ANTIHISTAMIN

Wiyana Wulandari 1301-1207-0051
Ajeng Pratiwi F. W 1301-1207-0054
PENDAHULUAN
• Antihistamin (AH)  zat yang digunakan untuk
  mencegah atau menghambat kerja histamin pada
  reseptornya
• Histamin (Yunani) :
  - Histos yang berarti jaringan
  - Autakoid  aktivitas organ tubuh baik pada
      proses fisiologis maupun patologis
Pendahuluan
• Dalam bidang dermatologi, AH secara luas
  digunakan sebagai terapi  pemahaman
  mengenai farmakologi AH sangat penting
• Terdapat 4 reseptor AH, namun yang memiliki
  reseptor di kulit adalah AH-1 dan AH-2
KLASIFIKASI
1. Antihistamin H1
   - AH1 generasi I (klasik/sedatif)
   - AH1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III)
2. Antihistamin tipe H2
Klasifikasi
• AH I Generasi I
  Yang termasuk golongan ini adalah :
  - Alkilamin
  - Etanolamin
  - Etilendiamin
  - Fenotiazin
  - Piperidin
  - Piperazin
Tripelenamin      Difenhidramin




 Klorfeniramin   Ciproheptadin
Klasifikasi
• AH 1 generasi II
  Yang termasuk golongan ini adalah:
     1. Akrivastin
     2. Astemisol
     3. Setirisin
     4. Loratadin
     5. Mizolastin
     6. Terfenadin
     7. Ebastin
Rumus bangun




          Astemisol    Loratadin




          Terfenadin   Setirisin
Klasifikasi
AH 1 generasi III
Yang termasuk golongan ini adalah:
• Levosetirisin
• Desloratadin
• Feksofenadin
Rumus bangun




Feksofenadin    Desloratadin




Levosetirisin
Klasifikasi
Antihistamin tipe H2
Yang termasuk golongan ini adalah :
 - Cimetidine
 - Ranitidine
 - Famotidine
 - Nizatidine
AH-1 Klasik
• AH1 bekerja sebagai competitif inhibitor terhadap
  histamin pada reseptor jaringan  mencegah
  histamin berikatan dan mengaktivasi reseptornya
   efektif diberikan sebelum terjadi pelepasan
  histamin
• Ikatan antara AH dan reseptor bersifat reversibel
   dapat diganti oleh histamin dalam kadar yang
  tinggi
• Efek histamin : Eritem, urtika, dan pruritus
• AH klasik juga memiliki aktivitas antikolinergik,
  efek anestesi lokal, anti emetik, dan anti mabuk
  perjalanan
Farmakologi AH-1 Klasik
• Setelah pemberian oral, AH1 klasik diabsorbsi
  efek dalam 30 menit (puncak dalam 1-2 jam),
  dan bertahan 4-6 jam
• Waktu paruh antara 9-24 jam, hampir semua
  diikat oleh protein dan dimetabolisme sistem
  sitokrom P-450 di hepar
• Hampir seluruh obat diekskresikan di urine
  pasca 24 jam pemberian
Kegunaan Klinis AH-1 Klasik
• Menghilangkan pruritus
• Pengobatan cold urticaria, angioedema dan reaksi
  alergi kulit lainnya
• Kontraindikasi pada bayi baru lahir, bayi
  prematur, kehamilan, ibu menyusui, glaukoma
  sudut sempit, retensi urine, dan asma
Efek Samping AH-1 Klasik
•   SSP
•   GI tract
•   Kardiovaskular
•   Genitourinaria
•   Darah
•   Kulit
•   Efek samping lainnya
Interaksi AH-1 Klasik
• Depresi SSP ↑ jika diminum bersamaan dengan
  alkohol atau obat lain yang bersifat depresif
  terhadap SSP (Diazepam)
• Efek antikolinergik lebih berat dan lama bila
  diberikan bersama obat golongan inhibitor
  monoamin oksidase
AH-1 NON SEDATIF
• Merupakan antagonis dari histamin pada
  reseptor H1, berikatan secara tidak kompetitif,
  tidak mudah diganti oleh histamin, dilepaskan
  perlahan, kerjanya lebih lama
• Kurang bersifat lipofilik, sangat sedikit
  menembus sawar darah otak, lebih mengikat
  reseptor H1 di perifer secara lebih spesifik
• Efek antikolinergik lebih jarang terjadi
Farmakologi AH1 non Sedatif
• Diabsorpsi dari saluran cerna
• Mencapai puncak dalam 2 jam
• Menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema
  sekitar 1-24 jam
• Sebagian dimetabolisme di hepar melalui enzim
  sitokrom P450 3A4
Kegunaan Klinis AH1 non Sedatif
• Terutama untuk pengobatan rhinitis alergi dan
  urtikaria kronis
• Kontraindikasi pada kehamilan dan ibu
  menyusui
Efek Samping AH1 Non Sedatif
•   SSP
•   Kardiovaskular
•   Hepar
•   Kulit
•   Efek samping lainnya
Interaksi AH1 Non Sedatif
• Perpanjangan interval QT
  C: ketokonazole, makrolid, lovastatin, dll
• Peningkatan kadar AH serum dan resiko
  kardiovaskuler
  C: HIV-1 protease inhibitor, SSRI antidepresant
Antihistamin yang Sering Digunakan
1.   Klorfeniramin
•    Dari golongan alkilamin paling poten & stabil
•    Puncak dalam plasma 30-60 menit
•    Metabolisme pertama di hati & di mukosa
     saluran pencernaan selama proses absorbsi
•    Distribusi secara luas termasik SSP
•    50% dari dosis diekskresikan terutama melalui
     urine (12 jam) dalam bentuk asal dan
     metabolitnya
• Lama kerja 4-6 jam
• Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24 mg/hari
• Sediaan : - Elixir, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml
            - Tablet, 2 mg dan 4 mg
            - Retarded tablet, 8 mg dan 12 mg
2.   Difenhidramin
•    Derivat etanolamin
•    Metabolisme pertama di hati
•    Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi sistemik
      distribusi luas termasuk SSP
•    Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 jam
•    Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam
• Bersifat iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis setempat
• Tidak dapat menembus kulit yang intak
• Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari
• Lama kerja 4-6 jam
• Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi, takikardi,
  perubahan gelombang T, dan pemendekan diastol
• Sediaan :      - Kapsul, 25 dan 50 mg
                 - Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc
                 - Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul
                 - Spray : 60 ml
3.   Hidroksizin
•    Derivat piperazin
•    Sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif,
     antipruritus, dan antiemetik
•    Kadar plasma : 2-3 jam setelah pemberiaan oral
•    Waktu paruh 6 jam
•    Ekskresi dalam urine
•    Lama kerja 6-24 jam
• Dosis 10 – 50 mg p.o, setiap 4 jam
• Sediaan : - Tablet, 10 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg
            - Injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml
            - Sirup 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
4.   Loratadin
•    Trisiklik piperidin long acting
•    Efek sedatif dan antikolinergik minimal
•    Masa kerja lama (24 jam)
•    Metabolit utama : deskarboetoksi-loratadin
•    Cepat diabsorbsi
•    Puncak dalam plasma 1-1,5 jam
•    Waktu Paruh 8-11 jam
• Ekskresi urine 40 %, feses 42 %, ASI 0,029 %
• Indikasi : rinitis alergi, urtikaria kronik idiopatik pada
  pasien >6 tahun
• Efek samping : fungsi miokardial kalium channel 
  tidak disritmia
• Dosis : 10 mg p.o dosis tunggal
           pada anak < 30 kg : 0,5 mg/kgBB dosis tunggal
• Sediaan : - Sirup 1 mg/ ml : 480 cc
              - Tablet 10 mg
              - Reditabs 10 mg
5.   Ceftrizin
•    Metabolit karboksil asid dari hidroksisin
•    Ekskresi lewat urine 60 %, feses 10 %
•    Cepat diabsorbsi dan sedikit dimetabolisme
•    Kadar puncak plasma 1 jam
•    Waktu paruh 7 jam
•    Lama kerja 12-24 jam
•    Menghambat eosinofil, neutrofil, basofil, IgE
     dan menurunkan prostaglandin D2
• Indikasi : urtikaria kronik (AS), cold urticaria
• Dosis : - 10 mg/hari (dosis tunggal)  max 20 mg
          - 0,3 mg/KgBB (anak-anak)
          - 5 mg/hari (kelainan hepar dan ginjal)
• Sediaan : - tablet, 5 mg, 10 mg
             - sirup, 5 mg/ml : 120 ml
6.   Feksofenadin
•    Metabolit aktif utama dari terfenadin
•    Reseptor kompetitif anatagonis H-1 yang selektif
•    Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik,
     non kardiotoksik dan nonsedatif
•    Absorbsi cepat
•    Kadar puncak plasma 1-3 jam
•    Terikat pada protein plasma 60-70 %
•   Waktu paruh 11-15 jam
•   Ekskresi : 80 % urine, 12 % feses
•   Indikasi : rinitis alergi, urtikaria idiopatik kronik
•   Sediaan : - kapsul 30 dan 60 mg
               - tablet 60 mg, 120 mg, dan 180 mg
Antihistamin Yang Aman Digunakan
• Pada wanita hamil dan menyusui:
  Golongan klorfeniramin maleat
• Pada anak-anak:
  Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat,
  difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin,
  setirisin
• Pada bayi:
  - Sebaiknya dihindari, karena efek samping antikolinergik
       dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan.
  - Desloratadin (clarinex®), dapat digunakan pada bayi
       berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.
Antihistamin

Antihistamin

  • 1.
  • 2.
    PENDAHULUAN • Antihistamin (AH) zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja histamin pada reseptornya • Histamin (Yunani) : - Histos yang berarti jaringan - Autakoid  aktivitas organ tubuh baik pada proses fisiologis maupun patologis
  • 3.
    Pendahuluan • Dalam bidangdermatologi, AH secara luas digunakan sebagai terapi  pemahaman mengenai farmakologi AH sangat penting • Terdapat 4 reseptor AH, namun yang memiliki reseptor di kulit adalah AH-1 dan AH-2
  • 4.
    KLASIFIKASI 1. Antihistamin H1 - AH1 generasi I (klasik/sedatif) - AH1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III) 2. Antihistamin tipe H2
  • 5.
    Klasifikasi • AH IGenerasi I Yang termasuk golongan ini adalah : - Alkilamin - Etanolamin - Etilendiamin - Fenotiazin - Piperidin - Piperazin
  • 6.
    Tripelenamin Difenhidramin Klorfeniramin Ciproheptadin
  • 7.
    Klasifikasi • AH 1generasi II Yang termasuk golongan ini adalah: 1. Akrivastin 2. Astemisol 3. Setirisin 4. Loratadin 5. Mizolastin 6. Terfenadin 7. Ebastin
  • 8.
    Rumus bangun Astemisol Loratadin Terfenadin Setirisin
  • 9.
    Klasifikasi AH 1 generasiIII Yang termasuk golongan ini adalah: • Levosetirisin • Desloratadin • Feksofenadin
  • 10.
    Rumus bangun Feksofenadin Desloratadin Levosetirisin
  • 11.
    Klasifikasi Antihistamin tipe H2 Yangtermasuk golongan ini adalah : - Cimetidine - Ranitidine - Famotidine - Nizatidine
  • 13.
    AH-1 Klasik • AH1bekerja sebagai competitif inhibitor terhadap histamin pada reseptor jaringan  mencegah histamin berikatan dan mengaktivasi reseptornya  efektif diberikan sebelum terjadi pelepasan histamin • Ikatan antara AH dan reseptor bersifat reversibel  dapat diganti oleh histamin dalam kadar yang tinggi
  • 14.
    • Efek histamin: Eritem, urtika, dan pruritus • AH klasik juga memiliki aktivitas antikolinergik, efek anestesi lokal, anti emetik, dan anti mabuk perjalanan
  • 15.
    Farmakologi AH-1 Klasik •Setelah pemberian oral, AH1 klasik diabsorbsi efek dalam 30 menit (puncak dalam 1-2 jam), dan bertahan 4-6 jam • Waktu paruh antara 9-24 jam, hampir semua diikat oleh protein dan dimetabolisme sistem sitokrom P-450 di hepar • Hampir seluruh obat diekskresikan di urine pasca 24 jam pemberian
  • 16.
    Kegunaan Klinis AH-1Klasik • Menghilangkan pruritus • Pengobatan cold urticaria, angioedema dan reaksi alergi kulit lainnya • Kontraindikasi pada bayi baru lahir, bayi prematur, kehamilan, ibu menyusui, glaukoma sudut sempit, retensi urine, dan asma
  • 17.
    Efek Samping AH-1Klasik • SSP • GI tract • Kardiovaskular • Genitourinaria • Darah • Kulit • Efek samping lainnya
  • 18.
    Interaksi AH-1 Klasik •Depresi SSP ↑ jika diminum bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang bersifat depresif terhadap SSP (Diazepam) • Efek antikolinergik lebih berat dan lama bila diberikan bersama obat golongan inhibitor monoamin oksidase
  • 19.
    AH-1 NON SEDATIF •Merupakan antagonis dari histamin pada reseptor H1, berikatan secara tidak kompetitif, tidak mudah diganti oleh histamin, dilepaskan perlahan, kerjanya lebih lama • Kurang bersifat lipofilik, sangat sedikit menembus sawar darah otak, lebih mengikat reseptor H1 di perifer secara lebih spesifik • Efek antikolinergik lebih jarang terjadi
  • 20.
    Farmakologi AH1 nonSedatif • Diabsorpsi dari saluran cerna • Mencapai puncak dalam 2 jam • Menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema sekitar 1-24 jam • Sebagian dimetabolisme di hepar melalui enzim sitokrom P450 3A4
  • 21.
    Kegunaan Klinis AH1non Sedatif • Terutama untuk pengobatan rhinitis alergi dan urtikaria kronis • Kontraindikasi pada kehamilan dan ibu menyusui
  • 22.
    Efek Samping AH1Non Sedatif • SSP • Kardiovaskular • Hepar • Kulit • Efek samping lainnya
  • 23.
    Interaksi AH1 NonSedatif • Perpanjangan interval QT C: ketokonazole, makrolid, lovastatin, dll • Peningkatan kadar AH serum dan resiko kardiovaskuler C: HIV-1 protease inhibitor, SSRI antidepresant
  • 24.
    Antihistamin yang SeringDigunakan 1. Klorfeniramin • Dari golongan alkilamin paling poten & stabil • Puncak dalam plasma 30-60 menit • Metabolisme pertama di hati & di mukosa saluran pencernaan selama proses absorbsi • Distribusi secara luas termasik SSP • 50% dari dosis diekskresikan terutama melalui urine (12 jam) dalam bentuk asal dan metabolitnya
  • 25.
    • Lama kerja4-6 jam • Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24 mg/hari • Sediaan : - Elixir, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml - Tablet, 2 mg dan 4 mg - Retarded tablet, 8 mg dan 12 mg
  • 26.
    2. Difenhidramin • Derivat etanolamin • Metabolisme pertama di hati • Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi sistemik  distribusi luas termasuk SSP • Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 jam • Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam
  • 27.
    • Bersifat iritatifdan dapat menyebabkan nekrosis setempat • Tidak dapat menembus kulit yang intak • Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari • Lama kerja 4-6 jam • Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi, takikardi, perubahan gelombang T, dan pemendekan diastol • Sediaan : - Kapsul, 25 dan 50 mg - Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc - Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul - Spray : 60 ml
  • 28.
    3. Hidroksizin • Derivat piperazin • Sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif, antipruritus, dan antiemetik • Kadar plasma : 2-3 jam setelah pemberiaan oral • Waktu paruh 6 jam • Ekskresi dalam urine • Lama kerja 6-24 jam
  • 29.
    • Dosis 10– 50 mg p.o, setiap 4 jam • Sediaan : - Tablet, 10 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg - Injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml - Sirup 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
  • 30.
    4. Loratadin • Trisiklik piperidin long acting • Efek sedatif dan antikolinergik minimal • Masa kerja lama (24 jam) • Metabolit utama : deskarboetoksi-loratadin • Cepat diabsorbsi • Puncak dalam plasma 1-1,5 jam • Waktu Paruh 8-11 jam
  • 31.
    • Ekskresi urine40 %, feses 42 %, ASI 0,029 % • Indikasi : rinitis alergi, urtikaria kronik idiopatik pada pasien >6 tahun • Efek samping : fungsi miokardial kalium channel  tidak disritmia • Dosis : 10 mg p.o dosis tunggal pada anak < 30 kg : 0,5 mg/kgBB dosis tunggal • Sediaan : - Sirup 1 mg/ ml : 480 cc - Tablet 10 mg - Reditabs 10 mg
  • 32.
    5. Ceftrizin • Metabolit karboksil asid dari hidroksisin • Ekskresi lewat urine 60 %, feses 10 % • Cepat diabsorbsi dan sedikit dimetabolisme • Kadar puncak plasma 1 jam • Waktu paruh 7 jam • Lama kerja 12-24 jam • Menghambat eosinofil, neutrofil, basofil, IgE dan menurunkan prostaglandin D2
  • 33.
    • Indikasi :urtikaria kronik (AS), cold urticaria • Dosis : - 10 mg/hari (dosis tunggal)  max 20 mg - 0,3 mg/KgBB (anak-anak) - 5 mg/hari (kelainan hepar dan ginjal) • Sediaan : - tablet, 5 mg, 10 mg - sirup, 5 mg/ml : 120 ml
  • 34.
    6. Feksofenadin • Metabolit aktif utama dari terfenadin • Reseptor kompetitif anatagonis H-1 yang selektif • Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik, non kardiotoksik dan nonsedatif • Absorbsi cepat • Kadar puncak plasma 1-3 jam • Terikat pada protein plasma 60-70 %
  • 35.
    Waktu paruh 11-15 jam • Ekskresi : 80 % urine, 12 % feses • Indikasi : rinitis alergi, urtikaria idiopatik kronik • Sediaan : - kapsul 30 dan 60 mg - tablet 60 mg, 120 mg, dan 180 mg
  • 36.
    Antihistamin Yang AmanDigunakan • Pada wanita hamil dan menyusui: Golongan klorfeniramin maleat • Pada anak-anak: Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin, setirisin • Pada bayi: - Sebaiknya dihindari, karena efek samping antikolinergik dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan. - Desloratadin (clarinex®), dapat digunakan pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.