SlideShare a Scribd company logo
Penyakit KUSTA / LEPRA / LEPROSY / MORBUS
HANSEN
Definisi :
- merupakan penyakit kronik
- disebabkan mycobacterium leprae (M.Leprae)
- menyerang pertama pada saraf tepi
- selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut),
saluran pernapasan bagian atas, sistem
retikulo endotelial, mata, otot, tulang
dan testis
Epidemiologi
• tersebar diseluruh dunia
• tahun 1997 tercatat 888.340 penderita
• berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar
ke Mesir,Eropa, Afrika dan Amerika
• Di Indonesia tercatat 33.739 penderita
• Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak
setelah India dan Brasil
• Prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk
• Data insidens sangat sulit diperoleh
• Insidens di dunia cenderung menurun rata-rata per
tahun 7-18%
• Dapat menyerang semua orang, semua umur
• Laki-laki lebih banyak dibanding wanita dengan
perbandingan 2:1
• Jarang dijumpai pada umur yang sangat muda
• Serangan pertama kali pada umur diatas 70 tahun
sangat jarang
• Frekuensi terbanyak pada umur 15-29 tahun
• Pernah ditemukan di P. Nauru pada keadaan epidemi
penyebaran hampir pada semua umur
• Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi pada usia
muda, sedangkan pada penduduk emigran prevalensi
meningkat pada usia lanjut
• Terdapat perbedaan , baik perbedaan ras
maupun geografik
• Ras Cina, Eropa, Myanmar lebih rentan
terhadap bentuk lepromatosa
dibandingkan ras Afrika, India dan
Melanesia
• Iklim (cuaca panas dan lembab), diet,
status gizi, status sosial ekonomi, genetik,
berperan dalam kejadian dan penyebaran
penyakit
Etiologi
• Penyebab penyakit adalah mikobakterium leprae
• Morfologik : berbentuk pleomorf lurus, batang
panjang, sisi paralel, dengan kedua ujung bulat
• Ukuran 0.3-0,5 x 1-8 mikron
• Bentuk batang gram positip
• Tidak bergerak dan tidak berspora
• Dapat tersebar atau berkelompok dalam berbagai
ukuran, disebut globi
• Dinding terdiri dari 2 lapisan, peptidoglikan dan
lapisan transparan lipopolisakarida
Mikobakterium leprae
Mikobakterium leprae
• Basil obligat intraseluler
• Dapat berkembang biak di dalam sel Schwann saraf
dan makrofag kulit
• Basil dapat ditemukan di mana2, di dalam tanah , air dan
udara.
• Pada manusia terdapat pada permukaan kulit, rongga
hidung dan tenggorokan
• Basil dapat berkembang biak di dalam otot polos atau
otot bergaris
• Basil dapat ditemukan pada folikel rambut, kelenjar
keringat, sekret hidung, mukosa hidung dan daerah erosi
atau ulkus pada tipe borderline atau lepromatous.
• Berkembang biak secara perlahan (11-13 hari)
Pertumbuhan yang sangat lambat
menimbulkan masa inkubasi yang
sangat lama (5-7 tahun)
Basil belum dapat dibiakkan in vitro, dapat
di inokulasi pd bbrp binatang
Bersifat tahan asam
Bagian tubuh yang dingin merupakan
tempat predileksi misalnya saluran
pernapasan, testis, ruang anterior mata,
kulit terutama cuping telinga, jari
Terdapat 5 sifat khas M. leprae
• Merupakan parasit intraseluler, tidak dpt dibiakkan
pada media buatan
• Dapat diekstrasi oleh oiridin, sifat tahan asam
• Merupakan satu2nya mikobakterium yg mengoksidasi D-
Dopa
• Satu2nya spesies mikobakterium yang menginvasi
dan bertumbuh dalam saraf perifer
• Ekstrak terlarut dalam preparat M. leprae mengandung
komponen antigenik yg stabil dgn aktifitas imunologis
yang khas yaitu uji kulit positif pada penderita
tuberkuloid dan negatif pada penderita lepromatous
Manifestasi klinik
• Menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium
lanjut
• Diagnosis pada saat ini cukup ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik
• Gejala tergantung pada:
• - multiplikasi dan diseminasi kuman lepra
• - respon imun penderita terhadap
kuman lepra
• - komplikasi yang diakibatkan
oleh kerusakan saraf perifer
Tanda kardinal, apabila salah satunya
ada, tanda tsb sudah cukup untuk
menetapkan diagnosis penyakit kusta,
yakni:
• Lesi kulit anestesi
• Penebalan saraf perifer
• Ditemukannya M . Leprae ( bakteriologis
positif) BTA+
Gambaran klinis
Pendayagunaan penderita
Perawatan kaki untuk mencegah deformitas
Gambaran muka penderita kusta
Gambaran kaki penderita kusta
Klasifikasi menurut Ridley dan Jopling
1. Tipe tuberkuloid-tuberkuloid (TT)
• - lesi mengenai kulit maupun saraf
• - lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat
berupa makula atau plakat, batas jelas dan
pada bagian tengah dapat ditemukan lesi
yang mengalami regresi atau penyembuhan
• - permukaan lesi dapat bersisik dengan
tepi yang meninggi
• - gejala dapat disertai penebalan saraf
perifer yang biasanya teraba
• - terdapat kelemahan otot, sedikit rasa
gatal
2. Tipe Borderline tuberkuloid (BT)
• - lesi menyerupai tipe TT
• - gambaran hipopigmentasi,
kekeringan kulit atau skuama
tidak sejelas tipe tuberkuloid
• - gangguan saraf tidak seberat
tipe tuberkuloid, asimetrik
• - biasanya ada lesi satelit yang
terletak dekat saraf perifer
yang menebal
3. Tipe borderline- borderline (BB)
• Merupakan tipe paling tidak stabil
• Jarang dijumpai
• Lesi sangat bervariasi, baik ukuran
bentuk maupun distribusinya
• dapat berupa makula infiltrat
4. Tipe borderline lepromatous (BL)
• Secara klasik lesi dimulai dengan makula , awalnya
hanya dalam jumlah sedikit, kemudian dengan cepat
menyebar ke seluruh badan
• Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya
• Papula dan nodus lebih tegas dgn distribusi lesi yang
hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk
pada bagian tengah
• Tanda2 kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi ,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat, gugurnya
rambut lebih cepat dibanding tipe lepromatous
• Penebalan saraf dapat teraba pada tempat predileksi di
kulit
5. Tipe lepromatous-lepromatous (LL)
• Jumlah lesi sangat banyak, simetrik, permukaan halus,
lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak tegas
• Tidak ditemukan gangguan anestesi dan anhidrosis
pada stadium dini
• Distribusi lesi khas yakni di wajah mengenai dahi,
pelipis, dagu, cuping telinga
• Di badan mengenai bagian belakang , lengan, punggung
tangan dan permukaan ekstensor tungkai bawah
• Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang
progresif, cuping telinga menebal, garis muka menjadi
kasar dan cekung membentuk facies leonina yang
dapat disertai madarosis, iritis dan keratitis
• Lebih lanjut dapat terjadi deformitas pada
hidung
• Dapat dijumpai pembesaran kelenjar limfe,
orkitis yang dapat menjadi atropi testis
• Kerusakan saraf dermis dapat menyebabkan
gejala stocking dan glove anasthesia
• Apabila penyakit menjadi progresif makula dan
papula baru muncul, sedangkan lesi lama
menjadi plak dan nodul
• Pada stadium lanjut serabut2 saraf perifer
mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang
menyebabkan anestesi dan pengecilan otot
pada tangan dan kaki.
Tipe indeterminate (tidak termasuk
klasifikasi Ridley dan Jopling, dengan
tanda2:
- jumlah lesi sedikit, asimetrik, makulo
hipopigmentasi dengan sisik sedikit, kulit
sekitar normal
- lokalisasi biasanya pada bagian
ekstensor ekstremitas, bokong atau muka
• - kadang2 ditemukan bentuk makula
hipestesi atau sedikit penebalan saraf
• - diagnosa ditegakkan bila dengan
pemeriksaan histopatologik didapatkan
basil atau infiltrat disekitar saraf
• - pada 20-80% kasus penderita kusta
didapatkan tipe ini.
• - sebagian besar akan sembuh
spontan
Pengobatan
• Sulfon
• Rifampisin
• Klofazimin (B663, Lampren)
• Protionamide dan Etionamide
• MDT (Multi Drug Therapy)
• Sesuai rekomendasi WHO
• Rifampisin, DDS , lama pengobatan 6 bulan
• Rifampisisn, DDS, Lampren, lama pengobatan maks
36 bulan
• Obat2-an baru; fluorokinolon, gol antibiotik makrolid,
minosiklin
• Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
PROGRAM PEMBERANTASAN
Tujuan: prevalensi < dari 1 per 10.000 pddk
Sasaran: semua penderita orang yang kontak dengan
penderita
Strategi:
• pengobatan dgn MDT
• kerjasama linsek dan linprog
• meningktkan ketrampilan petugas
• Penemuan, pengobatan dan pencegahan kecacatan
Pelaporan dan pencacatan
1.Setiap penderita harus memiliki kartu
penderita
2.Pencatatan dalam buku monitoring
3.Menyediakan formulir kasus baru
4.Pencatatan di dalam buku kunjungan
penderita
Upaya Pencegahan Penularan Kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat
segera ditangani dan di cegah.
mencegah penularan kusta:
• Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin
terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak
dapat lagi menularkan pada orang lain.
• Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka
waktu yang lama
• Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
• Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan
cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
•Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil
bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
•Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita
kusta
•Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah
sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet
•Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan
pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan
pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
•Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan
penderita kusta.
•Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai
mekanisme penularan kusta
AKIBAT:
MASALAH KESEHATAN/ MEDIS,
SOSIAL , EKONOMI, BUDAYA, SERTA
KEAMANAN DAN KETAHANAN
NASIONAL

More Related Content

Similar to Penyakit_KUSTA_baru.ppt

Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
luckyubiplay
 
Infeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptxInfeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptx
Navarti
 
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptxPERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
lutfifitriana11
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
ariSatya2
 
1.
1.1.
Frambusia.pptx
Frambusia.pptxFrambusia.pptx
Frambusia.pptx
botailkitten
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
Rachel Chiciod Chiciod
 
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slideInfeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Hendrikkho4
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
TriUmiana1
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
Yogo Wibowo
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
Fransiska Oktafiani
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
AgungBudiLaksono7
 

Similar to Penyakit_KUSTA_baru.ppt (20)

Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
Infeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptxInfeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptx
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptxPERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
PERTEMUAN PERINGATAN HARI KUSTA 2023.pptx
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
1.
1.1.
1.
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
Frambusia.pptx
Frambusia.pptxFrambusia.pptx
Frambusia.pptx
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
 
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slideInfeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
 

Recently uploaded

Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 

Recently uploaded (20)

Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 

Penyakit_KUSTA_baru.ppt

  • 1. Penyakit KUSTA / LEPRA / LEPROSY / MORBUS HANSEN Definisi : - merupakan penyakit kronik - disebabkan mycobacterium leprae (M.Leprae) - menyerang pertama pada saraf tepi - selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis
  • 2. Epidemiologi • tersebar diseluruh dunia • tahun 1997 tercatat 888.340 penderita • berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir,Eropa, Afrika dan Amerika • Di Indonesia tercatat 33.739 penderita • Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak setelah India dan Brasil • Prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk • Data insidens sangat sulit diperoleh
  • 3. • Insidens di dunia cenderung menurun rata-rata per tahun 7-18% • Dapat menyerang semua orang, semua umur • Laki-laki lebih banyak dibanding wanita dengan perbandingan 2:1 • Jarang dijumpai pada umur yang sangat muda • Serangan pertama kali pada umur diatas 70 tahun sangat jarang • Frekuensi terbanyak pada umur 15-29 tahun • Pernah ditemukan di P. Nauru pada keadaan epidemi penyebaran hampir pada semua umur • Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi pada usia muda, sedangkan pada penduduk emigran prevalensi meningkat pada usia lanjut
  • 4. • Terdapat perbedaan , baik perbedaan ras maupun geografik • Ras Cina, Eropa, Myanmar lebih rentan terhadap bentuk lepromatosa dibandingkan ras Afrika, India dan Melanesia • Iklim (cuaca panas dan lembab), diet, status gizi, status sosial ekonomi, genetik, berperan dalam kejadian dan penyebaran penyakit
  • 5. Etiologi • Penyebab penyakit adalah mikobakterium leprae • Morfologik : berbentuk pleomorf lurus, batang panjang, sisi paralel, dengan kedua ujung bulat • Ukuran 0.3-0,5 x 1-8 mikron • Bentuk batang gram positip • Tidak bergerak dan tidak berspora • Dapat tersebar atau berkelompok dalam berbagai ukuran, disebut globi • Dinding terdiri dari 2 lapisan, peptidoglikan dan lapisan transparan lipopolisakarida
  • 8.
  • 9. • Basil obligat intraseluler • Dapat berkembang biak di dalam sel Schwann saraf dan makrofag kulit • Basil dapat ditemukan di mana2, di dalam tanah , air dan udara. • Pada manusia terdapat pada permukaan kulit, rongga hidung dan tenggorokan • Basil dapat berkembang biak di dalam otot polos atau otot bergaris • Basil dapat ditemukan pada folikel rambut, kelenjar keringat, sekret hidung, mukosa hidung dan daerah erosi atau ulkus pada tipe borderline atau lepromatous. • Berkembang biak secara perlahan (11-13 hari)
  • 10. Pertumbuhan yang sangat lambat menimbulkan masa inkubasi yang sangat lama (5-7 tahun) Basil belum dapat dibiakkan in vitro, dapat di inokulasi pd bbrp binatang Bersifat tahan asam Bagian tubuh yang dingin merupakan tempat predileksi misalnya saluran pernapasan, testis, ruang anterior mata, kulit terutama cuping telinga, jari
  • 11. Terdapat 5 sifat khas M. leprae • Merupakan parasit intraseluler, tidak dpt dibiakkan pada media buatan • Dapat diekstrasi oleh oiridin, sifat tahan asam • Merupakan satu2nya mikobakterium yg mengoksidasi D- Dopa • Satu2nya spesies mikobakterium yang menginvasi dan bertumbuh dalam saraf perifer • Ekstrak terlarut dalam preparat M. leprae mengandung komponen antigenik yg stabil dgn aktifitas imunologis yang khas yaitu uji kulit positif pada penderita tuberkuloid dan negatif pada penderita lepromatous
  • 12. Manifestasi klinik • Menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium lanjut • Diagnosis pada saat ini cukup ditegakkan dengan pemeriksaan fisik • Gejala tergantung pada: • - multiplikasi dan diseminasi kuman lepra • - respon imun penderita terhadap kuman lepra • - komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan saraf perifer
  • 13. Tanda kardinal, apabila salah satunya ada, tanda tsb sudah cukup untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta, yakni: • Lesi kulit anestesi • Penebalan saraf perifer • Ditemukannya M . Leprae ( bakteriologis positif) BTA+
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 24. Perawatan kaki untuk mencegah deformitas
  • 27. Klasifikasi menurut Ridley dan Jopling 1. Tipe tuberkuloid-tuberkuloid (TT) • - lesi mengenai kulit maupun saraf • - lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang mengalami regresi atau penyembuhan • - permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang meninggi • - gejala dapat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba • - terdapat kelemahan otot, sedikit rasa gatal
  • 28. 2. Tipe Borderline tuberkuloid (BT) • - lesi menyerupai tipe TT • - gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe tuberkuloid • - gangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid, asimetrik • - biasanya ada lesi satelit yang terletak dekat saraf perifer yang menebal
  • 29. 3. Tipe borderline- borderline (BB) • Merupakan tipe paling tidak stabil • Jarang dijumpai • Lesi sangat bervariasi, baik ukuran bentuk maupun distribusinya • dapat berupa makula infiltrat
  • 30. 4. Tipe borderline lepromatous (BL) • Secara klasik lesi dimulai dengan makula , awalnya hanya dalam jumlah sedikit, kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh badan • Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya • Papula dan nodus lebih tegas dgn distribusi lesi yang hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk pada bagian tengah • Tanda2 kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi , hipopigmentasi, berkurangnya keringat, gugurnya rambut lebih cepat dibanding tipe lepromatous • Penebalan saraf dapat teraba pada tempat predileksi di kulit
  • 31. 5. Tipe lepromatous-lepromatous (LL) • Jumlah lesi sangat banyak, simetrik, permukaan halus, lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak tegas • Tidak ditemukan gangguan anestesi dan anhidrosis pada stadium dini • Distribusi lesi khas yakni di wajah mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga • Di badan mengenai bagian belakang , lengan, punggung tangan dan permukaan ekstensor tungkai bawah • Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang progresif, cuping telinga menebal, garis muka menjadi kasar dan cekung membentuk facies leonina yang dapat disertai madarosis, iritis dan keratitis
  • 32.
  • 33. • Lebih lanjut dapat terjadi deformitas pada hidung • Dapat dijumpai pembesaran kelenjar limfe, orkitis yang dapat menjadi atropi testis • Kerusakan saraf dermis dapat menyebabkan gejala stocking dan glove anasthesia • Apabila penyakit menjadi progresif makula dan papula baru muncul, sedangkan lesi lama menjadi plak dan nodul • Pada stadium lanjut serabut2 saraf perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anestesi dan pengecilan otot pada tangan dan kaki.
  • 34. Tipe indeterminate (tidak termasuk klasifikasi Ridley dan Jopling, dengan tanda2: - jumlah lesi sedikit, asimetrik, makulo hipopigmentasi dengan sisik sedikit, kulit sekitar normal - lokalisasi biasanya pada bagian ekstensor ekstremitas, bokong atau muka
  • 35. • - kadang2 ditemukan bentuk makula hipestesi atau sedikit penebalan saraf • - diagnosa ditegakkan bila dengan pemeriksaan histopatologik didapatkan basil atau infiltrat disekitar saraf • - pada 20-80% kasus penderita kusta didapatkan tipe ini. • - sebagian besar akan sembuh spontan
  • 36. Pengobatan • Sulfon • Rifampisin • Klofazimin (B663, Lampren) • Protionamide dan Etionamide • MDT (Multi Drug Therapy) • Sesuai rekomendasi WHO • Rifampisin, DDS , lama pengobatan 6 bulan • Rifampisisn, DDS, Lampren, lama pengobatan maks 36 bulan • Obat2-an baru; fluorokinolon, gol antibiotik makrolid, minosiklin • Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
  • 37. PROGRAM PEMBERANTASAN Tujuan: prevalensi < dari 1 per 10.000 pddk Sasaran: semua penderita orang yang kontak dengan penderita Strategi: • pengobatan dgn MDT • kerjasama linsek dan linprog • meningktkan ketrampilan petugas • Penemuan, pengobatan dan pencegahan kecacatan
  • 38. Pelaporan dan pencacatan 1.Setiap penderita harus memiliki kartu penderita 2.Pencatatan dalam buku monitoring 3.Menyediakan formulir kasus baru 4.Pencatatan di dalam buku kunjungan penderita
  • 39. Upaya Pencegahan Penularan Kusta Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat segera ditangani dan di cegah. mencegah penularan kusta: • Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak dapat lagi menularkan pada orang lain. • Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka waktu yang lama • Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan • Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi. •Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
  • 40. •Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta •Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet •Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. •Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta. •Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan kusta
  • 41. AKIBAT: MASALAH KESEHATAN/ MEDIS, SOSIAL , EKONOMI, BUDAYA, SERTA KEAMANAN DAN KETAHANAN NASIONAL