Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang saraf perifer, kulit, dan saluran pernapasan atas. Terjadi di daerah tropis dan subtropis serta masyarakat berpendapatan rendah. Terdiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan bakteriologis serta ditatalaksanakan dengan MDT.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Patologi dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi tubuhFaris Andrianto
Dokumen ini membahas tentang patogenesis dan manifestasi klinik berbagai kelainan struktur dan fungsi tubuh seperti lesi, metastasis, nyeri, demam, dan mual. Faktor-faktor seperti situs tumor asli, interleukin, dan kerusakan sistem saraf pengatur suhu dapat mempengaruhi timbulnya gejala klinis tersebut.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Patologi dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi tubuhFaris Andrianto
Dokumen ini membahas tentang patogenesis dan manifestasi klinik berbagai kelainan struktur dan fungsi tubuh seperti lesi, metastasis, nyeri, demam, dan mual. Faktor-faktor seperti situs tumor asli, interleukin, dan kerusakan sistem saraf pengatur suhu dapat mempengaruhi timbulnya gejala klinis tersebut.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan fisiologi ovarium serta hormon gonadotropin yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Ovarium memproduksi estrogen yang memengaruhi hipotalamus untuk memproduksi GnRH, yang kemudian merangsang hipofisis untuk memproduksi FSH dan LH untuk membantu perkembangan folikel dan ovulasi. Folikel de Graaf kemudian berubah menjadi korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Polip hidung adalah massa lunak yang terbentuk akibat inflamasi kronik di rongga hidung. Polip hidung umumnya disebabkan oleh rinitis alergi atau penyakit atopi. Gejalanya berupa hidung tersumbat, rinorea, dan gangguan penciuman. Pemeriksaan menunjukkan massa berwarna pucat yang mudah digerakan di dalam hidung. Penatalaksanaannya meliputi kortikosteroid topikal atau sistemik, serta operasi jika kondis
Tonsilitis difteri adalah infeksi saluran napas akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang membentuk membran putih pada tonsil yang dapat menyebabkan obstruksi napas. Diagnosa difteri ditegakkan dengan menemukan membran pada tonsil disertai gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara pengobatan berupa antitoksin, antibiotik, dan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi serius seperti gagal napas dan jantung.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis lesi primer dan sekunder pada kulit, termasuk definisi, ciri-ciri, dan contohnya. Jenis lesi primer meliputi makula, papula, pustula, plak, nodus, kista, urtikaria, vesikel, dan bula. Sedangkan jenis lesi sekunder antara lain erosi, ekskoriasi, fisura, atrofi, ulkus, scar, skuama, dan krusta. Dokumen ini juga
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Infeksi saluran kemih pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan janin. Faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih meliputi riwayat infeksi sebelumnya, diabetes melitus, dan imunosupresi. Gejala infeksi saluran kemih berkisar dari nyeri saat buang air kecil hingga demam dan nyeri pinggang yang menandakan infeksi sudah menyebar ke ginjal. Diagnosis didasarkan pada pemerik
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
1. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal selama lebih dari 2000 tahun dengan berbagai manfaat seperti efek keratolitik, anti-inflamasi, dan fungistatik.
2. Asam salisilat digunakan dalam terapi berbagai kondisi kulit seperti psoriasis, dermatitis seboroik, iktiosis, hiperkeratosis, kalus, dan veruka.
3. Meskipun umumnya aman, asam salisilat d
1. Kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis berisi sel-sel mati yang melindungi tubuh, sementara dermis berisi pembuluh darah, otot, dan kelenjar. Subkutan berisi jaringan lemak.
2. Kulit memiliki fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, termoregulasi, dan pembentukan vitamin D. Fungsi proteksi dilakukan oleh lapisan epidermis dan pigmen, sementara ekskresi dilak
Wanita berusia 17 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati selama 3 hari disertai mual dan muntah terutama setelah makan. Ia rutin mengonsumsi obat anti nyeri untuk mengurangi sakit haid. Diagnosa banding meliputi gastritis, ulkus lambung, ulkus duodenum, dan varises esofagus.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan fisiologi ovarium serta hormon gonadotropin yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Ovarium memproduksi estrogen yang memengaruhi hipotalamus untuk memproduksi GnRH, yang kemudian merangsang hipofisis untuk memproduksi FSH dan LH untuk membantu perkembangan folikel dan ovulasi. Folikel de Graaf kemudian berubah menjadi korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Polip hidung adalah massa lunak yang terbentuk akibat inflamasi kronik di rongga hidung. Polip hidung umumnya disebabkan oleh rinitis alergi atau penyakit atopi. Gejalanya berupa hidung tersumbat, rinorea, dan gangguan penciuman. Pemeriksaan menunjukkan massa berwarna pucat yang mudah digerakan di dalam hidung. Penatalaksanaannya meliputi kortikosteroid topikal atau sistemik, serta operasi jika kondis
Tonsilitis difteri adalah infeksi saluran napas akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang membentuk membran putih pada tonsil yang dapat menyebabkan obstruksi napas. Diagnosa difteri ditegakkan dengan menemukan membran pada tonsil disertai gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara pengobatan berupa antitoksin, antibiotik, dan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi serius seperti gagal napas dan jantung.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis lesi primer dan sekunder pada kulit, termasuk definisi, ciri-ciri, dan contohnya. Jenis lesi primer meliputi makula, papula, pustula, plak, nodus, kista, urtikaria, vesikel, dan bula. Sedangkan jenis lesi sekunder antara lain erosi, ekskoriasi, fisura, atrofi, ulkus, scar, skuama, dan krusta. Dokumen ini juga
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Infeksi saluran kemih pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan janin. Faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih meliputi riwayat infeksi sebelumnya, diabetes melitus, dan imunosupresi. Gejala infeksi saluran kemih berkisar dari nyeri saat buang air kecil hingga demam dan nyeri pinggang yang menandakan infeksi sudah menyebar ke ginjal. Diagnosis didasarkan pada pemerik
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
1. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal selama lebih dari 2000 tahun dengan berbagai manfaat seperti efek keratolitik, anti-inflamasi, dan fungistatik.
2. Asam salisilat digunakan dalam terapi berbagai kondisi kulit seperti psoriasis, dermatitis seboroik, iktiosis, hiperkeratosis, kalus, dan veruka.
3. Meskipun umumnya aman, asam salisilat d
1. Kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis berisi sel-sel mati yang melindungi tubuh, sementara dermis berisi pembuluh darah, otot, dan kelenjar. Subkutan berisi jaringan lemak.
2. Kulit memiliki fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, termoregulasi, dan pembentukan vitamin D. Fungsi proteksi dilakukan oleh lapisan epidermis dan pigmen, sementara ekskresi dilak
Wanita berusia 17 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati selama 3 hari disertai mual dan muntah terutama setelah makan. Ia rutin mengonsumsi obat anti nyeri untuk mengurangi sakit haid. Diagnosa banding meliputi gastritis, ulkus lambung, ulkus duodenum, dan varises esofagus.
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang saraf dan kulit. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara termasuk Indonesia. Kusta dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis dan deformitas yang berdampak luas pada aspek sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Tanda-tanda klinisnya bervariasi antara lain bercak kulit, kehilangan sensasi, dan kerusakan saraf perifer bergantung pada tipe penyakitnya. Penularannya diperkirakan melalui kontak dengan sekret hidung penderita meskipun mekanismenya masih belum jelas.
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan pustaka penyakit kusta, meliputi definisi, etiologi, epidemiologi, kecacatan, dan patofisiologi penyakit kusta. Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf perifer dan kulit, menimbulkan berbagai kecacatan seperti kelumpuhan saraf dan luka. Penularannya diperkirakan melalui kontak langsung atau droplet dari penderita multibac
Dokumen tersebut merangkum berbagai aspek penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium seperti tuberkulosis kulit, penyakit Buruli, dan penyakit Hansen. Jenis penyakit dan gejalanya dijelaskan beserta pemeriksaan diagnostik dan tatalaksananya.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis infeksi kulit, baik yang disebabkan bakteri maupun virus. Termasuk di dalamnya adalah pioderma yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus, serta infeksi non-pioderma seperti kusta, varicella, dan herpes zoster. Diberikan pula penjelasan mengenai gejala, patogenesis, dan penatalaksanaan masing-masing kondisi tersebut.
Indonesia menduduki angka prevalensi 3 berpenyakit lepra di dunia. dan jawa timur adalah provinsi penyumbang terbanyak nomer pertama di Indonesia. Maka pengetahuan tentang lepra kini dibutuhkan sebagai usaha preventif pendistribusian penyakit.
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala klinis seperti bercak dan kelainan pada kulit serta gangguan saraf yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Pengobatan yang tepat dapat memutus mata rantai penularan sekaligus mencegah terjadinya cacat pada pasien.
Berikut adalah patofisiologi Morbus Hansen:
1. Masa tunas (incubation period): Bakteri masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak di dalam sel-sel
retikuloendothelial dan makrofag. Tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Masa multibasiler: Bakteri berkembang biak dengan pesat di dalam sel-sel retikuloendothelial dan
makrofag. Menimbulkan gejala klinis berupa bercak-bercak merah dan kemerahan pada k
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxDionPHutasoit
Dion Pardameian Hutasoit
P: Pasien dengan uveitis unilateral kronis
I: Diagnosis kusta dengan pemeriksaan komprehensif
C: Tidak ada
O: Mendiagnosis kasus uveitis kronis sebagai manifestasi kusta
Penyakit frambusia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspesies pertenue dan menyerang kulit, tulang, serta jaringan halus. Penyakit ini dapat menyebabkan disabilitas dan stigma sosial apabila tidak diobati. Strategi pencegahannya meliputi skrining anak sekolah dan masyarakat usia dibawah 15 tahun serta pengobatan yang tepat bagi pender
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
2. Pendahuluan
Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu
penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
M. leprae yang bersifat intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu
kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian
atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.
3. Epidemiologi
Lepra dapat terjadi dimanapun seperti di
Asia, Afrika, Amerika latin, daerah tropis dan
subtropis serta masyarakat dengan
sosioekonomi yang rendah. Tingkat
endemisitaspenyakitlepraterjadi di 15
negaradengan 83% ditemukan di India,
Brazil, danBirmania.
4. Etiologi
Penyebab lepra adalah Mycobacterium
leprae, basil tahan asam, gram positif.
Penularan terjadi melalui inhalasi atau
kontak langsung antar kulit dalam waktu
yang lama dengan penderita.
Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun, rata-rata
3-5 tahun.
6. Klasifikasi
• Menurut WHO pada 1981, lepra dibagi menjadi dua tipe yaitu
tipe Multibasilar (MB) dan tipe Pausibasilar (PB).
• 1) Lepra tipe PB ditemukan pada seseorang dengan SIS baik.
Pada tipe ini berarti mengandung sedikit kuman yaitu tipe
tuberculoid (TT), tipe Borderline tuberculoid (BT) dan tipe
indeterminan (I). Pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan Indeks
Bakteri (IB) kurang dari 2+.
• 2) Lepra tipe MB ditemukan pada seseorang dengan SIS yang
rendah. Pada tipe ini berarti bahwa mengandung banyak
kuman yaitu tipe lepromatosa (LL), tipe borderline
lepromatosa (BL) dan tipe mid borderline (BB). Pada klasifikasi
Ridley- Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+.
7. Manifestasi Klinis
Karakteristik klinis kerusakan saraf tepi:
1) Pada tipe tuberculoid yaitu awitan dini
berkembang dengan cepat, saraf yang
terlibat terbatas (sesuai jumlah lesi), dan
terjadi penebalan saraf yang
menyebabkan gangguan motorik,
sensorik dan otonom.
8. 2) Pada tipe lepromatosa yaitu terjadi kerusakan
saraf tersebar, perlahan tetapi progresif, beberapa
tahun kemudian terjadi hipoestesi (bagian-bagian
dingin pada tubuh), simetris pada tangan dan kaki
yang disebutglove dan stocking anaesthesia terjadi
penebalan saraf menyebabkan gangguan motorik,
sensorik dan otonom dan ada keadaan akut apabila
terjadi reaksi tipe 2.
3) Tipe borderline merupakan campuran dari kedua
tipe (tipe tuberculoid dan tipe lepromatosa)
11. Reaksi Lepra
tanda-tanda terjadinya reaksi lepra
1) Pada kulit: peradangan bercak kulit
2) Pada saraf: rasa sakit atau nyeri tekan
pada saraf, timbul kehilangan rasa raba baru
dan timbul kelemahan otot baru
3) Pada mata: rasa sakit atau kemerahan
pada mata, timbul penurunan daya
penglihatan yang baru, timbul kelemahan
otot-otot penutup mata yang baru
12.
13.
14. Deformitas atau Kecacatan
Deformitas atau kecacatan lepra sesuai dengan
patofisiologinya, dapat dibagi menjadi deformitas
primer dan sekunder. Deformitas primer terjadi
sebagai akibat langsung oleh granuloma yang
terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae yang
mendesak dan merusak jaringan disekitarnya yaitu
kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang-
tulang jari dan wajah. Deformitas sekunder terjadi
sebagai akibat adanya deformitas primer terutama
kerusakan saraf (sensorik, motorik dan otonom)
antara lain kontraktur sendi, mutilasi tangan dan
kaki
15. Gejala kerusakan saraf
• Nervus Ulnaris akan terjadi anestesia pada ujung
jari anterior kelingking dan jari manis, clawing
kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan
otot interoseus serta kedua otot lubrikalis
medial.
• Nervus Medianus terjadi anestesia pada ujung
jari sebagian anterior ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah, tidak mampu aduksi ibu jari, clawing
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, ibu jari
kontraktur dan atrofi otot tenar dan kedua otot
lubrikalis lateral.
16. • Nervus Radialis terjadi anestesia dorsum manus,
serta ujung proksimal jari telunjuk, tangan
gantung (wrist drop), dan tidak mampu ekstensi
jari-jari atau pergelangan tangn.
• Nervus Poplitea laterallis dapat terjadi anestesia
tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis,
kaki gantung (foot drop), dan kelemahan otot
peroneus.
17. • Nervus Tibialis posterior terjadi anestesia
telapak kaki, claw toes, dan paralisis otot
intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis.
• Nervus Fasialis yaitu cabang temporal dan
zigomatik menyebabkan lagoftalmus,
cabang bukal, mandibular dan servikal
menyebabkan kehilangan ekspresi wajah
dan kegagalan mengatubkan bibir.
18. •Nervus Trigeminus terjadi anestesia
kulit wajah, kornea dan konjungtiva
mata, atrofi otot tenar dan kedua otot
lubrikalis lateral.
19. Pemeriksaan Tambahan
• Pemeriksaan rasa raba pada lesi
• Pemeriksaan saraf tepi
• Bakterioskopik
• Pemeriksaan histopatologi
• Pemeriksaan serologi : Uji MLPA
(Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination), Uji ELISA, ML dipstick, ML
Flow test
20. Diagnosis Banding
•Lesi Makular: Vitiligo, Pitiriasis
Vesikolor, pitiriasis Alba
•Lesi Meninggi: granuloma annulare,
psoriasis
•Lesi Noduler: Penyakit Von
Recklinghausen
21. Penatalaksanaan
• MDT untuk lepra tipe MB Pada dewasa
diberikan selama 12 bulan yaitu rifampisin 600
mg setiap bulan, klofamizin 300 mg setiap bulan
dan 50 mg setiap hari, dan dapsone 100 mg
setiap hari. Sedangkan pada anak-anak,
diberikan selama 12 bulan dengan kombinasi
rifampisin 450 mg setiap bulan, klofamizin 150
mg setiap bulan dan 50 mg setiap hari, serta
dapsone 50 mg setiap hari.
22. • MDT untuk lepra tipe PB Pada dewasa diberikan selama 6
bulan dengan kombinasi rifampisin 600 mg setiap bulan
dan dapsone 100 mg setiap bulan. Pada anak-anak
diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi rifampisin
450 mg setiap bulan dan dapsone 50 mg setiap bulan.19
Sedangkan pada anak-anak dengan usia dibawah 10
tahun, diberikan kombinasi rifampisin 10 mg/kg berat
badan setiap bulan, klofamizin 1 mg/kg berat badan
diberikan pada pergantian hari, tergantung dosis, dan
dapsone 2 mg/kg berat badan setiap hari
23. Prognosis
Penyembuhan dari gangguan neurologis
jarang terjadi, namun lesi kulit bisa hilang
dalam 1 tahun pertama tatalaksana.
Hipopigmentasi dan luka pada kulit biasanya
akan tetap meninggalkan bekas.