SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci dan sumber ajaran Islam yang
pertama dan utama. Apabila diteliti dengan seksama, maka akan ditemukan
bahwaAl-Qur’an mengandung keunikan-keunikan makna yang tiada akan
pernah habis untuk dikaji dan memberi isyarat makna yang tak terbatas.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai rujukan utama umat Islam dalam berbagai
aspek kehidupan mereka dan terbukanya untuk interpretasi baru, merupakan
motivasi tersendiri terhadap lahirnya usaha-usaha untuk menafsirkan dan
menggali kandungan maknanya.
Ketika berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung dalam Al-
Qur’an, sebenarnya dari semua ayat yang ada tersebut tidak semuanya
memberikan arti/pemahaman yang jelas. Jika ditelusuri, ternyata banyak
sekali ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih mendalam mengenai
hukum yang tersimpan dalam ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa ternyata
ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara
langsung dan jelas, tetapi juga terdapat ayat yang maknanya tersirat di dalam
ayat tersebut.
Petunjuk (dalalah) lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada
bunyi (manthuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara
tegas maupun mengandung kemungkinan makna lain, dengantakdir maupun
tanpa takdir. Dan adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum,
arti tersirat)-nya, baik hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun
bertentangan. Inilah yang dinamakan denganmanthuq dan mafhum.
Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum atau
makna yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan
dipaparkan sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca.
2
Sebagian aspek tersebut yaitu mengenai Mantuq dan Mafhum, meliputi
pengertian dan pembagiannya serta contoh ayatnya. Semoga dapat dipahami
dengan mudah lagi bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manthuq dan macam-macamnya?
2. Apa pengertian mafhum dan macam-macamnya?
3. Apa pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya?
4. Apa pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya
2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya
3. Untuk mengetahui pengertian mafhummu wafaqah dan bentuk-bentuknya
4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manthuq dan Macam-macamnya
1. Pengertian Manthuq
Secara etimologi manthuq berasal bahasa Arab ( ‫نطق‬-‫ينطق‬ ) yang
artinya berbicara, ‫منطوق‬ (isim maf’ul) berarti yang dibicarakan.Manthuq
adalah arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan (yakni,
petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan).1
Menurut Syafi’i Karim, mantuq ialah sesuatu yang ditunjuki lafal dan
ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah suatu (makna)
yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni penunjukkan
makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan.3
Dari definisi ini diketahui bahwa apabila suatu makna yang
ditunjukkan oleh suatu lafaz menurut ucapan (makna tersurat), yakni
menunjukkan makna yang berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan
disebut pemahaman secara manthuq. Misalnya, hukum yang dipahami
langsung dari teks firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi :
‫ا‬َُ‫ُه‬ْ‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍّ‫ُف‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬
Artinya : “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. 4
Dengan menggunakan pemahaman secara mantuq ayat ini menunjukkan
haramnya mengucapkan kata “ah” dan membentak kedua orang tua.
1Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 233
2Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih,(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 177
3 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Litera Antar Nusa,2007), h. 358
4 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 23
4
Larangan atau haramnya hal tersebut langsung tertulis dan ditunjukkan
dalam ayat ini.
2. Macam-macam Manthuq
Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr.
Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu
lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan
lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti
yaitu zahir danmu’awal.
a. Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.
lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti
atau nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat
menunjukkan makna yang dimaksud secara tegas (sarih), tidak
mengandung kemungkinan makna lain.5 Pengertian nash yang lain
yaitu merupakan suatu lafadz yang bentuknya sendiri telah dapat
menunjukan makna yang dimaksud secara tegas, tidak mengandung
kemungkinan makna lain.6 Misalnya firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah ayat 196:
ُ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬َ‫ف‬َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬َ‫و‬ ٍِّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ ِ‫ِف‬ ‫ام‬َّ‫ي‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬‫ة‬َ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ع‬‫ة‬َ‫ل‬ِ‫ام‬َ‫ك‬
Artinya : “Maka (wajib) berpuasa tiga hari dalam masa haji dan
tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh
(hari) yang sempurna”.7
Penyipatan “sepuluh” dengan “sempurna” telah mematahkan
kemungkinan “sepuluh” ini diartikan lain secara majaz (metafora).
Inilah yang dimaksud dengan nash. Contoh lain dalam QS. Al-
Baqarah ayat 175:
5 Rosihon, Loc.Cit
6 Syaikh Manna’ Al-Qaththan , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , ( Pustaka Al – Kautsar, Jakarta,
2012), h.312
7 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 196
5
‫ا‬َ‫ب‬ٍّ
ِ‫ر‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ َُّ‫اَّلل‬ َّ‫ل‬َ‫َح‬‫أ‬َ‫و‬
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.8
Ayat ini menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual
beli dan keharaman riba.
b. Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.
1) Zahir
Zahir merupakan lafaz yang diberi pemahaman dengan arti
yang lebih diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan
sesuatu makna yang segera dipahami ketika diucapkan tetapi
disertai kemungkinan makna lain yang lemah (marjuh).9
Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal penunjukkannya kepada
makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun dari segi lain ia
berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan satu makna
secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima makna
lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika
diucapkanjuga disertai kemungkinan menerima makna lain
meskipun lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah
ayat 173:
…َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ َّ‫ر‬ُ‫ط‬ْ‫ض‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬‫اغ‬َ‫ب‬‫اد‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬…
Artinya : “… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati
batas …”10
Lafaz “bag” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak
tahu) dan ”az-Zalim” (melampaui batas, zalim), tetapi
8 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 175
9 Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 359
10 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 173
6
kemungkinan arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum
digunakan. Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 :
…َ‫ال‬َ‫و‬َّ‫ّت‬َ‫ح‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ن‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ط‬َ‫ي‬…
Artinya : “…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum
suci …”11
Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan
terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”,
tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih
jelas dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama
dari contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan),
sementara kemungkinan arti kedua yang kedua
disebut rajih (diunggulkan).
2) Mu’awwal,
Mu’awwal merupakan Lafaz yang diberi pemahaman dengan
arti yang tidak diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi
ketidak-mungkinan diberi pemahaman dengan arti yang
diunggulkan (rajih). Mu’awwalialah lafaz yang diartikan dengan
maknamarjuh karena ada suatu dalil yang menghalangi
dimaksudkannya makna yang rajih.12 Mu’awwal berbeda
dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab tidak
ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Misalnya firman
Allah dalam Al-Qur’an :
…َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬ْ‫َي‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬…
Artinya : “… Dia (Allah) akan selalu bersama kalian di mana pun
berada …” 13
Tidak mungkin memberikan kata “bersama” pada ayat itu
dengan “dekat” dalam pengertian tempat yang merupakan
11 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 222
12Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 360
13 Al-Quran, 57 (Al-Hadid): 4
7
arti rajih. Karenanya, kata itu harus diberi pemahaman dengan arti
lain yang marjuh. Yakni kekuasaan dan ilmu-Nya atau penjagaan
dan pemeliharaan yang diberikan-Nya. Contoh lain dalam QS. Al-
Isra ayat 24 :
َ‫اح‬َ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ض‬َ‫ف‬ْ‫اح‬َ‫و‬ٍِّ‫ل‬ُّ‫الذ‬َ‫ة‬َْ‫ْح‬َّ‫الر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬…
Artinya : “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang …” 14
Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli”
pada ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan
arti rajih karena pada kenyataannya memang manusia tidak
memiliki sayap. Karenanya, kata itu harus diberi pemahaman
dengan arti lain yang marjuh, yakni perlakuan yang baik terhadap
kedua orang tua.
B. Pengertian Mahfum dan Macam-macamnya
1. Pengertian Mahfum
Mafhum secara berasal bahasa Arab ( ‫فهم‬–‫يفهم‬ ) yang artinya
faham, ‫مفهوم‬ (isim maf’ul) berarti yang difahami.Mafhum (pemahaman)
adalah arti yang tidak diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni,
petunjuk artinya keluar dari unsur-unsur huruf yang
dicapkan).15Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah sesuatu yang
ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri.16 Dan
menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak
berdasarkan pada bunyi ucapan.17
Dari definisi ini diketahui bahwa apabila sesuatu yang ditunjukkan
oleh suatu lafaz tidak bersandar bunyi ucapan (makna tersirat) disebut
14 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 24
15 Rosihan, Op.Cit., h. 235
16 Syafi’i Karim, Op.Cit., h.180
17 Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 362
8
pamahaman secara mafhum. Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian
yang ditunjukkan oleh suatu lafaz tidak dalam tempat pembicaraan,
tetapi dari pemahaman yang terdapat pada ucapan tersebut. Misalnya,
hukum yang dipahami langsung dari teks firman Allah pada QS. Al-Isra’
ayat 23 yang berbunyi :
‫ا‬َُ‫ُه‬ْ‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍّ‫ُف‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬
Artinya : “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. 18
Dengan menggunakan pemahaman secaramafhum, dimana
melaluinya dapat diketahui haram hukumnya memukul orang tua dan
segala bentuk perbuatan yang menyakiti keduanya.
2. Pembagian Mahfum
Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mafhum Muwafaqah
b. Mafhum Mukholafah
C. Pengertian Mahfum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya
1. Pengertian Mafhum Muwafaqah
Mafhum muwafaqah adalah suatu petunjuk kalimat yang
menunjukkan bahwa hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada
masalah yang tidak tertulis, karena ada persamaan dalam maknanya.
Disebut mahfum muwafaqah karena hukum yang tidak tertulis sesuai
dengan hukum yang tertulis.19 Mafhum Muwafaqah merupakan
pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu selaras dengan yang
18 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 23
19 Syafi’i Karim, Op.Cit., h.178
9
dimiliki oleh lafaz manthuq, dengan kata lain makna yang hukumnya
sesuai dengan manthuq.20
2. Pembagian Mafhum Muwafaqah
Mafhum Muwafaqah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Fatwa al-Khitab
Fatwa al-Khitabmerupakan pemahaman yang diberikan kepada
lafaz mafhum lebih kuat daripada yang dimiliki oleh lafaz mantuq,
yaitu apabila hukum yang dipahami darilafal lebih utama dari hukum
yang ditangkap langsung dari lafal itu.
Memukul, menghardik, dan meludahi orang tua yang dipahami
dari firman Allah SWT dalam surah al-Isra’(17) ayat 23 di atas,
berbeda kualitasnya dengan sekedar mengatakan “ah” atau “cis”
kepada orang tua. Dari segi akibat, memukul, menghardik dan
meludahi orang tua, lebih berat dibanding hanya sekedar mengatakan
“ah” atau “cis”. Oleh sebab itu hukum makna yang dipahami di luar
lafal itu bisa lebih utama (lebih tinggi kualitasnya) dari hukum yang
dipahami dari lafal itu sendiri.
b. Lahnu al-Khitab
Lahnu al-Khitab merupakan pemahaman yang diberikan kepada
lafazmafhum itu sama tingkatannya dengan yang dimiliki oleh
lafazmantuq. Misalnya firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 10 :
ِ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ‫ى‬َ‫ام‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ال‬َ‫و‬ْ‫َم‬‫أ‬…
Artinya : “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak
yatim secara zalim …” 21
Mafhum-nya, memakan harta anak yatim sama saja dengan
hukum melenyapkannya, membuang atau membakarnya. Karena pada
hakikatnya, makna-makna ini mengacu pada satu hal yaitu
menghabiskan harta anak yatim secara lalim.
20 Rosihan, Loc.Cit
21 Al-Quran, 4 (An-Nisa’): 10
10
D. Pengertian Mahfum Mukholafah dan Macam-macamnya
1. Pengertian Mafhum Mukholafah
Mafhum Mukhalafah merupakan pemahaman yang diberikan kepada
lafazmafhum itu tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq,
dengan kata lain makna yang berbeda hukumnya dengan mantuq.22
Mafhum Mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan
ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan).
Oleh karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi
lafal yang diucapkan.
Seperti dalam firman Allah swt pada QS. Al-Jumu’ah ayat 9:
َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫و‬ َِّ‫اَّلل‬ ِ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫ذ‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ْ‫و‬َ‫ع‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُْ‫ْل‬‫ا‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫الة‬َّ‫لص‬ِ‫ل‬ َ‫ي‬ِ‫ود‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
“Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at,
maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” 23
Dapat dipahami dari ayat ini, bahwa boleh jual beli di hari jum’at
sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.24
2. Pembagian Mafhum Mukholafah
Mafhum Muwafaqah dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Mafhum al-Washfi
Mafhum al-Washfi (pemahaman dengan sifat) adalah petunjuk
yang dibatasi oleh sifat, menghubungkan hukum sesuatu kepada salah
satu sifatnya. Dalam mafhum sifat terdapat tiga bagian, yaitu mushtaq,
hal (keterangan keadaan) dan ‘adad (bilangan).25
Mafhum sifat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Mustaq dalam ayat.
Contohnya dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:
22 Rosihan, Loc.Cit
23 Al-Quran, 62 (Al-Jumu’ah): 9
24 Rahmat syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.220
25 Rahmat syafe’i, Loc.Cit
11
‫ا‬‫و‬ُ‫ح‬ِ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ة‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬َ
ِ‫ِب‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫يب‬ِ‫ص‬ُ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫إ‬َ‫ب‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ق‬ِ‫اس‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫اء‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫اد‬َ‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-
orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” 26
Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak
wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan
oleh seseorang yang adil wajib diterima.
2) Hal (keterangan keadaan)
Seperti fiman Allah, QS. Al-Maidah ayat 95:
‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫اء‬َ‫ز‬َ‫ج‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫د‬ٍّ
ِ‫م‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫م‬ُ‫ر‬ُ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َن‬‫أ‬َ‫و‬ َ‫د‬ْ‫ي‬َّ‫الص‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
ُ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ ‫ة‬َ‫ار‬َّ‫ف‬َ‫ك‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫غ‬ِ‫ال‬َ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ي‬ْ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫و‬َ‫ذ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬َْ‫َي‬ ِ‫م‬َ‫َّع‬‫الن‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬
ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ْ‫َو‬‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫اك‬َ‫س‬َ‫م‬َ‫اد‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ع‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫َم‬‫أ‬ َ‫ال‬َ‫ب‬َ‫و‬ َ‫وق‬ُ‫ذ‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ َ‫ك‬
‫ام‬َ‫ق‬ِ‫ت‬ْ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬ُ‫ذ‬ ‫يز‬ِ‫ز‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َُّ‫اَّلل‬ ُ‫م‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬َ‫ف‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh
binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa
diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya
ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan
yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara
kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau
(dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makanan orang-
orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
26 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat): 6
12
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari
perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu dan
barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan
menyiksanya, Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan
untuk) menyiksa.” 27
Ayat ini menunjukkan tiadanya hukum bagi orang yang
membunuhnya karena tak sengaja. Sebab penentuan “sengaja”
dengan kewajiban membayar denda dalam pembunuhan binatang
buruan tidak sengaja.
3) ‘Adad (bilangan)
Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 197:
ِ‫ِف‬ َ‫ال‬َ‫د‬ ِ‫ج‬ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫وق‬ُ‫س‬ُ‫ف‬ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ث‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ‫ال‬َ‫ف‬ َّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ات‬َ‫وم‬ُ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ ُّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬
َُّ‫اَّلل‬ ُ‫ه‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ‫ْي‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ٍِّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ِ‫ُوِل‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ِ‫ون‬ُ‫ق‬َّ‫ات‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َّ‫الت‬ ِ‫اد‬َّ‫الز‬ َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫د‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫و‬
ِ‫اب‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫األ‬
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasikh dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang
berakal.” 28
Mafhumnya ialah melakukan ihram diluar bulan-bulan itu tidak
syah.
27 Al-Quran. 5 (Al-Maidah): 95
28 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 197
13
b. Mafhum Illiat
Mafhum illat adalah menghubungksn hukum sesuatu karena illat-
nya atau sebabnya. Mengharamkan minuman keras karena
memabukkan.29
c. Mafhum ghayah
Mafhum ghayah (pemahaman dengan batas akhir) adalah lafal
yang menunjukkan hukum sampai pada ghayah (batasan,
hinggaan), hingga lafal ghayah ini ada kalanya dengan “illa” dan
dengan “hatta’. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-
Maidah ayat 6:
َ‫َل‬ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬.... ِ‫ق‬ِ‫اف‬َ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫َل‬ِ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ا‬‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ُ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬َ‫ا‬‫ف‬ ِ‫وة‬َ‫ل‬َّ‫الص‬
“bila kamu hendak nmengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai kepada siku”. 30
Mafhum mukhalafahnya adalah membasuh tangan sampai kepada
siku.
d. Mahfum laqaab
Mahfum laqaab (pemahaman dengan julukan) adalah
menggantungkan hukum kepada isim alam atau isim fiil. Seperti
firman Allah SWT:
ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ُم‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫م‬ٍّ
ِ‫ر‬ُ‫ح‬
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu.”31 Mafhum
mukhalafahnya adalah selain para ibu.32
e. Mafhum hasr
Mafhum hasr adalah pembatasan. Seperti dalam firman Allah swt.:
ُْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ن‬ َ‫اك‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬‫و‬ ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫اك‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬
29 Syafi’i karim, Op.Cit., h. 183
30 Al-Quran, 5 (Al-Maidah): 6
31 Al-Quran, 4 (An-Nisa): 23
32 Syafi’i karim, Op.Cit., h.184
14
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.” 33
Mafhum mukhalafahnya adalah bahwa selain Allah tidak disembah
dan tidak dimintai pertolongan. Oleh karrena itu, ayat tersebut
menunjukkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan
dimintai pertolongan.
f. Mafhum syarat
Mafhum syarat adalah petunjuk lafadz yang memberi fadah adanya
hukum yang dihubungkan dengan syarat supaya dapat berlaku hukum
yang sebaliknya. Seperti dalam surat al-Thalaq ayat 6:
...َّ‫ن‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ل‬َْ‫ْح‬ ِ‫ت‬َ‫ال‬‫ُو‬‫أ‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫...و‬
“...Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mererka nafkahnya.” 34
Mafhum mukhalafahnya adalah istri-istri tertalak itu tidak sedang
hamil, tidak wajib diberi nafkah.35
33 Al-Quran, 1 (Al-Fatihah): 5
34 Al-Quran, 65 (At-Thalaq): 6
35 Abdul Wahab Khalaf, Kaidah HukumIslam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003) h. 222
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk
yang telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan
lafadz itu sendiri. Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.
b. Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi
menjadi dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal.
2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam
suatu lafadz. Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mafhum Muwafaqah.
b. Mafhum Mukholafah
3. Mafhum muwafaqah adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan
bahwa hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang
tidak tertulis, karena ada persamaan dalam maknanya.Mafhum
muwafaqahterbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Fatwa al-Khitab
b. Lahnu al-Khitab
4. Mafhum Mukhalafah merupakan pemahaman yang diberikan kepada
lafazmafhum itu tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq,
dengan kata lain makna yang berbeda hukumnya dengan mantuq.Mafhum
Mukhalafahterbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Mafhum al-washfhi
b. Mafhum illat
c. Mafhum ghayah
d. Mafhum laqaa,
e. Mafhum hasr
f. Mafhum syarat
16
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jabal.
Karim Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia.
Khalaf Abdul Wahab. 2003. Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Amani.
Mudzakir. AS. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Litera AntarNusa.
Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
Syafe’i Rahmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV Pustaka Setia.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , Jakarta:
Pustaka Al – Kautsar.

More Related Content

What's hot

Tafsir, ta’wil & tarjamah
Tafsir, ta’wil & tarjamahTafsir, ta’wil & tarjamah
Tafsir, ta’wil & tarjamahEndang Suhendar
 
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemahMakalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemahjuniska efendi
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
 
Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kamarudin Jaafar
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir4n9ry_61rd5
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Fakhri Cool
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilMohamad Bastomii
 
Ushul Fikih2 BAB1
Ushul Fikih2 BAB1Ushul Fikih2 BAB1
Ushul Fikih2 BAB1Ali Mahmudi
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiilmanafia13
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabihazzaazza50746
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarHanifah Habibah
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 

What's hot (19)

Tafsir, ta’wil & tarjamah
Tafsir, ta’wil & tarjamahTafsir, ta’wil & tarjamah
Tafsir, ta’wil & tarjamah
 
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemahMakalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1Kaedah pengambilan hukum a1
Kaedah pengambilan hukum a1
 
Usul tafsir
Usul tafsirUsul tafsir
Usul tafsir
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ma'ani al-quran
Ma'ani al-quranMa'ani al-quran
Ma'ani al-quran
 
makalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakhmakalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakh
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wil
 
Ushul Fikih2 BAB1
Ushul Fikih2 BAB1Ushul Fikih2 BAB1
Ushul Fikih2 BAB1
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabi
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabih
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Makalah isim..
Makalah isim..Makalah isim..
Makalah isim..
 
Al muhkam wa al mutasyabih
Al muhkam wa al mutasyabihAl muhkam wa al mutasyabih
Al muhkam wa al mutasyabih
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 

Viewers also liked

Viewers also liked (18)

CRYSTAL L BROOKS
CRYSTAL L BROOKSCRYSTAL L BROOKS
CRYSTAL L BROOKS
 
Bol 53
Bol 53Bol 53
Bol 53
 
Insonias
InsoniasInsonias
Insonias
 
Trabajo final de investigación Opinión Pública Diana Navarro.
Trabajo final de investigación Opinión Pública Diana Navarro.Trabajo final de investigación Opinión Pública Diana Navarro.
Trabajo final de investigación Opinión Pública Diana Navarro.
 
Gift of a friend project in computer
Gift of a friend project in computerGift of a friend project in computer
Gift of a friend project in computer
 
Krishvi Wisteria - bangalore5.com
Krishvi Wisteria - bangalore5.comKrishvi Wisteria - bangalore5.com
Krishvi Wisteria - bangalore5.com
 
transcript
transcripttranscript
transcript
 
Organizacion juvenil española.
Organizacion juvenil española.Organizacion juvenil española.
Organizacion juvenil española.
 
Kata pengantar daftar isi
Kata pengantar daftar isi Kata pengantar daftar isi
Kata pengantar daftar isi
 
CVEN0516
CVEN0516CVEN0516
CVEN0516
 
Monográfico sobre la educación final
Monográfico sobre la educación finalMonográfico sobre la educación final
Monográfico sobre la educación final
 
Matriz
MatrizMatriz
Matriz
 
Folhade produtividade A
Folhade produtividade A Folhade produtividade A
Folhade produtividade A
 
Cap. 1 dez princípios da economia (1)
Cap. 1   dez princípios da economia (1)Cap. 1   dez princípios da economia (1)
Cap. 1 dez princípios da economia (1)
 
Orientação a objetos para dummies - Acoplamento
Orientação a objetos para dummies - AcoplamentoOrientação a objetos para dummies - Acoplamento
Orientação a objetos para dummies - Acoplamento
 
Tecnologia y sociedad
Tecnologia y sociedad Tecnologia y sociedad
Tecnologia y sociedad
 
Comunicación financiera
Comunicación financieraComunicación financiera
Comunicación financiera
 
Dhruv CV
Dhruv CVDhruv CV
Dhruv CV
 

Similar to Pembahasan

Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumrismariszki
 
Al haqiqotu Wal Majazi.pptx
Al haqiqotu Wal Majazi.pptxAl haqiqotu Wal Majazi.pptx
Al haqiqotu Wal Majazi.pptxikbal78
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 
Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2andisalwa
 
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirKaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirDarmansyaD
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxZukét Printing
 
Macam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanMacam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanRatih Aini
 
Bahasa Spesifik Al Qur'an
Bahasa Spesifik Al Qur'anBahasa Spesifik Al Qur'an
Bahasa Spesifik Al Qur'anAmalia Aldania
 
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehTugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehNorafsah Awang Kati
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfZukét Printing
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anseaaln
 

Similar to Pembahasan (20)

Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
Al haqiqotu Wal Majazi.pptx
Al haqiqotu Wal Majazi.pptxAl haqiqotu Wal Majazi.pptx
Al haqiqotu Wal Majazi.pptx
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2
 
PPT Pengertian muhkam
PPT Pengertian muhkamPPT Pengertian muhkam
PPT Pengertian muhkam
 
Makalah al quran hadist
Makalah al quran hadistMakalah al quran hadist
Makalah al quran hadist
 
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirKaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
 
Jenis tafsir
Jenis tafsirJenis tafsir
Jenis tafsir
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
 
Mantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdfMantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdf
 
Macam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanMacam-macam Qaulan
Macam-macam Qaulan
 
Pengertian ulumul qur
Pengertian ulumul  qurPengertian ulumul  qur
Pengertian ulumul qur
 
Mantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docxMantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docx
 
Bahasa Spesifik Al Qur'an
Bahasa Spesifik Al Qur'anBahasa Spesifik Al Qur'an
Bahasa Spesifik Al Qur'an
 
Kaidah kaidah hukum islam
Kaidah kaidah hukum islamKaidah kaidah hukum islam
Kaidah kaidah hukum islam
 
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah sallehTugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
Tugasan ulum quran ustazah siti eshah salleh
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'an
 
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK PMI OLEH Kokoh Yeri Kustioro. SM II PMI-A FDK UINSU 20...
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK PMI OLEH Kokoh Yeri Kustioro. SM II PMI-A FDK UINSU 20...TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK PMI OLEH Kokoh Yeri Kustioro. SM II PMI-A FDK UINSU 20...
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK PMI OLEH Kokoh Yeri Kustioro. SM II PMI-A FDK UINSU 20...
 

Recently uploaded

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (9)

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

Pembahasan

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan kitab suci dan sumber ajaran Islam yang pertama dan utama. Apabila diteliti dengan seksama, maka akan ditemukan bahwaAl-Qur’an mengandung keunikan-keunikan makna yang tiada akan pernah habis untuk dikaji dan memberi isyarat makna yang tak terbatas. Kedudukan Al-Qur’an sebagai rujukan utama umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan mereka dan terbukanya untuk interpretasi baru, merupakan motivasi tersendiri terhadap lahirnya usaha-usaha untuk menafsirkan dan menggali kandungan maknanya. Ketika berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung dalam Al- Qur’an, sebenarnya dari semua ayat yang ada tersebut tidak semuanya memberikan arti/pemahaman yang jelas. Jika ditelusuri, ternyata banyak sekali ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum yang tersimpan dalam ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa ternyata ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi juga terdapat ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut. Petunjuk (dalalah) lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi (manthuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun mengandung kemungkinan makna lain, dengantakdir maupun tanpa takdir. Dan adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang dinamakan denganmanthuq dan mafhum. Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum atau makna yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca.
  • 2. 2 Sebagian aspek tersebut yaitu mengenai Mantuq dan Mafhum, meliputi pengertian dan pembagiannya serta contoh ayatnya. Semoga dapat dipahami dengan mudah lagi bermanfaat. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian manthuq dan macam-macamnya? 2. Apa pengertian mafhum dan macam-macamnya? 3. Apa pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya? 4. Apa pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya 2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya 3. Untuk mengetahui pengertian mafhummu wafaqah dan bentuk-bentuknya 4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manthuq dan Macam-macamnya 1. Pengertian Manthuq Secara etimologi manthuq berasal bahasa Arab ( ‫نطق‬-‫ينطق‬ ) yang artinya berbicara, ‫منطوق‬ (isim maf’ul) berarti yang dibicarakan.Manthuq adalah arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan (yakni, petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan).1 Menurut Syafi’i Karim, mantuq ialah sesuatu yang ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah suatu (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni penunjukkan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan.3 Dari definisi ini diketahui bahwa apabila suatu makna yang ditunjukkan oleh suatu lafaz menurut ucapan (makna tersurat), yakni menunjukkan makna yang berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan disebut pemahaman secara manthuq. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : ‫ا‬َُ‫ُه‬ْ‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍّ‫ُف‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ Artinya : “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. 4 Dengan menggunakan pemahaman secara mantuq ayat ini menunjukkan haramnya mengucapkan kata “ah” dan membentak kedua orang tua. 1Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 233 2Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih,(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 177 3 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Litera Antar Nusa,2007), h. 358 4 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 23
  • 4. 4 Larangan atau haramnya hal tersebut langsung tertulis dan ditunjukkan dalam ayat ini. 2. Macam-macam Manthuq Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu zahir danmu’awal. a. Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan makna yang dimaksud secara tegas (sarih), tidak mengandung kemungkinan makna lain.5 Pengertian nash yang lain yaitu merupakan suatu lafadz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukan makna yang dimaksud secara tegas, tidak mengandung kemungkinan makna lain.6 Misalnya firman Allah dalam QS. Al- Baqarah ayat 196: ُ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬َ‫ف‬َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬َ‫و‬ ٍِّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ ِ‫ِف‬ ‫ام‬َّ‫ي‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬‫ة‬َ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ع‬‫ة‬َ‫ل‬ِ‫ام‬َ‫ك‬ Artinya : “Maka (wajib) berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”.7 Penyipatan “sepuluh” dengan “sempurna” telah mematahkan kemungkinan “sepuluh” ini diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash. Contoh lain dalam QS. Al- Baqarah ayat 175: 5 Rosihon, Loc.Cit 6 Syaikh Manna’ Al-Qaththan , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , ( Pustaka Al – Kautsar, Jakarta, 2012), h.312 7 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 196
  • 5. 5 ‫ا‬َ‫ب‬ٍّ ِ‫ر‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ َُّ‫اَّلل‬ َّ‫ل‬َ‫َح‬‫أ‬َ‫و‬ Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.8 Ayat ini menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual beli dan keharaman riba. b. Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. 1) Zahir Zahir merupakan lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang lebih diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan sesuatu makna yang segera dipahami ketika diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna lain yang lemah (marjuh).9 Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal penunjukkannya kepada makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun dari segi lain ia berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan satu makna secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima makna lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika diucapkanjuga disertai kemungkinan menerima makna lain meskipun lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 173: …َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ َّ‫ر‬ُ‫ط‬ْ‫ض‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬‫اغ‬َ‫ب‬‫اد‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬… Artinya : “… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati batas …”10 Lafaz “bag” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak tahu) dan ”az-Zalim” (melampaui batas, zalim), tetapi 8 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 175 9 Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 359 10 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 173
  • 6. 6 kemungkinan arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan. Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 : …َ‫ال‬َ‫و‬َّ‫ّت‬َ‫ح‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ن‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ط‬َ‫ي‬… Artinya : “…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci …”11 Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”, tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama dari contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan), sementara kemungkinan arti kedua yang kedua disebut rajih (diunggulkan). 2) Mu’awwal, Mu’awwal merupakan Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan diberi pemahaman dengan arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwalialah lafaz yang diartikan dengan maknamarjuh karena ada suatu dalil yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.12 Mu’awwal berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab tidak ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Misalnya firman Allah dalam Al-Qur’an : …َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬ْ‫َي‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬… Artinya : “… Dia (Allah) akan selalu bersama kalian di mana pun berada …” 13 Tidak mungkin memberikan kata “bersama” pada ayat itu dengan “dekat” dalam pengertian tempat yang merupakan 11 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 222 12Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 360 13 Al-Quran, 57 (Al-Hadid): 4
  • 7. 7 arti rajih. Karenanya, kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh. Yakni kekuasaan dan ilmu-Nya atau penjagaan dan pemeliharaan yang diberikan-Nya. Contoh lain dalam QS. Al- Isra ayat 24 : َ‫اح‬َ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ض‬َ‫ف‬ْ‫اح‬َ‫و‬ٍِّ‫ل‬ُّ‫الذ‬َ‫ة‬َْ‫ْح‬َّ‫الر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬… Artinya : “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang …” 14 Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli” pada ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan arti rajih karena pada kenyataannya memang manusia tidak memiliki sayap. Karenanya, kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh, yakni perlakuan yang baik terhadap kedua orang tua. B. Pengertian Mahfum dan Macam-macamnya 1. Pengertian Mahfum Mafhum secara berasal bahasa Arab ( ‫فهم‬–‫يفهم‬ ) yang artinya faham, ‫مفهوم‬ (isim maf’ul) berarti yang difahami.Mafhum (pemahaman) adalah arti yang tidak diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni, petunjuk artinya keluar dari unsur-unsur huruf yang dicapkan).15Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri.16 Dan menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak berdasarkan pada bunyi ucapan.17 Dari definisi ini diketahui bahwa apabila sesuatu yang ditunjukkan oleh suatu lafaz tidak bersandar bunyi ucapan (makna tersirat) disebut 14 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 24 15 Rosihan, Op.Cit., h. 235 16 Syafi’i Karim, Op.Cit., h.180 17 Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 362
  • 8. 8 pamahaman secara mafhum. Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian yang ditunjukkan oleh suatu lafaz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman yang terdapat pada ucapan tersebut. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi : ‫ا‬َُ‫ُه‬ْ‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍّ‫ُف‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َُ‫َل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ Artinya : “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. 18 Dengan menggunakan pemahaman secaramafhum, dimana melaluinya dapat diketahui haram hukumnya memukul orang tua dan segala bentuk perbuatan yang menyakiti keduanya. 2. Pembagian Mahfum Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Mafhum Muwafaqah b. Mafhum Mukholafah C. Pengertian Mahfum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya 1. Pengertian Mafhum Muwafaqah Mafhum muwafaqah adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan bahwa hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang tidak tertulis, karena ada persamaan dalam maknanya. Disebut mahfum muwafaqah karena hukum yang tidak tertulis sesuai dengan hukum yang tertulis.19 Mafhum Muwafaqah merupakan pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu selaras dengan yang 18 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 23 19 Syafi’i Karim, Op.Cit., h.178
  • 9. 9 dimiliki oleh lafaz manthuq, dengan kata lain makna yang hukumnya sesuai dengan manthuq.20 2. Pembagian Mafhum Muwafaqah Mafhum Muwafaqah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Fatwa al-Khitab Fatwa al-Khitabmerupakan pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum lebih kuat daripada yang dimiliki oleh lafaz mantuq, yaitu apabila hukum yang dipahami darilafal lebih utama dari hukum yang ditangkap langsung dari lafal itu. Memukul, menghardik, dan meludahi orang tua yang dipahami dari firman Allah SWT dalam surah al-Isra’(17) ayat 23 di atas, berbeda kualitasnya dengan sekedar mengatakan “ah” atau “cis” kepada orang tua. Dari segi akibat, memukul, menghardik dan meludahi orang tua, lebih berat dibanding hanya sekedar mengatakan “ah” atau “cis”. Oleh sebab itu hukum makna yang dipahami di luar lafal itu bisa lebih utama (lebih tinggi kualitasnya) dari hukum yang dipahami dari lafal itu sendiri. b. Lahnu al-Khitab Lahnu al-Khitab merupakan pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu sama tingkatannya dengan yang dimiliki oleh lafazmantuq. Misalnya firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 10 : ِ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ‫ى‬َ‫ام‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ال‬َ‫و‬ْ‫َم‬‫أ‬… Artinya : “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim …” 21 Mafhum-nya, memakan harta anak yatim sama saja dengan hukum melenyapkannya, membuang atau membakarnya. Karena pada hakikatnya, makna-makna ini mengacu pada satu hal yaitu menghabiskan harta anak yatim secara lalim. 20 Rosihan, Loc.Cit 21 Al-Quran, 4 (An-Nisa’): 10
  • 10. 10 D. Pengertian Mahfum Mukholafah dan Macam-macamnya 1. Pengertian Mafhum Mukholafah Mafhum Mukhalafah merupakan pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang berbeda hukumnya dengan mantuq.22 Mafhum Mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang diucapkan. Seperti dalam firman Allah swt pada QS. Al-Jumu’ah ayat 9: َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫و‬ َِّ‫اَّلل‬ ِ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫ذ‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ْ‫و‬َ‫ع‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُْ‫ْل‬‫ا‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫الة‬َّ‫لص‬ِ‫ل‬ َ‫ي‬ِ‫ود‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ “Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” 23 Dapat dipahami dari ayat ini, bahwa boleh jual beli di hari jum’at sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.24 2. Pembagian Mafhum Mukholafah Mafhum Muwafaqah dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Mafhum al-Washfi Mafhum al-Washfi (pemahaman dengan sifat) adalah petunjuk yang dibatasi oleh sifat, menghubungkan hukum sesuatu kepada salah satu sifatnya. Dalam mafhum sifat terdapat tiga bagian, yaitu mushtaq, hal (keterangan keadaan) dan ‘adad (bilangan).25 Mafhum sifat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1) Mustaq dalam ayat. Contohnya dalam QS. Al-Hujurat ayat 6: 22 Rosihan, Loc.Cit 23 Al-Quran, 62 (Al-Jumu’ah): 9 24 Rahmat syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.220 25 Rahmat syafe’i, Loc.Cit
  • 11. 11 ‫ا‬‫و‬ُ‫ح‬ِ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ة‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬َ ِ‫ِب‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫يب‬ِ‫ص‬ُ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫إ‬َ‫ب‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ق‬ِ‫اس‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫اء‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫اد‬َ‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang- orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” 26 Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh seseorang yang adil wajib diterima. 2) Hal (keterangan keadaan) Seperti fiman Allah, QS. Al-Maidah ayat 95: ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫اء‬َ‫ز‬َ‫ج‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫د‬ٍّ ِ‫م‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫م‬ُ‫ر‬ُ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َن‬‫أ‬َ‫و‬ َ‫د‬ْ‫ي‬َّ‫الص‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ ‫ة‬َ‫ار‬َّ‫ف‬َ‫ك‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫غ‬ِ‫ال‬َ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ي‬ْ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫و‬َ‫ذ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬َْ‫َي‬ ِ‫م‬َ‫َّع‬‫الن‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ْ‫َو‬‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫اك‬َ‫س‬َ‫م‬َ‫اد‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ع‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫َم‬‫أ‬ َ‫ال‬َ‫ب‬َ‫و‬ َ‫وق‬ُ‫ذ‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ َ‫ك‬ ‫ام‬َ‫ق‬ِ‫ت‬ْ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬ُ‫ذ‬ ‫يز‬ِ‫ز‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َُّ‫اَّلل‬ ُ‫م‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬َ‫ف‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makanan orang- orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang 26 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat): 6
  • 12. 12 dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya, Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” 27 Ayat ini menunjukkan tiadanya hukum bagi orang yang membunuhnya karena tak sengaja. Sebab penentuan “sengaja” dengan kewajiban membayar denda dalam pembunuhan binatang buruan tidak sengaja. 3) ‘Adad (bilangan) Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 197: ِ‫ِف‬ َ‫ال‬َ‫د‬ ِ‫ج‬ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫وق‬ُ‫س‬ُ‫ف‬ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ث‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ‫ال‬َ‫ف‬ َّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ات‬َ‫وم‬ُ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ ُّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ َُّ‫اَّلل‬ ُ‫ه‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ‫ْي‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ٍِّ‫ج‬َْ‫ْل‬‫ا‬ِ‫ُوِل‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ِ‫ون‬ُ‫ق‬َّ‫ات‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َّ‫الت‬ ِ‫اد‬َّ‫الز‬ َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫د‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫اب‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫األ‬ “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasikh dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” 28 Mafhumnya ialah melakukan ihram diluar bulan-bulan itu tidak syah. 27 Al-Quran. 5 (Al-Maidah): 95 28 Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 197
  • 13. 13 b. Mafhum Illiat Mafhum illat adalah menghubungksn hukum sesuatu karena illat- nya atau sebabnya. Mengharamkan minuman keras karena memabukkan.29 c. Mafhum ghayah Mafhum ghayah (pemahaman dengan batas akhir) adalah lafal yang menunjukkan hukum sampai pada ghayah (batasan, hinggaan), hingga lafal ghayah ini ada kalanya dengan “illa” dan dengan “hatta’. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al- Maidah ayat 6: َ‫َل‬ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬.... ِ‫ق‬ِ‫اف‬َ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫َل‬ِ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ا‬‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ُ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬َ‫ا‬‫ف‬ ِ‫وة‬َ‫ل‬َّ‫الص‬ “bila kamu hendak nmengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kepada siku”. 30 Mafhum mukhalafahnya adalah membasuh tangan sampai kepada siku. d. Mahfum laqaab Mahfum laqaab (pemahaman dengan julukan) adalah menggantungkan hukum kepada isim alam atau isim fiil. Seperti firman Allah SWT: ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ُم‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫م‬ٍّ ِ‫ر‬ُ‫ح‬ “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu.”31 Mafhum mukhalafahnya adalah selain para ibu.32 e. Mafhum hasr Mafhum hasr adalah pembatasan. Seperti dalam firman Allah swt.: ُْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ن‬ َ‫اك‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬‫و‬ ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫اك‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬ 29 Syafi’i karim, Op.Cit., h. 183 30 Al-Quran, 5 (Al-Maidah): 6 31 Al-Quran, 4 (An-Nisa): 23 32 Syafi’i karim, Op.Cit., h.184
  • 14. 14 “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” 33 Mafhum mukhalafahnya adalah bahwa selain Allah tidak disembah dan tidak dimintai pertolongan. Oleh karrena itu, ayat tersebut menunjukkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. f. Mafhum syarat Mafhum syarat adalah petunjuk lafadz yang memberi fadah adanya hukum yang dihubungkan dengan syarat supaya dapat berlaku hukum yang sebaliknya. Seperti dalam surat al-Thalaq ayat 6: ...َّ‫ن‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ل‬َْ‫ْح‬ ِ‫ت‬َ‫ال‬‫ُو‬‫أ‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫...و‬ “...Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mererka nafkahnya.” 34 Mafhum mukhalafahnya adalah istri-istri tertalak itu tidak sedang hamil, tidak wajib diberi nafkah.35 33 Al-Quran, 1 (Al-Fatihah): 5 34 Al-Quran, 65 (At-Thalaq): 6 35 Abdul Wahab Khalaf, Kaidah HukumIslam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003) h. 222
  • 15. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu sendiri. Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu : a. Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. b. Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal. 2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu lafadz. Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Mafhum Muwafaqah. b. Mafhum Mukholafah 3. Mafhum muwafaqah adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan bahwa hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang tidak tertulis, karena ada persamaan dalam maknanya.Mafhum muwafaqahterbagi atas dua bagian, yaitu : a. Fatwa al-Khitab b. Lahnu al-Khitab 4. Mafhum Mukhalafah merupakan pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang berbeda hukumnya dengan mantuq.Mafhum Mukhalafahterbagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Mafhum al-washfhi b. Mafhum illat c. Mafhum ghayah d. Mafhum laqaa, e. Mafhum hasr f. Mafhum syarat
  • 16. 16 DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jabal. Karim Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia. Khalaf Abdul Wahab. 2003. Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Amani. Mudzakir. AS. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Litera AntarNusa. Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia. Syafe’i Rahmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV Pustaka Setia. Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , Jakarta: Pustaka Al – Kautsar.