SlideShare a Scribd company logo
REAKSI KUSTA
Definisi
suatu episode akut dari perjalanan kronis penyakit
Kusta yang ditandai
dengan PERADANGAN AKUT akibat reaksi imun
yang berakibat merugikan
Faktor Pencetus
1. Penderita dalam keadaan kondisi lemah
2. Kehamilan dan setelah melahirkan
3. Sesudah mendapat immunisasi
4. Infeksi (spt: malaria, infeksi pd gigi, bisul, cacing
dll)
5. Stres fisik dan mental
6. Kurang gizi
7. Pemakaian obat yang meningkatkan kekebalan
tubuh
Upaya Mengatasi &
Mengendalikan Faktor Pencetus
1. Memperhatikan status gizi baik dengan konsumsi gizi
seimbang
2. Pemeriksaan gigi
3. Pemberian obat neurotropic seperti vitamin B1, B6, dan
B12 untuk membantu mengurangi dampak efek samping
obat
4. Pemberian obat cacing dosis tunggal sesuai berat badan
5. Penanganan infeksi lain
6. Pemberian konseling
REAKSI
Dapat timbul Sebelum, selama dan sesudah pengobatan
TIPE I :
Meningkatkan
respon kekebalan
seluler
TIPE II :
Meningkatnya
respon kekebalan
humoral
Jenis Reaksi Kusta
TIPE I
- K.U : Demam ringan/tanpa demam
- Kulit: makula meradang kadang timbul
bercak baru
- Saraf tepi:sering terjadi neuritis dan
atau gangguan fungsi
- Terjadinya: PU segera setelah
pengobatan
- Dapat terjadi: PB maupun MB
- Organ lain: -
TIPE II
- Deman ringan sp berat disertai
kelemahan umum
- Timbul nodul ENL, merah, lunak, nyeri
tekan kadang pecah
- Jarang terjadi neuritis dan atau
gangguan fungsi
- P.U setelah pengobatan agak lamau
- Hanya terjadi pada MB
- Sering terkena (sendi, mata, testis,
Ginjal,kelenjar getah bening)
Reaksi kusta Tipe 1 = Reaksi Reversal
Sistem Kekebalan Tubuh
Body’s immune system
(Respons seluler)
kulit
saraf
“perang”
peradangan
kuman kusta
Kulit merah, bengkak, panas nyeri tekan dan ggn
fungsi saraf.
1.
Transition headline
Let’s start with the first
set of slides
Reaksi Kusta tipe 2 = ENL
Kuman patah-
patah/hancur
 terurai
Mengeluarkan
Protein kuman
Pecahan
Kuman mati
SARAF
Globus /
Kuman
hancur
KULIT
Aliran darah sistemik
Protein kuman masuk / ikut
Aliran darah sistemik
Memacu respon kekebalan tubuh
peradangan di mana-mana
(di luar bercak kusta/saraf)
(respons humoral)
ENL: Nodul2
merah,panas,bengkak,nyeri,
disertai gangguan ke organ2 lain
Reaksi Tipe I
RINGAN
• Keadaan umum: demam (-)
• Kulit: bercak radang
• Saraf tepi:
 Nyeri tekan (-)
 Gangguan fungsi (-)
BERAT
• Keadaan umum: demam (+)
• Kulit: bercak radang  nyeri tambah
parah sampai pecah (ulcerasi)
• Saraf tepi:
 Nyeri tekan (+)
 Gangguan fungsi (+)
Reaksi Tipe II
RINGAN
• Keadaan umum: demam ada tetapi tdk
parah
• Kulit: nodul merah panas nyeri
• Saraf tepi:
 Nyeri tekan (-)
 Gangguan fungsi (-)
• Organ lain: tidak terkena
BERAT
• Keadaan umum: demam parah
• Kulit: nodul merah panas nyeri
bertambah parah sampai pecah
• Saraf tepi:
 Nyeri tekan (+)
 Gangguan fungsi (+)
• Organ lain pada umumnya: terkena
(mata, sendi, testis)
19
NO GEJALA/ TANDA
REAKSI TIPE 1 REAKSI TIPE 2
RINGAN BERAT RINGAN BERAT
1. Kulit Bercak : merah,
tebal, panas,
nyeri.*
Bercak : merah,
tebal, panas, nyeri
yang bertambah
parah  sampai
pecah
Nodul : merah, panas,
nyeri
Nodul : merah,
panas, nyeri yang
bertambah parah
 sampai pecah
2. Saraf Tepi Nyeri pada
perabaan :
(-)
Nyeri pada
perabaan : (+)
Nyeri pada perabaan:
(-)
Nyeri pada
perabaan : (+)
Gangguan fungsi :
(-)
Gangguan fungsi :
(+)
Gangguan fungsi:(-) Gangguan fungsi
: (+)
3. Keadaan Umum Demam: (-) Demam: ± Demam: ± Demam: (+)
4. Gangguan Pada Organ
Lain
- - - +
(Misalnya pada
mata, sendi,
testis, dll)
Tabel 5.4 Perbedaan
Reaksi Ringan Dan Berat Pada Reaksi Tipe 1 dan 2
* : Bila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan lokasi saraf, dikategorikan sebagai reaksi berat.
Kesimpulan Pemeriksaan Fungsi Saraf (PFS) untuk
Penentuan Derajat Reaksi (Ringan/Berat)
 Apakah lagopthalmus baru terjadi
dalam 6 bulan terakhir ?
 Adakah nyeri tekan pada syaraf
tepi ?
 Apakah kekuatan otot berkurang
dalam 6 bulan terakhir ?
 Apakah rasa raba berkurang
dalam 6 bulan terakhir ?
 Adakah bercak pecah atau nodul
ulserasi ?
 Adakah bercak aktif di lokasi
saraf tepi ?
 Jika tidak ada
jawaban “Ya”,
maka
dikategorikan
sebagai reaksi
ringan
 Jika ada jawaban
“Ya” dari salah
satu pertanyaan,
maka
dikategorikan
sebagai reaksi
berat  Indikasi
pemberian Obat
Anti Reaksi
PENANGANAN REAKSI
Prinsip Penanganan Reaksi:
1. Istirahat/ Mobilisasi
2. Pemberian Analgetik/ Antipiretik
3. Atasi Faktor Pencetus
4. Pemberian Obat Anti Reaksi
5. MDT diteruskan dengan Dosis sama
Untuk Reaksi Ringan:
No. 1; 2; 3; & 5
OBAT ANTI REAKSI
PREDNISON
Hanya Untuk Reaksi Berat
LAMPREN
ditambahkan
Reaksi Type II Berat Berulang
Reaksi Type II Berat Sesudah RFT
1. Pemberian prednisone pada Reaksi Tipe 1 dan 2 berat
Dosis
per hari 
Minggu
ke : 
Follow up Pemeriksaan POD
     
40
mg 30
mg 20
mg 15
mg
10
mg 5
mg
1 - 2 3 - 4 5 - 6 7 - 8 9 - 10 11 - 12
  
2. Pengobatan Reaksi Tipe 2 (ENL) berat berulang
Prednison :
Dosis
per hari 
Minggu
ke :
Follow up
     
40
mg 30
mg 20
mg 15
mg 10
mg 5
mg
LAMPRENE 3 X 100 mg ( 2 bl ) 2 X 100 mg ( 2 bl ) 1 X 100 mg ( 2 bl )
Pemeriksaan POD tiap 1-2 minggu
1-2 3-4 5-6 7-8 11-12

STOP
9-10
CATATAN PEMBERIAN PREDNISON
1. Pemberian prednison harus di bawah pengawasan dokter
puskesmas/petugas kabupaten
2. Prednison diberikan sesuai skema. Setiap 2 minggu diperiksa ulang
dan hasilnya dicatat dalam form evaluasi pemberian prednisone. Jika
kondisi:
a. Membaik; dosis diturunkan sesuai skema
b. Menetap; Dosis dilanjutkan selama 3-4 minggu
c. Memburuk; dosis dinaikkan 1 tingkat di atasnya
3. Prednison diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan,
kecuali jika terpaksa dapat diberikan secara dosis bagi, missal 2x4
tablet per hari
4. Pada kasus neuritis yang terjadi < 6 bulan, dicari dosis awal dengan
memeriksa ulang setelah 1 minggu. Jika tidak ada perbaikan, dosis
dinaikkan menjadi 50-60 mg/hari & dipertahankan selama 2 minggu
5. Pemberian prednisone untuk pengobatan reaksi berat pada anak perlu
dipantau secara ketat. Dosis maksimum tidak boleh lebih dari 1 mg/kg
berat badan. Total lama pengobatan maksimal 2 minggu
FORM EVALUASI
PENGOBATAN PREDNISON
26
INDIKASI PEMBERIAN KLOFAZIMIN
Jenis reaksi yang membutuhkan tambahan klofazimin:
1. Reaksi tipe II (ENL) berat berulang
a. Episode reaksi lebih satu kali
b. ENL berat dengan dosis naik turun
2. Reaksi ENL berat setelah RFT
Klofazimin diberikan dalam dosis tunggal, pagi hari
sesudah makan, kecuali jika kondisi terpaksa dapat
diberikan secara dosis terbagi, missal 3x1 tablet per
hari atau 2x1 tablet per hari
28
Penghentian Tiba-tiba Pemberian Jangka Panjang (Terus
Menerus)
Kontra Indikasi
• Demam
• Nyeri otot
• Nyeri Sendi
• Malaise
• Gangguan cairan & elektrolit
• Hiperglikemi
• Mudah infeksi
• Perdarahan atau perforasi pada
penderita tukak lambung
• Osteoporosis
• Cushing syndrome: moon face,
obesitas sentral, jerawat,
pertumbuhan rambut berlebih,
timbunan lemak supraklavikuler
• Hipertensi
• TBC
• Diabetes Mellitus
• Tukak lambung
berat
• Infeksi berat
Efek Samping Prednison (Kortikosteroid)
INDIKASI RUJUKAN REAKSI
Penderita reaksi kusta yang dirujuk ke Rumah Sakit:
1. ENL melepuh, suhu tubuh tinggi, neuritis, ENL yang
pecah
2. Reaksi tipe 1 dengan disertai bercak ulserasi, lesi di
wajah, edema tangan dan kaki, atau neuritis
3. Disertai komplikasi penyakit lain yang berat missal
hepatitis, DM, hipertensi, tukak lambung berat, dll
4. Ibu hamil
5. Reaksi ENL berat berulang pada penderita anak
30
Gejala & Tanda Reaksi Tipe I (Reversal) Kambuh
Interval
Waktu
Kurang dari 3 tahun Lebih dari 3 tahun
Timbulnya tanda dan
gejala
Mendadak/cepat Pelan-Pelan
Lesi kulit Biasanya pada lesi kulit lama
(diatasnya)
Lesi baru muncul
Nyeri dan
pembengkakan
Ada, pada kulit dan saraf Tidak ada
Kerusakan Terjadinya mendadak Terjadinya perlahan
Kondisi umum Peradangan Tidak ada
Perbedaan Reaksi Tipe I Dengan Relaps (Kambuh)
31
- Reaksi kusta dapat terjadi sebelum pengobatan,
Kadang gejala reaksi inilah yang membuat pasien mengunjungi Puskesmas
untuk mencari pengobatan. Petugas jangan lupa untuk menangggulangi
reaksi yang terjadi di samping memberikan MDT untuk kustanya.
- Reaksi kusta dapat terjadi dalam masa pengobatan
Petugas penting mewaspadai adanya gejala reaksi yang mungkin terjadi
selama masa pengobatan sehingga reaksi dapat ditanggulangi dengan cepat
dan tepat.
Jelaskan apa yang terjadi dan ingatkan pasien untuk kembali sesuai waktu
yang dipesan oleh petugas.
- Reaksi Kusta dapat terjadi setelah RFT
(Segera, atau bahkan bertahun-tahun sesudah RFT
Catatan :
KHUSUS BILA ADA NEURITIS
ATAU NYERI TEKAN SARAF TEPI
1mgg
Nyeri
Blm kurang
50mg
Nyeri
berkurang
40mg 30mg
1 mgg
Nyeri
Berkurang
/hilang
20mg
15
10
5
Nyeri hilang Nyeri hilang
stop
Nyeri hilang
Nyeri hilang
2 mgg
2 mgg
2 mgg
2 mgg
2 mgg
60mg
Nyeri
Blm kurang
1mgg
40mg
MANAJEMEN REAKSI
SEBELUM
PENGOBATAN
PENGOBATAN
MDT
RFT
REAKSI
BERAT
HARUS DICEGAH !!!
PERJALANAN PENYAKIT KUSTA
PASKA
PENGOBATAN HARUS BISA DIDETEKSI & DIOBATI CEPAT
DAN TEPAT DINI
HARUS TETAP WASPADA !!
monitoring
fx saraf
PETUGAS
KESEHATAN
PENDERITA
SENDIRIdan
Jangan biarkan ………… …………ini terjadi !!!
SIAPA YANG BISA MENCEGAHNYA ???
Harus ada
komunikasi dua arah
Kita bisa berperan
untuk mencegah
ini
Terima Kasih
36

More Related Content

What's hot

SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
 
PBL Modul Jatuh
PBL Modul JatuhPBL Modul Jatuh
PBL Modul Jatuh
Aulia Amani
 
Powerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaPowerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaoshinizumi
 
Fixed drug eruption x hipersensitivitas
Fixed drug eruption x hipersensitivitasFixed drug eruption x hipersensitivitas
Fixed drug eruption x hipersensitivitas
nissazarael
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
Ade Wijaya
 
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Fransiska Oktafiani
 
ASMA
ASMAASMA
Konsensus insulin
Konsensus insulinKonsensus insulin
Konsensus insulin
dian dian
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
SofiaNofianti
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Aulia Amani
 
Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
Rekonstruksi Luka Bakar Fase LanjutRekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
RosalynDSantoso
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
Brenda Panjaitan
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskuler
octo zulkarnain
 
Manajemen Luka Bakar
Manajemen Luka BakarManajemen Luka Bakar
Manajemen Luka Bakar
Suharti Wairagya
 

What's hot (20)

Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
PBL Modul Jatuh
PBL Modul JatuhPBL Modul Jatuh
PBL Modul Jatuh
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
Powerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaPowerpoint gonorea
Powerpoint gonorea
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Fixed drug eruption x hipersensitivitas
Fixed drug eruption x hipersensitivitasFixed drug eruption x hipersensitivitas
Fixed drug eruption x hipersensitivitas
 
Hnp
HnpHnp
Hnp
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
 
ASMA
ASMAASMA
ASMA
 
Konsensus insulin
Konsensus insulinKonsensus insulin
Konsensus insulin
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
Rekonstruksi Luka Bakar Fase LanjutRekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskuler
 
Manajemen Luka Bakar
Manajemen Luka BakarManajemen Luka Bakar
Manajemen Luka Bakar
 

Similar to REVISI 2 REAKSI KUSTA

Reaksi kusta
Reaksi kustaReaksi kusta
Reaksi kusta
zara larasati
 
Reaksi Kusta
Reaksi KustaReaksi Kusta
Reaksi Kusta
zara larasati
 
REAKSI KUSTA
REAKSI KUSTAREAKSI KUSTA
REAKSI KUSTA
zara larasati
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
malisalukman
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
noragracesara
 
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSONLAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
AuliaDwiJuanita
 
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllanamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
Arifin Hidayat
 
Systemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusSystemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosus
Yunita Chatriena
 
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanKomplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanNova Ci Necis
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
Nurul Magfirah
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
SelvitriRahayu
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Kaze Va
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitusppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
AlmamiraOktarama
 
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTasuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTefridorkerinci
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Marito Simanungkalit
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to REVISI 2 REAKSI KUSTA (20)

Reaksi kusta
Reaksi kustaReaksi kusta
Reaksi kusta
 
Reaksi Kusta
Reaksi KustaReaksi Kusta
Reaksi Kusta
 
REAKSI KUSTA
REAKSI KUSTAREAKSI KUSTA
REAKSI KUSTA
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
 
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSONLAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
 
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllanamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
 
Systemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusSystemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosus
 
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanKomplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
 
Hiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iiiHiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iii
 
Pp kejang demam
Pp kejang demamPp kejang demam
Pp kejang demam
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
ASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitusASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitus
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitusppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
ppt laporan kasus ulkus diabetes melitus
 
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTasuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 

More from zara larasati

Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
zara larasati
 
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTAREVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
zara larasati
 
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTAREVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
zara larasati
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAAN
zara larasati
 
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTAREVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
zara larasati
 
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
zara larasati
 
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTAKECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
zara larasati
 
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kustaKecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
zara larasati
 
pengobatan kusta
pengobatan kustapengobatan kusta
pengobatan kusta
zara larasati
 
Charting
ChartingCharting
Charting
zara larasati
 
Register laboratorium kusta
Register laboratorium kustaRegister laboratorium kusta
Register laboratorium kusta
zara larasati
 
pemeriksaan
pemeriksaanpemeriksaan
pemeriksaan
zara larasati
 
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGIPEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
zara larasati
 
bakteriologi dalam pemeriksaan
bakteriologi dalam pemeriksaanbakteriologi dalam pemeriksaan
bakteriologi dalam pemeriksaan
zara larasati
 
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGIPEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
zara larasati
 
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
zara larasati
 
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta revDiagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
zara larasati
 
ATLAS KUSTA
ATLAS KUSTAATLAS KUSTA
ATLAS KUSTA
zara larasati
 
Perawatan diri
Perawatan diriPerawatan diri
Perawatan diri
zara larasati
 
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kustaKecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
zara larasati
 

More from zara larasati (20)

Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
 
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTAREVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
REVISI 2 KECACATAN DAN PENCEGAHAN KUSTA
 
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTAREVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
REVISI 2 PENGOBATAN KUSTA
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAAN
 
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTAREVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
REVISI 2 DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI KUSTA
 
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
 
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTAKECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
KECACATAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN KUSTA
 
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kustaKecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecatatan kusta
 
pengobatan kusta
pengobatan kustapengobatan kusta
pengobatan kusta
 
Charting
ChartingCharting
Charting
 
Register laboratorium kusta
Register laboratorium kustaRegister laboratorium kusta
Register laboratorium kusta
 
pemeriksaan
pemeriksaanpemeriksaan
pemeriksaan
 
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGIPEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
 
bakteriologi dalam pemeriksaan
bakteriologi dalam pemeriksaanbakteriologi dalam pemeriksaan
bakteriologi dalam pemeriksaan
 
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGIPEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
PEMERIKSAAN BACTERIOLOGI
 
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
 
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta revDiagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
Diagnosis dan Klasifikasi Kusta rev
 
ATLAS KUSTA
ATLAS KUSTAATLAS KUSTA
ATLAS KUSTA
 
Perawatan diri
Perawatan diriPerawatan diri
Perawatan diri
 
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kustaKecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
Kecacatan dan pencegahan kecacatan kusta
 

Recently uploaded

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 

Recently uploaded (20)

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 

REVISI 2 REAKSI KUSTA

  • 2. Definisi suatu episode akut dari perjalanan kronis penyakit Kusta yang ditandai dengan PERADANGAN AKUT akibat reaksi imun yang berakibat merugikan
  • 3. Faktor Pencetus 1. Penderita dalam keadaan kondisi lemah 2. Kehamilan dan setelah melahirkan 3. Sesudah mendapat immunisasi 4. Infeksi (spt: malaria, infeksi pd gigi, bisul, cacing dll) 5. Stres fisik dan mental 6. Kurang gizi 7. Pemakaian obat yang meningkatkan kekebalan tubuh
  • 4. Upaya Mengatasi & Mengendalikan Faktor Pencetus 1. Memperhatikan status gizi baik dengan konsumsi gizi seimbang 2. Pemeriksaan gigi 3. Pemberian obat neurotropic seperti vitamin B1, B6, dan B12 untuk membantu mengurangi dampak efek samping obat 4. Pemberian obat cacing dosis tunggal sesuai berat badan 5. Penanganan infeksi lain 6. Pemberian konseling
  • 5. REAKSI Dapat timbul Sebelum, selama dan sesudah pengobatan TIPE I : Meningkatkan respon kekebalan seluler TIPE II : Meningkatnya respon kekebalan humoral
  • 6. Jenis Reaksi Kusta TIPE I - K.U : Demam ringan/tanpa demam - Kulit: makula meradang kadang timbul bercak baru - Saraf tepi:sering terjadi neuritis dan atau gangguan fungsi - Terjadinya: PU segera setelah pengobatan - Dapat terjadi: PB maupun MB - Organ lain: - TIPE II - Deman ringan sp berat disertai kelemahan umum - Timbul nodul ENL, merah, lunak, nyeri tekan kadang pecah - Jarang terjadi neuritis dan atau gangguan fungsi - P.U setelah pengobatan agak lamau - Hanya terjadi pada MB - Sering terkena (sendi, mata, testis, Ginjal,kelenjar getah bening)
  • 7. Reaksi kusta Tipe 1 = Reaksi Reversal Sistem Kekebalan Tubuh Body’s immune system (Respons seluler) kulit saraf “perang” peradangan kuman kusta Kulit merah, bengkak, panas nyeri tekan dan ggn fungsi saraf.
  • 8. 1. Transition headline Let’s start with the first set of slides
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12.
  • 13.
  • 14. Reaksi Kusta tipe 2 = ENL Kuman patah- patah/hancur  terurai Mengeluarkan Protein kuman Pecahan Kuman mati SARAF Globus / Kuman hancur KULIT Aliran darah sistemik Protein kuman masuk / ikut Aliran darah sistemik Memacu respon kekebalan tubuh peradangan di mana-mana (di luar bercak kusta/saraf) (respons humoral) ENL: Nodul2 merah,panas,bengkak,nyeri, disertai gangguan ke organ2 lain
  • 15.
  • 16.
  • 17. Reaksi Tipe I RINGAN • Keadaan umum: demam (-) • Kulit: bercak radang • Saraf tepi:  Nyeri tekan (-)  Gangguan fungsi (-) BERAT • Keadaan umum: demam (+) • Kulit: bercak radang  nyeri tambah parah sampai pecah (ulcerasi) • Saraf tepi:  Nyeri tekan (+)  Gangguan fungsi (+)
  • 18. Reaksi Tipe II RINGAN • Keadaan umum: demam ada tetapi tdk parah • Kulit: nodul merah panas nyeri • Saraf tepi:  Nyeri tekan (-)  Gangguan fungsi (-) • Organ lain: tidak terkena BERAT • Keadaan umum: demam parah • Kulit: nodul merah panas nyeri bertambah parah sampai pecah • Saraf tepi:  Nyeri tekan (+)  Gangguan fungsi (+) • Organ lain pada umumnya: terkena (mata, sendi, testis)
  • 19. 19 NO GEJALA/ TANDA REAKSI TIPE 1 REAKSI TIPE 2 RINGAN BERAT RINGAN BERAT 1. Kulit Bercak : merah, tebal, panas, nyeri.* Bercak : merah, tebal, panas, nyeri yang bertambah parah  sampai pecah Nodul : merah, panas, nyeri Nodul : merah, panas, nyeri yang bertambah parah  sampai pecah 2. Saraf Tepi Nyeri pada perabaan : (-) Nyeri pada perabaan : (+) Nyeri pada perabaan: (-) Nyeri pada perabaan : (+) Gangguan fungsi : (-) Gangguan fungsi : (+) Gangguan fungsi:(-) Gangguan fungsi : (+) 3. Keadaan Umum Demam: (-) Demam: ± Demam: ± Demam: (+) 4. Gangguan Pada Organ Lain - - - + (Misalnya pada mata, sendi, testis, dll) Tabel 5.4 Perbedaan Reaksi Ringan Dan Berat Pada Reaksi Tipe 1 dan 2 * : Bila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan lokasi saraf, dikategorikan sebagai reaksi berat.
  • 20. Kesimpulan Pemeriksaan Fungsi Saraf (PFS) untuk Penentuan Derajat Reaksi (Ringan/Berat)  Apakah lagopthalmus baru terjadi dalam 6 bulan terakhir ?  Adakah nyeri tekan pada syaraf tepi ?  Apakah kekuatan otot berkurang dalam 6 bulan terakhir ?  Apakah rasa raba berkurang dalam 6 bulan terakhir ?  Adakah bercak pecah atau nodul ulserasi ?  Adakah bercak aktif di lokasi saraf tepi ?  Jika tidak ada jawaban “Ya”, maka dikategorikan sebagai reaksi ringan  Jika ada jawaban “Ya” dari salah satu pertanyaan, maka dikategorikan sebagai reaksi berat  Indikasi pemberian Obat Anti Reaksi
  • 21. PENANGANAN REAKSI Prinsip Penanganan Reaksi: 1. Istirahat/ Mobilisasi 2. Pemberian Analgetik/ Antipiretik 3. Atasi Faktor Pencetus 4. Pemberian Obat Anti Reaksi 5. MDT diteruskan dengan Dosis sama Untuk Reaksi Ringan: No. 1; 2; 3; & 5
  • 22. OBAT ANTI REAKSI PREDNISON Hanya Untuk Reaksi Berat LAMPREN ditambahkan Reaksi Type II Berat Berulang Reaksi Type II Berat Sesudah RFT
  • 23. 1. Pemberian prednisone pada Reaksi Tipe 1 dan 2 berat Dosis per hari  Minggu ke :  Follow up Pemeriksaan POD       40 mg 30 mg 20 mg 15 mg 10 mg 5 mg 1 - 2 3 - 4 5 - 6 7 - 8 9 - 10 11 - 12   
  • 24. 2. Pengobatan Reaksi Tipe 2 (ENL) berat berulang Prednison : Dosis per hari  Minggu ke : Follow up       40 mg 30 mg 20 mg 15 mg 10 mg 5 mg LAMPRENE 3 X 100 mg ( 2 bl ) 2 X 100 mg ( 2 bl ) 1 X 100 mg ( 2 bl ) Pemeriksaan POD tiap 1-2 minggu 1-2 3-4 5-6 7-8 11-12  STOP 9-10
  • 25. CATATAN PEMBERIAN PREDNISON 1. Pemberian prednison harus di bawah pengawasan dokter puskesmas/petugas kabupaten 2. Prednison diberikan sesuai skema. Setiap 2 minggu diperiksa ulang dan hasilnya dicatat dalam form evaluasi pemberian prednisone. Jika kondisi: a. Membaik; dosis diturunkan sesuai skema b. Menetap; Dosis dilanjutkan selama 3-4 minggu c. Memburuk; dosis dinaikkan 1 tingkat di atasnya 3. Prednison diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan, kecuali jika terpaksa dapat diberikan secara dosis bagi, missal 2x4 tablet per hari 4. Pada kasus neuritis yang terjadi < 6 bulan, dicari dosis awal dengan memeriksa ulang setelah 1 minggu. Jika tidak ada perbaikan, dosis dinaikkan menjadi 50-60 mg/hari & dipertahankan selama 2 minggu 5. Pemberian prednisone untuk pengobatan reaksi berat pada anak perlu dipantau secara ketat. Dosis maksimum tidak boleh lebih dari 1 mg/kg berat badan. Total lama pengobatan maksimal 2 minggu
  • 27. INDIKASI PEMBERIAN KLOFAZIMIN Jenis reaksi yang membutuhkan tambahan klofazimin: 1. Reaksi tipe II (ENL) berat berulang a. Episode reaksi lebih satu kali b. ENL berat dengan dosis naik turun 2. Reaksi ENL berat setelah RFT Klofazimin diberikan dalam dosis tunggal, pagi hari sesudah makan, kecuali jika kondisi terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi, missal 3x1 tablet per hari atau 2x1 tablet per hari
  • 28. 28 Penghentian Tiba-tiba Pemberian Jangka Panjang (Terus Menerus) Kontra Indikasi • Demam • Nyeri otot • Nyeri Sendi • Malaise • Gangguan cairan & elektrolit • Hiperglikemi • Mudah infeksi • Perdarahan atau perforasi pada penderita tukak lambung • Osteoporosis • Cushing syndrome: moon face, obesitas sentral, jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, timbunan lemak supraklavikuler • Hipertensi • TBC • Diabetes Mellitus • Tukak lambung berat • Infeksi berat Efek Samping Prednison (Kortikosteroid)
  • 29. INDIKASI RUJUKAN REAKSI Penderita reaksi kusta yang dirujuk ke Rumah Sakit: 1. ENL melepuh, suhu tubuh tinggi, neuritis, ENL yang pecah 2. Reaksi tipe 1 dengan disertai bercak ulserasi, lesi di wajah, edema tangan dan kaki, atau neuritis 3. Disertai komplikasi penyakit lain yang berat missal hepatitis, DM, hipertensi, tukak lambung berat, dll 4. Ibu hamil 5. Reaksi ENL berat berulang pada penderita anak
  • 30. 30 Gejala & Tanda Reaksi Tipe I (Reversal) Kambuh Interval Waktu Kurang dari 3 tahun Lebih dari 3 tahun Timbulnya tanda dan gejala Mendadak/cepat Pelan-Pelan Lesi kulit Biasanya pada lesi kulit lama (diatasnya) Lesi baru muncul Nyeri dan pembengkakan Ada, pada kulit dan saraf Tidak ada Kerusakan Terjadinya mendadak Terjadinya perlahan Kondisi umum Peradangan Tidak ada Perbedaan Reaksi Tipe I Dengan Relaps (Kambuh)
  • 31. 31 - Reaksi kusta dapat terjadi sebelum pengobatan, Kadang gejala reaksi inilah yang membuat pasien mengunjungi Puskesmas untuk mencari pengobatan. Petugas jangan lupa untuk menangggulangi reaksi yang terjadi di samping memberikan MDT untuk kustanya. - Reaksi kusta dapat terjadi dalam masa pengobatan Petugas penting mewaspadai adanya gejala reaksi yang mungkin terjadi selama masa pengobatan sehingga reaksi dapat ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Jelaskan apa yang terjadi dan ingatkan pasien untuk kembali sesuai waktu yang dipesan oleh petugas. - Reaksi Kusta dapat terjadi setelah RFT (Segera, atau bahkan bertahun-tahun sesudah RFT Catatan :
  • 32. KHUSUS BILA ADA NEURITIS ATAU NYERI TEKAN SARAF TEPI 1mgg Nyeri Blm kurang 50mg Nyeri berkurang 40mg 30mg 1 mgg Nyeri Berkurang /hilang 20mg 15 10 5 Nyeri hilang Nyeri hilang stop Nyeri hilang Nyeri hilang 2 mgg 2 mgg 2 mgg 2 mgg 2 mgg 60mg Nyeri Blm kurang 1mgg 40mg
  • 33. MANAJEMEN REAKSI SEBELUM PENGOBATAN PENGOBATAN MDT RFT REAKSI BERAT HARUS DICEGAH !!! PERJALANAN PENYAKIT KUSTA PASKA PENGOBATAN HARUS BISA DIDETEKSI & DIOBATI CEPAT DAN TEPAT DINI HARUS TETAP WASPADA !! monitoring fx saraf
  • 34. PETUGAS KESEHATAN PENDERITA SENDIRIdan Jangan biarkan ………… …………ini terjadi !!! SIAPA YANG BISA MENCEGAHNYA ??? Harus ada komunikasi dua arah
  • 35. Kita bisa berperan untuk mencegah ini