Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan kompres hangat dalam menangani demam pada anak. Dibahas pula konsep dasar terapi kompres dan pedoman pemberian kompres panas dan dingin."
EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT PADA PENATALAKSANAAN DEMAM
1. TUGAS KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
Disusun Oleh
1. Lilis Rezi Retani (22020112130089)
2. Syafarina Nur Wahidah (22020112130090)
3. Fita Ardiani (22020112130092)
4. Milda Reina. H (22020112130094)
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Project
“Efektifitas Kompres Hangat Pada Penatalaksanaan Demam”
B. Latar Belakang
Demam adalah peningkatan suhu badan yang terjadi secara tidak normal dengan
ukuran minimal suhu rektal 380C. Demam sendiri merupakan tanda adanya masalah yang
menjadi penyebab, jadi jika seseorang demam maka ia tidak berpenyakit demam namun, ada
penyakit lain yang membuat klien tersebut terserang demam. Pada dasarnya demam
merupakan gangguan termoregulasi yang menyebabkan peningkatan produksi panas dan
penurunan pengeluaran panas. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan
keseriusan demam (mis. Anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 400C secara umum kurang
mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi lesu letargik dengan suhu 390C)
Demam mampu timbul dikarenakan gangguan pada hipotalamus, yang mungkin saja
terjadi dengan pengaruh infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media,
dan infeksi virus serta reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering menjadi
penyebab demam pada bayi. Sedangkan untuk kategori demam yang lebih serius antara lain
infeksi saluran kermih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, arthritis septic,
kangker, gangguan imunologik, keracunan dan overdosis obat, dan dehidrasi.
Cara menghilangkan panas dalam tubuh ada empat cara yakni radiasi, konduksi,
konveksi dan evaporasi. Cara radiasi adalah cara untuk menstransfer panas dari permukaan
suatu obyek yang lain tanpa kontak diantara keduannya. Jika suatu obyek lebih panas dari
obyek yang ain maka ia akan kehilangan panasnya melalui radiasi. Konduksi adalah
perpindahan panas dari satu molekul ke molekul yang lain. Panas dipindahkan ke molekul
yang lebih rendah dengan adanya kontak dari dua mlekul tersebut. Konveksi mampu terjadi
karena pergerakan udara sedangkan, evaporasi adalah kehilangan panas yang selama ini
terjadi terus-menerus melalui pergerakan udara. Yang terakhir adalah evaporasi yang mampu
terjadi sepanjang hidup karena kehilangan panasnya terjadi melalui proses pernapasan dan
perspirasi kulit.
Berdasarkan keterangan diatas kompres merupakan salah satu cara menghilangkan
panas dengan teknik konduksi. Kompres adalah metode pemeliharaan dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Dalam melakukan kompres ini mangfaat yang terjadi pada tubuh seorang
individu adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberikan rasa
hangat, nyaman, dan tenang pada klien, memperlancar pengeluaran eksudat, merangsang
peristaltic usus, menurunkan suhu tubuh, mencegah peradangan yang meluas mengurangi
kongesti dan lain sebagainya.
3. Berdasarkan penjelasan diatas maka bisa dikatakan maka kompres merupakan salah
satu teknik yang ampuh dalam menangani demam. Dan untuk penjelasannya lebih lanjut akan
diterangkan secara lebih jelas dalam buku tugas aman dan nyaman ini.
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat pada klien yang mengalami
demam
b. Untuk mengetahui teknik mengompres yang efektif
c. Untuk mengetahui keberhasilan suatu tindakan yang telah kita berikan kepada
klien
4. BAB II
ISI
A. Kasus
Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ke klinik oleh ibunya karena demam
yang sangat tinggi. Tubuh anak tersebut terlihat mengejang dan kulitnya terlihat kemerahan.
Ibu klien mengatakan klien mengalami gangguan tidur karena sering menangis pada malam
hari. Setelah dikaji suhu klien mencapai 39 0C Rr 29 kali /menit nadi klien 110/menit. Klien
juga mengeluh merasa tidak nyaman karena tubuhnya tersisa panas.
B. NCP
1. Analisa Data
Nama : An. P Ruang : -
Usia : 4 th No. RM : -
2. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : An. P Ruang : -
Usia : 4 th No. RM : -
Tanggal Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
Senin, 6
Mei 2013
Ds :
• Ibu klien
mengataka
n klien
mengalami
gangguan
tidur
karena
sering
menangis
pada
malam hari
• Klien
mengeluh
merasa
tidak
nyaman
karena
tubuhnya
terasa
panas.
Do :
• -
Gangguan rasa
nyaman
(00214)
Gejala terkait
penyakit
Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan gejala
penyakit terkait
Senin, 6
Mei 2013
Ds :
• Klien
mengeluh
merasa
tidak
nyaman
karena
tubuhnya
terasa
panas
Do :
• Tubuh
anak ini
terlihat
mengejang
dan
kulitnya
terlihat
kemerahan
Hipertermia
(00007)
Penyakit Hipertermia
berhubungan
dengan penyakit
5. Tangga
l
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan atau kriteria
hasil
Intervensi Tanda
tangan
Senin,
6 Mei
2013
Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan gejala
penyakit terkait
Setelah dilakukan
proses keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan gangguan
rasa nyaman pada
pasien hilang atau
berkurang dengan
kriteria hasil :
• klien dapat tidur
dengan nyenyak
• klien tidak
menangis pada
malam hari
• klien sudah
tidak mengeluh
lagi karena
tubuhnya sudah
tidak panas lagi
Management
kenyamanan (6482)
• Lakukan
pengompresan
pada dahi, leher
dan ketiak
• Lakukan teknik
relaksasi pada
klien misalnya
dengan
melakukan
nafas dalam dan
teknik healing
touch
• Ciptakan
ketenangan dan
lingkungan
yang
mendukung.
• Posisikan
pasien pada
posisi yang
nyaman
Kel 3
Senin,
6 Mei
2013
Hipertermia
berhubungan
dengan penyakit
Setelah dilakukan
proses keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan hipertermia
pada pasien hilang atau
berkurang dengan
kriteria hasil :
Perlakuan paparan panas
(3780)
• melonggarkan
atau membuka
pakaian jika
memungkinkan
• Mengompres
permukaan tubuh
Kel 3
6. • Tubuh klien
tidak menggigil
• kemerahan pada
kulit klien
menghilang
atau berkurang
• suhu klien
mencapai 36,5
0C pernapasan
20 kali /menit
nadi klien
90/menit dan
klien merasa
nyaman
klien seperti pada
dahi, leher dan
ketiak dan bila
perlu bisa
ditambah dengan
mengipasi tubuh
klien
• memberikan
cairan kaya
elektrolit
• memantau
tingkat kesadaran
klien
• Monitor suhu
tubuh inti klien
dengan
mengukur suhu
tubuh pada rektal
3. Implementasi
Nama : An. P Ruang : -
Umur : 4 th No. RM : -
7. 4. Evaluasi
Nama : An. P Ruang : -
Usia : 4 th No. RM : -
Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Respon Tanda
Tangan
Senin, 6
Mei 2013
Gangguan rasa
nyaman
berhubungan dengan
gejala penyakit
terkait
Management kenyamanan
(6482)
• Melakukan
pengompresan pada
dahi, leher dan ketiak
• Melakukan teknik
relaksasi pada klien
misalnya dengan
melakukan nafas
dalam dan teknik
healing touch
• Menciptakan
ketenangan dan
lingkungan yang
mendukung.
• Memposisikan pasien
pada posisi yang
nyaman
S: ibu klien
mengatakan klien
sudah tidak
menangis lagi
O: suhu tubuh
pasien menurun
menjadi 36,5 0C
S: pasien
mengatakan merasa
lebih tenang
O: pasien terlihat
lebih santai
S: pasien
mengatakan lebih
merasa nyaman
O: pasien mampu
tidur dengan tenang
S: -
O: pasien terlihat
santai, tidak ada
ekspresi tertekan
dan mampu tertidur
dengan tenang
Kel 3
Senin, 6
Mei 2013
Hipertermia
berhubungan dengan
penyakit
Perlakuan paparan panas
(3780)
• Melonggarkan atau
membuka pakaian jika
memungkinkan
• Mengompres
permukaan tubuh klien
seperti pada dahi, leher
dan ketiak dan bila
perlu bisa ditambah
dengan mengipasi
tubuh klien
• Memberikan cairan
kaya elektrolit
S:pasien
mengatakan
badannya sudah
tidak terasa panas
lagi
O: klien terlihat
nyaman
S: ibu klien
mengatakan klien
sudah tidak
mengalami kejang
O: kemerahan pada
kulit klien sudah
menghilang, nadi
klien 90 x/menit
dan Rr 24x / menit
S: pasien
mengatakan tidak
Kel 3
8. Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Tanda Tangan
Senin, 6 Mei
2013
1 S: ibu klien
mengatakan klien
dapat tidur nyenyak.
O: Klien tidak
menangis lagi pada
waktu malam hari
A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi 2,3, dan 4
Kel.3
Senin, 6 Mei
2013
2 S : Ibu klien
mengatakan klien
sudah tidak
mengalami kejang
lagi
O: kemerahan pada
kulit klien sudah
menghilang
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi 3 dan 5
Kel.3
C. Konsep Dasar Terapi
Kompres panas dan dingin pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan
pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya. Kompres
dingin pada bagian tubuh akan menyerap panas dari area tersebut; kompres panas, tentu saja
akan menghangatkan area tubuh tersebut. Kompres panas atau dingin menghasilkan
perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler,area
permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan. Durasi
kompres juga mempengaruhi respons.
Kompres panas dan dingin pada tubuh dapat berbentuk kering dan basah. Kompres
panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan menggunakan
9. botol air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas
disposabel. Kompres panas basah dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres
kasa, kemasan pemanas, berendam, atau mandi. Kompres dingin kering diberikan untuk
mendapat efek lokal dengan menggunakan kantong es, kolar es, sarung tangan es, dan
kemasan pendingin disposabel. Kompres basah dingin diberikan pada bagian tubuh untuk
memberi efek lokal; mandi spons hangat diberikan untuk efek pendinginan sistemik.
Kompres dingin seringkali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara
mengkonstriksi pembuluh darah; meredakan inflamasi dengan vasokontriksi; dan meredakan
nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja
sebagai counterirritant.
Pedoman Kompres Panas dan dingin
Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek sistemik,
toleransi terhadap panas dan dingin, dan kontraindikasi merupakan hal yang penting ketika
memberikan kompres panas dan dingin
Adaptasi Reseptor Termal
Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor dingin terpajan
suhu yang tiba-tiba rendah atau ketika reseptor hangat terpajan suhu yang tiba-tiba tinggi,
pada awalnya reseptor terstimulasi dengan kuat. Stimulasi yang kuat ini menurun dengan
cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi lebih lambat selama setengah
jam berikutnya atau lebih karena reseptor beradaptasi terhadap suhu yang baru.
Perawat perlu memahami respon adaptif ini ketika memberikan kompres panas dan
dingin. Klien mungkin ingin mengubah suhu pada kompres tersebut karena adanya perubahan
sensasi termal setelah adaptasi. Meningkatkan suhu kompres panas setelah adaptasi terjadi
dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Menurunkan suhu kompres dingin dapat
menyebabkan nyeri dan gangguan sirkulasi yang serius pada bagian tubuh.
Fenomena Rebound
Fenomena rebound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres panas
atau dingin telah dicapai dan kemudian efek yang berlawanan terjadi. Misalnya, panas
menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20-30 menit; melanjutkan kompres melebihi 30-
45 menit akan mengakibatkan kongesti jaringan, dan pembulluh darah kemudian
berkonstriksi dengan alasan yang tidak diketahui. Apabila kompres panas terus dilanjutkan,
10. klien beresiko mengalami luka bakar, karena pembuluh darah yang berkonstriksi tidak
mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah.
Pada kompres dingin, vasokonstriksi maksimum terjadi ketika kulit yang dikompres
mencapai suhu 15oC. Dibawah suhu 15oC, vasodilatasi dimulai. Mekanisme ini bersifat
protektif: vasodilatasi membantu mencegah pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpajan
dingin, seperti hidung dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang
berjalan di musim dingin. Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang
penting bagi perawat. Kompres harus dihentikan sebelum fenomena rebound terjadi.
Efek Sistemik
Kompres panas diberikan pada area tubuh yang luas, dapat meningkatkan curah
jantung dan ventilasi paru. Peningkatan tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yang
berlebihan, yang mengalihkan sejumlah besar suplai darah dari organ dalam dan
menghasilkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah yang signifikan dapat
menyebabkan klien pingsan. Klien yang memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki
gangguang sirkulasi seperti arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini
dibandingkan orang sehat.
Kompres dingin yang berlebihan (seperti ketika klien ditempatkan dalam selimut
pendingin) dan vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien meningkat, karena
darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah internal. Pengalihan darah ini –
respons protektif normal terhadap rasa dingin yang panjang- adalah upaya tubuh untuk
mempertahankan suhu inti. Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang
berkepanjangan, adalah respons normal karena tubuh berupaya untuk menghangatkan
dirinya.
D. Tahapan-tahapan Intervensi
a. Persiapan
Menyiapkan alat-alat kompres seperti:
• 1 waskom
• 2 waslab
11. • 1 termometer cairan
• Air hangat
• Selimut mandi
b. Pelaksanaan
• Siapkan alat-alat kompres
• Cek temperatur cairan
• Jaga privasi klien
• Cuci tangan
• Lepaskan pakaian klien dan gunakan selimut mandi
• Celupkan waslap yang akan digunakan ke dalam cairan dengan suhu 21o –
27oC
• Keringkan dengan memeras dan letakkan kain pada daerah yang
diinginkan ( dahi, leher, kedua ketiak dan kedua lipatan paha)
• Ganti kain setelah lima menit
• Cuci tangan
• Dokumentasi hasil tindakan
c. Evaluasi
S : ibu klien mengatakan tubuh klien sudah tidak panas lagi dan klien sudah
tidak menangis lagi.
O : klien tampak lebih nyaman dan suhu klien setelah diukur menjadi 36,5oC
A : masalah teratasi sebagian
P : lakukan pemantauan suhu tubuh klien agar tetap dalam suhu normal
E. Dampak fisiologis intervensi keperawatan terhadap pemenuhan aman dan nyaman
Setelah dilakukan intervensi kompres hangat pada klien yang demam klien
mengalami beberapa perubahan secar fisiologis yaitu:
a. Panas pada tubuh klien turun menjadi 36,5oC
b. Klien sudah tidak kejang lagi
c. Kulit klien sudah tidak kemerahan lagi
d. Terjadi vasodilatasi pada klien
e. Meningkatnya permeabilitas kapiler
f. Otot-ototnya mengalami relaksasi
12. g. Mengurangi kekakuan sendi pada klien
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemakaiankompres dingin
efektif untuk mengatasi hipertermia, karena dapat menurunkan temperature kulit dengan
cepat. Akan tetapi tidak efektif untuk mengatasi demam karena memicu terjadinya
vasokonstriksi dan shivering. Sedangkan pemakaian kompres hangat efektif untuk mengatasi
demam memicu vasodilatasi yang dapat meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Pemakaian
kompres hangat dianjurkan sebagai terapi kombinasi dengan antipiretik untuk membantu
menurunkan temperature tubuh.
13. LAMPIRAN
Tahapan-tahapan Intervensi
d. Persiapan
Menyiapkan alat-alat kompres seperti:
• 1 waskom
• 2 waslab
• 1 termometer cairan
• Air hangat
• Selimut mandi
e. Pelaksanaan
• Siapkan alat-alat kompres
• Cek temperatur cairan
• Jaga privasi klien
• Cuci tangan
• Lepaskan pakaian klien dan gunakan selimut mandi
• Celupkan waslap yang akan digunakan ke dalam cairan dengan suhu 21o –
27oC
• Keringkan dengan memeras dan letakkan kain pada daerah yang
diinginkan ( dahi, leher, kedua ketiak dan kedua lipatan paha)
• Ganti kain setelah lima menit
• Cuci tangan
• Dokumentasi hasil tindakan
14. f. Evaluasi
S : ibu klien mengatakan tubuh klien sudah tidak panas lagi dan klien sudah
tidak menangis lagi.
O : klien tampak lebih nyaman dan suhu klien setelah diukur menjadi 36,5oC
A : masalah teratasi sebagian
P : lakukan pemantauan suhu tubuh klien agar tetap dalam suhu normal
E. Dampak fisiologis intervensi keperawatan terhadap pemenuhan aman dan nyaman
Setelah dilakukan intervensi kompres hangat pada klien yang demam klien
mengalami beberapa perubahan secar fisiologis yaitu:
a. Panas pada tubuh klien turun menjadi 36,5oC
b. Klien sudah tidak kejang lagi
c. Kulit klien sudah tidak kemerahan lagi
d. Terjadi vasodilatasi pada klien
e. Meningkatnya permeabilitas kapiler
f. Otot-ototnya mengalami relaksasi
g. Mengurangi kekakuan sendi pada klien