SlideShare a Scribd company logo
ASKEP KUSTA 
ASKEP KUSTA 
PENGERTIAN 
Adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama kali 
menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali susunan 
saraf pusat 
ETIOLOGI 
Mycobacterium Leprae yg ditemukan pertama kali oleh akmuer Hasen di norwegia 
INSIDEN 
 Dapat terjadi pada semua umur, tapi jarang ditemukan pada bayi 
 Laki-laki lebih banyak dibanding wanita 
 Diperkirakan penderita didunia ± 10.596.000 dan di Indonesia ± 121.473 Orang (data th 
1992) 
PENULARAN 
 Cara penularannya belum diketahui dengan jelas 
 Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection) 
 Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan 
berlangsung lama 
 Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur, Jenis 
kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan –> (± 93 – 95 % 
kekebalan pada penyakit lepra) 
GAMBARAN KLINIS 
Dapat menyerang kulit, saraf, otot, ras, mata, jantung, testis 
 Pada kulit –> tdp makula yg hipopigmentasi yg kurang rasa/tidak rasa, kulit kering dan 
pecah-pecah, terjadi madarosis 
 Pada saraf –> Sensoris : hipestesi/anastesi –> ulkus 
 Motoris : Paralisa otot, atropi otot dan kontraktur 
 Otonom : gangguan pengeluaran keringat 
 Penebalan saraf tepi 
 Testis –> orchitis 
 Mata –> Keratitis, iridosiklitis 
Secara umum permukaan tubuh yang sering diserang adalah permukaan tubuh yang memiliki 
sushu yg rendah seperti : muka, telinga, hidung dan ekstremitas 
Tanda-tanda khas pada makula adalah 5 A (anastesi, achromi,atropi,anhidrosis, alopesia) 
KLASIFIKASI 
Tujuan Kalsifikasi adalah: 
1. penentuan prognosis
2. penentuan terapi 
3. penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan 
4. mengantisipsi terjadinya reaksi 
5. penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis 
Beberapa klasifikasi MH antara lain 
1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953) 
 Lepromatous ( L) 
 Tuberculoid (T) 
 Indeterminate (I) 
 Borderline (B) 
2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962) 
 TT, BT, BB, BL, LL 
3. Klasifikasi WHO (1981) 
 Paucibacillary : BI –> Negatif 
 Multibacillary –> Positif 
BACTERIOSKOPIS 
Secara mikroskopis dapat ditemukan 
 Batang utuh (solid) 
 Batang terputus (fragmented) 
BACTERIAL INDEKS (BI) 
Uukuran semi kuantitatif kepadatan basil kusta dari sediaan kulit yang diperiksa. Yang dihitung 
adalah jumlah rata-rata dari basil hidup dan mati yang diambil dari beberapa tempat 
Kegunaan BI adalah: 
1. Membantu menegakkan diagnosis 
2. Membantu menetukan klasifikasi atau membantu menentukan tipe kusta 
3. Membantu menilai berat ringannya daya infeksi pada kulit dan bukan untuk menentukan/ 
menilai hasil pengobatan tang efektif 
MORPHOLOGIKAL INDEKS 
Adalah merupakan prosentase basil kusta yang bentuk solid dibanding semua hasil yg dihitung 
Kegunaan MI 
1. membantu kemajuan pengobatan/menilai efektifitas obat-obatan 
2. menentukan resistensi basil terhadap obat, serta dapat menular atau tidaknya kusta 
TES LEPROMIN
Menentukan klasifikasi dan tipe kusta 
Dikenal ada 2 macam lepromin yaitu: 
1. lepromin mitsuda H 
2. lepromin dharmendra 
reaksi kulit thd pembacaan lepromin yaitu: 
1. reaksi dini (reaksi fernandes –> terbentuk infiltrasi eritematosa yang timbul 24-72 jam 
setelah penyuntikan. Pembacaan biasa dilakukan 48 jam setelah penyuntikan. Hasil 
dinyatakan (-) sampai positif 3 (+3) 
2. reaksi lambat (reaksi mitsuda) –> terbentuk nodular pada hari 21-30. reaksi ini 
menunjukkan respon thd imunitas sellular. Pembacaan dilakukan pada hari ke 21 
DIAGNOSIS 
Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu: 
1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian 
(hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh 
2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-tempat 
predileksi 
3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan 
morfologi M. Leparae yang khas 
dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen 
PENGOBATAN 
Jenis-jenis obat kusta: 
 obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide 
 obat sekunder: INH, streptomycine 
Dosis menurut rekomendasi WHO 
a. Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT) 
1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari 
2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan 
Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan diawasi selam 
2 tahun 
b. Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL) 
1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan 
2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari 
3. Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50 
mg/hari
Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun 
PROSES KEPERAWATAN 
PENGKAJIAN 
 Riwayat kesehatan sebelumnya 
 Bentuk lesi 
 Adakah tanda-tanda infeksi 
 Adakah nyeri 
 Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama 
 Sudahkah pasien berobat untuk menyembuhkan lesi 
DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. resiko terhadap penularan infeksi 
2. kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi, tindakan dan pencegahan 
TUJUAN 
1. pencegahan penularan infeksi 
2. pengatahuan tentang penyakit dan tindakannya 
INTERVENSI 
1. Mencegah penularan infeksi 
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 
 Mengisolasi pasien bila memungkinkan 
2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit 
 Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami 
 membutuhkan ketekunan dan kesabaranJelaskan tentang pengobatan penyakit yitu 
dalam jangka waktu yang lama 
EVALUASI 
1. menggunakan metode yang tepat untuk penyebaran infeksi 
2. mendapatkan pengetahuan tentang penyakitnya 
Sumber 
http://iwansaing.wordpress.com/2009/06/09/morbus-hansen/
Askep kusta

More Related Content

What's hot

LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
fitriamfk
 
Askep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisAskep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisStiawan Akbar
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
ari panggulu
 
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...KANDA IZUL
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterervinpramita
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebraKindal
 
Informasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kustaInformasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kusta
fawimuhammad
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnsonasuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
pjj_kemenkes
 
Sindroma Fibromialgia
Sindroma FibromialgiaSindroma Fibromialgia
Sindroma Fibromialgia
mrochep
 
Presentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIKPresentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIK
rumah sakit kusta sumberglagah
 
Sindrom stevens johnson
Sindrom stevens johnsonSindrom stevens johnson
Sindrom stevens johnsonKindal
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
Riesti Roiito
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
Reza Oktarama
 
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr prasna
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr  prasnaHerpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr  prasna
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr prasna
Suharti Wairagya
 

What's hot (20)

LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
LEPROSY
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
 
Askep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisAskep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgaris
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
 
SYNDROM STEPHEN JONSHON (SSJ)
SYNDROM STEPHEN JONSHON (SSJ)SYNDROM STEPHEN JONSHON (SSJ)
SYNDROM STEPHEN JONSHON (SSJ)
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
 
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
Informasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kustaInformasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kusta
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnsonasuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
 
Sindroma Fibromialgia
Sindroma FibromialgiaSindroma Fibromialgia
Sindroma Fibromialgia
 
Presentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIKPresentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIK
 
Sindrom stevens johnson
Sindrom stevens johnsonSindrom stevens johnson
Sindrom stevens johnson
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr prasna
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr  prasnaHerpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr  prasna
Herpes zoster dan nyeri pasca herpes by dr prasna
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 

Similar to Askep kusta

asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
KEPKNHM
 
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptxKASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
IndriHusain2
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
luckyubiplay
 
LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
bila900349
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
ariSatya2
 
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSONLAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
AuliaDwiJuanita
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibulaLaporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
Wardah El Sofwan
 
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.pptKONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
Aulia TAn
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
TeguhPanca1
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
AloisiaDysi2
 
Laporan kasus Vitiligo.pptx
Laporan kasus Vitiligo.pptxLaporan kasus Vitiligo.pptx
Laporan kasus Vitiligo.pptx
MSulthonWicaksana
 
KUSTA.ppt
KUSTA.pptKUSTA.ppt
KUSTA.ppt
DeliwanAhmad
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
fannydestiara
 

Similar to Askep kusta (20)

asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
 
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptxKASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
 
1.
1.1.
1.
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSONLAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
 
PPT KUSTA.pptx
PPT KUSTA.pptxPPT KUSTA.pptx
PPT KUSTA.pptx
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibulaLaporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan abses mandibula
 
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.pptKONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
KONSEP DASAR PENYAKIT TROPIS.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Askep pernapasan tbc
Askep pernapasan tbcAskep pernapasan tbc
Askep pernapasan tbc
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 
Laporan kasus Vitiligo.pptx
Laporan kasus Vitiligo.pptxLaporan kasus Vitiligo.pptx
Laporan kasus Vitiligo.pptx
 
KUSTA.ppt
KUSTA.pptKUSTA.ppt
KUSTA.ppt
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 

Askep kusta

  • 1. ASKEP KUSTA ASKEP KUSTA PENGERTIAN Adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama kali menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat ETIOLOGI Mycobacterium Leprae yg ditemukan pertama kali oleh akmuer Hasen di norwegia INSIDEN  Dapat terjadi pada semua umur, tapi jarang ditemukan pada bayi  Laki-laki lebih banyak dibanding wanita  Diperkirakan penderita didunia ± 10.596.000 dan di Indonesia ± 121.473 Orang (data th 1992) PENULARAN  Cara penularannya belum diketahui dengan jelas  Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection)  Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan berlangsung lama  Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur, Jenis kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan –> (± 93 – 95 % kekebalan pada penyakit lepra) GAMBARAN KLINIS Dapat menyerang kulit, saraf, otot, ras, mata, jantung, testis  Pada kulit –> tdp makula yg hipopigmentasi yg kurang rasa/tidak rasa, kulit kering dan pecah-pecah, terjadi madarosis  Pada saraf –> Sensoris : hipestesi/anastesi –> ulkus  Motoris : Paralisa otot, atropi otot dan kontraktur  Otonom : gangguan pengeluaran keringat  Penebalan saraf tepi  Testis –> orchitis  Mata –> Keratitis, iridosiklitis Secara umum permukaan tubuh yang sering diserang adalah permukaan tubuh yang memiliki sushu yg rendah seperti : muka, telinga, hidung dan ekstremitas Tanda-tanda khas pada makula adalah 5 A (anastesi, achromi,atropi,anhidrosis, alopesia) KLASIFIKASI Tujuan Kalsifikasi adalah: 1. penentuan prognosis
  • 2. 2. penentuan terapi 3. penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan 4. mengantisipsi terjadinya reaksi 5. penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis Beberapa klasifikasi MH antara lain 1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953)  Lepromatous ( L)  Tuberculoid (T)  Indeterminate (I)  Borderline (B) 2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)  TT, BT, BB, BL, LL 3. Klasifikasi WHO (1981)  Paucibacillary : BI –> Negatif  Multibacillary –> Positif BACTERIOSKOPIS Secara mikroskopis dapat ditemukan  Batang utuh (solid)  Batang terputus (fragmented) BACTERIAL INDEKS (BI) Uukuran semi kuantitatif kepadatan basil kusta dari sediaan kulit yang diperiksa. Yang dihitung adalah jumlah rata-rata dari basil hidup dan mati yang diambil dari beberapa tempat Kegunaan BI adalah: 1. Membantu menegakkan diagnosis 2. Membantu menetukan klasifikasi atau membantu menentukan tipe kusta 3. Membantu menilai berat ringannya daya infeksi pada kulit dan bukan untuk menentukan/ menilai hasil pengobatan tang efektif MORPHOLOGIKAL INDEKS Adalah merupakan prosentase basil kusta yang bentuk solid dibanding semua hasil yg dihitung Kegunaan MI 1. membantu kemajuan pengobatan/menilai efektifitas obat-obatan 2. menentukan resistensi basil terhadap obat, serta dapat menular atau tidaknya kusta TES LEPROMIN
  • 3. Menentukan klasifikasi dan tipe kusta Dikenal ada 2 macam lepromin yaitu: 1. lepromin mitsuda H 2. lepromin dharmendra reaksi kulit thd pembacaan lepromin yaitu: 1. reaksi dini (reaksi fernandes –> terbentuk infiltrasi eritematosa yang timbul 24-72 jam setelah penyuntikan. Pembacaan biasa dilakukan 48 jam setelah penyuntikan. Hasil dinyatakan (-) sampai positif 3 (+3) 2. reaksi lambat (reaksi mitsuda) –> terbentuk nodular pada hari 21-30. reaksi ini menunjukkan respon thd imunitas sellular. Pembacaan dilakukan pada hari ke 21 DIAGNOSIS Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu: 1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian (hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh 2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-tempat predileksi 3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan morfologi M. Leparae yang khas dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen PENGOBATAN Jenis-jenis obat kusta:  obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide  obat sekunder: INH, streptomycine Dosis menurut rekomendasi WHO a. Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT) 1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari 2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan diawasi selam 2 tahun b. Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL) 1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan 2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari 3. Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50 mg/hari
  • 4. Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN  Riwayat kesehatan sebelumnya  Bentuk lesi  Adakah tanda-tanda infeksi  Adakah nyeri  Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama  Sudahkah pasien berobat untuk menyembuhkan lesi DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. resiko terhadap penularan infeksi 2. kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi, tindakan dan pencegahan TUJUAN 1. pencegahan penularan infeksi 2. pengatahuan tentang penyakit dan tindakannya INTERVENSI 1. Mencegah penularan infeksi  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan  Mengisolasi pasien bila memungkinkan 2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit  Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami  membutuhkan ketekunan dan kesabaranJelaskan tentang pengobatan penyakit yitu dalam jangka waktu yang lama EVALUASI 1. menggunakan metode yang tepat untuk penyebaran infeksi 2. mendapatkan pengetahuan tentang penyakitnya Sumber http://iwansaing.wordpress.com/2009/06/09/morbus-hansen/