Ayat-ayat Al-Quran terbagi menjadi dua kelompok, yaitu ayat-ayat yang muhkam dan ayat-ayat yang mutasyabih. Ayat-ayat muhkam memiliki arti yang jelas, sedangkan ayat-ayat mutasyabih memiliki arti yang samar sehingga membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Allah sengaja menurunkan kedua jenis ayat tersebut untuk menguji manusia dan menunjukkan kebesaran-Nya.
1. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami sampaikan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan hidayah-Nya pada kami sehingga kami mampu melaksanakan tugas sebagai khalifah dimuka
bumi dalam rangka thalibul 'ilmi. Dan kami mampu menyelesaikan makalah ini tiadalain tujuannya adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan yang telah berjalan sekarang.
Kami ucapka banyak terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk membuat makalah ini sehingga kami mengetahui tentang Muhkam dan Mutasyabih.
Maka kita sebagai seorang muslim perlu kiranya untuk mempelajari tentang ayat – ayat Muhkam
dan Mutasyabih sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kami ucapkan terimakasih kepada
1. Para dosen pembimbing
2. Orang tua yang banyak membantu dalam lancarnya penulisan ini
3. Teman-teman yang rela diajak komonikasi
4. Seluruh pihak yang ikut melancarkan penulisan makalah ini
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati kami mengharap tegur sapa dan pengoreksian dari
bapak dosen dan para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi umat Islam
khususnya. Serta apabila terdapat kekeliruan, kami selaku manusia biasa memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 1
2. BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah kitab orang Islam yang mutlaq kebenarannya, oleh karena itu tidak ada satu
ayatpun yang diragukan tentang kebenarannya. Selain itu al-Qur'an juga merupakan kalamullah, tuhan
semesta alam yang Maha Besar dan Maha Kuasa yang tidak terbatas serta tertandingi oleh sekian banyak
makhluknya.
Oleh karena itu Allah SWT. turunkan ayat – ayat yang muhkam dan mutasyabih sebagai tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai motivasi dan rahmat bagi seluruh manusia serta agar manusia yakin
terhadap kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Didalam ayat – ayat-Nya yang mutasyabihat itu Allah menampakkan kebesarannya, sehingga
tidak ada satu manusiapun yang dapat memahami makna yang sebenarnya. Manusia yang berilmu cuma
bisa mengira-ngira maknanya dengan makna terdekat sesuai dengan pemahaman mereka. Itu berarti
sangatlah mudah bagi Allah untuk menjadikan sesuatu yang awalnya tidak mungkin menjadi sangat
mungkin.
Selain itu Allah sengaja turunkan ayat – ayat muhkamat dan mutasyabihat dengan sebab – sebab
tertentu serta memiliki faedah – faedah yang sangat banyak pula, yang akan penulis perinci pada
pembahasan kali ini.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
Kata muhkam merupakan pengembangan dari kata ahkama-yuhkimu-ihkaman. Makna
ahkama secara bahasa ialah atqama wa mana’a yang berarti mengokohkan dan melarang. Pengertian
muhkam seperti tersebut itulah yang menjadi sifat dari semua ayat – ayat Al-Qur’an, sebagaimana
dinyatakan oleh Allah :
Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya dijadikan muhkam serta dijelaskan secara
terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu (Qs, Huud, 1)
Seluruh ayat al-Qur’an adalah muhkam, maksudnya kalam yang tegak, kokoh dan fasih;
membedakan yang hak daripada yang bathil dan membedakan yang benar dari kedustaan. Demikianlah
pengertian muhkam secara umum1.
Adapun mutasyabih secara bahasa bermakna yang serupa lahir tapi berbeda dalam makna
atau mempunyai arti persamaan / kesamaran yang mengarah pada keserupaan. Keduanya berarti saling
menyerupai yang satu dengan yang lain, sehingga keduanya itu mirip bentuknya sampai sukar
dibedakan2. Contohnya :
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-
buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami
dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang
Suci dan mereka kekal di dalamnya (Al-Baqarah : 25)
1
Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung,
Pustaka, 1989, hlm., 161
2
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A., Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, hlm., 240
Dimaksud dengan mutasyabih yang tersebut dalam ayat diatas ialah serupa dalam
pemandangan dan berbeda dalam rasa.
Sedang menurut para ulama berbeda – beda dalam memberikan pengertian al-muhkan dan
al-mutasyabih diantaranya sebagai berikut :
a. Ulama Ahlus sunnah wal jama’ah mengatakan lafadz muhkam adalah lafadz yang diketahui ma’na
maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengan di ta’wilkan. Sedang
lafadz mutasyabih adalah lafadz yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah SWT.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 3
4. Manusia tidak ada yang bisa mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal,
artti dari huruf – huruf muqatha’ah3.
b. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas petunjuknya, dan
tidak mungkin telah dinaskh (dihapus hukumnya). Sedang lafadz mutasyabih adalah lafadz yang
sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia ataupun tidak
tercantum dalam dalil-dalil naskh. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui
Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib4.
c. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas mengatakan,
lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah / segi saja. Sedangkan lafadz
mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa arah / segi, karena masih sama.
Seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya 5.
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa muhkam ialah lafdz yang arinya dapat
diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa dita’wilkan karena susunan tertibnya tetap,
dan tidak musykil karena pengertiannya masuk akal sehingga dapat diamalkan karena tidak dinashkan.
Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafadz al-Qur’an yang artinya samar, sehingga tidak dapat
dijangkau akal manusia karena bisa dita’wilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri
3
Drs. Moh. Chotib, Buku Ajar Ulumul Qur’an, Stain Pemekasan Press, 2006, hlm., 59
4
Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung,
Pustaka, 1989, hlm., 240
5
ibid., hlm 241
karena susunan tertibnya sehingga menimbulkan kesulitan disebabkan petunjuk artinya tidak kuat,
sehingga cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu diamalkan karena merupakan ilmu yang hanya
dimonopoli oleh Allah SWT.
B. SEBAB – SEBAB ADANYA AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa adanya ayat muhkam dan mutasyabih itu karena Allah
SWT. yang menjadikannya demikian itu. Allah Memisahkan / membedakan antara ayat – ayat yang
muhkam dari yang mutasyabih, dan menjadikannya ayat yang muhkamat sebagai bandingan ayat yang
mutasyabihat6.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-
ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 4
5. ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. ( Qs,
Al-Imran : 7 )
Secara rinci ayat – ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an adalah disebabkan tiga hal yaitu
karena kesamaran pada lafadz, pada makna, pada lafadz dan maknanya.
a. Kesamaran Pada Lafadz
Dan buah-buahan serta rumput-rumputan ( Qs, ‘Abasa : 31 )
6
ibid., hlm., 244
Kata abban tersegut jarang terdapat dalam al-Qur’an, sehingga asing. Kalau tidak ada
penjelasan dari ayat berikutnya, arti abban it u sulit dimengerti oleh umat tetapi ayat 32 surah
‘Abasa :
Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu ( Qs, ‘Abasa : 32 )
Sehingga baru jelas bahwa yang dimaksudkan dengan abban adalah rerumputan,
seperti bayam, kangkung yang disenangi oleh manusia dan binatang ternak.
b. Kesamaran Pada Makna
Seperti tentang peristiwa kiamat, kelezatan syurga dan kepedihan siksa neraka. Akal
pikiran manusia tidak akan bisa menjangkau semua hal tersebut, sehingga makna – maknanya sulit
mereka tangkap. Bagaimana mereka mengerti arti maksud ayatnya, sedangkan mereka tidak
pernah melihatnya. Seperti hadist Nabi Saw. ِع َ ع َ ع َ ٌنْ ر ٌ ع َع َ ٌنْ ع َ ع َ ٌنُ ٌنُ ر ٌ ع َ َعِ ع َ ٌنْ ع َ ع َ ع َ ع َ ر ٌ َعِ ع َ ٌنْ َعِ ع َ ع َ َع
ممملاال عيممن رأت وال اذن سمممعت والخطممر فمم ي قلممب البشممر
(Sesungguhnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak
pernah tergores dalam hati)7
c. Kesamaran Pada Lafdz dan Makna
Salah satu sebab adanya ayat – ayat mutasyabihat adalah karena kesamaran pada lafadz
dan makna suatu ayat, seperti firman Allah SWT.
dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung ( Qs, Al-Baqarah : 189 )
Orang yang tidak mengerti adat – istiadat bangsa Arab pada masa jahiliah, tidak akan
paham terhadap maksud ayat tersebut. Sebab, kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada
lafadznya, kerena terlalu ringkas,
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 5
6. 7
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A., Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, hlm., 249
juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang Arab,
yang tidak mudah diketahui oleh bangsa – bangsa lain.
C. MACAM – MACAM AYAT MUTASYABIHAT
Sesuai dengan sebab – sebabnya, maka dapat diketahui macam – macam ayat mutasyabihat
itu terbagi dalam 3 macam :
1. Ayat – ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh manusia, kecuali Allah SWT8
Contohnya seperti Dzat Allah SWT, Hakikat sifat-sifat-Nya, Hari kiamat, dan sebagainya. Seperti
firman Alllah AWT :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia
sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)" ( Qs, Al-An’am : 59 )
2. Ayat – ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan
pengkajian yang mendalam.
Contoh seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengqayyidkan yang mutlak,
menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya 9.
3. Ayat – ayat yang mutasyabihat yang hanya diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh
semua orang, apalagi orang awam. Seperti firman Allah :
8
Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang Pertama,
Bandung, Pustaka, 1989, hlm., 165
9
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A., Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, hlm., 252
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal ( Qs, Al-‘imran : 7 )
D. PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG AYAT – AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Para Ulama berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihannya.
1. Sebagian Ulama berpendapat bahwa semua al-Qur’an itu muhkam, dalilnya :
suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang
diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu ( Qs. Hud : 1 )
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 6
7. 2. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa al-Qur'an itu seluruhnya mutasyabih 10.
Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-
ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya
( Qs. Az-Zumar : 23 )
3. Sedang yang lain mengatakan bahwa al-Qur'an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan
mutasyabih11.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. ( Qs.
Ali Imran : 7 )
10
ibid., hlm. 256
11
Drs. Moh. Chotib, Buku Ajar Ulumul Qur’an, Stain Pemekasan Press, 2006, hlm., 65
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 7
8. Jika dilihat sepintas, seolah – olah pendapat ketigalah yang paling benar. Tapi sebanarnya
semua pendapat tersebut adalah benar, sebab semua dalilnya berasal dari al-Qur'an. Sedangkan semua
yang ada pada al-Qur'an adalah mutlaq kebenaran-Nya. Yang berbeda hanya pada orentasi pendapat
masing – masing.
Pendapat pertama, orientasinya dititik-beratkan pada masalah kebaikan, kerapian susunan
tertib ayat-ayatnya, absolut kebenarannya, etrjaga dari kerusakan ataupun kejanggalan lafadz dan
maknanya. Al-Quar'an bagai bangunan yang kokoh tak tergoyahkan.
Pendapat kedua, memfokuskan pada segi relevansi, homogenitas dan keserasian susunan al-
Qur'an, baik soal aturan hukum ataupun soal keindahan sastra seni belaghahnya, juga pada susunan
kata dan keterkaitan inti isi maknanya. Hal itu menyebabkan rangkaian kata/kalimat dalam al-Qur'an
bagai untaian satu kesatuan yang bulat.
E. METODE MEMAHAMI AYAT – AYAT MUTASYABIH
Para Ulama dalam mamahami ayat – ayat mutasyabihat yang terdapat dalam al-Qur'an
khususnya ayat – ayat mengenai sifat – sifat Allah terbagi dalam dua aliran.
1. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka ketika menghadapi ayat
mutasyabihat berusaha untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya
kepada Allah SWT.
Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab yang mengetahui
hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya 12.
2. Madzhab khalaf, yaitu para ulama berikutnya generasi berikutnya, seperti Imam Huramain.
Mereka berpendapat bahwa ayat – ayat mutasyabihat yang secara lahir mustahil bagi Allah SWT.
harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat mungkin dengan dzat-
Nya..
12
Pada suatu hari Imam Malik pernah ditanya makna istiwa' (bersemayam) dalam Qs. Thaha : 5, ia
menjawab : "lafadz istiwa' telah dimengerti, namun begaimana bersemayamnya Allah tidak
diketahui. Pertanyaan yang demikian adalah bid'ah. Aku kira orang yang bertanya itu memiliki
niat buruk". Kemudian dia memerintahkan sahabatnya : "singkirkan dia dariku!" lihat, Nor
Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur'an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm., 264
Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa
susah payah. Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr : 22, dita'wilkan dengan
kedatangan perintah-Nya. Kata fauqa (diatas) didalam Qs. Al-An'am : 61, dengan ketinggian yang
bukan arah atau urusan dan lain sebagainya 13.
F. FAEDAH AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
a. Muhkam
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bhs. Arabnya lemah. Sebab arti
dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 8
9. 2. Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya serta menghayatinya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-Qur'an sebab
ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umatdalam mempelajari isinya.
5. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an14.
b. Mutasyabih
1. Rahmat Allah, sebab sifat dan dzat Allah itu ditampakkan kepada manusia yang lemah, tidak
mengetahui segala sesuatu.
2. Sebagai bagian dari ujian kepada manusia, apakah dia akan tetap beriman terhadap kabar-
kabar yang hak itu, atau malah berpaling.
3. Menampilkan dalil atas keberadaan manusia sebagai makhluk yang lemah dan menampilkan
syahid terhadap kekuasaan Allah15
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana". ( Qs. Al-Baqarah : 31 )
4. Menegaskan Kemukjizatan al-Qur'an.
13
ibid., hlm., 265
14
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A., Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, hlm., 262
15
Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang Pertama,
Bandung, Pustaka, 1989, hlm., 167
5. Memudahkan bacaan, hafalan, dan pemahaman al-Qur'an. Sebab adanya ayat
mutasyabihatmutasyabihat sulit dimengerti, maka orang akan banyak berfikir.
6. Menambah pahala usaha manusia dengan menambah sukarnya memahami ayat – ayat
mutasyabihat.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 9
10. BAB III
PENUTUP
Dari makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa ayat – ayat muhkam adalah ayat yang dapat dan
mudah di mengerti baik lafadz dan maknanya. Sedangkan ayat – ayat mutasyabihat adalah ayat – ayat yang
tidak dapat dimengerti maknanya oleh manusia (hanya Allah yang tahu), meskipun ada beberapa ayat yang
dapat dipahami tetapi tidak sumua orang dapat memahaminya (hanya yang berilmu sajalah yang dapat
memahaminya).
Allah sengaja menciptakan ayat – ayat muhkam dan mutasyabih sebagai bukti atas kekuasaan-Nya
yang absolut dan tidak terbatas. Itu juga menandakan bahwa kita (manusia) adalah makhluk yang lemah.
Oleh karena itu sebanarnya ayat – ayat muhkamat dan mutasyabihat adalah motivasi sekaligus
rahmat bagi manusia, agar selalu senantiasa rendah diri dihadapan Allah SWT. Juga merasa betapa besar
kekuasaan Allah SWT. sehingga tidak satupun dari sekian banyak makhluk – makhluknya yang dapat
menyamai kekuasaan-Nya.
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 10
11. DAFTAR PUSTAKA
- Ichwan, Nor, Memahami Bahasa Al-Qur'an, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002
- Djalal H. A., Abdul, H. Dr. Prof, Ulumul Qur'an, Surabaya : Dunia Ilmu, 1998
- Syihabudin, Drs. Agus, Fridl, Drs. Miftah, Al-Qur'an Sumber Hukum Islam yang Pertama, Bandung :
Pustaka, 1989
- Chotib, Drs. Moh, Buku Ajar Ulumul Qur'an, Stain Pamekasan Press, 2006
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 11
12. MAKALAH
OLEH
Makalah Ulum al-Qur'an "Muhkam dan Mutasyabih" 12