SlideShare a Scribd company logo
LEPRA
Pembimbing :
Dr. Leny Indriani Lubis, Sp Dv
Pendahuluan
Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu
penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
M. leprae yang bersifat intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu
kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian
atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.
Epidemiologi
Lepra dapat terjadi dimanapun seperti di
Asia, Afrika, Amerika latin, daerah tropis dan
subtropis serta masyarakat dengan
sosioekonomi yang rendah. Tingkat
endemisitaspenyakitlepraterjadi di 15
negaradengan 83% ditemukan di India,
Brazil, danBirmania.
Etiologi
Penyebab lepra adalah Mycobacterium
leprae, basil tahan asam, gram positif.
Penularan terjadi melalui inhalasi atau
kontak langsung antar kulit dalam waktu
yang lama dengan penderita.
Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun, rata-rata
3-5 tahun.
patogenesis
Klasifikasi
• Menurut WHO pada 1981, lepra dibagi menjadi dua tipe yaitu
tipe Multibasilar (MB) dan tipe Pausibasilar (PB).
• 1) Lepra tipe PB ditemukan pada seseorang dengan SIS baik.
Pada tipe ini berarti mengandung sedikit kuman yaitu tipe
tuberculoid (TT), tipe Borderline tuberculoid (BT) dan tipe
indeterminan (I). Pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan Indeks
Bakteri (IB) kurang dari 2+.
• 2) Lepra tipe MB ditemukan pada seseorang dengan SIS yang
rendah. Pada tipe ini berarti bahwa mengandung banyak
kuman yaitu tipe lepromatosa (LL), tipe borderline
lepromatosa (BL) dan tipe mid borderline (BB). Pada klasifikasi
Ridley- Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+.
Manifestasi Klinis
Karakteristik klinis kerusakan saraf tepi:
1) Pada tipe tuberculoid yaitu awitan dini
berkembang dengan cepat, saraf yang
terlibat terbatas (sesuai jumlah lesi), dan
terjadi penebalan saraf yang
menyebabkan gangguan motorik,
sensorik dan otonom.
2) Pada tipe lepromatosa yaitu terjadi kerusakan
saraf tersebar, perlahan tetapi progresif, beberapa
tahun kemudian terjadi hipoestesi (bagian-bagian
dingin pada tubuh), simetris pada tangan dan kaki
yang disebutglove dan stocking anaesthesia terjadi
penebalan saraf menyebabkan gangguan motorik,
sensorik dan otonom dan ada keadaan akut apabila
terjadi reaksi tipe 2.
3) Tipe borderline merupakan campuran dari kedua
tipe (tipe tuberculoid dan tipe lepromatosa)
Gambaran klinis, bakteriologisdan imunologis
lepra tipe MB
Gambaran klinis, bakteriologis dan
imunologis lepra tipe PB
Reaksi Lepra
tanda-tanda terjadinya reaksi lepra
1) Pada kulit: peradangan bercak kulit
2) Pada saraf: rasa sakit atau nyeri tekan
pada saraf, timbul kehilangan rasa raba baru
dan timbul kelemahan otot baru
3) Pada mata: rasa sakit atau kemerahan
pada mata, timbul penurunan daya
penglihatan yang baru, timbul kelemahan
otot-otot penutup mata yang baru
Deformitas atau Kecacatan
Deformitas atau kecacatan lepra sesuai dengan
patofisiologinya, dapat dibagi menjadi deformitas
primer dan sekunder. Deformitas primer terjadi
sebagai akibat langsung oleh granuloma yang
terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae yang
mendesak dan merusak jaringan disekitarnya yaitu
kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang-
tulang jari dan wajah. Deformitas sekunder terjadi
sebagai akibat adanya deformitas primer terutama
kerusakan saraf (sensorik, motorik dan otonom)
antara lain kontraktur sendi, mutilasi tangan dan
kaki
Gejala kerusakan saraf
• Nervus Ulnaris akan terjadi anestesia pada ujung
jari anterior kelingking dan jari manis, clawing
kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan
otot interoseus serta kedua otot lubrikalis
medial.
• Nervus Medianus terjadi anestesia pada ujung
jari sebagian anterior ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah, tidak mampu aduksi ibu jari, clawing
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, ibu jari
kontraktur dan atrofi otot tenar dan kedua otot
lubrikalis lateral.
• Nervus Radialis terjadi anestesia dorsum manus,
serta ujung proksimal jari telunjuk, tangan
gantung (wrist drop), dan tidak mampu ekstensi
jari-jari atau pergelangan tangn.
• Nervus Poplitea laterallis dapat terjadi anestesia
tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis,
kaki gantung (foot drop), dan kelemahan otot
peroneus.
• Nervus Tibialis posterior terjadi anestesia
telapak kaki, claw toes, dan paralisis otot
intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis.
• Nervus Fasialis yaitu cabang temporal dan
zigomatik menyebabkan lagoftalmus,
cabang bukal, mandibular dan servikal
menyebabkan kehilangan ekspresi wajah
dan kegagalan mengatubkan bibir.
•Nervus Trigeminus terjadi anestesia
kulit wajah, kornea dan konjungtiva
mata, atrofi otot tenar dan kedua otot
lubrikalis lateral.
Pemeriksaan Tambahan
• Pemeriksaan rasa raba pada lesi
• Pemeriksaan saraf tepi
• Bakterioskopik
• Pemeriksaan histopatologi
• Pemeriksaan serologi : Uji MLPA
(Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination), Uji ELISA, ML dipstick, ML
Flow test
Diagnosis Banding
•Lesi Makular: Vitiligo, Pitiriasis
Vesikolor, pitiriasis Alba
•Lesi Meninggi: granuloma annulare,
psoriasis
•Lesi Noduler: Penyakit Von
Recklinghausen
Penatalaksanaan
• MDT untuk lepra tipe MB Pada dewasa
diberikan selama 12 bulan yaitu rifampisin 600
mg setiap bulan, klofamizin 300 mg setiap bulan
dan 50 mg setiap hari, dan dapsone 100 mg
setiap hari. Sedangkan pada anak-anak,
diberikan selama 12 bulan dengan kombinasi
rifampisin 450 mg setiap bulan, klofamizin 150
mg setiap bulan dan 50 mg setiap hari, serta
dapsone 50 mg setiap hari.
• MDT untuk lepra tipe PB Pada dewasa diberikan selama 6
bulan dengan kombinasi rifampisin 600 mg setiap bulan
dan dapsone 100 mg setiap bulan. Pada anak-anak
diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi rifampisin
450 mg setiap bulan dan dapsone 50 mg setiap bulan.19
Sedangkan pada anak-anak dengan usia dibawah 10
tahun, diberikan kombinasi rifampisin 10 mg/kg berat
badan setiap bulan, klofamizin 1 mg/kg berat badan
diberikan pada pergantian hari, tergantung dosis, dan
dapsone 2 mg/kg berat badan setiap hari
Prognosis
Penyembuhan dari gangguan neurologis
jarang terjadi, namun lesi kulit bisa hilang
dalam 1 tahun pertama tatalaksana.
Hipopigmentasi dan luka pada kulit biasanya
akan tetap meninggalkan bekas.

More Related Content

What's hot

ovarium dan hormon gonadotropin
ovarium dan hormon gonadotropinovarium dan hormon gonadotropin
ovarium dan hormon gonadotropin
Aida Ramadhian
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
Irna Wati
 
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptxTonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
uriyuri
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
Syscha Lumempouw
 
REVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTAREVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTA
zara larasati
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
Elissa Lisencia
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
fikri asyura
 
Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Ai Nurhasanah
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
Semiani Satsuki
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
Fransiska Oktafiani
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilan
Sofie Krisnadi
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
peternugraha
 
penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
 penggunaan asam salisilat dalam dermatologi   penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
SK Sulistyaningrum
 
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTIONCUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
Brenda Panjaitan
 
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan PretermKetuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Pretermyoungdoctorsnote
 
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi KulitAnatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Hafiz Sulistio Utomo
 
pbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhatipbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhati
Ai Coryde
 

What's hot (20)

ovarium dan hormon gonadotropin
ovarium dan hormon gonadotropinovarium dan hormon gonadotropin
ovarium dan hormon gonadotropin
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptxTonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
REVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTAREVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTA
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
 
Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilan
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
 
penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
 penggunaan asam salisilat dalam dermatologi   penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
penggunaan asam salisilat dalam dermatologi
 
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTIONCUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
 
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan PretermKetuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
 
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi KulitAnatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi Kulit
 
pbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhatipbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhati
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 

Similar to LEPRA.pptx

asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
KEPKNHM
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
TeguhPanca1
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
AloisiaDysi2
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
ariSatya2
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Lepra osce
Lepra osceLepra osce
Lepra osce
Nova Sari
 
Bab ii
Bab iiBab ii
200696771-Leaflet-Kusta.docx
200696771-Leaflet-Kusta.docx200696771-Leaflet-Kusta.docx
200696771-Leaflet-Kusta.docx
Bagus951886
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
fannydestiara
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
ZaidHidayah
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
Awe Wardani
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
Rachel Chiciod Chiciod
 
alat indera manusia
alat indera manusiaalat indera manusia
alat indera manusia
Putri Larasantang
 
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptxKASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
IndriHusain2
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
Dimas Setiaji
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
DionPHutasoit
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
Septian Muna Barakati
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
AsharEmong
 

Similar to LEPRA.pptx (20)

asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Lepra osce
Lepra osceLepra osce
Lepra osce
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Askep kusta
Askep kustaAskep kusta
Askep kusta
 
200696771-Leaflet-Kusta.docx
200696771-Leaflet-Kusta.docx200696771-Leaflet-Kusta.docx
200696771-Leaflet-Kusta.docx
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
 
alat indera manusia
alat indera manusiaalat indera manusia
alat indera manusia
 
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptxKASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
 

Recently uploaded

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 

Recently uploaded (20)

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 

LEPRA.pptx

  • 1. LEPRA Pembimbing : Dr. Leny Indriani Lubis, Sp Dv
  • 2. Pendahuluan Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh M. leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
  • 3. Epidemiologi Lepra dapat terjadi dimanapun seperti di Asia, Afrika, Amerika latin, daerah tropis dan subtropis serta masyarakat dengan sosioekonomi yang rendah. Tingkat endemisitaspenyakitlepraterjadi di 15 negaradengan 83% ditemukan di India, Brazil, danBirmania.
  • 4. Etiologi Penyebab lepra adalah Mycobacterium leprae, basil tahan asam, gram positif. Penularan terjadi melalui inhalasi atau kontak langsung antar kulit dalam waktu yang lama dengan penderita. Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun, rata-rata 3-5 tahun.
  • 6. Klasifikasi • Menurut WHO pada 1981, lepra dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe Multibasilar (MB) dan tipe Pausibasilar (PB). • 1) Lepra tipe PB ditemukan pada seseorang dengan SIS baik. Pada tipe ini berarti mengandung sedikit kuman yaitu tipe tuberculoid (TT), tipe Borderline tuberculoid (BT) dan tipe indeterminan (I). Pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) kurang dari 2+. • 2) Lepra tipe MB ditemukan pada seseorang dengan SIS yang rendah. Pada tipe ini berarti bahwa mengandung banyak kuman yaitu tipe lepromatosa (LL), tipe borderline lepromatosa (BL) dan tipe mid borderline (BB). Pada klasifikasi Ridley- Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+.
  • 7. Manifestasi Klinis Karakteristik klinis kerusakan saraf tepi: 1) Pada tipe tuberculoid yaitu awitan dini berkembang dengan cepat, saraf yang terlibat terbatas (sesuai jumlah lesi), dan terjadi penebalan saraf yang menyebabkan gangguan motorik, sensorik dan otonom.
  • 8. 2) Pada tipe lepromatosa yaitu terjadi kerusakan saraf tersebar, perlahan tetapi progresif, beberapa tahun kemudian terjadi hipoestesi (bagian-bagian dingin pada tubuh), simetris pada tangan dan kaki yang disebutglove dan stocking anaesthesia terjadi penebalan saraf menyebabkan gangguan motorik, sensorik dan otonom dan ada keadaan akut apabila terjadi reaksi tipe 2. 3) Tipe borderline merupakan campuran dari kedua tipe (tipe tuberculoid dan tipe lepromatosa)
  • 9. Gambaran klinis, bakteriologisdan imunologis lepra tipe MB
  • 10. Gambaran klinis, bakteriologis dan imunologis lepra tipe PB
  • 11. Reaksi Lepra tanda-tanda terjadinya reaksi lepra 1) Pada kulit: peradangan bercak kulit 2) Pada saraf: rasa sakit atau nyeri tekan pada saraf, timbul kehilangan rasa raba baru dan timbul kelemahan otot baru 3) Pada mata: rasa sakit atau kemerahan pada mata, timbul penurunan daya penglihatan yang baru, timbul kelemahan otot-otot penutup mata yang baru
  • 12.
  • 13.
  • 14. Deformitas atau Kecacatan Deformitas atau kecacatan lepra sesuai dengan patofisiologinya, dapat dibagi menjadi deformitas primer dan sekunder. Deformitas primer terjadi sebagai akibat langsung oleh granuloma yang terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae yang mendesak dan merusak jaringan disekitarnya yaitu kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang- tulang jari dan wajah. Deformitas sekunder terjadi sebagai akibat adanya deformitas primer terutama kerusakan saraf (sensorik, motorik dan otonom) antara lain kontraktur sendi, mutilasi tangan dan kaki
  • 15. Gejala kerusakan saraf • Nervus Ulnaris akan terjadi anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis, clawing kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lubrikalis medial. • Nervus Medianus terjadi anestesia pada ujung jari sebagian anterior ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, ibu jari kontraktur dan atrofi otot tenar dan kedua otot lubrikalis lateral.
  • 16. • Nervus Radialis terjadi anestesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk, tangan gantung (wrist drop), dan tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangn. • Nervus Poplitea laterallis dapat terjadi anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis, kaki gantung (foot drop), dan kelemahan otot peroneus.
  • 17. • Nervus Tibialis posterior terjadi anestesia telapak kaki, claw toes, dan paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis. • Nervus Fasialis yaitu cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus, cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatubkan bibir.
  • 18. •Nervus Trigeminus terjadi anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata, atrofi otot tenar dan kedua otot lubrikalis lateral.
  • 19. Pemeriksaan Tambahan • Pemeriksaan rasa raba pada lesi • Pemeriksaan saraf tepi • Bakterioskopik • Pemeriksaan histopatologi • Pemeriksaan serologi : Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), Uji ELISA, ML dipstick, ML Flow test
  • 20. Diagnosis Banding •Lesi Makular: Vitiligo, Pitiriasis Vesikolor, pitiriasis Alba •Lesi Meninggi: granuloma annulare, psoriasis •Lesi Noduler: Penyakit Von Recklinghausen
  • 21. Penatalaksanaan • MDT untuk lepra tipe MB Pada dewasa diberikan selama 12 bulan yaitu rifampisin 600 mg setiap bulan, klofamizin 300 mg setiap bulan dan 50 mg setiap hari, dan dapsone 100 mg setiap hari. Sedangkan pada anak-anak, diberikan selama 12 bulan dengan kombinasi rifampisin 450 mg setiap bulan, klofamizin 150 mg setiap bulan dan 50 mg setiap hari, serta dapsone 50 mg setiap hari.
  • 22. • MDT untuk lepra tipe PB Pada dewasa diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi rifampisin 600 mg setiap bulan dan dapsone 100 mg setiap bulan. Pada anak-anak diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi rifampisin 450 mg setiap bulan dan dapsone 50 mg setiap bulan.19 Sedangkan pada anak-anak dengan usia dibawah 10 tahun, diberikan kombinasi rifampisin 10 mg/kg berat badan setiap bulan, klofamizin 1 mg/kg berat badan diberikan pada pergantian hari, tergantung dosis, dan dapsone 2 mg/kg berat badan setiap hari
  • 23. Prognosis Penyembuhan dari gangguan neurologis jarang terjadi, namun lesi kulit bisa hilang dalam 1 tahun pertama tatalaksana. Hipopigmentasi dan luka pada kulit biasanya akan tetap meninggalkan bekas.