SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
MANTHUQ DAN MAFHUM 
MAKALAH 
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah 
“Ulumul Qur’an II” 
Dosen pembimbing : 
Afiful Ikhwan M.Pd. I 
Oleh : 
1. Lutfi Himatunikmah 
(2013.4.047.0001.1.001687) 
2. Risma Riszki Amelia 
( 2013.4.047.0001.1.001704 ) 
PAI – SMT 3/Sawo 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH 
(STAIM) TULUNGANGUNG 
Oktober 2014
KATA PENGANTAR 
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala 
limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan 
penyusunan makalah ini yang berjudul “MANTHUQ DAN MAFHUM” dalam 
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. 
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW 
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama 
Islam hingga sampai kepada kita. 
Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan 
sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari 
berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima 
kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) 
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag 
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan 
makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I 
3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi 
ii 
dalam penyelesaian makalah. 
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a 
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi 
amal soleh di mata Allah SWT. Amin. 
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak 
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif, 
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. 
Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu 
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan 
Amin Yaa Robbal ‘Alamin. 
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI 
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i 
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii 
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1 
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 
C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2 
iii 
BAB II PEMBAHASAN 
MANTHUQ DAN MAFHUM 
A. Pengertian manthuq dan macam-macamnya ………….. 3 
B. Pengertian mafhum dan macam-macamnya………….… 6 
C. Pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya.. 7 
D. Pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya…..... 8 
BAB III PENUTUP 
Kesimpulan ………………………………………………. 11 
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 12
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang Masalah 
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia dan sumber hukum Islam 
yang pertama dan utama. Al-Qur’an kaya akan makna. Apabila kita mau meneliti 
dengan seksama, maka kita pasti akan menemukan bahwaAl-Qur’an mengandung 
keunikan-keunikan serta keindahan-keindahan pada maknanya yang tiada akan 
pernah habis untuk dikaji serta dipelajari, dan memberi isyarat makna yang tak 
terbatas. Dari sinilah timbul motivasi pada diri kaum muslimin untuk semakin giat 
menmpelajari serta menafsirkan ayat demi ayat dalam kitab suci Al-Qur’an 
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para sahabat-sahabat nabi Muhammad 
SAW. 
Ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an menyimpan rahasia besar yang tidak 
semua ayat memberikan pemahaman secara jelas namun banyak sekali ayat yang 
membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum-hukum yang 
terkandung di dalamnya. Dari sinilah kita fahami bahwa ternyata ayat-ayat Al- 
Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi 
ada ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut. Maha suci Allah dengan 
segala firman-NYA. 
Petunjuk lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi 
(mantuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun 
mengandung kemungkinan makna lain, dengan takdir maupun tanpa takdir. Dan 
adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik 
hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang 
dinamakan dengan mantuq dan mafhum. 
Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum/makna 
yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan 
sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca mengenai sebagian dari 
qoidah tafsir.. Semoga dapat dipahami dengan mudah lagi bermanfaat.
2 
B. Rumusan Masalah 
1. Apa yang dimaksud dengan manthuq ? dan apa saja macam-macam manthuq? 
2. Apa yang dimaksud dengan mafhum dan apa saja macam-macam mafhum ? 
3. Apa yang dimaksud dengan mafhum muwafaqah ? dan sebutkan bentuk-bentuknya! 
4. Apa yang dimaksud dengan mafhum mukhalafah ? dan apa saja jenis-jenisnya? 
C. Tujuan Masalah 
1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya 
2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya 
3. Untuk mengetahui pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya 
4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukhalafah dan jenis-jenisnya
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Manthuq dan Macam-Macamnya 
3 
1. Pengertian Manthuq 
Secara etimologi مَنْطُوْ قٌ adalah Isim Maf’ul yang berasal dari ( (نَطَقٌَ- يٌ نَْطِقٌُ 
yang artinya berbicara1 , jadi مَنْطُوْق berarti yang dibicarakan. 
Sedangkan secara istilah menurut Syafi’i : “ Manthuq ialah sesuatu yang 
ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah 
suatu (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni 
penunjukkan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan3. 
Jadi Manthuq adalah : arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan 
(yakni, petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan). 
2. Macam-Macam Manthuq 
Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr. 
Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu lafaz 
yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan lafaz 
yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu zahir dan mu’awal.4 
a) Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti (nash) 
Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau 
nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan makna 
yang dimaksud secara tegas (sharih), tidak mengandung kemungkinan 
makna lain. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 89 : 
..…فَمَنْ لََْ جَ ي دْ فَ ج صيَامُ ثَلََثَجة أَياَّم 
1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka 
progressif, 1997), hlm. 1432 
2 Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 177 
3 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa,2007), hlm. 358 
4 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 233
4 
“Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya 
puasa selama tiga hari.”( QS. Al-Maidah : 89 )5 
Pensifatan “tiga hari” telah mematahkan kemungkinan “tiga” ini 
diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash. 
Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 : 
وَأَحَل اللََّ الْبَ يْعَ وَحَرَّمَ الجرِّبَا 
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al- 
Baqarah : 275)6 
Ayat di atas menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual 
beli dan keharaman riba. 
b) Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. 
 Zahir, lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang lebih 
diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan sesuatu makna yang 
segera dipahami ketika diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna 
lain yang lemah (marjuh).7 Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal 
penunjukkannya kepada makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun 
dari segi lain ia berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan 
satu makna secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima 
makna lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika 
diucapkan juga disertai kemungkinan menerima makna lain meskipun 
lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 173: 
… فَمَ ج ن اضْطُرَّ غَيْ رَ بَا غ وَل عَا د … 
“… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) 
sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati batas …”.( QS. Al- 
Baqarah : 173)8 
Lafaz “baaghin” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak 
tahu) dan ”az-dzalim” (melampaui batas, zalim), tetapi kemungkinan 
arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan. 
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), 
hlm. 123. 
6 Ibid, hlm. 48 
7 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 359 
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 27
5 
Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 : 
… وَلَ تَ قْرَب وُْهُنَّ حَتََّّ يَطْهُرْنَ … 
“…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci …”( QS. Al- 
Baqarah : 222)9 
Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan 
terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”, 
tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih jelas 
dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama dari 
contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan), sementara 
kemungkinan arti kedua yang kedua disebut rajih (diunggulkan). 
 Mu’awwal, Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak 
diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan 
diberi pemahaman dengan arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwal 
ialah lafaz yang diartikan dengan makna marjuh karena ada suatu dalil 
yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.10 Mu’awwal 
berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab 
tidak ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Contohnya 
dalam QS. Al-Isra ayat 24 : 
… وَاحْفَضْ لََمَُا جَنَاحَ الذُّجلِّ جمنَ الرَّحَْْة “..dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh 
kasih sayang”. (QS. Al-Isra : 24)11 
Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli” pada 
ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan arti rajih karena 
pada kenyataannya memang manusia tidak memiliki sayap. Karenanya, 
kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh, yakni 
perlakuan yang baik terhadap kedua orang tua. 
9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.36 
10 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 360 
11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 285
6 
B. Pengertian Mafhum dan Macam – Macamnya 
1. Pengertian Mafhum 
Secara etimologi mafhum adalah isim maf’ul yang berasal dari kata (ٌ –ٌ فٌَهٌِمٌَ 
ي فٌٌَْهٌَمٌُ ) yang artinya faham مٌَفٌْهٌُوٌْم , 12 berarti yang difahami. 
Sedangkan secara istilah Mafhum (pemahaman) adalah arti yang tidak 
diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni, petunjuk artinya keluar dari 
unsur-unsur huruf yang dicapkan).13 Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah 
sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri. Dan 
menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak berdasarkan 
pada bunyi ucapan.14 
Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian yang ditunjukkan oleh suatu 
lafaz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman yang terdapat 
pada ucapan tersebut. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks 
firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : 
فَلَ تَ قُلْ لََمَُا أُ فِّ وَل تَ نْ هَرْهَُُا 
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 
“ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. (QS. Al-Isra’ : 23)15 
Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum, 
pengertian mantuq yaitu ucapan lafadz itu sendiri (yang nyata = uffin) jangan 
kamu katakan perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu. Sedangkan 
mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya (juga 
dilarang) karena lafadz-lafadz yang mengandung kepada arti, diambil dari segi 
pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut mafhum. 
2. Macam – Macam Mafhum 
Mafhum dibedakan menjadi dua bagian, yakni: 
12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka 
progressif, 1997), hlm. 1075 
13 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hlm. 235 
14 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 363
7 
1) Mafhum Muwafaqah. 
2) Mafhum Mukhalafah 
C. Pengertian Mafhum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya 
1. Pengertian Mafhum Muwafaqah 
Mafhum Muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan 
hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Atau Pemahaman yang diberikan 
kepada lafaz mafhum itu selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, 
dengan kata lain makna yang hukumnya sesuai dengan mantuq. 
2. Bentuk-bentuk Mafhum Muwafaqah 
Mafhum Muwafaqah dapat dibagi kepada 2 bagian yaitu: 
1) Fahwal Khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya 
daripada yang diucapkan. Seperti memukul orang tua lebih tidak boleh 
hukumnya, firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : 
فَلََ تَ قُل لََّ مَُا أُ فِّ وَلَ تَ نْ هَرْهَُُا وَلُل لََّمَُا لَ وْكل رَجركًا 
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya 
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.(QS. Al-Isra’ : 
23)16 
Dalam ayat di atas menerangkan bahwa kata-kata yang keji saja 
tidak boleh (dilarang) apalagi memukulnya. 
2) Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya 
dengan yang diucapkan, seperti firman Allah SWT dalam surat An-Nisa 
ayat 10: 
جإنَّ الَّ جذينَ يَأْرُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْكما جإنَََّّا يَأْرُلُونَ جفِ بطُُ وجنِجمْ نَاكرا 
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara 
zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka 
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An-Nisaa : 
10).17 
16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 
2002), hlm. 285. 
17 Ibid, hlm. 79.
8 
Dalam ayat di atas menerangkan bahwa Membakar atau setiap cara 
yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan memakan 
harta anak tersebut yang berarti dilarang (haram). 
D. Pengertian Mafhum Mukhalafah dan jenis-jenisnya 
1. Pengertian Mafhum Mukhalafah 
Mafhum mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan 
ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh 
karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang 
diucapkan. Atau Pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum itu tidak 
selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang 
berbeda hukumnya dengan mantuq. 
Seperti dalam firman Allah swt : 
يَأَي هَُّا الَّ جديْنَ ءَامَنُ وْا جإذَا ن وُْجدىَ جللصَّلَواجة جمنْ يَ وْجم الْْمُْعَجة فَاسْعَ وْا جإلَ جذرْجر اٌ جِّ للَ وَذَرُوْا اٌلْبَ يْ عَ ج 
ذجلكُمْ خَيْ رٌ لَّكُمْ جإنْ رنْتُمْ تَ عْلُمُوْنَ 
“apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka 
bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” (QS. Al-jum’ah:9).18 
Dapat dipahami dari ayat di atas, bahwa boleh jual beli di hari jum’at 
sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat. 
2. Jenis – jenis Mafhum Mukhalafah 
Jenis – jenis mafhum mukhalafah ada 5 yaitu19 : 
1) Mafhum shifat 
Mafhum shifat yaitu menggantungkan hukum pada dzat dengan salah 
satu sifat. 
Seperti firman Allah ta’ala pada kafarat pembunuhan : 
…فَ تَحْجريرُ رَلَ بَ ة مُؤْجمنَ ة 
18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.555. 
19 Abdul hamid hakim, Ushul Fiqh (Jakarta : Maktabah Al-adiyat Qatran, 1927), hlm. 31
9 
“…hendaklah ia (yang membunuh) memerdekakan seorang hamba sahaya 
yang beriman”. (QS. An-Nisaa : 92)20 
Mafhumnya, jika hamba sahaya yang dimerdekakan itu bukan 
termasuk orang beriman, maka tidak diperbolehkan. 
Contoh lain dalam QS. Al-Hujarat ayat 6 : 
يَأَي هَُّا الَّ جديْنَ ءَامَنُوا جإنْ جَاءرَُمْ فَا ج سقٌ م جبنَب إ فَ تَبَ يَّنوْا أَنْ تُ ج صيْبُ وْا لَ وْمَام ج هَِلَ ة فَ تُصْ بجحُوْا 
.عَلَى مَا فَ عَلْتُمْ نَ جدجميَْ 
“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang 
fasikh embawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak 
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui 
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”( 
QS. Al-Hujarat : 6)21 
Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak 
wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh 
seseorang yang adil wajib diterima. 
2) Mafhum ‘ilat atau sebab 
Mafhum ‘ilat yaitu menggantungkan atau menghubungkan hukum 
sesuatu karena sebab (illatnya). Seperti pengharaman khamr karena 
memabukkan. 
3) Mafhum ‘adad atau bilangan 
Mafhum ‘adad yaitu memperhubungkan hukum sesuatu kepada 
bilangan tertentu. Seperti Firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 4. 
وَالَّ جذينَ يَ رْمُونَ الْمُحْصَنَا ج ت ثُ لََ يَأْتُوا جبأَرْبَ عَجة شُهَدَاء ف اجْلجدُوهُم ثَََانجيَ جَلْدَة ك 
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat 
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah 
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera”. (QS. An-Nur : 4)22 
4) Mafhum ghayat atau tujuan 
20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 94. 
21 Ibid, hlm.517. 
22 Ibid, hlm.351.
10 
Mafhum ghayat yaitu membatasi hukum dengan kata “ila” atau 
“hatta”. 
Seperti firman Allah Ta’ala : 
يَا أَي هَُّا الَّ جذينَ آمَنُوا جإذَا لُمْتُمْ جإلَ الصَّلََجة فَاغْ ج سلُوا وُجُوهَ كُمْ وَأَيْ جديَكُمْجإلَ الْمَرَافججق 
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, 
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku".(QS. Al- 
Ma’idah: 6)23 
Contoh lain firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 230 : 
… فجَإنْ طَلَّقَهَا فَلَ جَ تَل لَه جمنْ بَ عْدُ حَتََّّ تَ نْ ج كحَ زَوْك جا غَيْ رَه “Kemudian, jika si suami menalaknya (setelah talak yang kedua), maka 
perempuan itu tidak halal baginya hingga ia kawin lagi dengan lelaki 
yang lain.”( QS. Al-Baqarah: 230)24 
Mafhumnya, jika perempuan itu sudah menikah lagi dengan lelaki 
yang lain, maka si suami yang pertama boleh merujuknya dengan 
menikahi kembali. 
5) Mafhum Hashr atau pembatas 
Mafhum Hashr yaitu pemahaman dari redaksi yang menggunakan 
hashr (pembatasan). Misalnya firman Allah dalam beberapa ayat Al- 
Qur’an : 
لَجإلَهَ جإلَّ الل “Tidak ada Tuhan selain Allah” 
Mafhumnya, selain Allah bukanlah Tuhan 
جإياَّكَ نَ عْبُدُ 
“hanya kepada-Mu-lah kami menyembah” 
Mafhumnya, kami tidak menyembah kepada selain-Mu (Allah).25 
23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 109. 
24 Ibid, hlm. 37. 
25 Alkautsar, kallebi. Ulumul Qur’an, dalam 
http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/. Diakses 
pada 30 september 2014 pukul 09.00 WIB.
BAB III 
PENUTUP 
Kesimpulan 
1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang 
telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu 
sendiri. 
Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu : 
 Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau disebut 
11 
nash 
 Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi 
dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal 
2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu 
lafadz. Mafhum juga terbagi pada dua bagian, yaitu: 
 Mafhum Muwafaqah 
 Mafhum Mukhalafah. 
3. Mafhum muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan 
hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Mafhum muwafaqah terbagi 
menjadi 2 yaitu : 
 Fahwal khitab 
 Lahnal khitab 
4. Mafhum mukhalafah yaitu pengertian yang dipahami berbeda daripada ucapan, 
baik dalam menetapkan maupun meniadakkan. 
Mafhum mukhalafah terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 
 Mafhum shifat 
 Mafhum 'ilat atau sebab 
 Mafhum 'adad atau bilangan 
 Mafhum ghayah atau tujuan batas 
 Mafhum hashr atau pembatas
12 
DAFTAR PUSTAKA 
AS, Mudzakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor; Litera Antar Nusa. 
Hakim, Abdul hamid. 1927. Ushul Fiqh. Jakarta ; Maktabah Al-adiyat Qatran. 
Ismail, Mohammad. Ulumul Qur’an. Dalam 
http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum_/ . 
diakses pada 30 september 2014. 
Kalebbi, alkautsar. Ulumul Qur’an dalam 
http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/ . 
diakses pada 30 september 2014. 
Karim, Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih. Bandung; Pustaka Setia. 
Munawwir, Ahmad warson. 1997. kamus arab indonesia al-munawwir. 
Surabaya; pustaka progressif. 
RI, Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta; CV Darus 
Sunnah. 
Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung; Pustaka Setia.

More Related Content

What's hot

islam sebagai objek kajian dan penelitian
islam sebagai objek kajian dan penelitianislam sebagai objek kajian dan penelitian
islam sebagai objek kajian dan penelitianRoisMansur
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaHolong Marina Ops
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADNovianti Rossalina
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisMarhamah Saleh
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilMohamad Bastomii
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad SawMarhamah Saleh
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislamanHamba La'eh
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 

What's hot (20)

islam sebagai objek kajian dan penelitian
islam sebagai objek kajian dan penelitianislam sebagai objek kajian dan penelitian
islam sebagai objek kajian dan penelitian
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wil
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Bank, rente dan fee
Bank, rente dan feeBank, rente dan fee
Bank, rente dan fee
 
01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah
 

Similar to MANTHUQ DAN MAFHUM AL-QURAN

Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11rejotangan
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxNurFaizah274687
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
 
Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2andisalwa
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfZukét Printing
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabihazzaazza50746
 
Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kamarudin Jaafar
 
Isi pembahasan copy
Isi pembahasan   copyIsi pembahasan   copy
Isi pembahasan copyflashnetq
 
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehTugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehNorafsah Awang Kati
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docxAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxZukét Printing
 

Similar to MANTHUQ DAN MAFHUM AL-QURAN (20)

Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabih
 
Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1
 
Isi pembahasan copy
Isi pembahasan   copyIsi pembahasan   copy
Isi pembahasan copy
 
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehTugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docxAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Mantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docxMantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
 
Ma'ani al-quran
Ma'ani al-quranMa'ani al-quran
Ma'ani al-quran
 
Mantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdfMantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdf
 
Makalah metodologi
Makalah metodologiMakalah metodologi
Makalah metodologi
 
Ilmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdfIlmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdf
 
Ilmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docxIlmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docx
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

MANTHUQ DAN MAFHUM AL-QURAN

  • 1. MANTHUQ DAN MAFHUM MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an II” Dosen pembimbing : Afiful Ikhwan M.Pd. I Oleh : 1. Lutfi Himatunikmah (2013.4.047.0001.1.001687) 2. Risma Riszki Amelia ( 2013.4.047.0001.1.001704 ) PAI – SMT 3/Sawo PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGANGUNG Oktober 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “MANTHUQ DAN MAFHUM” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam hingga sampai kepada kita. Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag 2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I 3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi ii dalam penyelesaian makalah. Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin. Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya. Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan Amin Yaa Robbal ‘Alamin. (PENYUSUN)
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………….…..… i Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii Daftar Isi …………………………………………………..…. iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2 iii BAB II PEMBAHASAN MANTHUQ DAN MAFHUM A. Pengertian manthuq dan macam-macamnya ………….. 3 B. Pengertian mafhum dan macam-macamnya………….… 6 C. Pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya.. 7 D. Pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya…..... 8 BAB III PENUTUP Kesimpulan ………………………………………………. 11 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 12
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia dan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Al-Qur’an kaya akan makna. Apabila kita mau meneliti dengan seksama, maka kita pasti akan menemukan bahwaAl-Qur’an mengandung keunikan-keunikan serta keindahan-keindahan pada maknanya yang tiada akan pernah habis untuk dikaji serta dipelajari, dan memberi isyarat makna yang tak terbatas. Dari sinilah timbul motivasi pada diri kaum muslimin untuk semakin giat menmpelajari serta menafsirkan ayat demi ayat dalam kitab suci Al-Qur’an sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an menyimpan rahasia besar yang tidak semua ayat memberikan pemahaman secara jelas namun banyak sekali ayat yang membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dari sinilah kita fahami bahwa ternyata ayat-ayat Al- Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi ada ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut. Maha suci Allah dengan segala firman-NYA. Petunjuk lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi (mantuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun mengandung kemungkinan makna lain, dengan takdir maupun tanpa takdir. Dan adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang dinamakan dengan mantuq dan mafhum. Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum/makna yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca mengenai sebagian dari qoidah tafsir.. Semoga dapat dipahami dengan mudah lagi bermanfaat.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan manthuq ? dan apa saja macam-macam manthuq? 2. Apa yang dimaksud dengan mafhum dan apa saja macam-macam mafhum ? 3. Apa yang dimaksud dengan mafhum muwafaqah ? dan sebutkan bentuk-bentuknya! 4. Apa yang dimaksud dengan mafhum mukhalafah ? dan apa saja jenis-jenisnya? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya 2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya 3. Untuk mengetahui pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya 4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukhalafah dan jenis-jenisnya
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manthuq dan Macam-Macamnya 3 1. Pengertian Manthuq Secara etimologi مَنْطُوْ قٌ adalah Isim Maf’ul yang berasal dari ( (نَطَقٌَ- يٌ نَْطِقٌُ yang artinya berbicara1 , jadi مَنْطُوْق berarti yang dibicarakan. Sedangkan secara istilah menurut Syafi’i : “ Manthuq ialah sesuatu yang ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah suatu (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni penunjukkan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan3. Jadi Manthuq adalah : arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan (yakni, petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan). 2. Macam-Macam Manthuq Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu zahir dan mu’awal.4 a) Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti (nash) Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan makna yang dimaksud secara tegas (sharih), tidak mengandung kemungkinan makna lain. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 89 : ..…فَمَنْ لََْ جَ ي دْ فَ ج صيَامُ ثَلََثَجة أَياَّم 1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka progressif, 1997), hlm. 1432 2 Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 177 3 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa,2007), hlm. 358 4 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 233
  • 7. 4 “Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.”( QS. Al-Maidah : 89 )5 Pensifatan “tiga hari” telah mematahkan kemungkinan “tiga” ini diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash. Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 : وَأَحَل اللََّ الْبَ يْعَ وَحَرَّمَ الجرِّبَا “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al- Baqarah : 275)6 Ayat di atas menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual beli dan keharaman riba. b) Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.  Zahir, lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang lebih diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan sesuatu makna yang segera dipahami ketika diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna lain yang lemah (marjuh).7 Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal penunjukkannya kepada makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun dari segi lain ia berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan satu makna secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima makna lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika diucapkan juga disertai kemungkinan menerima makna lain meskipun lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 173: … فَمَ ج ن اضْطُرَّ غَيْ رَ بَا غ وَل عَا د … “… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati batas …”.( QS. Al- Baqarah : 173)8 Lafaz “baaghin” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak tahu) dan ”az-dzalim” (melampaui batas, zalim), tetapi kemungkinan arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), hlm. 123. 6 Ibid, hlm. 48 7 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 359 8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 27
  • 8. 5 Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 : … وَلَ تَ قْرَب وُْهُنَّ حَتََّّ يَطْهُرْنَ … “…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci …”( QS. Al- Baqarah : 222)9 Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”, tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama dari contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan), sementara kemungkinan arti kedua yang kedua disebut rajih (diunggulkan).  Mu’awwal, Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan diberi pemahaman dengan arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwal ialah lafaz yang diartikan dengan makna marjuh karena ada suatu dalil yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.10 Mu’awwal berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab tidak ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Contohnya dalam QS. Al-Isra ayat 24 : … وَاحْفَضْ لََمَُا جَنَاحَ الذُّجلِّ جمنَ الرَّحَْْة “..dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang”. (QS. Al-Isra : 24)11 Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli” pada ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan arti rajih karena pada kenyataannya memang manusia tidak memiliki sayap. Karenanya, kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh, yakni perlakuan yang baik terhadap kedua orang tua. 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.36 10 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 360 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 285
  • 9. 6 B. Pengertian Mafhum dan Macam – Macamnya 1. Pengertian Mafhum Secara etimologi mafhum adalah isim maf’ul yang berasal dari kata (ٌ –ٌ فٌَهٌِمٌَ ي فٌٌَْهٌَمٌُ ) yang artinya faham مٌَفٌْهٌُوٌْم , 12 berarti yang difahami. Sedangkan secara istilah Mafhum (pemahaman) adalah arti yang tidak diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni, petunjuk artinya keluar dari unsur-unsur huruf yang dicapkan).13 Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri. Dan menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak berdasarkan pada bunyi ucapan.14 Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian yang ditunjukkan oleh suatu lafaz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman yang terdapat pada ucapan tersebut. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : فَلَ تَ قُلْ لََمَُا أُ فِّ وَل تَ نْ هَرْهَُُا “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. (QS. Al-Isra’ : 23)15 Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum, pengertian mantuq yaitu ucapan lafadz itu sendiri (yang nyata = uffin) jangan kamu katakan perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu. Sedangkan mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya (juga dilarang) karena lafadz-lafadz yang mengandung kepada arti, diambil dari segi pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut mafhum. 2. Macam – Macam Mafhum Mafhum dibedakan menjadi dua bagian, yakni: 12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka progressif, 1997), hlm. 1075 13 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hlm. 235 14 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 363
  • 10. 7 1) Mafhum Muwafaqah. 2) Mafhum Mukhalafah C. Pengertian Mafhum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya 1. Pengertian Mafhum Muwafaqah Mafhum Muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Atau Pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum itu selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang hukumnya sesuai dengan mantuq. 2. Bentuk-bentuk Mafhum Muwafaqah Mafhum Muwafaqah dapat dibagi kepada 2 bagian yaitu: 1) Fahwal Khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya daripada yang diucapkan. Seperti memukul orang tua lebih tidak boleh hukumnya, firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : فَلََ تَ قُل لََّ مَُا أُ فِّ وَلَ تَ نْ هَرْهَُُا وَلُل لََّمَُا لَ وْكل رَجركًا “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.(QS. Al-Isra’ : 23)16 Dalam ayat di atas menerangkan bahwa kata-kata yang keji saja tidak boleh (dilarang) apalagi memukulnya. 2) Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya dengan yang diucapkan, seperti firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 10: جإنَّ الَّ جذينَ يَأْرُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْكما جإنَََّّا يَأْرُلُونَ جفِ بطُُ وجنِجمْ نَاكرا “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An-Nisaa : 10).17 16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), hlm. 285. 17 Ibid, hlm. 79.
  • 11. 8 Dalam ayat di atas menerangkan bahwa Membakar atau setiap cara yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan memakan harta anak tersebut yang berarti dilarang (haram). D. Pengertian Mafhum Mukhalafah dan jenis-jenisnya 1. Pengertian Mafhum Mukhalafah Mafhum mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang diucapkan. Atau Pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum itu tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang berbeda hukumnya dengan mantuq. Seperti dalam firman Allah swt : يَأَي هَُّا الَّ جديْنَ ءَامَنُ وْا جإذَا ن وُْجدىَ جللصَّلَواجة جمنْ يَ وْجم الْْمُْعَجة فَاسْعَ وْا جإلَ جذرْجر اٌ جِّ للَ وَذَرُوْا اٌلْبَ يْ عَ ج ذجلكُمْ خَيْ رٌ لَّكُمْ جإنْ رنْتُمْ تَ عْلُمُوْنَ “apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” (QS. Al-jum’ah:9).18 Dapat dipahami dari ayat di atas, bahwa boleh jual beli di hari jum’at sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat. 2. Jenis – jenis Mafhum Mukhalafah Jenis – jenis mafhum mukhalafah ada 5 yaitu19 : 1) Mafhum shifat Mafhum shifat yaitu menggantungkan hukum pada dzat dengan salah satu sifat. Seperti firman Allah ta’ala pada kafarat pembunuhan : …فَ تَحْجريرُ رَلَ بَ ة مُؤْجمنَ ة 18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.555. 19 Abdul hamid hakim, Ushul Fiqh (Jakarta : Maktabah Al-adiyat Qatran, 1927), hlm. 31
  • 12. 9 “…hendaklah ia (yang membunuh) memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”. (QS. An-Nisaa : 92)20 Mafhumnya, jika hamba sahaya yang dimerdekakan itu bukan termasuk orang beriman, maka tidak diperbolehkan. Contoh lain dalam QS. Al-Hujarat ayat 6 : يَأَي هَُّا الَّ جديْنَ ءَامَنُوا جإنْ جَاءرَُمْ فَا ج سقٌ م جبنَب إ فَ تَبَ يَّنوْا أَنْ تُ ج صيْبُ وْا لَ وْمَام ج هَِلَ ة فَ تُصْ بجحُوْا .عَلَى مَا فَ عَلْتُمْ نَ جدجميَْ “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasikh embawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”( QS. Al-Hujarat : 6)21 Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh seseorang yang adil wajib diterima. 2) Mafhum ‘ilat atau sebab Mafhum ‘ilat yaitu menggantungkan atau menghubungkan hukum sesuatu karena sebab (illatnya). Seperti pengharaman khamr karena memabukkan. 3) Mafhum ‘adad atau bilangan Mafhum ‘adad yaitu memperhubungkan hukum sesuatu kepada bilangan tertentu. Seperti Firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 4. وَالَّ جذينَ يَ رْمُونَ الْمُحْصَنَا ج ت ثُ لََ يَأْتُوا جبأَرْبَ عَجة شُهَدَاء ف اجْلجدُوهُم ثَََانجيَ جَلْدَة ك “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera”. (QS. An-Nur : 4)22 4) Mafhum ghayat atau tujuan 20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 94. 21 Ibid, hlm.517. 22 Ibid, hlm.351.
  • 13. 10 Mafhum ghayat yaitu membatasi hukum dengan kata “ila” atau “hatta”. Seperti firman Allah Ta’ala : يَا أَي هَُّا الَّ جذينَ آمَنُوا جإذَا لُمْتُمْ جإلَ الصَّلََجة فَاغْ ج سلُوا وُجُوهَ كُمْ وَأَيْ جديَكُمْجإلَ الْمَرَافججق "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku".(QS. Al- Ma’idah: 6)23 Contoh lain firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 230 : … فجَإنْ طَلَّقَهَا فَلَ جَ تَل لَه جمنْ بَ عْدُ حَتََّّ تَ نْ ج كحَ زَوْك جا غَيْ رَه “Kemudian, jika si suami menalaknya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal baginya hingga ia kawin lagi dengan lelaki yang lain.”( QS. Al-Baqarah: 230)24 Mafhumnya, jika perempuan itu sudah menikah lagi dengan lelaki yang lain, maka si suami yang pertama boleh merujuknya dengan menikahi kembali. 5) Mafhum Hashr atau pembatas Mafhum Hashr yaitu pemahaman dari redaksi yang menggunakan hashr (pembatasan). Misalnya firman Allah dalam beberapa ayat Al- Qur’an : لَجإلَهَ جإلَّ الل “Tidak ada Tuhan selain Allah” Mafhumnya, selain Allah bukanlah Tuhan جإياَّكَ نَ عْبُدُ “hanya kepada-Mu-lah kami menyembah” Mafhumnya, kami tidak menyembah kepada selain-Mu (Allah).25 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 109. 24 Ibid, hlm. 37. 25 Alkautsar, kallebi. Ulumul Qur’an, dalam http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/. Diakses pada 30 september 2014 pukul 09.00 WIB.
  • 14. BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu sendiri. Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu :  Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau disebut 11 nash  Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal 2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu lafadz. Mafhum juga terbagi pada dua bagian, yaitu:  Mafhum Muwafaqah  Mafhum Mukhalafah. 3. Mafhum muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Mafhum muwafaqah terbagi menjadi 2 yaitu :  Fahwal khitab  Lahnal khitab 4. Mafhum mukhalafah yaitu pengertian yang dipahami berbeda daripada ucapan, baik dalam menetapkan maupun meniadakkan. Mafhum mukhalafah terbagi menjadi 5 jenis yaitu :  Mafhum shifat  Mafhum 'ilat atau sebab  Mafhum 'adad atau bilangan  Mafhum ghayah atau tujuan batas  Mafhum hashr atau pembatas
  • 15. 12 DAFTAR PUSTAKA AS, Mudzakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor; Litera Antar Nusa. Hakim, Abdul hamid. 1927. Ushul Fiqh. Jakarta ; Maktabah Al-adiyat Qatran. Ismail, Mohammad. Ulumul Qur’an. Dalam http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum_/ . diakses pada 30 september 2014. Kalebbi, alkautsar. Ulumul Qur’an dalam http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/ . diakses pada 30 september 2014. Karim, Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih. Bandung; Pustaka Setia. Munawwir, Ahmad warson. 1997. kamus arab indonesia al-munawwir. Surabaya; pustaka progressif. RI, Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta; CV Darus Sunnah. Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung; Pustaka Setia.