Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Tanda-tanda klinisnya bervariasi antara lain bercak kulit, kehilangan sensasi, dan kerusakan saraf perifer bergantung pada tipe penyakitnya. Penularannya diperkirakan melalui kontak dengan sekret hidung penderita meskipun mekanismenya masih belum jelas.
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang saraf perifer, kulit, dan saluran pernapasan atas. Terjadi di daerah tropis dan subtropis serta masyarakat berpendapatan rendah. Terdiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan bakteriologis serta ditatalaksanakan dengan MDT.
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit dan saraf perifer dan dapat menyebabkan kerusakan jika tidak ditangani. Gejala umum penyakit kusta antara lain bercak pada kulit, kehilangan sensasi, dan kerusakan saraf. Penularan terjadi melalui kontak dekat dengan penderita selama waktu yang lama. Pencegahan melalui pengob
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kusta, termasuk strategi dan aktivitas layanan untuk pengawasan dan pengendalian penyakit, agen infeksi dan ciri-cirinya, faktor risiko, masa pengeraman, rawatan, dan pembagian jenis penyakit kusta.
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Tanda-tanda klinisnya bervariasi antara lain bercak kulit, kehilangan sensasi, dan kerusakan saraf perifer bergantung pada tipe penyakitnya. Penularannya diperkirakan melalui kontak dengan sekret hidung penderita meskipun mekanismenya masih belum jelas.
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang saraf perifer, kulit, dan saluran pernapasan atas. Terjadi di daerah tropis dan subtropis serta masyarakat berpendapatan rendah. Terdiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan bakteriologis serta ditatalaksanakan dengan MDT.
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit dan saraf perifer dan dapat menyebabkan kerusakan jika tidak ditangani. Gejala umum penyakit kusta antara lain bercak pada kulit, kehilangan sensasi, dan kerusakan saraf. Penularan terjadi melalui kontak dekat dengan penderita selama waktu yang lama. Pencegahan melalui pengob
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kusta, termasuk strategi dan aktivitas layanan untuk pengawasan dan pengendalian penyakit, agen infeksi dan ciri-cirinya, faktor risiko, masa pengeraman, rawatan, dan pembagian jenis penyakit kusta.
Dokumen ini membahas tentang penyakit kusta (lepra) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menular melalui kontak erat dan lama dengan penderita, terutama melalui droplet dari saluran napas. Gejala utamanya adalah bercak kulit dan kerusakan syaraf tepi yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengobatan multi obat (MDT) se
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala klinis seperti bercak dan kelainan pada kulit serta gangguan saraf yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Pengobatan yang tepat dapat memutus mata rantai penularan sekaligus mencegah terjadinya cacat pada pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang dermatomikosis atau infeksi jamur kulit. Penyebab utamanya adalah jamur dermatofita, yang dapat menginfeksi kulit, rambut, dan kuku. Terdapat berbagai jenis penyakit jamur kulit seperti tinea capitis, corporis, cruris, pedis, dan onikomikosis. Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH dapat menunjukkan hifa jamur. Pengobatan bisa dilakukan secara
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan fungsi kulit, penyakit yang dapat menyerang kulit, serta cara menjaga kesehatan kulit secara umum dan khusus. Kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis, yang masing-masing memiliki struktur dan fungsi penting untuk melindungi tubuh.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
Dokumen ini membahas tentang penyakit kusta (lepra) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menular melalui kontak erat dan lama dengan penderita, terutama melalui droplet dari saluran napas. Gejala utamanya adalah bercak kulit dan kerusakan syaraf tepi yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengobatan multi obat (MDT) se
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala klinis seperti bercak dan kelainan pada kulit serta gangguan saraf yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Pengobatan yang tepat dapat memutus mata rantai penularan sekaligus mencegah terjadinya cacat pada pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang dermatomikosis atau infeksi jamur kulit. Penyebab utamanya adalah jamur dermatofita, yang dapat menginfeksi kulit, rambut, dan kuku. Terdapat berbagai jenis penyakit jamur kulit seperti tinea capitis, corporis, cruris, pedis, dan onikomikosis. Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH dapat menunjukkan hifa jamur. Pengobatan bisa dilakukan secara
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan fungsi kulit, penyakit yang dapat menyerang kulit, serta cara menjaga kesehatan kulit secara umum dan khusus. Kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis, yang masing-masing memiliki struktur dan fungsi penting untuk melindungi tubuh.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
1. Penyakit KUSTA / LEPRA / LEPROSY / MORBUS
HANSEN
Definisi :
- merupakan penyakit kronik
- disebabkan mycobacterium leprae (M.Leprae)
- menyerang pertama pada saraf tepi
- selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut),
saluran pernapasan bagian atas, sistem
retikulo endotelial, mata, otot, tulang
dan testis
2. Epidemiologi
• tersebar diseluruh dunia
• tahun 1997 tercatat 888.340 penderita
• berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar
ke Mesir,Eropa, Afrika dan Amerika
• Di Indonesia tercatat 33.739 penderita
• Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak
setelah India dan Brasil
• Prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk
• Data insidens sangat sulit diperoleh
3. • Insidens di dunia cenderung menurun rata-rata per
tahun 7-18%
• Dapat menyerang semua orang, semua umur
• Laki-laki lebih banyak dibanding wanita dengan
perbandingan 2:1
• Jarang dijumpai pada umur yang sangat muda
• Serangan pertama kali pada umur diatas 70 tahun
sangat jarang
• Frekuensi terbanyak pada umur 15-29 tahun
• Pernah ditemukan di P. Nauru pada keadaan epidemi
penyebaran hampir pada semua umur
• Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi pada usia
muda, sedangkan pada penduduk emigran prevalensi
meningkat pada usia lanjut
4. • Terdapat perbedaan , baik perbedaan ras
maupun geografik
• Ras Cina, Eropa, Myanmar lebih rentan
terhadap bentuk lepromatosa
dibandingkan ras Afrika, India dan
Melanesia
• Iklim (cuaca panas dan lembab), diet,
status gizi, status sosial ekonomi, genetik,
berperan dalam kejadian dan penyebaran
penyakit
5. Etiologi
• Penyebab penyakit adalah mikobakterium leprae
• Morfologik : berbentuk pleomorf lurus, batang
panjang, sisi paralel, dengan kedua ujung bulat
• Ukuran 0.3-0,5 x 1-8 mikron
• Bentuk batang gram positip
• Tidak bergerak dan tidak berspora
• Dapat tersebar atau berkelompok dalam berbagai
ukuran, disebut globi
• Dinding terdiri dari 2 lapisan, peptidoglikan dan
lapisan transparan lipopolisakarida
9. • Basil obligat intraseluler
• Dapat berkembang biak di dalam sel Schwann saraf
dan makrofag kulit
• Basil dapat ditemukan di mana2, di dalam tanah , air dan
udara.
• Pada manusia terdapat pada permukaan kulit, rongga
hidung dan tenggorokan
• Basil dapat berkembang biak di dalam otot polos atau
otot bergaris
• Basil dapat ditemukan pada folikel rambut, kelenjar
keringat, sekret hidung, mukosa hidung dan daerah erosi
atau ulkus pada tipe borderline atau lepromatous.
• Berkembang biak secara perlahan (11-13 hari)
10. Pertumbuhan yang sangat lambat
menimbulkan masa inkubasi yang
sangat lama (5-7 tahun)
Basil belum dapat dibiakkan in vitro, dapat
di inokulasi pd bbrp binatang
Bersifat tahan asam
Bagian tubuh yang dingin merupakan
tempat predileksi misalnya saluran
pernapasan, testis, ruang anterior mata,
kulit terutama cuping telinga, jari
11. Terdapat 5 sifat khas M. leprae
• Merupakan parasit intraseluler, tidak dpt dibiakkan
pada media buatan
• Dapat diekstrasi oleh oiridin, sifat tahan asam
• Merupakan satu2nya mikobakterium yg mengoksidasi D-
Dopa
• Satu2nya spesies mikobakterium yang menginvasi
dan bertumbuh dalam saraf perifer
• Ekstrak terlarut dalam preparat M. leprae mengandung
komponen antigenik yg stabil dgn aktifitas imunologis
yang khas yaitu uji kulit positif pada penderita
tuberkuloid dan negatif pada penderita lepromatous
12. Manifestasi klinik
• Menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium
lanjut
• Diagnosis pada saat ini cukup ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik
• Gejala tergantung pada:
• - multiplikasi dan diseminasi kuman lepra
• - respon imun penderita terhadap
kuman lepra
• - komplikasi yang diakibatkan
oleh kerusakan saraf perifer
13. Tanda kardinal, apabila salah satunya
ada, tanda tsb sudah cukup untuk
menetapkan diagnosis penyakit kusta,
yakni:
• Lesi kulit anestesi
• Penebalan saraf perifer
• Ditemukannya M . Leprae ( bakteriologis
positif) BTA+
27. Klasifikasi menurut Ridley dan Jopling
1. Tipe tuberkuloid-tuberkuloid (TT)
• - lesi mengenai kulit maupun saraf
• - lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat
berupa makula atau plakat, batas jelas dan
pada bagian tengah dapat ditemukan lesi
yang mengalami regresi atau penyembuhan
• - permukaan lesi dapat bersisik dengan
tepi yang meninggi
• - gejala dapat disertai penebalan saraf
perifer yang biasanya teraba
• - terdapat kelemahan otot, sedikit rasa
gatal
28. 2. Tipe Borderline tuberkuloid (BT)
• - lesi menyerupai tipe TT
• - gambaran hipopigmentasi,
kekeringan kulit atau skuama
tidak sejelas tipe tuberkuloid
• - gangguan saraf tidak seberat
tipe tuberkuloid, asimetrik
• - biasanya ada lesi satelit yang
terletak dekat saraf perifer
yang menebal
29. 3. Tipe borderline- borderline (BB)
• Merupakan tipe paling tidak stabil
• Jarang dijumpai
• Lesi sangat bervariasi, baik ukuran
bentuk maupun distribusinya
• dapat berupa makula infiltrat
30. 4. Tipe borderline lepromatous (BL)
• Secara klasik lesi dimulai dengan makula , awalnya
hanya dalam jumlah sedikit, kemudian dengan cepat
menyebar ke seluruh badan
• Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya
• Papula dan nodus lebih tegas dgn distribusi lesi yang
hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk
pada bagian tengah
• Tanda2 kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi ,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat, gugurnya
rambut lebih cepat dibanding tipe lepromatous
• Penebalan saraf dapat teraba pada tempat predileksi di
kulit
31. 5. Tipe lepromatous-lepromatous (LL)
• Jumlah lesi sangat banyak, simetrik, permukaan halus,
lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak tegas
• Tidak ditemukan gangguan anestesi dan anhidrosis
pada stadium dini
• Distribusi lesi khas yakni di wajah mengenai dahi,
pelipis, dagu, cuping telinga
• Di badan mengenai bagian belakang , lengan, punggung
tangan dan permukaan ekstensor tungkai bawah
• Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang
progresif, cuping telinga menebal, garis muka menjadi
kasar dan cekung membentuk facies leonina yang
dapat disertai madarosis, iritis dan keratitis
32.
33. • Lebih lanjut dapat terjadi deformitas pada
hidung
• Dapat dijumpai pembesaran kelenjar limfe,
orkitis yang dapat menjadi atropi testis
• Kerusakan saraf dermis dapat menyebabkan
gejala stocking dan glove anasthesia
• Apabila penyakit menjadi progresif makula dan
papula baru muncul, sedangkan lesi lama
menjadi plak dan nodul
• Pada stadium lanjut serabut2 saraf perifer
mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang
menyebabkan anestesi dan pengecilan otot
pada tangan dan kaki.
34. Tipe indeterminate (tidak termasuk
klasifikasi Ridley dan Jopling, dengan
tanda2:
- jumlah lesi sedikit, asimetrik, makulo
hipopigmentasi dengan sisik sedikit, kulit
sekitar normal
- lokalisasi biasanya pada bagian
ekstensor ekstremitas, bokong atau muka
35. • - kadang2 ditemukan bentuk makula
hipestesi atau sedikit penebalan saraf
• - diagnosa ditegakkan bila dengan
pemeriksaan histopatologik didapatkan
basil atau infiltrat disekitar saraf
• - pada 20-80% kasus penderita kusta
didapatkan tipe ini.
• - sebagian besar akan sembuh
spontan
36. Pengobatan
• Sulfon
• Rifampisin
• Klofazimin (B663, Lampren)
• Protionamide dan Etionamide
• MDT (Multi Drug Therapy)
• Sesuai rekomendasi WHO
• Rifampisin, DDS , lama pengobatan 6 bulan
• Rifampisisn, DDS, Lampren, lama pengobatan maks
36 bulan
• Obat2-an baru; fluorokinolon, gol antibiotik makrolid,
minosiklin
• Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
37. PROGRAM PEMBERANTASAN
Tujuan: prevalensi < dari 1 per 10.000 pddk
Sasaran: semua penderita orang yang kontak dengan
penderita
Strategi:
• pengobatan dgn MDT
• kerjasama linsek dan linprog
• meningktkan ketrampilan petugas
• Penemuan, pengobatan dan pencegahan kecacatan
38. Pelaporan dan pencacatan
1.Setiap penderita harus memiliki kartu
penderita
2.Pencatatan dalam buku monitoring
3.Menyediakan formulir kasus baru
4.Pencatatan di dalam buku kunjungan
penderita
39. Upaya Pencegahan Penularan Kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat
segera ditangani dan di cegah.
mencegah penularan kusta:
• Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin
terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak
dapat lagi menularkan pada orang lain.
• Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka
waktu yang lama
• Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
• Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan
cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
•Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil
bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
40. •Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita
kusta
•Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah
sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet
•Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan
pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan
pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
•Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan
penderita kusta.
•Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai
mekanisme penularan kusta