2. Pengertian Ijtihad
Ijtihad adalah sendi Islam yang ketiga sesudah
Al-Quran dan Sunnah. Menurut harfiah, ijtihad
berasal dari kata ijtahada, artinya
mencurahkan tenaga, memeras pikiran,
berusaha sungguh-sungguh, bekerja
semaksimal mungkin. Ada juga yang
mengartikan bahwa ijtihad adalah penggunaan
pendapat bebas
3. Pengertian Ijtihad
Menurut para ahli ushul fiqh antara lain Imam
asy-Syaukani dan Imam az-Zarkasy, ijtihad
adalah mencurahkan kemampuan untuk
mendapatkan syara’ (hukum Islam) yang
bersifat operasional dengan istinbath
(mengambil kesimpulan hukum).
4. Pengertian Ijtihad
Menurut Imam Al-Amidi dalam bukunya alAhkam fi Ushul al-Ahkam (penyempurnaan
dalam Dasar-Dasar Hukum), ijtihad adalah
mencurahkan semua kemampuan untuk
mencari syara’ yang bersifat dzanni (dugaan)
sampai merasa dirinya tidak mampu mencari
tambahan kemampuan itu.
5. Pengertian Ijtihad
Secara terminologis Ijtihad berarti suatu
pekerjaan yang mempergunakan segala
kesanggupan daya rohaniyah untuk
mengeluarkan hukum syara’, menyusun suatu
pendapat dari suatu masalah hukum
berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.
7.
Artinya: Dan apabila datang kepada mereka
suatu berita tentang keamanan atau pun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan
kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orangorang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut setan, kecuali
sebahagian kecil saja (di antaramu).
8. Dasar Hukum Ijtihad
Dasar ijtihad dalam sunnah ialah sabda Nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim yang artinya ”apabila seorang hakim
berijtihad dan benar, maka bagiannya dua
pahala, tetapi jika berijtihad lalu keliru maka
bagainnya datu pahala”.
9. Jenis Hukum Ijtihad
Begitu pentingnya ijtihad itu dilakukan,
sehingga ahli ushul fiqh menetapkan bahwa
hukum ijtihad itu ada tiga (Keterangan ini ada
dalam buku Ihya ’Ulum ad-Din), yakni
1. Fardu ’ain (wajib bagi setiap orang).
Hukum ijtihad menjadi fardhu ’ain apabila
timbul suatu persoalan yang sangat mendesak
untuk ditentukan atau dicarikan kepastian
hukumnya.
10. Jenis Hukum Ijtihad
2. Fardhu Kifayah (cukup dilakukan oleh
sebagian orang)
Hukum ijtihad menjadi fardhu kifayah apabila
ada persoalan yang muncul yang diajukan
kepada beberapa ulama untuk dijawab dan
kewajiban mereka menjadi gugur jika salah
seorang diantara mereka memberi jawaban
atas persoalan tersebut.
11. Jenis Hukum Ijtihad
3. Mandub (sunnah)
Ijtihad menjadi mandub /sunnah apanila
masalah-masalah yang akan dicarikan
kepastian hukumnya adalah masalah yang
belum mendesak, misalnya persoalan yang
ditanyakan itu belum terjadi di masyarakat.
12. Kenapa Ada Konsep Ijtihad?
Dalam kehidupan duniawi, ummat Islam perlu
merumuskan dan menegakkan suatu sistem
kebudayaan Islam yang mampu menciptakan
kebaikan bagi manusia seluruhnya. Suatu
sistem kebudayaan yang harus mengalami
perkembangan terus dan maju sebagaimana
watak dari kebudayaan itu sendiri yang selalu
seirama dengan semangat dan tuntutan
zaman, tetapi tetap dengan nafas Islam.
13. Kenapa Ada Konsep Ijtihad?
Maka dalam usaha menghadapi kehidupan yang
serba berubah dan menjawab setiap tantangan
zaman, Islam meletakan doktrin pemikiran bebas
yang bernama Ijtihad.
Jika Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dua sumber
asasi Islam, maka Ijtihad berfungsi sebagai
penggeraknya. Ajaran Ijtihad adalah menopang
ajaran Islam yang abadi. Ia menjadi bukti bagi
manusia bahwa Islam selalu memberikan pintu
terbuka buat intelek manusia yang selalu mencaricari.
14. Kenapa Ada Konsep Ijtihad?
Disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah
48:
“untuk tiap orang dari kamu,
ciptakan suatu Syari’ah dan
terbuka”
kami telah
satu jalan
15. Lapangan Ijtihad
1. Ijtihad berlaku pada hal-hal atau hukumhukum yang belum ditetapkan dalam AlQur’an secara terperinci.
2. Apabila Syariah tidak menentukan suatu
hukum yang terperinci, melainkan asas umum
belaka atau tidak hendak melakukan suatu
perundang-undangan hukum misalnya: soal
pemerintahan, teknologi, sosial budaya, politik
dan sebagainya.
16. Lapangan Ijtihad
Obyek Ijtihad haruslah masalah Syari’ah.
Obyek Ijtihad tidak boleh mengenai hal-hal
yang telah mendapat dalil-dalil positif semisal
ketuhanan, kenabian dan hal-hal yang
termasuk dalam rukun iman.
17. Syarat-Syarat Mujtahid
Menurut Yusuf Qardhawi (ahli ushul dan fiqih)
dalam bukunya al-Ijtihad fi-asy-Syari’ah alIslamiyah menyebutkan ada delapan syarat
mujtahid yakni:
1. Memahami Al-Qur’an dengan asbab an-Nuzul
(sebab-sebab turunnya ayat), ayat nasikh dan
mansukh
2. Memahami hadits, ilmu hadits dan sebab-sebab
wurud (sebab munculnya hadits-hadits)
3. Mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang bahasa Arab
18. Syarat-Syarat Mujtahid
4. Mengetahui tempat-tempat ijmak
5. Mengetahui ushul fiqih
6. Mengetahui maksud-maksud syari’ah
7. Memahami masyarakat dan adat istiadatnya
8. Bersifat adil dan taqwa
19. Jenis-Jenis Ijtihad
1. Ijma
Ijma artinya kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum-hukum dalam
agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
dalam suatu perkara yang terjadi
Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti oleh seluruh ummat.
20. Jenis-Jenis Ijtihad
2. Qiyas
Ada beberapa definisi tentang qiyas
Menyimpulkan
hukum dari yang asal menuju
kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan
diantara keduanya
Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif
lainnya, melalui suatu persamaan diantaranya
Tindakan menganalogikan hukum yang sudah
ada penjelasan di dalam Al-Qur’an atau hadits
dengan kasus baru yang mempunyai persamaan
sebab (illat)
21. Jenis-Jenis Ijtihad
3. Istihsan
Ada beberapa definisi tentang istihsan
Fatwa
yang dikeluarkan oleh seorang faqih
(ahli fiqih) karena dia merasa hal itu adalah
benar
Argumentasi dalam pikiran seseorang faqih
tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
Mengganti argumen dengan fakta yang dapat
diterima, untuk maslahat orang banyak,
memutuskan suatu perkara untuk mencegah
suatu kemadharatan
22. Jenis-Jenis Ijtihad
4. Maslahah Mursalah
Yakni tindakan memutuskan masalah yang
tidak ada nash nya dengan pertimbangan
kepentingan hidup manusia berdasarkan
prinsip menarik manfaat dan menghindari
kemadharatan
5. Suddudz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan sesuatu yang
mubah menjadi makruh, atau haram demi
kepentingan ummat
23. Jenis-Jenis Ijtihad
6. Istihsab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya
suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya
7. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya
suatu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
setempat selama kegiatan tersebut tidak
bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal
dalam Al-Qur’an dan hadits.
24. Tingkatan Dalam Ijtihad
Berdasarkan ijtihad yang dilakukan, ulama
mengelompokkan mujtahid dalam beberapa
tingkatan. Muhammad Abu Zahrah (ahli usul, fiqih
dan kalam) dalam bukunya Usul al-Fiqh menyebut
enam tingkatan, yakni:
1. Mujtahid Mustaqil
Yaitu mujtahid yang mengeluarkan hukum-hukum
dari Al-Qur’an dan sunnah, melakukan qiyas,
berfatwa, dan beristihsan. Mereka menempuh
segala cara ber istidlal (pengambilan dalil) yang
ditentukan sendiri dan tidak mengikuti pendapat
siapapun. Mujtahid Mustaqil adalah tingkatan
mujtahid yang paling tinggi.
25. Tingkatan Dalam Ijtihad
2. Mujtahid Muntasib
Yaitu mujtahid yang memilih perkataanperkataan seorang imam pada hal-hal yang
bersifat mendasar dan berbeda berbeda
pendapat dengan mereka dengan mereka
dalam hal-hal furu’ (cabang) walaupun pada
akhirnya ia akan sampai pada hasil yang
serupa dengan hal yang telah dicapai imam
tersebut.
26. Tingkatan Dalam Ijtihad
3. Mujtahid fi-al madzhab
Yaitu mujtahid yang mengikuti pendapat imam
madzhab, baik dalam hal-hal ushul (pokok)
maupun furu’. Usahanya hanya sebatas
meng-istinbath-kan (menyimpulkan) hukumhukum bagi persoalan-persoalan yang belum
ditemui hukumnya dalam pendapat imam
madzhab
27. Tingkatan Dalam Ijtihad
4. Mujtahid Murajjih
Yakni mujtahid yang meng-istinbath-kan
hukum-hukum yang tidak diijtihadkan oleh
para ulama sebelumnya.
Sebenarnya, mujtahid pada tingkat ini tidak
meng-istinbath-kan hukum-hukum tetapi
hanya melakukan tarjih (mencari pendapat
imam madzhab yang lebih kuat)
28. Tingkatan Dalam Ijtihad
5. Mujtahid Muhafiz.
Yaitu mujtahid yang mengetahui hukumhukum yang telah di tarjih-kan oleh para
ulama sebelumnya.
6. Mujtahid Muqallid
Yaitu mujtahid yang hanya sanggup
memahami pendapat-pendapat mujtahid lain,
tidak mampu melakukan tarjih.
29. Tingkatan Dalam Ijtihad
Sedangkan menurut Yusuf alQardhawi, menyebutkan empat tingkatan
mujtahid yaitu:
1. Mujtahid mustaqil
2. Mujtahid muntasib
3. Mujtahid fi-al-madzhab
4. Mujtahid fatwa
30. Tingkatan Dalam Ijtihad
Ada juga ulama yang membagi tingkatan
mujtahid sebagai berikut:
1. Mujtahid Mutlak
Yaitu mereka yang mempunyai persyaratanpersyaratan lengkap sebagai seorang
Mujtahid. Seperti para pendiri Madzhab yang
telah menciptakan sistem Madzhab dan
berhasil menarik pengikut-pengikut dan
pendukung. Sampai sekarang mereka adalah
mujtahid paling tinggi.
31. Tingkatan Dalam Ijtihad
2. Muttabi
Apabila Ijtihad tidak mungkin dilakukan, maka
minimal seseorang menjadi muttabi. Yakni
mengikuti dan menerima fatwa dari pendapat
seorang ulama atau pemimpin dengan daya
kritis, berusaha memikirkan, menimbangnimbang dan memperbandingkan dengan
fatwa atau pendapat para ulama dan
pemimpin-pemimpin lain, kemudian
memutuskan sendiri mana yang dianggap
lebih benar.
32. Tingkatan Dalam Ijtihad
3. Orang Yang Bermadzhab
Yaitu orang yang memilih salah satu aliran
yang ada dan berpengaruh. Orang yang
bermadzhab adalah yang dengan sadar dan
dengan ilmu mengikuti aliran yang
dipeganginya, bukan karena ikut-ikutan, tetapi
dengan pengetahuan dan pemahaman.
1. Madzhab Imam Abu Hanifah (699-767 M)
2. Madzhab Imam Maliki (714-798 M)
3. Madzhab Imam Syafi’i (767-854 M)
4. Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal (780-855
M)
33. Tingkatan Dalam Ijtihad
4. Muqallid
Golongan ini tidak memiliki kecakapan untuk
melakukan penyelidikan Ijtihad. Orang yang
bertaqlid akan menerima secara apriori segala
fatwa dari seseorang ulama atau pemimpin
serta menganggapnya sebagai ajaran yang
wajib ditaati. Orang bertaqlid adalah orang
yang tidak mempergunakan pertimbangan
akal pikiran dalam mengikuti sesuatu.
34. Perkembangan Ijtihad
Pada masa sahabat, ijtihad mulai banyak
dipakai karena dengan wafatnya Rasulullah
SAW, wahyu dengan sendirinya tidak lagi
diturunkan dan hadits juga tidak lagi
bertambah. Sementara itu masalah-masalah
yang dihadapi ummat islam semakin
bertambah dan memerlukan ketentuan hukum.
Pada masa Abu Bakar ketika menghadapi
persoalan dan tidak menemukan nash nya
dalam Al-Qur’an dan Hadits, ia mengumpulkan
para sahabat untuk bermusyawarah dan
menentukan hukum dari masalah itu.
35. Perkembangan Ijtihad
Demikian pula pada masa Umar bin Khatab,
usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka
menggunakan ijtihad terhadap masalahmasalah yang tidak didapati nashnya dalam
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
Akan tetapi dari ke empat khalifah itu, hanya
Umar yang diketahui paling banyak memakai
ijtihad . Walaupun demikian, keempat sahabat
itu sangat berhati-hati dalam mengeluarkan
suatu pendapat yang merupakan hasil ijtihad.
36. Perkembangan Ijtihad
Setelah masa sahabat, ijtihad semakin
berkembang. Hal ini ditandai dengan
munculnya mujtahid-mujtahid besar seperti
Abdullah bin Umar bin Khattab, ibnu Syihad
Al-Zuhri, Abdullah bin Abbas, Alqamah bin
Qais, Anas bin Malik, Umar bin Abdul Aziz,
Abdullah bin Amr dan Wahbah bin Munabbih.
37. Perkembangan Ijtihad
Ijtihad mengalami masa perkembangan yang
paling pesat pada abad kedua sampai dengan
abad keempat hijriah. Masa itu dikenal dengan
periode pembukuan sunnah serta fiqih dan
munculnya mujtahid-mujtahid terkemuka yang
kemudian dikenal sebagai imam-imam
madzhab, yaitu Imam Malik, Imam Hanafi,
Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
38. Perkembangan Ijtihad
Setelah abad keempat
Hijriyah, perkembangan ijtihad mengalami
kemunduran, bahkan muncul pendapat bahwa
pinyu ijtihad telah tertutup. Hal ini disebabkan
antara lain karena ummat Islam memandang
bahwa semua masalah telah ditetapkan
hukumnya oleh para fuqaha (ahli hukum
Islam), sehingga mereka hanya boleh
menjelaskan dan menafsirkan ajaran-ajaran
yang telah disepakati oleh fuqaha terdahulu.
39. Perkembangan Ijtihad
Pada masa itu tidak lagi muncul mujtahidmujtahid yang memiliki kemampuan dan
keunggulan seperti yang dimiliki oleh para
mujtahid sebelumnya sehingga tidak ada lagi
muncul mujtahid mutlak
40. Contoh Ijtihad Tentang
persoalan masa Kini
1. Zakat profesi
2. Operasi jenis kelamin
3. Perbankan syari’ah
4. Transplantasi organ tubuh
5. Bayi tabung dan kloning
6. Penggunaan internet
7. Rebonding
8. Shalat di luar angkasa
9. Infotaimen di televisi
41. Contoh Ijtihad Tentang
persoalan masa Kini
10.Masalah rokok
11. Operasi plastik
12. Pakai behel
13. Tindik bagi laki-laki
14. Donor darah
15. Mengecat rambut
16. KB
17. Menindik yang tidak pada tempatnya
18. Nyambung rambut
42. 19. Olahraga tinju
20. Pegadaian Syari’ah
21. Pernikahan (ijab melalui media televisi)
22. Perdagangan on line
23. Face book
24. Membonceng ngangkang bagi perempuan