RINGKASAN
KELOMPOK IXB. 2013. Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak ( Asisten: Mentari Diana Vergi).
Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 mei 2013 pukul 05.30 – 00.30 WIB dan hari Selasa tanggal 21 mei 2013 pukul 05.30 – 23.00 WIB diLaboratorium Ilmu Makanan Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dari tepung jerami padi melalui analisis proksimat yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar dan BETN. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui kandungan Nutrisi tepung jerami padi dengan analisis proksimat.
Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel pakan tepung jerami padi, sedangkan alat dan bahan yang digunakanadalah botol timbang untuk analisis kadar air, timbangan analitis untuk menimbang bahan, oven, eksikator untuk mendinginkan bahan, crucible porcelain sebagai wadah saat dioven dan eksikator pada analisis kadar abu dan kadar serat kasar, tanur listrik untuk menghilangkan bahan organik dalam analisis kadar abu dan kadar serat kasar, labu erlemeyer sebagai tempat sampel yang akan dianalisis kadar proteingelas beker sebagai wadah sampel, gelas ukur untuk mengukur jumlah larutan yang digunakan dalam analitis, corong Bucher untuk analisis kadar serat kasar, kertas saring untuk menyaring sampel, H2SO4 0,3 N 50 ml, N- heksan, H2SO4 98%, NaOH1,5 N 25 ml, H3BO4 4%, air panas, labu penyari untuk analisis kadar lemak, soxhlet, pendingin tegak, corong, penjepit, pompa vacum, selongso penyari, buret untuk titrasi, labu dekstruksi untuk proses destruksi, dan alat titrasi untuk menitrasi sampel pada analisis protein, metil blue+metil red, lemari asam untuk proses destruksi. Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah yaitu dengan menganalisis protein, kadar abu, protein kasar. Lemak kasar dan serat kasar pada sampel bahan pakan tepung jerami padi dengan metode analisis proksimat.
Hasil analisis proksimat dengan sampel pakan tepung jerami padi diperoleh data dalam bahan kering sebagai berikut : kadar air sebesar 12,32 %, kadar abu sebesar 17,72 %, kadar protein kasar sebesar 4,68%, kadar lemak kasar 0,023%, kadar serat kasar 31,44%, dan BETN sebesar 78,97%. Perbedaan hasil praktikum dengan standar yang ada disebabkan oleh kualitas dari bahan pakan, masa panen, lama penyimpanan, radiasi matahari, suhu lingkungan, kelembaban dan kondisi padi.
Kata Kunci : tepung jerami padi, destilasi, destruksi, analisis proksimat
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan faktor yang penting dalam usaha peternakan,
keberhasilan suatu usaha peternakan dipengaruhi oleh pemberian dan pemilihan
pakan dalam suatu limbah pertanian berupa jerami padi sangat potensial
dimanfaatkan sebagai pakan karena tersedia cukup banyak di Indonesia.
Penggunaan limbah pertanian berupa jerami padi sebagai paakn tunggal belum
dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk ternak.
Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kandungan-kandungan nutrein yang ada didalam bahan pakan. Sehingga peternak
dapat memberikan pakan dengan kandungan nuterin yang cukup untuk kebutuhan
ternak agar dapat berproduksi dengann optimal.
Jerami padi yang sudah menjadi tepung jerami memiliki kandungan
lignoselulosa yang tinggi dan kandungan PK yang rendah menyebabkan
rendahnya kemampuan ternak dalam mengkonsumsi bahan kering (BK) yang
pada akhirnya menyebabkan rendahnya nilai cerna sehingga memberikan
produktivitas yang rendah.
Tujuan dari praktikum mengetahui kandungan bahan pakan pada Ilmu
Nutrisi Ternak adalah agar mahasiswa dapat menentukan kadar komposisi nuterin
bahan pakan yang dianalisis. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui prosedur analisis proksimat secara langsung dan cara menentukan
kadar nutrein dari bahan pakan dengan metode analisis proksimat.
2. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu metode pengelompokan nutrein
menurut sifat fisik kimianya. Kata proksimat berasal dari kata “ Proximus” yang
berasal dari bahasa latin yang berarti terdekat Amrullah (2004). Analisis
proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu pakan.
Komponen utama pakan umumnya terdiri dari air, kadar abu, kadar serat kasar,
kadar lemak kasar, dan BETN. Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena
menyediakan data kandungan utama dari suatu bahan pakan. Faktor lain adalah
analisis proksimat dalam pakan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan pakan
tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas pakan
tersebut. Analisi proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah untuk
dilakukan Sofyan (1992.
2.1.1. Kadar Air
Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan. Kadar air dalam
bahan pakan perlu diketahui untuk membandingkan nilai nutrisinya berdasarkan
bahan kering (Kamal, 1994). Air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air
bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Substansi sederhana dalam pakan
yang dapat dihitung berdasarkan kehilangan bobot sampel setelah dikeringkan
dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Anggorodi, 1994).
3. 3
2.1.2. Kadar abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu
suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai
kandungan mineral di dalam bahan pakan ada didalam abu pada saat bahan
dibaakar (Tilman et.,al, 1998). Penetuan abu dilakukan dalam tanur pada suhu
400-600° C sesudah dikeringkan sehingga semua air hilang. Kadar abu dinyatakan
dalam per 100 gram bahan. Standar kadar abu untuk tepung jerami adalah 21,73%
(Laconi, 1992). Penentuan kadar abu dapat dalam bahan pakan adalah menimbang
berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 600ºC.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC )
selama beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal
sebagai abu. Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan cara melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah
itu dilakukan pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah
itu dilakuakn pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara
basah dan keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak
terlalu tinggi (Tilman et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan
dengan pengabuan atau insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak
senyawa organikdan meninggalkan mineral (Deman, 1997).
4. 4
2.1.3. Kadar serat kasar
Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan
mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat kasar yang tinggi
dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nutrein lain serta
dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nuterin lain serta
dapat mempengaruhi kecepatan aliran bahan makanan didalam saluran
pencernaan (Budiansyah, 2010). Semakin tinggi serat kasar dalam ransum, maka
dapat meningkatkan panjang organ tersebut per kilogram berat badan untuk
memperluas daerah penyerapan (Arinong, 2003). Berdasarkan penelitian lokal,
diperoleh hasil kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jearmi padi
adalah sebesar 267,8% (Arinong, 2003).
2.1.4. Lemak kasar
Lemak kasar merupakan semua senyawa yang larut dalam pelarut organik
yang terdapat pada suatu sampel bahan pakan. Berdasarkan analisis proksimat,
kadar lemak bahan pakan ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan
tersebut dalam pelarut organik. Sampel dibebaskan dahulu dari air dengan
memanaskannya dalam oven pada suhu 110º C, kemudian diekstraksikan dengan
pelarut organik, setelah ekstraksi selesai, sampel diuapkan hingga kering, lalu
sampel ditimbang. Lemak adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dan asam lemak.
Hasil ekstraksi tersebut jelas bukan hanya lemak, melainkan segala sesuatu yang
larut dalam pelarut organik seperti karetinoid,steroid, pigmen tanaman, dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Sehingga hasil
5. 5
yang diperoleh umumnya lebih tinggi daripada kandungan lemak bahan pakan
yang sebenarnya (Amrullah,2004). Beberapa jenis tepung jerami padi memiliki
kadar lemak antara 26,7% (Arinong, 2003).
2.1.5. Kadar protein kasar
Protein kasar merupakan semua ikatan yang mengandung nitrogen (N),
baik protein sesungguhnya (true protein) mengandung N tetapi bukan protein
(non protein nitrogen) (Amrullah, 2004). Protein merupakan senyawa organik
yang tersusun atas asam-asam amino alfa yang umumnya diikat satu sama lain
oleh ikatan peptida atas asam-asam amino, asam amino bebas bukan protein,
nitrogen bahan makanan sebagian terdapat sebagai amida, asam nukleat, asam
amino, glukosida, alkaloida, dan garam ammonium. Analisis proksimat protein
ditentukan dengan mengalikan kadar N dengan faktor 6,25. Faktor 6,25
merupakan perkisaran kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan pakan yaitu
sebesar 16 % (Purbowati et al., 2007). Kadar N tidak selalu sebesar 16 %, nilai 16
% berasal dari rata-rata kandungan N daging. Kandungan protein erat
hubungannya dengan kandungan serat kasar. Makin tinggi kandungan protein dari
jenis bahan pakan yang sama maka rendah kandungan serat kasarnya. Bahan yang
banyak mengandung protein juga mudah dicerna dibandingkan dengan bahan
yang banyak mengandung karbohidrat. Protein yang tinggi, maka kadar serat
kasarnya rendah dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan bahan yang lebih
banyak mengandung serat kasar dan lebih rendah proteinnya. Tepung jerami padi
kadar proteinnya tinggi, yaitu antara 26,7 % (Purbowati et al.,2007).
6. 6
2.1.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan organik yang dapat
diekstrak dari bahan yang tidak mengandung nitrogen (Hartadi et al., 1997).
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan mudah larut. Bahan ini diekstrasi
selama penentuan kadar serat dengan menggunakan asam lemak dan basa lemak.
Pati, gula, dan pentosa lebih mudah larut serta karbohidrat komplek lainnya
termasuk dalam kelompok ini (Sayuti , 1989) BETN berisi zat-zat monosakrida,
disakarida, dan polisakarida yang semuanya mudah larut dalam larutan asam dan
basa. Analisis serat kasar mempunyai hasil daya cerna yang tinggi (Tillman et al.,
1998). BETN dijadikan sebagai indeks bagian karbohidrat bahan pakan yang
bukan selulosa (Amrullah, 2004).
2.2. Bahan Pakan
Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dimakan oleh hewan yang
didalamnya terdapat kandungan nutrien dan kebutuhan energi yang dibutuhkan
oleh hewan (Hartadi, 1980). Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan
pakan yang berasal dari tanaman dan bahan pakan yang berasal dari non tanaman
(hewan) (Umiyasih dan Anggraeny, 2007).
2.2.1. Jerami padi
Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang
tertinggal setelah dipanen butir buahnya Shiddieqy (2005). Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat banyak dan tersedia sepanjang
tahun (Amrullah, 2004). Produksi padi tahun 2000 sebanyak 50.866.387 ton, bila
7. 7
diasumsikan jumlah jerami padi adalah 50 % dari produksi padi yang dihasilkan
pada tahun yang sama sebanyak 25.433.194 ton.Dari jumlah tersebut baru sekitar
7,8 % yang sudah dimanfatkan sebagai makanan ternak. Jerami padi merupakan
bahan pakan herbivora yang tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah
antara lain karena dinding selnya tersusun oleh selulosa, hemiselulosa, lignin, dan
silika (Budiman, 2007). Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak
mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai
nutrisi yang rendah yaitu kandungan protein rendah , serat kasar tinggi, serta
kecernaan rendah. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39,
sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan
sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri bahan pangan (Syamsu, 2003).
8. 8
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi ternak dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20
Mei 2013 pukul 05.00-00.30 WIB dan hari Selasa tanggal 21 Mei 2013 pukul
05.30-23.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah
tepung jerami padi, kertas minyak, kertas saring bulat, kertas sarring persegi,
H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N. aseton, N-heksan, aquades panas, indikator
campuran Methylen Red + Methylen Blue, selenium, H2SO4 pekat, NaOH 45%,
H3BO3 4%, dan HCL 0,1 N.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol timbang untuk
analisis kadar air, timbangan analitis untuk menimbang sampel pakan dan
selenium, oven untuk mengoven sampel, eksikator untuk mendinginkan alat,
crucible porcelain sebagai wadah saat di oven dan ditanur pada analisis kadar abu
dan kadar serat kasar, tanur listrik untuk menghilangkan bahan organik dalam
analisis kadar abu dan kadar serat kasar, labu erlenmeyer sebagai tempat sampel
yang akan dianalisis kadar protein, beaker glass sebagai wadah sampel, gelas ukur
untuk mengukur jumah larutan yang digunakan analitis bahan, corong Buchner
9. 9
untuk analisis kadar serat kasar, labu penyari untuk analisis kadar lemak, soxhlet,
pendingin tegak, water bath, selongsong penyari, labu dekstrusi/labu kjedhal
untuk proses dekstrusi protein, buret untuk titrasi, corong, kompor listrik untuk
memasak sampel, alat destilasi untuk mendestilasi dalam analisis kadar protein
dan alat-alat titrasi untuk menitrasi sampel pada analisis protein, pompa vacum,
lemari asam untuk proses destruksi, dan penjepit.
3.2 Metode
3.2.1. Analisis kadar air
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci botol timbang
kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105-101ºC selama 1 jam,
memasukannya dalam eksikator selama 15 menit, dan menimbang botol timbang.
Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram, memasukan sampel ke dalam botol
timbang dan mengeringkannya dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110ºC,
kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan
menimbangnya. Pengerngan dilakukan dengan pengovenan selama 3 x 2 jam
samapi berat konstan yaitu beratnya tidak berubah lagi dengan standar perubahan
berat maksimal 0,2 mg. Menghitung kadar air dengan menggunakan rumus:
Kadar Air = (Berat botol timbanag+Berat sampel)- Setelah oven x 100%
Sampel masuk
10. 10
3.2.2. Analisis kadar abu
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci bersih crucible
porcelain dengan air, mengeringkannya dalam oven pada suhu 105-110ºC selama
1 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan
menimbangn crucible porcelain. Menimbang sampel tepung jerami padi sebanyak
± 1 gram dengan menggunakan crucible porcelain sebagai tempatna. Memijarkan
sampel tepung jerami padi dlam tanur listrik pada suhu tanur hingga suhunya
mencapai 120ºC dan mengangkat crucible porcelain dari tanur lalu mendinginkan
dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung kadar abu
sampel tepung jerami padi dengan menggunakan rumus:
Kadar Abu = (Berat setelah tanur-Berat crucible porcelain) x 100%
Sampel masuk
3.2.3. Analisis serat kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah memasukan beker gelas
dan crucible porcelain ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110ºC.
Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram ke dalam beker gelas
kemudian menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan memasaknya hingga mendidih
selama 30 menit. Menambahkan larutan 25 ml NaOH 1,5 N ke dalam beker gelas
kemudian memasaknya hngga mendidih selama 30 menit. Menyaring cairan
tersebut dengan kertas saring yang telah dipasang pada corong Buchner.
Menyaring sampel dengan labu penghisap kemudian mencuci berturut-turut
dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.
11. 11
Diangin-angnkan sampai bau aseton hilang. Memasukan ketas saring beserta
isinya dalam crucible porcelain dan mengeringkannya dalam oven pada suhu 105-
110ºCselama 6 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit
dan menimbang beratnya. Memasukan kertas saring beserta isisnya dalam
crucible porcelain ke dalam tanur pada suhu 400-600ºC selama 6 jam. Mematikan
tanur listrik dan menunggu sampai suhunya 120ºC dan memasukannya dalam
eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang beratnya. Mengitung kadar serat
kasar menggunakan rumus:
Kadar Serat Kasar = Setelah oven- Setelah tanur-Kertas saring x 100%
Sampel masuk
3.2.4. Analisis lemak kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah menimbang sampel pada
kertas saring. Membungkus tepung jerami padi dengan menggunakan kertas
saring tersebut, selanjutnya memasukan sampel ke dalam oven pada suhu 110ºC
selama 6 jam. Sampel yang sudah dioven selama 6 jam, sampel dikeluarkan dari
oven dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit kemudan
menimbangnya. Setelah itu memasukan sampel ke dalam soxhlet yang telah
terpasang dalam kompor listrik. Menuangkan N-hexan ke dalamnya, selanjutnya
memasang alat pendingin tegak yang dialiri air. Melakukan penyaringan dengan
N-hexan di dalam alat soxhlet selama 4 jam. Mengerluarkan sampel dari alat
soxhlet dan mengangin-anginkannya sampai tidak berbau N-hexan. Mengeringkan
12. 12
sampel yang terbungkus kertas saring ke dalam oven pada suhu 110ºC selama 6
jam. Menghitung kadar lemak kasar menggunakan rumus:
Kadar lemak Kasar = Berat oven I – Berat oven II x 100%
Berat oven I-Kertas saring
3.2.5. Analisis protein kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci labu destruksi ,
gelas ukur, beker gelas, Erlenmeyer dan memasukan ke dalam oven selama 1 jam
pada suhu 105-110ºC. Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram
ke dalam labu destruksi dengan menambahkan 1 gram selenium dan 15 ml H2SO4
pekat lalu mencampurkannya. Memasukan labu destruksi dan isinya ke dalam
lemari asam sampai larutan berubah warna menjadi hijau jernih. Kemudian
mendinginan larutan. Membuat larutan penangkap dengan menyiapkan larutan
H3BO3 sebanyak 20 ml kemudian menetesi dengan indkator MR+MB sebanyak 2
tetes. Memasukkan sampel yang sudah didestruksi kedalam labu destilasi lalu
menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45% dan melakukan destilasi
sampai berubah warna dari ungu menjadi hjau. Menitrasi hasil destilasi dengan
menggunakan HCL 0,1 N samapi terbentk warna ungu. Menghitung kadar protein
menggunakan rumus:
Protein Kasar = (Titran sampel-Titran blangko) x N HCL x 0,014 x 6,25 x 100%
Sampel masuk
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Anggordi, R. 1994. Ilmu Makan ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Amrullah I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Arinong, R. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi Kombinasi Jerami Padi dengan Daun
gamal (Griricidia maculata) terhadap Kualitas yang Difermentasi
Silase. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol. 6 (1) : 2007 ISSN
1411-4577 (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Budiansyah, A. 2010. Perfoman Ayam Broiler yang Diberi ransum yang
mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai
Pengganti Sebagian Ransum Komersial. Universitas Jambi. Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Volume 13 No 5.
Demam, J. M. 1997. Kimia Makanan edisi 2. ITB, Bandung.
Hartadi, H. S. 1980. Tabel Komposisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Tabel Komosisi Pakan
untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Laboratorium Makanan Ternak. Jurnal Nutrisi
dan Makan Ternak. UGM, Yogyakarta.
14. 14
Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan Manure Ayam sebagai Suplemen Non Protein
Bitrogen (NPN) dalam Pembuatan Silase Jerami Padi untuk Ternak
Kerbau. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Purbowat, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S. Budhi dan W. Lestariana. 2007.
Pengaruh Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang
Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot
terhadap Konversi Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 394-401.
Sayuti, N. 1989. Landasan Ruminansia. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.
Padang.
Syamsu, J. A. 2003. Kajian Fermentasi Jerami Padi dengan Probiotik sebagai
Pakan Sapi Bali di Sulawesi Selatan. J. Ilmu Ternak. 3(2): 26: 26-35.
Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan, www.pikiranrakyat.com
diakses pada 10 April 2006.
Tilam, A. D., Hartadi, S. Reksohardjo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1998.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM, Yogyakarta.
15. 15
Umiyasih, U dan Y. N. Anggraeny. 2007. Petunjuk teknis ransum Seimbang
Stategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembanan
Peternakan, Bogor.