SlideShare a Scribd company logo
0
MAKALAH
PROGRAM LINEAR
“ METODE SIMPLEKS ”
Disusun Oleh :
Kelompok 4 (Empat)
 Anggia Murni (4131230002)
 Muhammad Adi Rianta (4131230007)
 Muhammad Ridwan Mukti (4133230022)
 Nila Aulia (4133230028)
 Ria Rahmadita Surbakti (4131230008)
 Romanus Relawan Waruwu (4132230017)
 Rony Genevent (4133230032)
 Vivi Milan Nababan (4132230018)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
T.A 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Metode Simpleks”. Kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah PROGRAM LINEAR
yang telah menuntun kami untuk menyelesaikan makalah ini. Terakhir kami
ucapkan terimakasih kepada teman – teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam diskusi untuk menyelesaikan makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat membantu dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan yang
kita lakukan.
Medan, Maret 2015
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 0
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan.......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
1. Masalah Maksimasi...................................................................................................... 5
2. Kendala (Syarat) Bertanda “ = ” ................................................................................. 14
3. Masalah Minimumisasi .............................................................................................. 20
4. Masalah Primal dan Dual ........................................................................................... 24
5. Degeneracy ................................................................................................................ 30
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 32
1. Kesimpulan................................................................................................................ 32
2. Saran.......................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah manajemen sains adalah pemrograman linear. Pemrograman linear
merupakan kelompok teknik analisis kuantitatif yang mengandalkan model
matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Artinya, setiap masalah yang
kita hadapi dalam suatu sistem permasalahan tertentu perlu dirumuskan dulu
dalam simbol-simbol matematika tertentu, jika kita inginkan bantuan
pemrograman linear sebagai alat analisisnya.
Metode grafik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah pemrograman linear yang melibatkan dua peubah
keputusan. Membahas mengenai masalah meminimumkan fungsi kendala
bertanda ≥, fungsi kendala bertanda = tidak ada penyelesaian layak, tidak ada
penyelesaian optimal, beberapa alternatif optimal, dan wilayah kelayakan yang
tidak terikat dapat terjadi saat menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan
menggunakan prosedur penyelesaian grafik. Kasus-kasus ini juga dapat terjadi
saat menggunakan metode simpleks.
Metode simplek untuk linier programming dikembangkan pertama kali
oleh George Dantzing pada tahun 1947, kemudian digunakan juga pada
penugasan di Angkatan Udara Amerika Serikat. Dia mendemonstrasikan
bagaimana menggunakan fungsi tujuan (iso-profit) dalam upaya menemukan
solosi diantara beberapa kemungkinan solosi sebuah persoalan linier
programming.
Proses penyelesaiaanya dalam metode simplek, dilakukan secara berulang-
ulang (iterative) sedemikian rupa dengan menggunakan pola tertentu (standart)
sehingga solusi optimal tercapai.
Ciri lain dari metode simplek adalah bahwa setiap solusi yang baru akan
menghasilkan sebuah nilai fungsi tujuan yang lebih besar daripada solosi
sebelumnya.
4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara mencari nilai maksimum dengan menggunakan metode
simpleks?
2. Bagaimana cara menyelesaikan masalah/kendala (syarat) bertanda “=”?
3. Bagaimana cara mencari nilai minimum dengan menggunakan metode
simpleks?
4. Bagaimana cara membedakan antara asalah primal dan dual dalam
program linear?
5. Kapan pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
 Dapat menyelesaikan masalah maksimasi dalam program linear
 Dapat menyelesaikan masalah / kendala (syarat) bertanda “=” pada program
linear
 Dapat menyelesaikan masalah minimasi dalam program linear
 Dapat mengetahui dan membedakan antara masalah primal dan dual dalam
program linear
 Dapat menyelesaikan masalah degeneracy / kemerosotan dalam program
linear
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masalah Maksimasi
Untuk menyelesaikan masalah maksimasi maka programasi linear harus
lebih dahulu ditulis dalam bentuk standar. Dengan bentuk standar dimaksudkan
adalah permasalahan programasi linear yang berwujud permasalahan maksimasi
dengan batasan-batasan (kendala) yang bertanda kurang dari atau sama dengan (
≤ ) yang menunjukkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Untuk bentuk-
bentuk lain seperti masalah minimisasi maupun penyimpangan–penyimpangan
lain dalam batasan-batasan yang berlaku akan dibicarakan tersendiri.
Berikut merupakan langkah-langkah menggunakan metode simpleks yaitu :
 Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan
 Menyusun persamaan-persamaan di dalam table
 Memilih kolom kunci
 Memilih baris kunci
 Merubah nilai-nilai pada baris kunci
 Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci
 Melanjutkan perbaikan/pengulangan/iterasi
Contoh 1:
Maksimumkan 𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2
Batasan (constrain) (1) 2𝑥1 ≤ 8
(2) 3𝑥2 ≤ 15
(3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30
Langkah 1: Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan
 Fungsi tujuan
6
𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2 diubah menjadi 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0
 Fungsi batasan (diubah menjadi kesamaan & di + slack variabel)
(1) 2𝑥1 ≤ 8 menjadi 2𝑥1 + 𝑥3 = 8
(2) 3𝑥2 ≤ 15 menjadi 3𝑥2 + 𝑥4 = 15
(3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30 menjadi 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30
Fungsi tujuan : Maksimumkan 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0
Fungsi batasan (1) 2𝑥1 + 𝑥3 = 8
(2) 3𝑥2 + 𝑥4 = 15
(3) 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30
Langkah 2: Menyusun persamaan-persamaan di dalam tabel
Beberapa istilah dalam Metode Simpleks yaitu :
 NK adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai di belakang tanda sama
dengan ( = ). Untuk batasan 1 sebesar 8, batasan 2 sebesar 15, dan batasan
3 sebesar 30.
 Variabel dasar adalah variabel yang nilainya sama dengan sisi kanan dari
persamaan. Pada persamaan 2𝑥1 + 𝑥3 = 8, kalau belum ada kegiatan apa-
apa, berarti nilai𝑥1 = 0, dan semua kapasitas masih menganggur, maka
pengangguran ada 8 satuan, atau nilai 𝑥3 = 8. Pada tabel tersebut nilai
variabel dasar 𝑥3, 𝑥4, 𝑥5 pada fungsi tujuan pada tabel permulaan ini
harus 0, dan nilainya pada batasan-batasan bertanda positif
𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2 diubah menjadi 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0.
(1) 2𝑥1 ≤ 8 menjadi 2𝑥1 + 𝑥3 = 8
(2) 3𝑥2 ≤ 15 menjadi 3𝑥2 + 𝑥4 = 15
(3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30 menjadi 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30
7
Maka tabel simpleks yang pertama yaitu sebagai berikut :
Variabel
Dasar
𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8
𝑥4 0 0 3 0 1 0 15
𝑥5 0 6 5 0 0 1 30
Langkah 3: Memilih kolom kunci
Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah tabel
simplek. Pilihlah kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang
bernilai negatif dengan angka terbesar. Dalam hal ini kolom 𝑥2 dengan nilai
pada baris persamaan tujuan –5. Berilah tanda segi empat pada kolom 𝑥2, seperti
tabel berikut
Tabel simpleks: pemilihan kolom kunci pada tabel pertama
Variabel
Dasar
𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0
8
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8
𝑥4 0 0 3 0 1 0 15
𝑥5 0 6 5 0 0 1 30
Jika suatu tabel sudah tidak memiliki nilai negatif pada baris fungsi tujuan,
berarti tabel itu tidak bisa dioptimalkan lagi (sudah optimal).
Langkah 4: Memilih baris kunci
Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel
simplek, dengan cara mencari indeks tiap-tiap baris dengan membagi nilai-nilai
pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.
𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 =
(𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑲𝒐𝒍𝒐𝒎 𝑵𝑲)
(𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎 𝒌𝒖𝒏𝒄𝒊)
Untuk baris batasan 1 besarnya indeks =
8
0
= ∞, baris batasan 2 =
15
3
= 5,
dan baris batasan 3 =
30
5
= 6. Pilih baris yang mempunyai indeks positif dengan
angka terkecil. Dalam hal ini batasan ke-2 yang terpilih sebagai baris kunci. Beri
tanda segi empat pada baris kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga
masuk dalam baris kunci disebut angka kunci.
Langkah 5: Mengubah nilai-nilai baris kunci
Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci,
seperti tabel dibawah ini. bagian bawah
0
3
= 0 ;
3
3
= 1 ;
0
3
= 0 ;
1
3
=
1
3
;
0
3
= 0;
15
3
=
5 . Gantilah variabel dasar pada baris itu dengan variabel yang terdapat di bagian
atas kolom kunci (𝑥2).
Tabel simpleks: Cara mengubah nilai baris kunci
9
Variabel Dasar Z 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
Keterangan
(indeks)
𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 8/0 = ∞
𝑥4 0 0 3 0 1 0 15 15/3 = 5
𝑥5 0 6 5 0 0 1 30 30/5 = 6
Z
𝑥3
𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 15/3
𝑥5
Langkah 6: Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci
Dengan menggunakan rumus berikut
𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑙𝑎𝑚𝑎 − 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖
× 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖
Baris pertama (Z)
[-3 -5 0 0 0, 0 ]
10
(-5) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - )
Nilai baru = [-3 0 0 5/3 0, 25]
Baris ke-2 (batasan 1)
[2 0 1 0 0, 8 ]
(0) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - )
Nilai baru = [2 0 1 0 0, 8]
Baris ke-4 (batasan 3)
[ 6 5 0 0 1, 30 ]
(5) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - )
Nilai baru = [ 6 0 0 -5/3 1, 5 ]
Tabel pertama nilai lama dan tabel kedua nilai baru
Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
Z 1 -3 -5 0 0 0 0
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8
𝑥4 0 0 3 0 1 0 15
11
𝑥5 0 6 5 0 0 1 30
Z 1 -3 0 0 5/3 0 25
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8
𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 5
𝑥5 0 6 0 0 -5/3 1 5
Langkah 7: Melanjutkan perbaikan
Ulangilah langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langkah ke-6 untuk
memperbaiki tabel-tabel yang telah diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan baru
berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai
negatif
Variabel
Dasar
𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
Keterangan
(Indeks)
Z 1 -3 0 0 5/3 0 25
𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 = 8/2 = 4
𝑥4 0 0 1 0 1/3 0 5
𝑥5 0 6 0 0 -5/3 1 5 = 5/6 (minimum)
Z 1
12
𝑥3 0
𝑥2 0
𝑥1 0 6/6 0 0 -5/18 1/6 5/6
Nilai baru
Baris ke-1
[-3 0 0 5/3 0, 25 ]
(-3) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - )
Nilai baru = [ 0 0 0 5/6 ½, 271
/2]
Baris ke-2 (batasan 1)
[ 2 0 1 0 0, 8 ]
(2) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - )
Nilai baru = 0 0 1 5/9 -1/3, 61
/3]
Baris ke-3 tidak berubah karena nilai pada kolom kunci = 0
[ 0 1 0 1/3 0, 5 ]
(0) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - )
13
Nilai baru = 0 1 0 1/3 0, 5]
Tabel simpleks final hasil perubahan
Variabel
Dasar
𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK
Z 1 0 0 0 5/6 ½ 271
/2
𝑥3 0 0 0 1 5/9 -1/3 61
/3
𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 5
𝑥1 0 1 0 0 -5/18 1/6 5/6
Baris pertama (Z) tidak ada lagi yang bernilai negatif. Sehingga tabel tidak dapat
dioptimalkan lagi dan tabel tersebut merupakan hasil optimal
Dari tabel final didapat
𝑥1 =
5
6
𝑥2 = 5
𝑍 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 27
1
2
14
2. Kendala (Syarat) Bertanda “ = ”
Kendala berbentuk sama dengan (=) juga tidak memiliki variabel basis.
Oleh karena itu tambahkan satu variabel basis semu, agar table awal simpleks
dapa dibentuk.
Misalkan,2𝑥1 + 4𝑥2 = 20 , dapat diubah menjadi 2𝑥1 + 4𝑥2 + 𝑄 = 20, dimana
Q adalah variabel basis semu.
Meskipun semua kendala telah memiliki variabel basis, tetapi penambahan
variabel semu tersebut bukan penyelesaian yang fisibel bagi masalah aslinya.
Variabel semu harus dikurangi nilainya hingga menjadi nol. Ada dua metode yang
dapat dilakukan untuk mengnolkan variabel semu yaitu :
1. Metode M besar
2. Metode dua fase (dua tahapan)
Metode M Besar
Dalam metode ini, koefisien fungsi tujuan untuk variabel semu diberi nilai
yang sangat besar yaitu negatif M atau – M untuk fungsi tujuan maksimum dan
positif M atau + M untuk fungsi tujuan minimum.
Contoh 2 Masalah variabel semu
Model LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut :
Maksimum 𝑍 = 50𝑥1 + 80𝑥2
d.k 1. 𝑥1 ≤ 40
2. 𝑥2 ≥ 20
3. 𝑥1 + 𝑥2 = 50
4.𝑥1, 𝑥2 ≥ 0
Model LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut:
Maksimum 𝑍 = 50𝑥1 + 80𝑥2 + 0𝑆1 − 0𝑆2 − 𝑀𝑄1 – 𝑀𝑄2
d.k 1. 𝑋1 + 𝑆1 + 0𝑆2 + 0𝑄1 + 0𝑄2 = 40
2. 𝑥2 + 0𝑆1 − 𝑆2 + 𝑄1 + 0𝑄2 = 20
3. 𝑥1 + 𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2 + 0𝑄1 + 𝑄2 = 50
4. 𝑥1, 𝑥2 , 𝑆1, 𝑆2, 𝑄1, 𝑄2 ≥ 0
15
Tabel awal simpleks dapat dibuat seperti berikut ini:
Tabel awal simpleks Metode M besar
CB Vrb. basis
Cj
bj
50 80 0 0 -M -
M
Indeks
X1 x2 s1 s2 Q1
Q2
0
-M
-M
S1
Q1
Q2
Zj - Cj
40
20
50
-70M
1 0 1 0 0 0
0 1 0 -1 1 0
1 1 0 0 0 1
-M-50 -2M-80 0 M 0
0
40/0 = ~
20/1 =
20
50/1 =
50
Nilai yang terdapat pada baris Zj – Cj Tabel di atas diisi dengan menggunakan
cara sebagai berikut:
Z = [0, -M, -M]
40
20
50
- 0 = 0 – 20M – 50M = - 70M
Z1 = [0, -M, -M]
1
0
1
- 50 = 0 – M – 50 = - M - 50
Z2 = [0, -M, -M]
0
1
1
- 80 = 0 – M – M - 80 = - 2M - 80
Z4 = [0, -M, -M]
0
−1
0
- 0 = 0 + M + 0 = M
Dan seterusnya.
Dengan mengikuti langkah-langkah metode simpleks terdahulu,
penyelesaian contoh ke-2 dapat dilihat berikut ini.
Tabel iterasi 1
16
CB Vrb. basis
Cj
bj
50 80 0 0 -M -
M
Indeks
x1 x2 s1 s2 Q1
Q2
0
80
-M
S1
x2
Q2
Zj - Cj
40
20
30
-
30M+1.600
1 0 1 0 0 0
0 1 0 -1 1 0
1 0 0 1 -1 1
-M-50 0 0 -M-80 2M+80
0
40/0 = ~
20/-1=-20
30/1 = 30
Tabel Iterasi 2 (Optimum)
CB Vrb. basis
Cj
bj
50 80 0 0 -M -M
Indeks
x1 x2 s1 s2 Q1 Q2
0
80
0
S1
x2
s2
Zj - Cj
40
50
30
4000
1 0 1 0 0 0
1 1 0 0 0 1
1 0 0 1 -1 1
30 0 0 0 M M+80
Solusi optimum dicapai apabila 𝑥1 = 0 dan 𝑥2 = 50, dengan nilai Z = 4.000
Metode dua fase
Dalam metode dua fase, penyelesaian dipisahkan menjadi dua tahapan.
Setiap tahapan menggunakan tabel simpleks dan proses kerjanya tetap
menggunakan langkah-langkah metode simpleks.
Fase 1
Tahapan pertama bertujuan untuk mngnolkan/menghilangkan variabel
semu, dengan cara membuat fungsi tujuan semu. Fungsi tujuan semu memiliki
jumlah variabel sama dengan jumlah variabel semuanya. Kemudian fungsi tujuan
semu dimaksimumkan dengan table simpleks. Koefisien fungsi tujuan untuk
variabel semu diberi nilai minus satu atau (-1) jika fungsi tujuan maksimum dan
17
plus satu atau (+1) jika fungsi tujuan minimum. Fase satu berakhir apabila fungsi
tujuan semu memiliki nilai nol. Proses dilanjutkan ke fase ke-dua.
Lihat kembali Contoh 2 di atas. Jumlah variabel semu ada dua yaitu Q1
dan Q2. Oleh karena itu fungsi tujuan semunya adalah maksimum Z= - Q1 - Q2.
Fungsi tujuan semu ini kita maksimumkan , sehingga penyelesaian fase pertama
nampak sebagai berikut.
Tabel Awal
CB Vrb. basis Cj
bj
0 0 0 0 -1 -1
Indeksx1 x2 s1 s2 Q1 Q2
0
- 1
- 1
S1
Q1
Q2
Zj - Cj
40
20
50
-70
1 0 1 0 0 0
0 1 0 -1 1 0
1 1 0 0 0 1
-1 -2 0 1 0 0
40/0 = ~
20/1 = 20
50/1 = 50
Tabel Iterasi 1 Fase Pertama
CB Vrb. basis Cj
bj
0 0 0 0 -1 -1
Indeksx1 x2 s1 s2 Q1 Q2
0
0
- 1
S1
x2
Q2
Zj - Cj
40
20
30
-30
1 0 1 0 0 0
0 1 0 -1 1 0
1 0 0 1 -1 1
-1 0 0 -1 2 0
40/0 = ~
20/-1 = -20
30/1 = 30
Tabel Iterasi 2 Fase Pertama (Optimum)
CB Vrb. basis
Cj
0 0 0 0 -1 -1
Indeks
x1 x2 s1 s2 Q1 Q2
18
bj
0
0
0
S1
x2
s2
Zj - Cj
40
50
30
30
1 0 1 0 0 0
1 1 0 0 1 1
1 0 0 1 -1 1
1 0 0 0 1 1
Pada table di atas (optimum) fungsi tujuan semu sudah di optimumkan, dan
variabel semu Q1 dan Q2 sudah keluar dari basis. Proses dapat dilanjutkan ke fase
ke-dua.
Apabila variabel semu masih berada dalam basis dengan nilai positif, maka
persoalan tersebut tidak layak. Mungkin kesalahan dalam proses perhitungan atau
kesalahan dalam formulasi LP. Proses tahap kedua tidak perlu dilanjutkan.
Fase 2
Tabel akhir fase pertama merupakan tabek awal fase kedua. Kemudian
dioptimalkan dengan memasukkan fungsi ujuan aslinya. Karena pada fase
pertama kita telah mengnolkan variabel semu, maka pada fase kedua variabel
semu tidak perlu disertakan lagi dalam table (dihilangkan). Lihat table awal fase
kedua berikut ini.
Tabel awal fase kedua
CB Vrb. basis
Cj
bj
50 80 0 0
Indeks
x1 x2 s1 s2
0
80
0
S1
x2
s2
Zj - Cj
40
50
30
4.000
1 0 1 0
1 1 0 0
1 0 0 1
30 0 0 0
Setelah koefisien fungsi tujuan asli dimasukkan ke dalam table awal fase
kedua, secara langsung table awal tersebut menunjukkan table optimum. Karena
nilai yang terdapat pada baris Zj – Cj ≥ 0. Solusi optimum adalah x1 = 0 dan x2 =
50.
19
Membandingkan metode M besar dengan metode dua fase, dapat
disimpulkan bahwa kedua metode sama-sama menggunakan variabel semu.
Perbedaan terletak pada tahapan penyelesaian. disamping itu Metode M besar
perhitungannya lebih rumit. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
metode M besar dan dua fase adalah :
1. Variabel semu hanya ditambahkan untuk mendapatkan pemecahan awal yang
fisibel. Jika kita menggunakan program komputer seperti QSB (Quantitative
System for Business), maka penambahan variabel semu tidak perlu dilakukan,
karena QSB sudah diprogram sedemikian rupa dalam menghadapi berbagai
macam bentuk kendala.
2. Apabila variabel semu telah keluar dari dalam basis, maka pada abel
berikutnya variabel semu tidak perlu muncul kembali.
3. Pada tabel optimum semua variabel semu harus keluar dari dalam basis. Jika
variabel semu masih terdapat dalam basis dengan nilai positif, maka
persoalan tidak layak.
20
3. Masalah Minimumisasi
Masalah minimisasi sangat mungkin ditemui di dalam formulasi LP
(Linear Program). Bagaimana menyelesaikan masalah LP jika fungsi tujuannya
berbentuk minimisasi? Misalkan fungsi tujuannya adalah : 𝑍 𝑀𝑖𝑛. = 40𝑥1 +
30𝑥2
Untuk menangani masalah ini, ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
Meode 1
Mengubah fungsi tujuan minimum menjadi maksimum. Caranya adalah
mengalikan fungsi tujuan minimum dengan minus satu. Misalkan, fungsi tujuan
𝑍 𝑀𝑖𝑛. = 40𝑥1 + 25𝑥2, diubah maksimum menjadi: − 𝑍 ∗ 𝑚𝑎𝑘. = 𝑍 =
40𝑥1 + 25𝑥2.
Jika cara ini dilakukan , maka berlaku ketentuan sebagai berikut ini.
1. Tabel simpleks berakhir (optimal) apabila nilai yang terdapat pada baris Zj
– Cj ≤ 0.
2. Pada table awal, nilai pada baris Zj – Cj yang berkorespondensi dengan
variabel keputusan bertanda positif.
3. Kolom kunci dipilih dari nilai positif terbesar.
4. Baris kunci tetap mengikuti aturan perbandingan minimum dan bukan
negatif.
Proses iterasi selanjutnya sama dengan cara terdahulu.
Contoh 1. Masalah Minimisasi Produk Mix
Sebuah masalah LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut :
Minimum 𝑍 = 40𝑥1 + 25𝑥2
d.k
3𝑥1 + 2𝑥2 ≤ 150
8𝑥1 + 2𝑥2 ≤ 200
𝑥1 ≥ 0
𝑥2 ≥ 0
Formulasi LP di atas dapat diubah menjadi bentuk standar dengan fungsi
tujuan diubah menjadi bentuk maksimum.
21
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 – 𝑍 ∗ = 𝑍 = − 40𝑥1 − 25𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2
d.k 3𝑥1 + 2𝑥2 + 𝑆1 + 0𝑆2 = 150
8𝑥1 + 2𝑥2 + 0𝑆1 + 𝑆2 = 200
u.h 𝑥1, 𝑥2, 𝑆1, 𝑆2 ≥ 0
Dengan mengikuti langkah-langkah metode simpleks, penyelesaian
masalah minimisasi produk mix adalah sebagai berikut.
Tabel awal Simpleks Masalah Minimisasi
CB
Vrb.
basis Cj
bj
-40 -25 0 0
IndeksX1 x2 s1 s2
0
0
S1
S2
Zj - Cj
150
200
0
3 2 1 0
8 2 0 1
40 25 0 0
150/3 = 50
200/8 = 25
Tabel Iterasi 1
CB
Vrb.
basis
Cj
bj
-40 -25 0 0
Indeks
X1 x2 s1 s2
0
-40
S1
X1
Zj - Cj
75
25
-1000
0 1,25 1 -3/8
1 0,25 0 1/8
0 15 0 -5
75/1,25 = 60
25/0,25 = 100
Tabel Iterasi 2 (Optimum)
CB
Vrb.
basis
Cj
bj
-40 -25 0 0 Inde
ksX1 x2 s1 s2
-25
-40
X2
X1
Zj - Cj
60
10
-1.900
0 1 0,8 -0,3
1 0 -0,2 0,2
0 0 -12 -0,5
Hasil tabel iterasi ke-2, menunjukkan bahwa solusi optimum adalah:
22
𝑥1 = 10, dan 𝑥2 = 60.
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑛 𝑍 = −𝑍 ∗ = −40(10) – 25(60)
= −(−1.900) = 1.900
Metode 2
Dalam metode ini, kita tidak melakukan perubahan bentuk fungsi tujuan,
tetapi secara langsung fungsi tujuan minimum dimasukkan dalam table (tetap
seperti aslinya).
Jika cara ini dilakukan, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Tabel simpleks berakhir (optimal) apabila nilai yang terdapat pada baris Zj -
Cj ≥ 0
2. Oleh karena fungsi tujuan berbentuk minimum, maka kolom kunci dipilih
nilai negatif terkecil yang terdapat pada baris Zj - Cj
3. Baris kunci tetap mengikuti aturan perbandingan minimum dan bukan
negatif.
4. Proses iterasi selanjutnya sama dengan cara terdahulu.
Lihat kembali contoh 1 di atas. Bentuk standar masalah minimisasi produk mix
adalah sebagai berikut:
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑍 = 40𝑥1 + 25𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2
d.k 3𝑥1 + 2𝑥2 + 𝑆1 + 0𝑆2 = 150
8𝑥1 + 2𝑥2 + 0𝑆1 + 𝑆2 = 200
u.h 𝑥1, 𝑥2, 𝑆1, 𝑆2 ≥ 0
Jika bentuk standar tersebut diselesaikan menurut metode 2, hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel awal Simpleks Masalah Minimisasi
CB Vrb. basis
Cj
bj
-40 -25 0 0
Indeks
X1 x2 s1 s2
0
0
S1
S2
Zj - Cj
150
200
0
3 2 1 0
8 2 0 1
-40 -25 0 0
150/2 = 75
200/2 = 100
23
Tabel Iterasi 1
CB Vrb. basis
Cj
bj
-40 -25 0 0
Indeks
X1 x2 s1 s2
0
0
X2
S2
Zj - Cj
75
50
1.875
1,5 1 0.5 0
5 0 -1 1
-5/2 0 12,5 0
75/1,5 = 50
50/5 = 10
Tabel Iterasi 2 (optimum)
CB Vrb. basis Cj
bj
-40 -25 0 0
IndeksX1 x2 s1 s2
25
40
X2
X1
Zj - Cj
60
10
1.900
0 1 0,8 -0,3
1 0 -0,2 0,2
0 0 12 0,5
Tabel optimum kedua metode tersebut menunjukkan hasil yang sama, yaitu
𝑥1 = 10 unit dan 𝑥2 = 60 unit dengan total nilai 𝑍 = 𝑅𝑝 1.900,00.
24
4. Masalah Primal dan Dual
Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting
dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya. Ide dasar yang
melatarbelakangi teori ini adalah bahwa setiap persoalan programa linier
mempunyai suatu programa linier lain yang saling berkaitan yang disebut “dual”,
sedemikian sehingga solusi pada persoalan semula (yang disebut "primal”) juga
memberi solusi pada dualnya.
Pendefinisian dual ini akan tergantung pada jenis pembatas, tanda-tanda
variabel, dan bentuk optimasi dari persoalan primalnya. Akan tetapi, karena setiap
persoalan programa linier harus dibuat dalam bentuk standar lebih dahulu sebelum
modelnya dipecahkan , maka pendefinisian dibawah ini akan secara otomatis
meliputi ketiga hal di atas.
Bentuk umum masalah primal dual adalah sebagai berikut :
25
Kalau kita bandingkan kedua persoalan di atas, ternyata terdapat
korespondensi antara primal dengan dual sebagai berikut :
1. Koefisien fungsi tujuan primal menjadi konstanta ruas kanan bagi dual,
sedangkan konstanta ruas kanan primal menjadi koefisien fungsi tujuan bagi
dual.
2. Untuk tiap pembatas primal ada satu variaebl dual, dan untuk setiap variabel
primal ada satu pembatas dual.
3. Tanda ketidaksamaan pada pembatas akan bergantung pada fungsi tujuannya.
4. Fungsi tujuan berubah bentuk (maksimasi menjadi minimasi dan sebaliknya).
5. Setiap kolom pada primal berkorespondensi dengan baris (pembatas) pada
dual.
6. Setiap baris (pembatas) pada primal berkorespondensi dengan kolom pada
dual.
7. Dual dari dual adalah primal.
Hubungan Primal Dual
Nilai tujuan dalam suatu pasangan masalah primal dan dual harus
memenuhi hubungan berikut ini :
1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dual yang layak
2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah
26
Untuk menjelaskan hubungan antara primal dan dual, perhatikan ilustrasi berikut
ini :
Soal ini kita selesaikan melalui penyelesaian dualnya, yakni :
Karena soal ini hanya terdiri dari dua choice variabel sehingga dapat
diselesaikan dengan metode grafis, namun soal ini kita selesaikan dengan metode
simpleks, sebab dengan cara ini dari tabel akhir dapat kita baca jawaban untuk
persoalan primalnya. Untuk ini bentuk constraint di atas diubah dulu menjadi
persamaan dengan memasukkan slack variable t1, t2, dan t3 (untuk primal
problem ; slack/surplus variable kita pakai lambang S), yakni :
Sedangkan fungsi objectivenya ditulis dalam bentuk :
Dengan demikian penyelesaian dari persoalan diatas adalah sebagai berikut :
27
Karena pada tabek di atas tidak terdapat lagi entry negatif pada baris w, maka
tabel ini merupakan tabel akhir dan fungsi objective telah mencapai nilai optimal,
yakni :
𝑊𝑚𝑎𝑥 = 540 untuk 𝑦1 = 5 unit, 𝑦2 = 3 unit dan 𝑡3 = 17 unit, yakni bahan
yang tidak terpakai dari konstraint ketiga, sedangkan 𝑡1 = 𝑡2 = 0.
Dari tabel ini dapat kita baca nilai 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 dari primal problem, yakni :
𝑥1 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡1 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥1 = 15
𝑥2 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥2 = 10
𝑥3 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡3 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥3 = 0
Nilai shoice variable dari primal ini kalau kita masukkan pada fungsi objective
dari primal harus cocok = 540, yakni :
𝑍 = 16𝑥1 + 30𝑥2 + 36𝑥3
= 16 (5) + 30 (10) + 36 (0) = 540
𝑧 𝑚𝑖𝑛 = 𝑤 𝑚𝑎𝑥
28
Sifat-sifat primal dua penting untuk dipahami terutama pada saat kita
membicarakan masalah analisis sensitivitas. Dengan menggunakan sifat-sifat ini
kita dapat menentukan nilai variabel-variabel tertentu dengan cara yang sangat
efisien. Ada empat sifat yang perlu diketahui, yaitu :
Sifat 1 : Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel basis awal.
Pada setiap iterasi solusi simpleks, baik primal maupun dual, koefisien fungsi
tujuan variabel-variabel basis awalnya dapat dicari dengan cara :
a. Mengalikan fungsi tujuan yang original dari variabel-variabel basis pada
iterasi yang bersangkutan dengan matriks di bawah variabel basis awal pada
iterasi yang bersangkutan. Koefisien ini biasa disebut simplex multiplier.
b. Kurangi nilai-nilai simplex multiplier ini dengan fungsi tujuan yang original
dari variabel-variabel basis awal.
Sifat 2 : Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel nonbasis awal.
Pada setiap iterasi dari persoalan primal, koefisien fungsi tujuannya dapat
ditentukan dengan menyubstitusikan simplex multiplier pada variabel-variabel
pembatas dari dual, kemudian mencari selisih antara ruas kiri dan ruas kanan dari
pembatas dual tersebut.
Sifat 3 : Menentukan nilai ruas kanan (solusi) dari variabel-variabel basis.
Pada setiap iterasi, baik primal maupun dual, nilai ruas kanan (kolom
solusi) variabel-variabel basis pada iterasi yang bersangkutan dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
29
Sifat 4 : Menentukan koefisien pembatas.
Pada setiap iterasi, baik primal maupun dual, koefisien pembatas dari
setiap variabel dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Contoh : Maksimumkan : 𝑍 = 4𝑥1 + 6𝑥2 + 2𝑥3
Berdasarkan pembatas : 4𝑥1 − 4𝑥2 ≤ 5
−𝑥1 + 6𝑥2 ≤ 5
−𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 ≤ 5
𝑥1, 𝑥2, 𝑥3 ≥ 0
Salah satu iterasi dari persoalan di atas adalah sebagai berikut :
Tentukanlah harga-harga a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, dan t
dengan menggunakan sifat-sifat primal dual.
30
5. Degeneracy
Suatu pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi jika satu atau
lebih peubah dasarnya memiliki nilai nol. Untuk melihat bagaimana terjadinya
degenerasi pemrograman linear, perhatikan perubahan nilai sisi sebelah kanan dari
kendala waktu perakitan pada masalah PT. Maju Terus. Modifikasi linearnya
diperlihatkan sebagai berikut:
Maksimumkan Z = 50x1 + 40x2
Dengan kendala
3x1 + 5x2 ≤ 175 waktu perakitan
x2 ≤ 20 monitor portable
8x1 + 5x2 ≤ 300 kapasitas gedung
x1, x2 ≥ 0 tak negatif
Tabel 2.7. Tabel simpleks setelah iterasi pertama
Dasar CB
x1 x2 S1 S2 S3
B
50 40 0 0 0
S1 0 0 25/8 1 0 -3/8 125/2
S2 0 0 1 0 1 0 20
x1 50 1 5/8 0 0 1/8 75/2
zj 50 250/8 0 0 0 1875
cj – zj 0 70/8 0 0 0
Entri dalam baris evaluasi bersih menunjukkan bahwa x2 harus memasuki
dasar itu. Maka kita hitung rasio yang tepat untuk menentukan baris pivot,
diperoleh:
1 12 2 22 3 32
125/ 2 75/ 2
/ 20, / 20/1 20, / 60
25/8 5/8
     b a b a b a , maka terlihat
hubungan antara baris pertama dan kedua. Ini merupakan indikasi bahwa kita
akan memiliki suatu degenerasi penyelesaian layak dasar pada iterasi berikutnya.
Tabel 2.8. Tabel simpleks setelah iterasi berikutnya
31
Dasar CB
x1 x2 S1 S2 S3
50 40 0 0 0
x2 40 0 1 8/25 0 -3/25 20
S2 0 0 0 -8/25 1 3/25 0
x1 50 1 0 -5/25 0 5/25 25
Zj 50 40 70/25 0 130/25 2050
cj – zj 0 0 -70/25 0 -130/25
Bilamana kita memiliki hubungan dalam rasio minimum /i ijb a , akan
selalu ada peubah dasar yang sama dengan nol dalam tabel berikutnya. Oleh
karena itu, kita tidak merekam endosikan untuk memperkenalkan langkah-
langkah khusus ke dalam metode simpleks guna menghapus kemungkinan
terjadinya degenerasi. Jika saat melakukan iterasi algoritma simpleks muncul
suatu hubungan untuk rasio minimum /i ijb a , maka kita hanya
merekomendasikan untuk memilih baris atas sebagai baris pivot.
32
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program linier programming
digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk
memaksimalkan ataupun meminimalkan hasil yang didapat.
2. Saran
Penulis menyadari tentang penyusunan makalah, tentu masih banyak
kesalahan dan kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi kiranya memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani. Metode Simpleks. UPI : Bandung
Hartanto, Eko. Metode Simpleks Dan BIG-M. Universitas Indonesia : Jakarta
Tim Dosen. Modul Program Linear . Universitas Negeri Medan : Medan
Widasari, Dian. Metode Simpleks Dalam Program Linear. STMIK Triguna
Dharma : Medan
http://lambang.files.wordpress.com/2010/03/03_metode-simplex.pdf
http://mathematica.aurino.com/wp-content/uploads/2008/10/simplex.pdf

More Related Content

What's hot

Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
linear programming metode simplex
linear programming metode simplexlinear programming metode simplex
linear programming metode simplex
Bambang Kristiono
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
yy rahmat
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)
hazhiyah
 
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUALPENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiYousuf Kurniawan
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset Operasional
Lelys x'Trezz
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simpleks
hazhiyah
 
Metode simpleks dua fase
Metode simpleks dua faseMetode simpleks dua fase
Metode simpleks dua fase
specy1234
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
hazhiyah
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaKana Outlier
 
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
eddy sanusi silitonga
 
Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleks
raaaka12
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
Cabii
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
Izhan Nassuha
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Anzilina Nisa
 
4. metode transportasi
4. metode transportasi4. metode transportasi
4. metode transportasi
Lembayung Senja
 
Simpleks maksimum
Simpleks maksimum Simpleks maksimum
Simpleks maksimum
Andina Aulia Rachma
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Mayawi Karim
 

What's hot (20)

Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
 
linear programming metode simplex
linear programming metode simplexlinear programming metode simplex
linear programming metode simplex
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)
 
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUALPENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset Operasional
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simpleks
 
Metode simpleks dua fase
Metode simpleks dua faseMetode simpleks dua fase
Metode simpleks dua fase
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannya
 
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
 
Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleks
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
 
4. metode transportasi
4. metode transportasi4. metode transportasi
4. metode transportasi
 
Simpleks maksimum
Simpleks maksimum Simpleks maksimum
Simpleks maksimum
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
 

Similar to Makalah kelompok 4 metode simpleks

Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASI
Susan Ucnk
 
program linier.pptx
program linier.pptxprogram linier.pptx
program linier.pptx
AldinoMargaPratama1
 
Presentation kelompok 5.pptx
Presentation kelompok 5.pptxPresentation kelompok 5.pptx
Presentation kelompok 5.pptx
ChoirurRoziqin7
 
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplexRisetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
Koran Bekas
 
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
Kannal Bakti Pakinde
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaAlvin Setiawan
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
Ibad Ahmad
 
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIERNILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
Agus Suryanatha
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilatejowati
 
Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.ppt
slotbandar21
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptx
ZoroRoronoa64
 
METODE SIMPLEX.pptx
METODE SIMPLEX.pptxMETODE SIMPLEX.pptx
METODE SIMPLEX.pptx
FIRMANMAULASYAFII
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016
ogie saputra
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
Catur Prasetyo
 
Aturan trapesium
Aturan trapesiumAturan trapesium
Aturan trapesium
Linda Rosita
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
Ayunda Eka Sagita
 
3019948.ppt
3019948.ppt3019948.ppt
3019948.ppt
AisMahulauw
 
MPL ITS
MPL ITSMPL ITS
MPL ITS
Nasir Za'ba
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Ochaa BeQii
 

Similar to Makalah kelompok 4 metode simpleks (20)

Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASI
 
program linier.pptx
program linier.pptxprogram linier.pptx
program linier.pptx
 
Presentation kelompok 5.pptx
Presentation kelompok 5.pptxPresentation kelompok 5.pptx
Presentation kelompok 5.pptx
 
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplexRisetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
Risetoperasi 3-linear-programming-metode-simplex
 
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIERNILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF MASALAH PROGRAM LINIER
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.ppt
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptx
 
METODE SIMPLEX.pptx
METODE SIMPLEX.pptxMETODE SIMPLEX.pptx
METODE SIMPLEX.pptx
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.8 program linear)
 
Aturan trapesium
Aturan trapesiumAturan trapesium
Aturan trapesium
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
 
3019948.ppt
3019948.ppt3019948.ppt
3019948.ppt
 
MPL ITS
MPL ITSMPL ITS
MPL ITS
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
 

Recently uploaded

MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 

Recently uploaded (8)

MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 

Makalah kelompok 4 metode simpleks

  • 1. 0 MAKALAH PROGRAM LINEAR “ METODE SIMPLEKS ” Disusun Oleh : Kelompok 4 (Empat)  Anggia Murni (4131230002)  Muhammad Adi Rianta (4131230007)  Muhammad Ridwan Mukti (4133230022)  Nila Aulia (4133230028)  Ria Rahmadita Surbakti (4131230008)  Romanus Relawan Waruwu (4132230017)  Rony Genevent (4133230032)  Vivi Milan Nababan (4132230018) UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM T.A 2015/2016
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Metode Simpleks”. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah PROGRAM LINEAR yang telah menuntun kami untuk menyelesaikan makalah ini. Terakhir kami ucapkan terimakasih kepada teman – teman dan semua pihak yang telah membantu dalam diskusi untuk menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat membantu dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan yang kita lakukan. Medan, Maret 2015 Kelompok 4
  • 3. 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 0 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3 A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4 C. Tujuan.......................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 5 1. Masalah Maksimasi...................................................................................................... 5 2. Kendala (Syarat) Bertanda “ = ” ................................................................................. 14 3. Masalah Minimumisasi .............................................................................................. 20 4. Masalah Primal dan Dual ........................................................................................... 24 5. Degeneracy ................................................................................................................ 30 BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 32 1. Kesimpulan................................................................................................................ 32 2. Saran.......................................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 33
  • 4. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah manajemen sains adalah pemrograman linear. Pemrograman linear merupakan kelompok teknik analisis kuantitatif yang mengandalkan model matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Artinya, setiap masalah yang kita hadapi dalam suatu sistem permasalahan tertentu perlu dirumuskan dulu dalam simbol-simbol matematika tertentu, jika kita inginkan bantuan pemrograman linear sebagai alat analisisnya. Metode grafik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear yang melibatkan dua peubah keputusan. Membahas mengenai masalah meminimumkan fungsi kendala bertanda ≥, fungsi kendala bertanda = tidak ada penyelesaian layak, tidak ada penyelesaian optimal, beberapa alternatif optimal, dan wilayah kelayakan yang tidak terikat dapat terjadi saat menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan menggunakan prosedur penyelesaian grafik. Kasus-kasus ini juga dapat terjadi saat menggunakan metode simpleks. Metode simplek untuk linier programming dikembangkan pertama kali oleh George Dantzing pada tahun 1947, kemudian digunakan juga pada penugasan di Angkatan Udara Amerika Serikat. Dia mendemonstrasikan bagaimana menggunakan fungsi tujuan (iso-profit) dalam upaya menemukan solosi diantara beberapa kemungkinan solosi sebuah persoalan linier programming. Proses penyelesaiaanya dalam metode simplek, dilakukan secara berulang- ulang (iterative) sedemikian rupa dengan menggunakan pola tertentu (standart) sehingga solusi optimal tercapai. Ciri lain dari metode simplek adalah bahwa setiap solusi yang baru akan menghasilkan sebuah nilai fungsi tujuan yang lebih besar daripada solosi sebelumnya.
  • 5. 4 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mencari nilai maksimum dengan menggunakan metode simpleks? 2. Bagaimana cara menyelesaikan masalah/kendala (syarat) bertanda “=”? 3. Bagaimana cara mencari nilai minimum dengan menggunakan metode simpleks? 4. Bagaimana cara membedakan antara asalah primal dan dual dalam program linear? 5. Kapan pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :  Dapat menyelesaikan masalah maksimasi dalam program linear  Dapat menyelesaikan masalah / kendala (syarat) bertanda “=” pada program linear  Dapat menyelesaikan masalah minimasi dalam program linear  Dapat mengetahui dan membedakan antara masalah primal dan dual dalam program linear  Dapat menyelesaikan masalah degeneracy / kemerosotan dalam program linear
  • 6. 5 BAB II PEMBAHASAN 1. Masalah Maksimasi Untuk menyelesaikan masalah maksimasi maka programasi linear harus lebih dahulu ditulis dalam bentuk standar. Dengan bentuk standar dimaksudkan adalah permasalahan programasi linear yang berwujud permasalahan maksimasi dengan batasan-batasan (kendala) yang bertanda kurang dari atau sama dengan ( ≤ ) yang menunjukkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Untuk bentuk- bentuk lain seperti masalah minimisasi maupun penyimpangan–penyimpangan lain dalam batasan-batasan yang berlaku akan dibicarakan tersendiri. Berikut merupakan langkah-langkah menggunakan metode simpleks yaitu :  Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan  Menyusun persamaan-persamaan di dalam table  Memilih kolom kunci  Memilih baris kunci  Merubah nilai-nilai pada baris kunci  Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci  Melanjutkan perbaikan/pengulangan/iterasi Contoh 1: Maksimumkan 𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2 Batasan (constrain) (1) 2𝑥1 ≤ 8 (2) 3𝑥2 ≤ 15 (3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30 Langkah 1: Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan  Fungsi tujuan
  • 7. 6 𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2 diubah menjadi 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0  Fungsi batasan (diubah menjadi kesamaan & di + slack variabel) (1) 2𝑥1 ≤ 8 menjadi 2𝑥1 + 𝑥3 = 8 (2) 3𝑥2 ≤ 15 menjadi 3𝑥2 + 𝑥4 = 15 (3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30 menjadi 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30 Fungsi tujuan : Maksimumkan 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0 Fungsi batasan (1) 2𝑥1 + 𝑥3 = 8 (2) 3𝑥2 + 𝑥4 = 15 (3) 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30 Langkah 2: Menyusun persamaan-persamaan di dalam tabel Beberapa istilah dalam Metode Simpleks yaitu :  NK adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai di belakang tanda sama dengan ( = ). Untuk batasan 1 sebesar 8, batasan 2 sebesar 15, dan batasan 3 sebesar 30.  Variabel dasar adalah variabel yang nilainya sama dengan sisi kanan dari persamaan. Pada persamaan 2𝑥1 + 𝑥3 = 8, kalau belum ada kegiatan apa- apa, berarti nilai𝑥1 = 0, dan semua kapasitas masih menganggur, maka pengangguran ada 8 satuan, atau nilai 𝑥3 = 8. Pada tabel tersebut nilai variabel dasar 𝑥3, 𝑥4, 𝑥5 pada fungsi tujuan pada tabel permulaan ini harus 0, dan nilainya pada batasan-batasan bertanda positif 𝑍 = 3𝑥1 + 5𝑥2 diubah menjadi 𝑍 − 3𝑥1 − 5𝑥2 = 0. (1) 2𝑥1 ≤ 8 menjadi 2𝑥1 + 𝑥3 = 8 (2) 3𝑥2 ≤ 15 menjadi 3𝑥2 + 𝑥4 = 15 (3) 6𝑥1 + 5𝑥2 ≤ 30 menjadi 6𝑥1 + 5𝑥2 + 𝑥5 = 30
  • 8. 7 Maka tabel simpleks yang pertama yaitu sebagai berikut : Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK 𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 𝑥4 0 0 3 0 1 0 15 𝑥5 0 6 5 0 0 1 30 Langkah 3: Memilih kolom kunci Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah tabel simplek. Pilihlah kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan angka terbesar. Dalam hal ini kolom 𝑥2 dengan nilai pada baris persamaan tujuan –5. Berilah tanda segi empat pada kolom 𝑥2, seperti tabel berikut Tabel simpleks: pemilihan kolom kunci pada tabel pertama Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK 𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0
  • 9. 8 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 𝑥4 0 0 3 0 1 0 15 𝑥5 0 6 5 0 0 1 30 Jika suatu tabel sudah tidak memiliki nilai negatif pada baris fungsi tujuan, berarti tabel itu tidak bisa dioptimalkan lagi (sudah optimal). Langkah 4: Memilih baris kunci Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel simplek, dengan cara mencari indeks tiap-tiap baris dengan membagi nilai-nilai pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci. 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 = (𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑲𝒐𝒍𝒐𝒎 𝑵𝑲) (𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎 𝒌𝒖𝒏𝒄𝒊) Untuk baris batasan 1 besarnya indeks = 8 0 = ∞, baris batasan 2 = 15 3 = 5, dan baris batasan 3 = 30 5 = 6. Pilih baris yang mempunyai indeks positif dengan angka terkecil. Dalam hal ini batasan ke-2 yang terpilih sebagai baris kunci. Beri tanda segi empat pada baris kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga masuk dalam baris kunci disebut angka kunci. Langkah 5: Mengubah nilai-nilai baris kunci Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci, seperti tabel dibawah ini. bagian bawah 0 3 = 0 ; 3 3 = 1 ; 0 3 = 0 ; 1 3 = 1 3 ; 0 3 = 0; 15 3 = 5 . Gantilah variabel dasar pada baris itu dengan variabel yang terdapat di bagian atas kolom kunci (𝑥2). Tabel simpleks: Cara mengubah nilai baris kunci
  • 10. 9 Variabel Dasar Z 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK Keterangan (indeks) 𝑍 1 -3 -5 0 0 0 0 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 8/0 = ∞ 𝑥4 0 0 3 0 1 0 15 15/3 = 5 𝑥5 0 6 5 0 0 1 30 30/5 = 6 Z 𝑥3 𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 15/3 𝑥5 Langkah 6: Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci Dengan menggunakan rumus berikut 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑙𝑎𝑚𝑎 − 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 Baris pertama (Z) [-3 -5 0 0 0, 0 ]
  • 11. 10 (-5) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - ) Nilai baru = [-3 0 0 5/3 0, 25] Baris ke-2 (batasan 1) [2 0 1 0 0, 8 ] (0) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - ) Nilai baru = [2 0 1 0 0, 8] Baris ke-4 (batasan 3) [ 6 5 0 0 1, 30 ] (5) [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] ( - ) Nilai baru = [ 6 0 0 -5/3 1, 5 ] Tabel pertama nilai lama dan tabel kedua nilai baru Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK Z 1 -3 -5 0 0 0 0 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 𝑥4 0 0 3 0 1 0 15
  • 12. 11 𝑥5 0 6 5 0 0 1 30 Z 1 -3 0 0 5/3 0 25 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 5 𝑥5 0 6 0 0 -5/3 1 5 Langkah 7: Melanjutkan perbaikan Ulangilah langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langkah ke-6 untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai negatif Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK Keterangan (Indeks) Z 1 -3 0 0 5/3 0 25 𝑥3 0 2 0 1 0 0 8 = 8/2 = 4 𝑥4 0 0 1 0 1/3 0 5 𝑥5 0 6 0 0 -5/3 1 5 = 5/6 (minimum) Z 1
  • 13. 12 𝑥3 0 𝑥2 0 𝑥1 0 6/6 0 0 -5/18 1/6 5/6 Nilai baru Baris ke-1 [-3 0 0 5/3 0, 25 ] (-3) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - ) Nilai baru = [ 0 0 0 5/6 ½, 271 /2] Baris ke-2 (batasan 1) [ 2 0 1 0 0, 8 ] (2) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - ) Nilai baru = 0 0 1 5/9 -1/3, 61 /3] Baris ke-3 tidak berubah karena nilai pada kolom kunci = 0 [ 0 1 0 1/3 0, 5 ] (0) [ 1 0 0 -5/18 1/6, 5/6] ( - )
  • 14. 13 Nilai baru = 0 1 0 1/3 0, 5] Tabel simpleks final hasil perubahan Variabel Dasar 𝑍 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 NK Z 1 0 0 0 5/6 ½ 271 /2 𝑥3 0 0 0 1 5/9 -1/3 61 /3 𝑥2 0 0 1 0 1/3 0 5 𝑥1 0 1 0 0 -5/18 1/6 5/6 Baris pertama (Z) tidak ada lagi yang bernilai negatif. Sehingga tabel tidak dapat dioptimalkan lagi dan tabel tersebut merupakan hasil optimal Dari tabel final didapat 𝑥1 = 5 6 𝑥2 = 5 𝑍 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 27 1 2
  • 15. 14 2. Kendala (Syarat) Bertanda “ = ” Kendala berbentuk sama dengan (=) juga tidak memiliki variabel basis. Oleh karena itu tambahkan satu variabel basis semu, agar table awal simpleks dapa dibentuk. Misalkan,2𝑥1 + 4𝑥2 = 20 , dapat diubah menjadi 2𝑥1 + 4𝑥2 + 𝑄 = 20, dimana Q adalah variabel basis semu. Meskipun semua kendala telah memiliki variabel basis, tetapi penambahan variabel semu tersebut bukan penyelesaian yang fisibel bagi masalah aslinya. Variabel semu harus dikurangi nilainya hingga menjadi nol. Ada dua metode yang dapat dilakukan untuk mengnolkan variabel semu yaitu : 1. Metode M besar 2. Metode dua fase (dua tahapan) Metode M Besar Dalam metode ini, koefisien fungsi tujuan untuk variabel semu diberi nilai yang sangat besar yaitu negatif M atau – M untuk fungsi tujuan maksimum dan positif M atau + M untuk fungsi tujuan minimum. Contoh 2 Masalah variabel semu Model LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut : Maksimum 𝑍 = 50𝑥1 + 80𝑥2 d.k 1. 𝑥1 ≤ 40 2. 𝑥2 ≥ 20 3. 𝑥1 + 𝑥2 = 50 4.𝑥1, 𝑥2 ≥ 0 Model LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut: Maksimum 𝑍 = 50𝑥1 + 80𝑥2 + 0𝑆1 − 0𝑆2 − 𝑀𝑄1 – 𝑀𝑄2 d.k 1. 𝑋1 + 𝑆1 + 0𝑆2 + 0𝑄1 + 0𝑄2 = 40 2. 𝑥2 + 0𝑆1 − 𝑆2 + 𝑄1 + 0𝑄2 = 20 3. 𝑥1 + 𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2 + 0𝑄1 + 𝑄2 = 50 4. 𝑥1, 𝑥2 , 𝑆1, 𝑆2, 𝑄1, 𝑄2 ≥ 0
  • 16. 15 Tabel awal simpleks dapat dibuat seperti berikut ini: Tabel awal simpleks Metode M besar CB Vrb. basis Cj bj 50 80 0 0 -M - M Indeks X1 x2 s1 s2 Q1 Q2 0 -M -M S1 Q1 Q2 Zj - Cj 40 20 50 -70M 1 0 1 0 0 0 0 1 0 -1 1 0 1 1 0 0 0 1 -M-50 -2M-80 0 M 0 0 40/0 = ~ 20/1 = 20 50/1 = 50 Nilai yang terdapat pada baris Zj – Cj Tabel di atas diisi dengan menggunakan cara sebagai berikut: Z = [0, -M, -M] 40 20 50 - 0 = 0 – 20M – 50M = - 70M Z1 = [0, -M, -M] 1 0 1 - 50 = 0 – M – 50 = - M - 50 Z2 = [0, -M, -M] 0 1 1 - 80 = 0 – M – M - 80 = - 2M - 80 Z4 = [0, -M, -M] 0 −1 0 - 0 = 0 + M + 0 = M Dan seterusnya. Dengan mengikuti langkah-langkah metode simpleks terdahulu, penyelesaian contoh ke-2 dapat dilihat berikut ini. Tabel iterasi 1
  • 17. 16 CB Vrb. basis Cj bj 50 80 0 0 -M - M Indeks x1 x2 s1 s2 Q1 Q2 0 80 -M S1 x2 Q2 Zj - Cj 40 20 30 - 30M+1.600 1 0 1 0 0 0 0 1 0 -1 1 0 1 0 0 1 -1 1 -M-50 0 0 -M-80 2M+80 0 40/0 = ~ 20/-1=-20 30/1 = 30 Tabel Iterasi 2 (Optimum) CB Vrb. basis Cj bj 50 80 0 0 -M -M Indeks x1 x2 s1 s2 Q1 Q2 0 80 0 S1 x2 s2 Zj - Cj 40 50 30 4000 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 -1 1 30 0 0 0 M M+80 Solusi optimum dicapai apabila 𝑥1 = 0 dan 𝑥2 = 50, dengan nilai Z = 4.000 Metode dua fase Dalam metode dua fase, penyelesaian dipisahkan menjadi dua tahapan. Setiap tahapan menggunakan tabel simpleks dan proses kerjanya tetap menggunakan langkah-langkah metode simpleks. Fase 1 Tahapan pertama bertujuan untuk mngnolkan/menghilangkan variabel semu, dengan cara membuat fungsi tujuan semu. Fungsi tujuan semu memiliki jumlah variabel sama dengan jumlah variabel semuanya. Kemudian fungsi tujuan semu dimaksimumkan dengan table simpleks. Koefisien fungsi tujuan untuk variabel semu diberi nilai minus satu atau (-1) jika fungsi tujuan maksimum dan
  • 18. 17 plus satu atau (+1) jika fungsi tujuan minimum. Fase satu berakhir apabila fungsi tujuan semu memiliki nilai nol. Proses dilanjutkan ke fase ke-dua. Lihat kembali Contoh 2 di atas. Jumlah variabel semu ada dua yaitu Q1 dan Q2. Oleh karena itu fungsi tujuan semunya adalah maksimum Z= - Q1 - Q2. Fungsi tujuan semu ini kita maksimumkan , sehingga penyelesaian fase pertama nampak sebagai berikut. Tabel Awal CB Vrb. basis Cj bj 0 0 0 0 -1 -1 Indeksx1 x2 s1 s2 Q1 Q2 0 - 1 - 1 S1 Q1 Q2 Zj - Cj 40 20 50 -70 1 0 1 0 0 0 0 1 0 -1 1 0 1 1 0 0 0 1 -1 -2 0 1 0 0 40/0 = ~ 20/1 = 20 50/1 = 50 Tabel Iterasi 1 Fase Pertama CB Vrb. basis Cj bj 0 0 0 0 -1 -1 Indeksx1 x2 s1 s2 Q1 Q2 0 0 - 1 S1 x2 Q2 Zj - Cj 40 20 30 -30 1 0 1 0 0 0 0 1 0 -1 1 0 1 0 0 1 -1 1 -1 0 0 -1 2 0 40/0 = ~ 20/-1 = -20 30/1 = 30 Tabel Iterasi 2 Fase Pertama (Optimum) CB Vrb. basis Cj 0 0 0 0 -1 -1 Indeks x1 x2 s1 s2 Q1 Q2
  • 19. 18 bj 0 0 0 S1 x2 s2 Zj - Cj 40 50 30 30 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 -1 1 1 0 0 0 1 1 Pada table di atas (optimum) fungsi tujuan semu sudah di optimumkan, dan variabel semu Q1 dan Q2 sudah keluar dari basis. Proses dapat dilanjutkan ke fase ke-dua. Apabila variabel semu masih berada dalam basis dengan nilai positif, maka persoalan tersebut tidak layak. Mungkin kesalahan dalam proses perhitungan atau kesalahan dalam formulasi LP. Proses tahap kedua tidak perlu dilanjutkan. Fase 2 Tabel akhir fase pertama merupakan tabek awal fase kedua. Kemudian dioptimalkan dengan memasukkan fungsi ujuan aslinya. Karena pada fase pertama kita telah mengnolkan variabel semu, maka pada fase kedua variabel semu tidak perlu disertakan lagi dalam table (dihilangkan). Lihat table awal fase kedua berikut ini. Tabel awal fase kedua CB Vrb. basis Cj bj 50 80 0 0 Indeks x1 x2 s1 s2 0 80 0 S1 x2 s2 Zj - Cj 40 50 30 4.000 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 30 0 0 0 Setelah koefisien fungsi tujuan asli dimasukkan ke dalam table awal fase kedua, secara langsung table awal tersebut menunjukkan table optimum. Karena nilai yang terdapat pada baris Zj – Cj ≥ 0. Solusi optimum adalah x1 = 0 dan x2 = 50.
  • 20. 19 Membandingkan metode M besar dengan metode dua fase, dapat disimpulkan bahwa kedua metode sama-sama menggunakan variabel semu. Perbedaan terletak pada tahapan penyelesaian. disamping itu Metode M besar perhitungannya lebih rumit. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode M besar dan dua fase adalah : 1. Variabel semu hanya ditambahkan untuk mendapatkan pemecahan awal yang fisibel. Jika kita menggunakan program komputer seperti QSB (Quantitative System for Business), maka penambahan variabel semu tidak perlu dilakukan, karena QSB sudah diprogram sedemikian rupa dalam menghadapi berbagai macam bentuk kendala. 2. Apabila variabel semu telah keluar dari dalam basis, maka pada abel berikutnya variabel semu tidak perlu muncul kembali. 3. Pada tabel optimum semua variabel semu harus keluar dari dalam basis. Jika variabel semu masih terdapat dalam basis dengan nilai positif, maka persoalan tidak layak.
  • 21. 20 3. Masalah Minimumisasi Masalah minimisasi sangat mungkin ditemui di dalam formulasi LP (Linear Program). Bagaimana menyelesaikan masalah LP jika fungsi tujuannya berbentuk minimisasi? Misalkan fungsi tujuannya adalah : 𝑍 𝑀𝑖𝑛. = 40𝑥1 + 30𝑥2 Untuk menangani masalah ini, ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu: Meode 1 Mengubah fungsi tujuan minimum menjadi maksimum. Caranya adalah mengalikan fungsi tujuan minimum dengan minus satu. Misalkan, fungsi tujuan 𝑍 𝑀𝑖𝑛. = 40𝑥1 + 25𝑥2, diubah maksimum menjadi: − 𝑍 ∗ 𝑚𝑎𝑘. = 𝑍 = 40𝑥1 + 25𝑥2. Jika cara ini dilakukan , maka berlaku ketentuan sebagai berikut ini. 1. Tabel simpleks berakhir (optimal) apabila nilai yang terdapat pada baris Zj – Cj ≤ 0. 2. Pada table awal, nilai pada baris Zj – Cj yang berkorespondensi dengan variabel keputusan bertanda positif. 3. Kolom kunci dipilih dari nilai positif terbesar. 4. Baris kunci tetap mengikuti aturan perbandingan minimum dan bukan negatif. Proses iterasi selanjutnya sama dengan cara terdahulu. Contoh 1. Masalah Minimisasi Produk Mix Sebuah masalah LP yang telah diformulasikan berbentuk sebagai berikut : Minimum 𝑍 = 40𝑥1 + 25𝑥2 d.k 3𝑥1 + 2𝑥2 ≤ 150 8𝑥1 + 2𝑥2 ≤ 200 𝑥1 ≥ 0 𝑥2 ≥ 0 Formulasi LP di atas dapat diubah menjadi bentuk standar dengan fungsi tujuan diubah menjadi bentuk maksimum.
  • 22. 21 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 – 𝑍 ∗ = 𝑍 = − 40𝑥1 − 25𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2 d.k 3𝑥1 + 2𝑥2 + 𝑆1 + 0𝑆2 = 150 8𝑥1 + 2𝑥2 + 0𝑆1 + 𝑆2 = 200 u.h 𝑥1, 𝑥2, 𝑆1, 𝑆2 ≥ 0 Dengan mengikuti langkah-langkah metode simpleks, penyelesaian masalah minimisasi produk mix adalah sebagai berikut. Tabel awal Simpleks Masalah Minimisasi CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 IndeksX1 x2 s1 s2 0 0 S1 S2 Zj - Cj 150 200 0 3 2 1 0 8 2 0 1 40 25 0 0 150/3 = 50 200/8 = 25 Tabel Iterasi 1 CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 Indeks X1 x2 s1 s2 0 -40 S1 X1 Zj - Cj 75 25 -1000 0 1,25 1 -3/8 1 0,25 0 1/8 0 15 0 -5 75/1,25 = 60 25/0,25 = 100 Tabel Iterasi 2 (Optimum) CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 Inde ksX1 x2 s1 s2 -25 -40 X2 X1 Zj - Cj 60 10 -1.900 0 1 0,8 -0,3 1 0 -0,2 0,2 0 0 -12 -0,5 Hasil tabel iterasi ke-2, menunjukkan bahwa solusi optimum adalah:
  • 23. 22 𝑥1 = 10, dan 𝑥2 = 60. 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑛 𝑍 = −𝑍 ∗ = −40(10) – 25(60) = −(−1.900) = 1.900 Metode 2 Dalam metode ini, kita tidak melakukan perubahan bentuk fungsi tujuan, tetapi secara langsung fungsi tujuan minimum dimasukkan dalam table (tetap seperti aslinya). Jika cara ini dilakukan, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Tabel simpleks berakhir (optimal) apabila nilai yang terdapat pada baris Zj - Cj ≥ 0 2. Oleh karena fungsi tujuan berbentuk minimum, maka kolom kunci dipilih nilai negatif terkecil yang terdapat pada baris Zj - Cj 3. Baris kunci tetap mengikuti aturan perbandingan minimum dan bukan negatif. 4. Proses iterasi selanjutnya sama dengan cara terdahulu. Lihat kembali contoh 1 di atas. Bentuk standar masalah minimisasi produk mix adalah sebagai berikut: 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑍 = 40𝑥1 + 25𝑥2 + 0𝑆1 + 0𝑆2 d.k 3𝑥1 + 2𝑥2 + 𝑆1 + 0𝑆2 = 150 8𝑥1 + 2𝑥2 + 0𝑆1 + 𝑆2 = 200 u.h 𝑥1, 𝑥2, 𝑆1, 𝑆2 ≥ 0 Jika bentuk standar tersebut diselesaikan menurut metode 2, hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel awal Simpleks Masalah Minimisasi CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 Indeks X1 x2 s1 s2 0 0 S1 S2 Zj - Cj 150 200 0 3 2 1 0 8 2 0 1 -40 -25 0 0 150/2 = 75 200/2 = 100
  • 24. 23 Tabel Iterasi 1 CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 Indeks X1 x2 s1 s2 0 0 X2 S2 Zj - Cj 75 50 1.875 1,5 1 0.5 0 5 0 -1 1 -5/2 0 12,5 0 75/1,5 = 50 50/5 = 10 Tabel Iterasi 2 (optimum) CB Vrb. basis Cj bj -40 -25 0 0 IndeksX1 x2 s1 s2 25 40 X2 X1 Zj - Cj 60 10 1.900 0 1 0,8 -0,3 1 0 -0,2 0,2 0 0 12 0,5 Tabel optimum kedua metode tersebut menunjukkan hasil yang sama, yaitu 𝑥1 = 10 unit dan 𝑥2 = 60 unit dengan total nilai 𝑍 = 𝑅𝑝 1.900,00.
  • 25. 24 4. Masalah Primal dan Dual Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya. Ide dasar yang melatarbelakangi teori ini adalah bahwa setiap persoalan programa linier mempunyai suatu programa linier lain yang saling berkaitan yang disebut “dual”, sedemikian sehingga solusi pada persoalan semula (yang disebut "primal”) juga memberi solusi pada dualnya. Pendefinisian dual ini akan tergantung pada jenis pembatas, tanda-tanda variabel, dan bentuk optimasi dari persoalan primalnya. Akan tetapi, karena setiap persoalan programa linier harus dibuat dalam bentuk standar lebih dahulu sebelum modelnya dipecahkan , maka pendefinisian dibawah ini akan secara otomatis meliputi ketiga hal di atas. Bentuk umum masalah primal dual adalah sebagai berikut :
  • 26. 25 Kalau kita bandingkan kedua persoalan di atas, ternyata terdapat korespondensi antara primal dengan dual sebagai berikut : 1. Koefisien fungsi tujuan primal menjadi konstanta ruas kanan bagi dual, sedangkan konstanta ruas kanan primal menjadi koefisien fungsi tujuan bagi dual. 2. Untuk tiap pembatas primal ada satu variaebl dual, dan untuk setiap variabel primal ada satu pembatas dual. 3. Tanda ketidaksamaan pada pembatas akan bergantung pada fungsi tujuannya. 4. Fungsi tujuan berubah bentuk (maksimasi menjadi minimasi dan sebaliknya). 5. Setiap kolom pada primal berkorespondensi dengan baris (pembatas) pada dual. 6. Setiap baris (pembatas) pada primal berkorespondensi dengan kolom pada dual. 7. Dual dari dual adalah primal. Hubungan Primal Dual Nilai tujuan dalam suatu pasangan masalah primal dan dual harus memenuhi hubungan berikut ini : 1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dual yang layak 2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah
  • 27. 26 Untuk menjelaskan hubungan antara primal dan dual, perhatikan ilustrasi berikut ini : Soal ini kita selesaikan melalui penyelesaian dualnya, yakni : Karena soal ini hanya terdiri dari dua choice variabel sehingga dapat diselesaikan dengan metode grafis, namun soal ini kita selesaikan dengan metode simpleks, sebab dengan cara ini dari tabel akhir dapat kita baca jawaban untuk persoalan primalnya. Untuk ini bentuk constraint di atas diubah dulu menjadi persamaan dengan memasukkan slack variable t1, t2, dan t3 (untuk primal problem ; slack/surplus variable kita pakai lambang S), yakni : Sedangkan fungsi objectivenya ditulis dalam bentuk : Dengan demikian penyelesaian dari persoalan diatas adalah sebagai berikut :
  • 28. 27 Karena pada tabek di atas tidak terdapat lagi entry negatif pada baris w, maka tabel ini merupakan tabel akhir dan fungsi objective telah mencapai nilai optimal, yakni : 𝑊𝑚𝑎𝑥 = 540 untuk 𝑦1 = 5 unit, 𝑦2 = 3 unit dan 𝑡3 = 17 unit, yakni bahan yang tidak terpakai dari konstraint ketiga, sedangkan 𝑡1 = 𝑡2 = 0. Dari tabel ini dapat kita baca nilai 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 dari primal problem, yakni : 𝑥1 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡1 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥1 = 15 𝑥2 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥2 = 10 𝑥3 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡3 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤, sehingga 𝑥3 = 0 Nilai shoice variable dari primal ini kalau kita masukkan pada fungsi objective dari primal harus cocok = 540, yakni : 𝑍 = 16𝑥1 + 30𝑥2 + 36𝑥3 = 16 (5) + 30 (10) + 36 (0) = 540 𝑧 𝑚𝑖𝑛 = 𝑤 𝑚𝑎𝑥
  • 29. 28 Sifat-sifat primal dua penting untuk dipahami terutama pada saat kita membicarakan masalah analisis sensitivitas. Dengan menggunakan sifat-sifat ini kita dapat menentukan nilai variabel-variabel tertentu dengan cara yang sangat efisien. Ada empat sifat yang perlu diketahui, yaitu : Sifat 1 : Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel basis awal. Pada setiap iterasi solusi simpleks, baik primal maupun dual, koefisien fungsi tujuan variabel-variabel basis awalnya dapat dicari dengan cara : a. Mengalikan fungsi tujuan yang original dari variabel-variabel basis pada iterasi yang bersangkutan dengan matriks di bawah variabel basis awal pada iterasi yang bersangkutan. Koefisien ini biasa disebut simplex multiplier. b. Kurangi nilai-nilai simplex multiplier ini dengan fungsi tujuan yang original dari variabel-variabel basis awal. Sifat 2 : Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel nonbasis awal. Pada setiap iterasi dari persoalan primal, koefisien fungsi tujuannya dapat ditentukan dengan menyubstitusikan simplex multiplier pada variabel-variabel pembatas dari dual, kemudian mencari selisih antara ruas kiri dan ruas kanan dari pembatas dual tersebut. Sifat 3 : Menentukan nilai ruas kanan (solusi) dari variabel-variabel basis. Pada setiap iterasi, baik primal maupun dual, nilai ruas kanan (kolom solusi) variabel-variabel basis pada iterasi yang bersangkutan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
  • 30. 29 Sifat 4 : Menentukan koefisien pembatas. Pada setiap iterasi, baik primal maupun dual, koefisien pembatas dari setiap variabel dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : Contoh : Maksimumkan : 𝑍 = 4𝑥1 + 6𝑥2 + 2𝑥3 Berdasarkan pembatas : 4𝑥1 − 4𝑥2 ≤ 5 −𝑥1 + 6𝑥2 ≤ 5 −𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 ≤ 5 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3 ≥ 0 Salah satu iterasi dari persoalan di atas adalah sebagai berikut : Tentukanlah harga-harga a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, dan t dengan menggunakan sifat-sifat primal dual.
  • 31. 30 5. Degeneracy Suatu pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi jika satu atau lebih peubah dasarnya memiliki nilai nol. Untuk melihat bagaimana terjadinya degenerasi pemrograman linear, perhatikan perubahan nilai sisi sebelah kanan dari kendala waktu perakitan pada masalah PT. Maju Terus. Modifikasi linearnya diperlihatkan sebagai berikut: Maksimumkan Z = 50x1 + 40x2 Dengan kendala 3x1 + 5x2 ≤ 175 waktu perakitan x2 ≤ 20 monitor portable 8x1 + 5x2 ≤ 300 kapasitas gedung x1, x2 ≥ 0 tak negatif Tabel 2.7. Tabel simpleks setelah iterasi pertama Dasar CB x1 x2 S1 S2 S3 B 50 40 0 0 0 S1 0 0 25/8 1 0 -3/8 125/2 S2 0 0 1 0 1 0 20 x1 50 1 5/8 0 0 1/8 75/2 zj 50 250/8 0 0 0 1875 cj – zj 0 70/8 0 0 0 Entri dalam baris evaluasi bersih menunjukkan bahwa x2 harus memasuki dasar itu. Maka kita hitung rasio yang tepat untuk menentukan baris pivot, diperoleh: 1 12 2 22 3 32 125/ 2 75/ 2 / 20, / 20/1 20, / 60 25/8 5/8      b a b a b a , maka terlihat hubungan antara baris pertama dan kedua. Ini merupakan indikasi bahwa kita akan memiliki suatu degenerasi penyelesaian layak dasar pada iterasi berikutnya. Tabel 2.8. Tabel simpleks setelah iterasi berikutnya
  • 32. 31 Dasar CB x1 x2 S1 S2 S3 50 40 0 0 0 x2 40 0 1 8/25 0 -3/25 20 S2 0 0 0 -8/25 1 3/25 0 x1 50 1 0 -5/25 0 5/25 25 Zj 50 40 70/25 0 130/25 2050 cj – zj 0 0 -70/25 0 -130/25 Bilamana kita memiliki hubungan dalam rasio minimum /i ijb a , akan selalu ada peubah dasar yang sama dengan nol dalam tabel berikutnya. Oleh karena itu, kita tidak merekam endosikan untuk memperkenalkan langkah- langkah khusus ke dalam metode simpleks guna menghapus kemungkinan terjadinya degenerasi. Jika saat melakukan iterasi algoritma simpleks muncul suatu hubungan untuk rasio minimum /i ijb a , maka kita hanya merekomendasikan untuk memilih baris atas sebagai baris pivot.
  • 33. 32 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program linier programming digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan ataupun meminimalkan hasil yang didapat. 2. Saran Penulis menyadari tentang penyusunan makalah, tentu masih banyak kesalahan dan kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
  • 34. 33 DAFTAR PUSTAKA Fitriani. Metode Simpleks. UPI : Bandung Hartanto, Eko. Metode Simpleks Dan BIG-M. Universitas Indonesia : Jakarta Tim Dosen. Modul Program Linear . Universitas Negeri Medan : Medan Widasari, Dian. Metode Simpleks Dalam Program Linear. STMIK Triguna Dharma : Medan http://lambang.files.wordpress.com/2010/03/03_metode-simplex.pdf http://mathematica.aurino.com/wp-content/uploads/2008/10/simplex.pdf