + P(Bβ€² ∩ A) maka,
𝑃( 𝐡| 𝐴) =
𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡)
𝑃( 𝐡∩𝐴)+𝑃( π΅β€²βˆ©π΄)
=
𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡)
𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡) + 𝑃( 𝐡′) 𝑃( 𝐴| 𝐡′)
𝑃( 𝐡 π‘Ÿ| 𝐴) =
𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)
βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)π‘˜
π‘Ÿ=1
=
𝑃( 𝐡𝑖) 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖)
βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖)π‘˜
π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖)
π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, … π‘˜
11
Kaidah Bayes ini menyatakan, jika dalam suatu ruang sampel (S) terdapat beberapa peristiwa
saling lepas (mutually exclusive), yaitu misalkan B1, B2, B3, …, Bn yang memiliki probabilitas tidak
sama dengan nol dan apabila ada peristiwa lain (misalkan A) yang mungkin dapat terjadi pada
peristiwa-peritiwa B1, B2, B3, …, Bn dengan diketahui peristiwa A tersebut, maka:
𝑃( π΅π‘Ÿ
| 𝐴) =
𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)
βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)π‘˜
π‘Ÿ=1
=
𝑃( 𝐡𝑖
) 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖
)
βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖
)π‘˜
π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖
)
π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, … π‘˜
Pada kaidah ini, terdapat beberapa bentuk probabilitas, yaitu :
1. Probabilitas awal (probabilitas prior), yaitu probabilitas berdasarkan informasi yang tersedia
(sebelum ada tambahan informasi), yaitu P(Br).
2. Probabilitas bersyarat, yaitu probabilitas dimana terjadinya suatu peristiwa didahului oleh terjadinya
peristiwa lain, yaitu P(Ar|Br)
3. Peristiwa ganda, yaitu gabungan dari beberapa probabilitas (probabilitas gabungan), yaitu
{βˆ‘P(Br)βˆ™P(Ar|Br)}.
4. Probabilitas posterior, yaitu probabilitas yang diperbaiki dengan adanya informasi tambahan, yaitu
P(Br|Ar).
Contoh soal 1:
Tiga kotak masing masing memiliki dua laci. Di dalam laci-laci tersebut terdapat sebuah bola. Di
dalam kotak I terdapat bola emas, dalam kotak II terdapat bola perak, dan dalam kotak III terdapat
bola emas dan perak. Jika diambil sebuah kotak dan isinya bola emas, berapa probabilitas bahwa
laci lain berisi bola perak?
Penyelesaian :
Misalkan : B1 : Peristiwa terambil kotak I
B2 : Peristiwa terambil kotak II
B3 : Peristiwa terambil kotak III
A : Peristiwa laci yang dibuka berisi bola emas
A ini merupakan tambahan informasi
1. Probabilitas awal (Probabilitas Prior)
𝑃( 𝐡1
) =
1
3
= 0,333
𝑃( 𝐡2
) =
1
3
= 0,333
𝑃( 𝐡3
) =
1
3
= 0,333
2. Probabilitas bersyarat
𝑃( 𝐴| 𝐡1
) = 1
𝑃( 𝐴| 𝐡2
) = 0
𝑃( 𝐴| 𝐡3
) =
1
2
= 0,5
3. Probabilitas ganda (R)
𝑅 = 𝑃( 𝐡1
) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡1
) + 𝑃( 𝐡2
) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡2
) + 𝑃( 𝐡3
) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡3
)
= (0,333)(1) + (0,333)(0) + (0,333)(0,5)
= 0,333 + 0 + 0,1665
= 0,4995
4. Probabilitas posterior
𝑃( 𝐡3
| 𝐴) =
𝑃( 𝐡3
) 𝑃( 𝐴| 𝐡3
)
βˆ‘ 𝑃( π΅π‘Ÿ
)3
π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| π΅π‘Ÿ
)
π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, 3
=
(0,333)(0,5)
0,333
=
0,1665
0,4995
= 0,333
12
Daftar Pustaka
1. Wapole R.E and Myers Raymond H, 1995, Ilmu peluang dan statistika untuk insinyur
dan ilmuan, ITB : Bandung.
2. Hasan. M.Iqbal, 2008, Statistika 2 (statistik inferensif) edisi ke-2, PT. Bumi aksara :
Jakarta.
3. Supranto. J, 2000, Statistik dan teori aplikasi edisi ke-6, Erlangga : Jakarta.
4. Abadyo and Permadi Hendro, 2004, Metoda statistika praktis, UM Press: Malang.
5. http://radar.ee.itb.ac.id/~suksmono/Lectures/el2002/ppt/I.%20Konsep%20Peluang.pdf
6. http://images.chrhad.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SLVZ1QoKCqcAAErQ
WgM1/ch2.pdf?key=chrhad:journal:22&nmid=112571313
7. http://hrisdianto.files.wordpress.com/2010/02/pengantar-probabilitas-drs1-arief-a-m-
si.pdf
13
Makalah Statistika Matematika 1
PELUANG
Oleh : Kelompok 1
Anggota: Aisyahtin afida h A (093214013)
Dedi Pujo Santoso (093214204)
Anggerina Kartika Sari (093214205)
Maulidya (093214208)
Antoni Nur Hidayat (093214214)
Siti Rohmawati (093214224)
PRODI S1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2011

More Related Content

What's hot

Karakteristik transistor
Karakteristik transistorKarakteristik transistor
Karakteristik transistor
andhi_setyo
Β 
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-booleCourse 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Nandar Jhon
Β 
Logika informatika-4
Logika informatika-4Logika informatika-4
Logika informatika-4
rabib
Β 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Azhar Al
Β 
Teknik integrasi
Teknik integrasiTeknik integrasi
Teknik integrasi
indirahayu
Β 
Logika dasr
Logika dasrLogika dasr
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa pptKuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
nursyamsiahhartanti
Β 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
Muhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
suartika
Β 
2 a medan listrik
2 a medan listrik2 a medan listrik
2 a medan listrik
Mario Yuven
Β 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Kelinci Coklat
Β 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2unesa
Β 
Kombinatorial dan peluang diskrit
Kombinatorial dan peluang diskritKombinatorial dan peluang diskrit
Kombinatorial dan peluang diskrit
Aldo Christian
Β 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
Heni Widayani
Β 
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
Ricardio Napoleao De Jesus Bento
Β 
Statistika Konsep Peluang
Statistika Konsep PeluangStatistika Konsep Peluang
Statistika Konsep Peluang
Eko Mardianto
Β 
Probabilitas
Probabilitas Probabilitas
Probabilitas
Aceh Engineering State
Β 
Uji Hipotesis Satu Rata-rata
Uji Hipotesis Satu Rata-rataUji Hipotesis Satu Rata-rata
Uji Hipotesis Satu Rata-rata
silvia kuswanti
Β 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
FKIP UHO
Β 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
Kelinci Coklat
Β 

What's hot (20)

Karakteristik transistor
Karakteristik transistorKarakteristik transistor
Karakteristik transistor
Β 
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-booleCourse 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Course 3-gerbang-logika-dan-aljabar-boole
Β 
Logika informatika-4
Logika informatika-4Logika informatika-4
Logika informatika-4
Β 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Β 
Teknik integrasi
Teknik integrasiTeknik integrasi
Teknik integrasi
Β 
Logika dasr
Logika dasrLogika dasr
Logika dasr
Β 
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa pptKuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
Kuasa lingkaran, titik kuasa, garis kuasa ppt
Β 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
Β 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
Β 
2 a medan listrik
2 a medan listrik2 a medan listrik
2 a medan listrik
Β 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Β 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2
Β 
Kombinatorial dan peluang diskrit
Kombinatorial dan peluang diskritKombinatorial dan peluang diskrit
Kombinatorial dan peluang diskrit
Β 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
Β 
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
Β 
Statistika Konsep Peluang
Statistika Konsep PeluangStatistika Konsep Peluang
Statistika Konsep Peluang
Β 
Probabilitas
Probabilitas Probabilitas
Probabilitas
Β 
Uji Hipotesis Satu Rata-rata
Uji Hipotesis Satu Rata-rataUji Hipotesis Satu Rata-rata
Uji Hipotesis Satu Rata-rata
Β 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
Β 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
Β 

Viewers also liked

Makalah kombinasi, permutasi dan peluang
Makalah kombinasi, permutasi dan peluangMakalah kombinasi, permutasi dan peluang
Makalah kombinasi, permutasi dan peluang
Aisyah Turidho
Β 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
sayid bukhari
Β 
Peluang, Permutasi, Kombinasi
Peluang, Permutasi, KombinasiPeluang, Permutasi, Kombinasi
Peluang, Permutasi, Kombinasi
Novi Suryani
Β 
ATURAN PENCACAHAN
ATURAN PENCACAHANATURAN PENCACAHAN
ATURAN PENCACAHAN
Ade Nurlaila
Β 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
Ibnu Fajar
Β 
Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)
zmeffendi
Β 
Ppt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologiPpt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologipipit1992
Β 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
Β 
Power Point Tentang Peluang
Power Point Tentang PeluangPower Point Tentang Peluang
Power Point Tentang Peluang
Matt Engky
Β 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
taufiq99
Β 

Viewers also liked (10)

Makalah kombinasi, permutasi dan peluang
Makalah kombinasi, permutasi dan peluangMakalah kombinasi, permutasi dan peluang
Makalah kombinasi, permutasi dan peluang
Β 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Β 
Peluang, Permutasi, Kombinasi
Peluang, Permutasi, KombinasiPeluang, Permutasi, Kombinasi
Peluang, Permutasi, Kombinasi
Β 
ATURAN PENCACAHAN
ATURAN PENCACAHANATURAN PENCACAHAN
ATURAN PENCACAHAN
Β 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
Β 
Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)
Β 
Ppt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologiPpt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologi
Β 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
Β 
Power Point Tentang Peluang
Power Point Tentang PeluangPower Point Tentang Peluang
Power Point Tentang Peluang
Β 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
Β 

Similar to Makalah peluang new

Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).pptStatistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
GaryChocolatos
Β 
Lukman matstat
Lukman matstatLukman matstat
Lukman matstat
Lukman
Β 
Lukman matstat
Lukman matstatLukman matstat
Lukman matstatLukman
Β 
Peluang dan peubah acak diskrit
Peluang dan peubah acak diskritPeluang dan peubah acak diskrit
Peluang dan peubah acak diskrit
Nida Hilya
Β 
Statistika: Peluang
Statistika: PeluangStatistika: Peluang
Statistika: Peluang
Jidun Cool
Β 
Presentasi ii prob dan statistik
Presentasi ii prob dan statistikPresentasi ii prob dan statistik
Presentasi ii prob dan statistik
Haifa Khairunisa
Β 
Aksioma peluang
Aksioma peluangAksioma peluang
Aksioma peluang
ikhsanguntur
Β 
Stat d3 7
Stat d3 7Stat d3 7
Stat d3 7
Ketut Swandana
Β 
Makalah_Matematika_Peluang.docx
Makalah_Matematika_Peluang.docxMakalah_Matematika_Peluang.docx
Makalah_Matematika_Peluang.docx
TaufikRamadhan47
Β 
Peluang_Statistika
Peluang_StatistikaPeluang_Statistika
Peluang_Statistika
AhmadTeguh
Β 
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptxSTD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
dindaspd2000
Β 
Probabilitas
Probabilitas Probabilitas
Probabilitas
tumbuhsehat
Β 
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANG
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANGMatematika Kelas 9 - BAB PELUANG
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANG
nissayyo
Β 
peluang.pptx
peluang.pptxpeluang.pptx
peluang.pptx
naililfiza2
Β 
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soalRuang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Makna Pujarka
Β 
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
sukani
Β 
6. Probabilitas.pdf
6. Probabilitas.pdf6. Probabilitas.pdf
6. Probabilitas.pdf
Jurnal IT
Β 
Presentasi peluang muzayyin ahmad
Presentasi peluang   muzayyin ahmadPresentasi peluang   muzayyin ahmad
Presentasi peluang muzayyin ahmad
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
Β 
Makalah matematika peluang
Makalah matematika peluangMakalah matematika peluang
Makalah matematika peluang
Lilin Ariandi
Β 
PELUANG
PELUANGPELUANG

Similar to Makalah peluang new (20)

Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).pptStatistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
Statistika Dasar-Prodi. Geologi (Pertemuan 1 dan 2).ppt
Β 
Lukman matstat
Lukman matstatLukman matstat
Lukman matstat
Β 
Lukman matstat
Lukman matstatLukman matstat
Lukman matstat
Β 
Peluang dan peubah acak diskrit
Peluang dan peubah acak diskritPeluang dan peubah acak diskrit
Peluang dan peubah acak diskrit
Β 
Statistika: Peluang
Statistika: PeluangStatistika: Peluang
Statistika: Peluang
Β 
Presentasi ii prob dan statistik
Presentasi ii prob dan statistikPresentasi ii prob dan statistik
Presentasi ii prob dan statistik
Β 
Aksioma peluang
Aksioma peluangAksioma peluang
Aksioma peluang
Β 
Stat d3 7
Stat d3 7Stat d3 7
Stat d3 7
Β 
Makalah_Matematika_Peluang.docx
Makalah_Matematika_Peluang.docxMakalah_Matematika_Peluang.docx
Makalah_Matematika_Peluang.docx
Β 
Peluang_Statistika
Peluang_StatistikaPeluang_Statistika
Peluang_Statistika
Β 
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptxSTD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
STD BAB 7 ATURAN PENCACAHAN DAN PELUANG.pptx
Β 
Probabilitas
Probabilitas Probabilitas
Probabilitas
Β 
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANG
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANGMatematika Kelas 9 - BAB PELUANG
Matematika Kelas 9 - BAB PELUANG
Β 
peluang.pptx
peluang.pptxpeluang.pptx
peluang.pptx
Β 
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soalRuang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Ruang sampel dan titik sampel plus contoh soal
Β 
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
Β 
6. Probabilitas.pdf
6. Probabilitas.pdf6. Probabilitas.pdf
6. Probabilitas.pdf
Β 
Presentasi peluang muzayyin ahmad
Presentasi peluang   muzayyin ahmadPresentasi peluang   muzayyin ahmad
Presentasi peluang muzayyin ahmad
Β 
Makalah matematika peluang
Makalah matematika peluangMakalah matematika peluang
Makalah matematika peluang
Β 
PELUANG
PELUANGPELUANG
PELUANG
Β 

Recently uploaded

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
Β 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
Β 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
Β 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
Β 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
Β 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
Β 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
Β 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
Β 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
Β 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
Β 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
Β 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
Β 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
Β 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
Β 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
Β 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
Β 

Recently uploaded (20)

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Β 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
Β 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Β 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Β 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Β 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
Β 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Β 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Β 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Β 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
Β 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Β 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Β 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Β 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
Β 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Β 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
Β 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Β 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
Β 

Makalah peluang new

  • 1. 1 Peluang 1. Ruang Sampel Definisi: Ruang sampel: Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan statistika, dan dilambangkan dengan S. Titik sampel: tiap-tiap hasil yang mungkin dalam ruang sempel. Dalam statistik dikenal istilah eksperimen untuk menjelaskan proses mendapatkan sekumpulan data. Contoh dari eksperimen statistik adalah melempar koin. Dalam eksperimen ini ada dua kemungkinan kejadian (outcomes), muka(head) atau belakang(tail). Contoh: Ruang sampel dari eksperimen melempar mata uang adalah: S = { H, T } dimana H dan T bersesuaian dengan muka(head) dan belakang(tail ) Contoh: melempar dadu -> S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} melempar koin dua kali -> S = {GA, GG, AA, AG} G = gambar, A = angka 2. Kejadian (Event) Event adalah subset(himpunan bagian) dari ruang sampel, yaitu suatu kejadian dengan kondisi tertentu. Contoh: Diberikan suatu ruang sampel S = {tβ”‚t β‰₯ 0} dimana t adalah umur dalam satuan tahun suatu komponen elektronik. Suatu kejadian A adalah umur komponen yang kurang dari lima tahun, atau dituliskan A = {tβ”‚0 ≀ t < 5}. Operasi pada kejadian a. Irisan (Intersection) dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∩ B, merupakan kejadian yang elemennya termasuk dalam A dan B. b. Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A U B, merupakan kejadian yang mengandung semua elemen yang termasuk A atau B atau keduanya. c. Komplemen suatu kejadian A, dinyatakan dengan A’, adalah himpunan semua elemen dalam S yang tidak termasuk dalam A. Hubungan antara kejadian dan ruang sampel dapat digambarkan dengan diagram Venn. Dalam suatu diagram Venn misalkan, ruang sampel di gambarkan sebagai persegi panjang dan kejadian dinyatakan sebagai lingkaran di dalamnya. A ∩ B = region 1 dan 2 B ∩ C = region 1 dan 3 A U C = region 1,2,3,4,5,7 Bβ€² ∩ A = region 4 dan 7 A ∩ B ∩ C = region 1 (A U B) ∩ Cβ€² = region 2, 6 dan 7
  • 2. 2 Contoh : Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul οΏ½ Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} οΏ½ Kejadian munculnya angka genap, A A = {2, 4, 6} οΏ½ Kejadian munculnya angka 5 atau lebih, B B = {5, 6} οΏ½ Irisan A dan B A ∩ B = {6} οΏ½ Gabungan A dan B A U B = {2, 4, 5, 6} οΏ½ Komplemen dari A A’ = {1, 3, 5} 3. Menghitung titik sampel Dalam percobaan statistika, semua kejadian yang mungkin dapat ditentukan tanpa harus mendaftarkan satu-per-satu. Teorema: Jika operasi pertama dapat dilakukan dengan n1 cara, dan operasi kedua dengan n2 cara maka dua operasi dapat dilakukan dengan n1n2 cara. Contoh: Ada berapa titik sampel jika dua buah dadu dilempar bersama-sama. Jawab: (6)(6)=36 cara. Teorema: Bila ada k operasi dengan masing-masing mempunyai n1, n2,… , nk cara maka terdapat (n1)(n2)…(nk) cara. Contoh: Dari 10 orang mahasiswa akan dibentuk sebuah kepengurusan yang terdiri dari 3 orang yang berbeda, yaitu 1 ketua, 1 sekertaris dan 1 bendahara. Ada berapa kepengurusan yang mungkin terbentuk? Jawab : terdapat 10 cara untuk memilih ketua, diikuti oleh sembilan cara untuk memilih sekretaris, dan di ikuti 8 cara untuk memilih bendahara.Berdasarkan teorema kepengurusan yang mungkin terbentuk adalah 10 x 9 x 8 = 780 Kasus permutasi adalah experimen terhadap suatu obyek berupa himpunan H yang menghasilkan ruang sampel dimana titik-titik sampelnya tidak memungkinkan pengulangan elemen- elemen dalam H namun urutan elemen-elemen H pada setiap titik sampelnya diperhatikan. Definisi: Permutasi adalah sebuah susunan yang dapat dibentuk dari semua atau sebagian kumpulan objek. Teorema : Bila terdapat n objek yang berbeda terdapat n! permutasi. Contoh: Bila terdapat 3 huruf a,b,c maka jumlah permutasinya 3!=(3)(2)(1)=6, yaitu abc, acb, bac, bca, cab, cba Teorema: Jumlah permutasi dari n objek yang berbeda diambil r adalah: π‘ƒπ‘Ÿ = 𝑛! ( 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ)!𝑛
  • 3. 3 Contoh: Dua tiket lotere diambil dari 20 untuk hadiah pertama dan kedua. Tentukan jumlah titik sampel kejadian tersebut: 𝑃2 = 20! 18! = (20)(19) = 38020 Teorema: Jumlah permutasi dari n objek yang berbeda disusun melingkar adalah (n-1)!, dimana satu objek dianggap mempunyai posisi tetap sehingga ada (n-1) yang disusun. Bila objek-objek tersebut ada yang sama, maka akan terdapat susunan yang berulang. Misalkan dari tiga huruf a,b,c dengan b=c=x, maka kemungkinan susunan adalah axx, axx, xax, xax, xxa, xxa sebenarnya hanya ada 3 susunan yang berbeda. Susunan tersebut dihitung dengan cara 3!/2! = 3. Teorema: Jumlah permutasi yang berbeda dari n objek yang terdiri dari n1 jenis 1, n2 jenis 2, ... ,nk jenis ke-k adalah: 𝑛! 𝑛1! 𝑛2! β‹― 𝑛 π‘˜! Contoh: Terdapat lampu merah 3, lampu kuning 4, dan lampu biru 2 akan dipasang dengan tiga sinar pada 9 socket. Berapa kemungkinan yang dapat disusun. Jawab: 9! 3! 4! 2! = 1260 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž Bila diberikan n objek kemudian akan dipartisi menjadi r subset disebut sel. Urutan objek dalam sel tidak penting. Suatu contoh diberikan 5 huruf a, i, u, e, o akan dipartisi menjadi dua sel masing-masing berisi 4 dan 1, maka susunan yang mungkin adalah: {(a, e, i, o), (u)}, {(a, i, o, u), (e)}, {(e, i, o, u), (a)}, {(a, e, o, u), (i)}, {(a, e, i, u), (o)} Jumlah partisi tersebut dinotasikan : ( 5 4,1 ) = 5! 4! 1! = 5 Teorema: Jumlah cara untuk mempartisi sekumpulan n objek menjadi r sel dengan n1 elemen di sel pertama, n2 elemen di sel ke dua dst. adalah: ( 𝑛 𝑛1, 𝑛2, β‹― , 𝑛 π‘Ÿ ) = 𝑛! 𝑛1! 𝑛2! β‹― 𝑛 π‘Ÿ! dimana n1 + n2 + ::: + nr = n. Contoh: Ada 7 orang akan menginap di Hotel dengan 3 kamar, satu kamar berisi 3 orang dan dua kamar berisi 2 orang. Ada berapa cara untuk menempatkan orang tersebut. Jawab: ( 7 3,2,2 ) = 7! 3! 2! 2! = 210 Teorema: Diberikan n objek akan diambil sebanyak r tanpa memperhatikan urutan, cara pemilihan ini disebut dengan kombinasi, dihitung dengan cara berikut: ( 𝑛 π‘Ÿ, 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ ) π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ ( 𝑛 π‘Ÿ ) = 𝑛 π‘Ÿ! ( 𝑛 βˆ’ π‘Ÿ)! Contoh: Dari 4 orang kimia akan diambil 2 orang, dari 3 orang fisika diambil 1 orang. Bila orang yang dipilih digabung membentuk suatu kepanitian, ada berapa cara.
  • 4. 4 Jawab: ( 4 2 )( 3 1 ) = (6)(3) = 18 4. Peluang suatu kejadian (Probabilitas dari Event) Teori peluang secara matematis untuk ruang sampel berhingga maupun tak berhingga merupakan fungsi kejadian yang menetapkan suatu bilangan dinamakan bobot, yang berharga dari 0 sampai 1 ,sehingga kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berasal dari suatu percobaan statistika dapat dihitung.Untuk menentukan suatu kejadian A, semua bobot titik sampel kita jumlahkan. Jumlah ini disebut dengan peluang dari A, dinotasikan dengan P(A). Definisi: Peluang dari kejadian A adalah jumlah dari bobot semua titik sampel dalam A. Sehingga: 0 ≀ P(A) ≀ 1, P(Ø) = 0 dan P(S) = 1 Contoh: Suatu mata uang dilempar dua kali. Tentukan peluang sekurang-kurangnya satu head muncul. Jawab: Ruang sampel dari percobaan ini adalah: S = {HH, HT, TH, TT} Jika mata uang ini rata/seimbang maka peluangnya sama, masing-masing 1 4 Jika A adalah kejadian tersebut maka: A = {HH, HT, TH} dan 𝑃( 𝐴) = 1 4 + 1 4 + 1 4 = 3 4 Contoh: Sebuah dadu dilempar dimana kemunculan bilangan genap mempunyai peluang dua kali lebih besar. Jika E adalah suatu kejadian bahwa bilangan yang muncul kurang dari 4 tentukan P(E). Jawab: Ruang sampelnya adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Misalkan peluang ganjil adalah w (ada 3 bilangan ganjil yaitu 1,3 dan 5 sehinga jumlah peluang ganjil adalah 3 x w=3w) dan peluang genap adalah 2w(ada 3 bilangan genap yaitu 2, 4,dan 6 sehinga jumlah peluang genap adalah 3 x 2w=6w). Karena totalnya 1 maka 3w + 6w = 9w = 1, sehingga 𝑀 = 1 9 E = {1, 2, 3} sehingga bisa dimisalkan sebagai {w,2w,w} dan 𝑃( 𝐸) = 1 9 + 2 9 + 1 9 = 4 9 Teorema: Bila suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama, dan bila tepat sebanyak n dari hasil berkaitan dengan kejadian A, maka peluang kejadian A adalah 𝑃( 𝐴) = 𝑛 𝑁 Contoh: Diambil 5 kartu poker, tentukan peluang terambil 2 as dan 3 jack. Jawab: 𝑃( 𝐢) = (4 2 )(4 3 ) (52 5 ) = 0.9 Γ— 10βˆ’5 Contoh : Dua buah dadu di lempar keatas secara bersamaan. Tentukan peluang munculnya angka berjumlah 5! Jawab : Hasil yang dimaksud n = 4 , yaitu (1,4),(4,1),(2,3),(3,2) Hasil yang mungkin N = 36, yaitu (1,1),(1,2),(1,3) ,............,(6,6) 𝑃( 𝐴) = 4 36 = 0,11
  • 5. 5 5. Aturan Penjumlahan Teorema: Jika A dan B adalah dua buah kejadian sebarang maka: P(A U B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B) Bukti: Perhatikan diagram Venn pada gambar . Dari operasi gabungan dua himpunan diperoleh 𝑃( 𝐴 βˆͺ 𝐡) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) Dari gambar diperoleh 𝑃( 𝐴) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) , π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) = 𝑃( 𝐴) βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡) 𝑃( 𝐡) = 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) , π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) = 𝑃( 𝐡)βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡) Sehingga 𝑃( 𝐴 βˆͺ 𝐡) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡′) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡 ∩ 𝐴′) = 𝑃( 𝐴) βˆ’ 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) + 𝑃( 𝐡)βˆ’ 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) + 𝑃( 𝐡) βˆ’ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐡) P(A U B) adalah jumlah peluang titik sampel dalam (A U B). P(A)+P(B) menyatakan jumlah semua peluang dalam A dan jumlah semua peluang dalam B. Jadi peluang (A ∩ B) telah dijumlahkan dua kali. Karena peluang semua titik dalam (A ∩ B) adalah P(A ∩ B) maka peluang ini harus dikurangkan sekali untuk mendapatkan jumlah peluang dalam (A U B), yaitu P(A U B). Akibat: Jika A dan B kejadian terpisah maka P(A U B) = P(A) + P(B) Akibat: Jika A1, A2, A3,…, An saling terpisah maka P(A1 U A2 U … U An) = P(A1) + P(A2) + … + P(An) Akibat: Jika A1, A2, A3, …, An adalah partisi dari ruang sampel S maka P(A1 U A2 U… U An) = P(A1) + P(A2) + ::: + P(An) = P(S) = 1 Teorema: Untuk tiga kejadian A, B, dan C P(A U B U C) =P(A) + P(B) + P(C) - P(A ∩ B) - P(A ∩ C)- P(B ∩ C) + P(A ∩ B ∩ C) A ∩ BA B T
  • 6. 6 Contoh: Peluang Paula lulus matematika adalah 2/3 lulus bahasa inggris 4/9. Jika peluang lulus keduanya 1/4, berapa peluang lulus sekurang-kurangnya satu pelajaran. Jawab: P(M U E) = P(M) + P(E) - P(M ∩ E) = 2/3 + 4/9 – 1/4 = 31/36 Contoh: Dua dadu dilempar, tentukan probabilitas jumlahnya 7 atau 11. Jawab: Misalkan P(A) adalah dua dadu dengan jumlah 7, P(B) adalah dua dadu dengan jumlah 11. P(A U B) = P(A) + P(B) = 1/6 + 1/18 = 2/9 Teorema: Jika A dan Aβ€² adalah kejadian yang saling berkomplemen maka: P(A) + P(Aβ€²) = 1 Bukti: Karena (A U Aβ€²) = S , dan himpunan A dan Aβ€² terpisah, maka 1 = P(S) = P(A U Aβ€²) = P(A) + P(Aβ€²) Contoh: Dua buah barang dipilih secara acak dari 12 barang diantaranya ada 4 barang berkondisi cacat (rusak). Tentukan probailitas bahwa: (a). kedua barang tersebut cacat (b). kedua barang berkondisi baik (c). paling sedikit satu barang cacat Banyaknya cara untuk memilih 2 barang dari 12 barang = n(S) 𝑛( 𝑆) = ( 12 2 ) = 12! 2! (12 βˆ’ 2)! = 66 Dimisalkan : A = kejadian terpilihnya kedua barang cacat B = kejadian terpilihnya kedua barang baik Maka 𝑛( 𝐴) = ( 4 2 ) = 4! 2! (4 βˆ’ 2)! = 6 𝑛( 𝐡) = ( 8 2 ) = 8! 2! (8 βˆ’ 2)! = 28 a). Probabilitas untuk mendapatkan kedua barang cacat = 𝑃( 𝐴) = 𝑛(𝐴) 𝑛(𝑆) = 6 66 b). Probabilitas untuk mendapatkan kedua barang baik = 𝑃( 𝐡) = 𝑛(𝐡) 𝑛(𝑆) = 28 66 c). Misalkan; = probabilitas terpilihnya 0- barang yang cacat = probabilitas terpilihnya 1- barang yang cacat = probabilitas terpilihnya 2- barang yang cacat 𝑃( 𝑆) = 𝑃(0) + 𝑃(1) + 𝑃(2) = 1 𝑃(0) = 𝑃( 𝐡) = 28 66 Probabilitas paling sedikit ada satu barang cacat = Probabilitas (1-barang yang cacat , 2-barang yang cacat) = 𝑃(1) + 𝑃(2) = 1 βˆ’ 𝑃(0) = 1 βˆ’ 28 66 = 38 66 Jadi probabilitas paling sedikit ada satu barang cacat adalah 38 66
  • 7. 7 6. Peluang Bersyarat (Probabilitas Bersyarat) Probabilitas event B terjadi jika diketahui bahwa event A telah terjadi disebut dengan probabilitas bersyarat dan dinotasikan dengan P(Bβ”‚A). Penulisan ini dibaca "peluang B terjadi diberikan A telah terjadi". Ilustrasi: Misalkan B adalah bilangan kuadrat sempurna bila sebuah dadu dilempar. Seperti contoh sebelumnya (contoh pada peluang suatu kejadian) bilangan genap mempunyai peluang dua kali dibanding yang ganjil. Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dengan peluang 1 9 dan 2 9 untuk bilangan ganjil dan genap. Ruang sampel B adalah B = {1, 4} dengan P(B) = 1 3 . Misalkan A adalah suatu event dimana bilangan yang muncul lebih besar dari atau sama dengan 4, atau A = {4, 5, 6}. Untuk menghitung peluang B terjadi relatif terhadap event A. kita harus menghitung dahulu peluang baru A proposional dengan peluang semula demikian sehingga jumlahnya 1. Misalkan w adalah peluang bilangan ganjil dan 2w peluang bilangan genap dari event A, maka w = 1 5 . Event Bβ”‚A = {4}, sehingga P(Bβ”‚A) = 2 5 Atau kita dapat menuliskan: 𝑃( 𝐡| 𝐴) = 2 5 = 2 9⁄ 5 9⁄ = 𝑃( 𝐴⋂𝐡) 𝑃( 𝐴) Definisi: Peluang bersyarat dari B diberikan A dinotasikan dengan P(Bβ”‚A) didefinisikan dengan : 𝑃( 𝐡| 𝐴) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) 𝑃( 𝐴) π‘—π‘–π‘˜π‘Ž 𝑃( 𝐴) > 0 Contoh: Misalkan jumlah seluruh mahasiswa suatu universitas adalah 10.000 orang. Himpunan A mewakili 2.000 mahasiswa lama (a). Himpunan B mewakili 3.500 mahasiswa putri (b). Sedangkan 800 dari 3.500 mahasiswa putri merupakan mahasiwa lama (c). A dan B adalah masing-masing merupakan himpunan bagian dari S. Kita memilih satu orang mahasiswa secara acak, maka kejadian bersyarat (A/B) adalah kejadian yang mewakili mahasiswa lama dengan syarat bahwa mereka putri. Tentukan (a). Apabila dari 10.000 mahasiswa tersebut dipilih satu secara acak, berapakah probabilitasnya bahwa mahasiswa tersebut mahasiswa lama dengan syarat putri. 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑐 𝑁 = 800 10.000 = 0,08 𝑃( 𝐴| 𝐡) = P(lama/putri) = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) 𝑃( 𝐡) = 𝑐/𝑁 𝑏/𝑁 = 800 3500 = 0,23 (b). Dengan argumentasi yang sama, probabilitas bahwa mahasiswa yang terpilih secara acak tersebut mahasiswa putri dengan syarat bahwa harus juga mahasiswa lama, maka: 𝑃( 𝐡| 𝐴) = P(putri/lama)
  • 8. 8 = 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) 𝑃( 𝐴) = 𝑐 /𝑁 π‘Ž/𝑁 = 800 2000 = 0,40 7. Event Independent (Kejadian saling lepas) Dua kejadian atau lebih dikatakan merupakan kejadian bebas apabila terjadinya kejadian tersebut tidak saling mempengaruhi. Dua kejadian A dan B dikatakan bebas, jika kejadian A tidak mempengaruhi B atau sebaliknya. Definisi: Dua kejadian A dan B independent jika dan hanya jika: P(Bβ”‚A) = P(B) dan P(Aβ”‚B) = P(A) jika tidak demikian maka dependent. Contoh: Misal A adalah kejadian munculnya gambar spade pada pengambilan pertama dan B adalah kejadian munculnya gambar spade pada pengambilan kedua. Penyelesaian: P(A) = P(B) = 13 52 = 0,25. Jika dilakukan pengembalian, maka P(B|A) = P(B) = 0,25. Jika tidak dilakukan pengembalian maka P(B|A) = 12/51 8. Aturan Perkalian Teorema: Jika dalam suatu eksperimen dua event A dan B dapat terjadi maka: 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴) Contoh: Misalkan dalam suatu box terdapat 20 sekering, 5 diantaranya putus. Akan diambil dua secara random dengan pengambilan pertama tanpa dikembalikan. Tentukan peluang keduanya putus. Jawab: Peluang pertama putus adalah 5 20 = 1 4 yang kedua putus adalah 4 19 , sehingga 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = ( 1 4 )( 4 19 ) = 1 19 Contoh: Satu tas pertama berisi 4 bola putih dan 3 bola hitam. Tas kedua berisi 3 bola putih dan 5 bola hitam. Satu bola diambil dari tas pertama dimasukkan ke tas kedua (secara random). Tentukan peluang mengambil satu bola dari tas kedua berwarna hitam. Jawab: Misalkan B1,B2 dan W1 mewakili pengambilan bola hitam dari tas 1, bola hitam dari tas 2 dan bola putih dari tas 1. Event yang dimaksud adalah B1 ∩ B2 digabung dengan W1 ∩ B2, peluang dari event tersebut adalah: P[(B1 ∩ B2) or (W1 ∩ B2)] = P(B1 ∩ B2) + P(W1 ∩ B2) = P(B1)P(B2β”‚B1) + P(W1)P(B2β”‚W1) =( 3 7 )( 6 9 )+ ( 4 7 )( 5 9 ) = 38 63 Untuk mendapatkan peluang bahwa dua kejadian bebas akan terjadi bersama, bias diperoleh dengan mencari hasil kali peluang dua kejadian.
  • 9. 9 Teorema: Dua even A dan B adalah independent jika dan hanya jika P(A ∩ B) = P(A)P(B) Bukti : 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴) Dari Definisi Dua kejadian A dan B independent jika dan hanya jika: P(Bβ”‚A) = P(B) dan P(Aβ”‚B) = P(A) Maka 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴) 𝑃( 𝐴 ∩ 𝐡) = 𝑃( 𝐴) 𝑃(𝐡) Contoh: Sepasang dadu dilempar dua kali. Tentukan peluang jumlah 7 dan 11. Jawab: Misalkan A1 : pelemparan pertama berjumlah 7 A2 : pelemparan kedua berjumlah 7 B1 : pelemparan pertama berjumlah 11 B2 : pelemparan kedua berjumlah 11 P[(A1 ∩ B2) U (B1 ∩ A2)] = P(A1 ∩ B2) + P(B1 ∩ A2) = P(A1)P(B2) + P(B1)P(A2) = ( 1 6 )( 1 18 ) + ( 1 18 ) ( 1 6 ) = 1 54 Teorema: Jika dalam suatu eksperimen event-event A1, A2, A3,…,Ak dapat terjadi, maka : P(A1 ∩ A2 ∩ A3 βˆ©β€¦βˆ© Ak) = P(A1) P(A2β”‚A1) P(A3β”‚A1 ∩ A2)...P(Akβ”‚A1 ∩ A2 βˆ©β€¦βˆ© Ak-1) Jika event-event A1, A2, A3,…,Ak saling lepas (independent) maka: P(A1 ∩ A2 ∩ A3 ∩ … ∩ Ak) = P(A1)P(A2)P(A3)…P(Ak) Contoh: Tiga lembar kartu diambil secara berturutan tidak dikembalikan. Tentukan peluang dari event A1 ∩ A2 ∩ A3 dimana: A1 : kartu pertama adalah ACE merah A2 : kartu kedua adalah 10 atau JACK A3 : kartu ketiga lebih besar dari 3 dan kurang dari 7 Jawab: 𝑃( 𝐴1) = 2 52 𝑃( 𝐴2| 𝐴1) = 8 51 𝑃( 𝐴3| 𝐴1 ∩ 𝐴2) = 12 50 Sehingga diperoleh: 𝑃( 𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ 𝐴3) = 𝑃( 𝐴1) 𝑃( 𝐴2| 𝐴1) 𝑃( 𝐴3 | 𝐴1 ∩ 𝐴2) = ( 2 52 )( 8 51 )( 12 50 ) = 8 5525 9. Kaidah Bayes (Teorema Bayes) Kaidah bayes atau teori bayes dikemukakan oleh seorang pendeta Inggris tahun 1763 yang bernama Thomas Bayes. Kaidah ini digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pengaruh yang didapat dari hasil observasi. Sejak perang dunia ke-2 telah berkembang apa yang disebut β€œBayesian decision Theory”, yaitu teori keputusan berdasarkan perumusan Thomas Bayes yang bertujuan untuk memecahkan masalah pembuatan keputusan yang mengandung ketidakpastian (Decision making uder uncertainty).
  • 10. 10 Teori ini menerangkan hubungan antara probabilitas terjadinya suatu peristiwa (misalkan B) dengan syarat peristiwa lain (misalkan A) telah terjadi, dan probabilitas terjadinya peristiwa A dengan syarat peristiwa B telah terjadi. Kaidah ini didasarkan pada prinsip bahwa tambahan informasi dapat memperbaiki kaidah probabilitas. Peluang bersyarat kita gunakan apabila dalam ruang sampel (S) terdapat satu peristiwa saling lepas, sedangkan Aturan bayes kita gunakan jika dalam suatu ruang sampel (S) terdapat beberapa peristiwa saling lepas (mutually exclusive), Peristiwa A dapat dinyatakan sebagai gabungan dua atau lebih peristiwa yang mutually exclusive. Tinjau diagram Venn Peristiwa A dapat dinyatakan sebagai gabungan dua peristiwa yang mutually exclusive, yaitu (B∩A) dan (Bβ€™βˆ©A). Jadi A = (B ∩ A) U (Bβ€² ∩ A) maka P(A) dapat dihitung sebagai berikut: P(A) = P[(B ∩ A) U (Bβ€² ∩ A)] = P(B ∩ A) + P(Bβ€² ∩ A) Dari 𝑃( 𝐡| 𝐴) = 𝑃( 𝐴⋂𝐡) 𝑃( 𝐴) π‘‘π‘Žπ‘› 𝑃( 𝐴| 𝐡) = 𝑃( 𝐴⋂𝐡) 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐡| 𝐴) 𝑃( 𝐴| 𝐡) = 𝑃( 𝐴⋂𝐡) 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐴⋂𝐡) 𝑃( 𝐡) = 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐡| 𝐴) = 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴) 𝑃( 𝐴| 𝐡) Dengan P(A) = P(B ∩ A) + P(Bβ€² ∩ A) maka, 𝑃( 𝐡| 𝐴) = 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡) 𝑃( 𝐡∩𝐴)+𝑃( π΅β€²βˆ©π΄) = 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡) 𝑃( 𝐡) 𝑃( 𝐴| 𝐡) + 𝑃( 𝐡′) 𝑃( 𝐴| 𝐡′) 𝑃( 𝐡 π‘Ÿ| 𝐴) = 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴) βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)π‘˜ π‘Ÿ=1 = 𝑃( 𝐡𝑖) 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖) βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖)π‘˜ π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖) π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, … π‘˜
  • 11. 11 Kaidah Bayes ini menyatakan, jika dalam suatu ruang sampel (S) terdapat beberapa peristiwa saling lepas (mutually exclusive), yaitu misalkan B1, B2, B3, …, Bn yang memiliki probabilitas tidak sama dengan nol dan apabila ada peristiwa lain (misalkan A) yang mungkin dapat terjadi pada peristiwa-peritiwa B1, B2, B3, …, Bn dengan diketahui peristiwa A tersebut, maka: 𝑃( π΅π‘Ÿ | 𝐴) = 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴) βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖 ∩ 𝐴)π‘˜ π‘Ÿ=1 = 𝑃( 𝐡𝑖 ) 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖 ) βˆ‘ 𝑃( 𝐡𝑖 )π‘˜ π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| 𝐡𝑖 ) π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, … π‘˜ Pada kaidah ini, terdapat beberapa bentuk probabilitas, yaitu : 1. Probabilitas awal (probabilitas prior), yaitu probabilitas berdasarkan informasi yang tersedia (sebelum ada tambahan informasi), yaitu P(Br). 2. Probabilitas bersyarat, yaitu probabilitas dimana terjadinya suatu peristiwa didahului oleh terjadinya peristiwa lain, yaitu P(Ar|Br) 3. Peristiwa ganda, yaitu gabungan dari beberapa probabilitas (probabilitas gabungan), yaitu {βˆ‘P(Br)βˆ™P(Ar|Br)}. 4. Probabilitas posterior, yaitu probabilitas yang diperbaiki dengan adanya informasi tambahan, yaitu P(Br|Ar). Contoh soal 1: Tiga kotak masing masing memiliki dua laci. Di dalam laci-laci tersebut terdapat sebuah bola. Di dalam kotak I terdapat bola emas, dalam kotak II terdapat bola perak, dan dalam kotak III terdapat bola emas dan perak. Jika diambil sebuah kotak dan isinya bola emas, berapa probabilitas bahwa laci lain berisi bola perak? Penyelesaian : Misalkan : B1 : Peristiwa terambil kotak I B2 : Peristiwa terambil kotak II B3 : Peristiwa terambil kotak III A : Peristiwa laci yang dibuka berisi bola emas A ini merupakan tambahan informasi 1. Probabilitas awal (Probabilitas Prior) 𝑃( 𝐡1 ) = 1 3 = 0,333 𝑃( 𝐡2 ) = 1 3 = 0,333 𝑃( 𝐡3 ) = 1 3 = 0,333 2. Probabilitas bersyarat 𝑃( 𝐴| 𝐡1 ) = 1 𝑃( 𝐴| 𝐡2 ) = 0 𝑃( 𝐴| 𝐡3 ) = 1 2 = 0,5 3. Probabilitas ganda (R) 𝑅 = 𝑃( 𝐡1 ) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡1 ) + 𝑃( 𝐡2 ) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡2 ) + 𝑃( 𝐡3 ) βˆ™ 𝑃( 𝐴| 𝐡3 ) = (0,333)(1) + (0,333)(0) + (0,333)(0,5) = 0,333 + 0 + 0,1665 = 0,4995 4. Probabilitas posterior 𝑃( 𝐡3 | 𝐴) = 𝑃( 𝐡3 ) 𝑃( 𝐴| 𝐡3 ) βˆ‘ 𝑃( π΅π‘Ÿ )3 π‘Ÿ=1 𝑃( 𝐴| π΅π‘Ÿ ) π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘Ÿ = 1, 2, 3 = (0,333)(0,5) 0,333 = 0,1665 0,4995 = 0,333
  • 12. 12 Daftar Pustaka 1. Wapole R.E and Myers Raymond H, 1995, Ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan ilmuan, ITB : Bandung. 2. Hasan. M.Iqbal, 2008, Statistika 2 (statistik inferensif) edisi ke-2, PT. Bumi aksara : Jakarta. 3. Supranto. J, 2000, Statistik dan teori aplikasi edisi ke-6, Erlangga : Jakarta. 4. Abadyo and Permadi Hendro, 2004, Metoda statistika praktis, UM Press: Malang. 5. http://radar.ee.itb.ac.id/~suksmono/Lectures/el2002/ppt/I.%20Konsep%20Peluang.pdf 6. http://images.chrhad.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SLVZ1QoKCqcAAErQ WgM1/ch2.pdf?key=chrhad:journal:22&nmid=112571313 7. http://hrisdianto.files.wordpress.com/2010/02/pengantar-probabilitas-drs1-arief-a-m- si.pdf
  • 13. 13 Makalah Statistika Matematika 1 PELUANG Oleh : Kelompok 1 Anggota: Aisyahtin afida h A (093214013) Dedi Pujo Santoso (093214204) Anggerina Kartika Sari (093214205) Maulidya (093214208) Antoni Nur Hidayat (093214214) Siti Rohmawati (093214224) PRODI S1 MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2011