SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
BAHAN AJAR HANDS OUT
MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PAKAN UNGGAS
UJI KUALITAS PAKAN SECARA FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI
DEDI KUSMANA, S.Pt.
NUPTK: 186075966112002
PENGUJIAN
KUALITAS PAKAN
1. UJI FISIK 2. UJI KIMIAWI 3. UJI BIOLOGIS
1.1. Uji Fisik
Pegujian secara fisik mudah dilakukan dan tidak terlalu membutuhkan
biaya yang banyak. Pengujian sifat fisik pada pakan, dalam hal ini pelet ikan,
meliputi kekerasan pelet, stabilitas pelet dalam air, kecepatan tenggelam pelet,
serta kadar kehalusan
(Mujiman, 1985). Dikutip dari Aslamsyah (2017), bahwasannya uji fisik
meliputi beberapa tingkatan, yaitu :
1) Tingkat homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran
partikel bahan penyusun pakan. Pakan buatan berkualitas baik apabila
mempunyai ukuran partikel bahan baku yang halus, seragam, dan
homogenitas tinggi. Adapun metode yang dapat digunakan untuk uji
tingkat homogenitas yaitu disediakan pakan sebanyak 5g kemudian
digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet
ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam
persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm. Menurut Asmawi
(1983), sifat-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses
pengolahannya. Salah satunya adalah ukuran partikel serta distribusi
ukuran.
1. Pengujian Kualitas
Pakan
Uji Fisik
1. Tingkat
homogenitas
2. Tingkat
kehalusan
3. Tingkat
kekerasan
4. Stabilitas
dalam air (water
stability)
2) Tingkat kehalusan
Selain ukuran partikel, kadar kehalusan juga sangat perlu
diperhatikan, hal ini disebabkan karena mutu fisik terutama pada pelet ikan
sebagian besar ditentukan oleh kehalusan bahannya. Semakin halus
bahannya, maka semakin stabil pelet berada di dalam air, sehingga tidak
cepat rapuh atau pecah berantakan (Asmawi, 1983). Metode yang
digunakan untuk pengujian tingkat kehalusan adalah sama dengan
pengujian tingkat homogenitas, yakni disediakan pakan sebanyak 5g
kemudian digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan
siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam
persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm.
3) Tingkat kekerasan
Pakan buatan sebaiknya memiliki karakteristik fisik yang kompak dan
kering, sehingga ketika dimasukkan dalam air, pakan menjadi lunak tetapi
tidak hancur. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian
tingkat kekerasan ini adalah dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa
paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan
dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak
menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan
dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan
ayakan berbagai ukuran.
4) Stabilitas dalam air (water stability)
Menurut Mujiman (1985), stabilitas pelet ikan di dalam air minimal
harus mencapai waktu sepuluh menit agar pelet tidak terbuang percuma
karena hancur dalam air, yang akhirnya dapat menyebabkan pencemaran
air oleh pakan dan akan membahayakan kelangsungan hidup ikan.
1. Uji Kecepatan Pecah
Pengujian ini dapat diamati secara visual. Kemudian, memasukkan
pakan sebanyak 10 batang ke dalam gelas beaker yang diisi 1 L air,
pengamatan dilakukan setiap 5 menit untuk mengetahui pakan sudah
lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan sampai pakan pecah atau
hancur.
2. Uji Dispersi Padatan
Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs
(1973). Pakan sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam kotak kasa
berukuran 10 x 10 cm dengan pori-pori sekitar 1 mm, selanjutnya
direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan yang masih
tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam
oven pada suhu 105οC selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam
deksikator, lalu timbang sampai berat konstan. Menghitung dispersi
padatan menggunakan formula:
pengujian
stabilitas
5. Uji
Kecepatan
Tenggelam
6. Berat
Jenis
7. Ukuran
Pakan
8. Uji Daya
Pikat
9. Daya
Lezat Pakan
1. Uji
Kecepatan
Pecah
2. Uji
Dispersi
Padatan
3. Uji
Dispersi
Nutrien
4. Daya
Apung
Metode untuk pengujian stabilitas dalam air
meliputi :
Berat kering pakan akhir
Dispersi padatan (%)= Berat kering pakan awal x100
3. Uji Dispersi Nutrien
Pengurangan kadar nutrien awal dan setelah dilakukan perendaman
beberapa waktu.
Pakan yang berkualitas baik apabila nilai dispersinya tidak lebih dari
10% .
Kandungan nutrien pakan akhir
Dispersi padatan (%)=
Kandungan nutrien pakan awal x100
4. Daya Apung
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan pakan dari permukaan air hingga ke dasar media
pemeliharaan. Pakan terapung cocok untuk
ikan yang mempunyai kebiasaan mencari makanan dipermukaan
perairan, sedangkan pakan yang teggelam lebih tepat untuk ikan yang
biasa hidup didasar perairan.
5. Uji Kecepatan Tenggelam
Kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang
dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media
pemeliharaan. Pakan sebanyak 5 batang dimasukkan kedalam gelas
beaker dengan ketinggian dasar wadah 20 cm dari permukaan air.
Stopwatch dijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan
air. Kecepatan tenggelam adalah jarak di bagi waktu pakan sampai
berada didasar gelas ukur.
6. Berat Jenis
Pakan buatan harus mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis
media tetapi harus lebih kecil dari berat jenis tanah dasar kolam atau
tambak. Agar pakan yang tenggelam tidak terbenam dalam lumpur.
7. Ukuran Pakan
Uji ukuran pakan berkaitan dengan jumlah butiran pakan yang
tersedia per satuan bobot pakan atau luas kolam. Semakin kecil ukuran
pakan maka semakin banyak jumlah butiran yang tersedia pada bobot
pakan atau luasan kolam yang sama.
8. Uji Daya Pikat
Dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang yang dibutuhkan
kultivan mendekati atau mengkonsumsi (awal) pakan uji. Stopwatch
dijalankan saat pakan berada didalam media pemeliharaan pada jarak
tertentu dari kultivan.
9. Daya Lezat Pakan
Dilakukan dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi udang
per bobot tubuh dalam sehari
Umumnya dalam penentuan bahan makanan ternak secara kimia
masih menggunakan metode analisa proksimat (Weende) yang telah
dikembangkan mulai 100 tahun lalu. Metode ini tetap merupakan dasar
penentuan kualitas yang banyak digunakan di dunia peternakan. Bahan
makanan dibagi dalam 6 fraksi terdiri dari kadar air, abu, protein kasar,
lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N).
Walaupun perkembangan teknologi dalam analisa kimia sudah sedemikian
maju, namun analisa tersebut merupakan analisa kelanjutan atau perluasan
dari analisa proksimat ini (Tim Laboratorium, 2012).
1) Analisis Proksimat
Tujuan dari analisasi proksimat adalah untuk mengetahui
persentase nutrien dalam pakan berdasarkan sifat kimianya, diantaranya
kadar air, protein, lemak, serat, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
(Aslamsyah, 2017). Henneberg dan Stohmann dari Weende Experiment
Station di Jerman membagi pakan menjadi 6 (enam) fraksi, yaitu : kadar
air, abu, protein, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(Beta-N). Pembagian zat makanan ini kemudian dikenal sebagai Skema
Proksimat. Untuk melakukan analisa proksimat bahan harus bentuk tepung
dengan ukuran maksimum 1 mm. Bahan berkadar air tinggi misalnya
rumput segar perlu diketahui dahulu berat awal (segar), berat setelah
2. Uji Kimiawi
penjemuran/pengeringan oven 70o
C agar dapat dihitung komposisi zat
makanan dari rumput dalam keadaan segar dan kering matahari.
1.1.Analisa Air
Analisis kadar air bahan menggunakan oven dengan temperatur
sedikit di atas temperatur didih air yaitu 105o
C. Sampel dimasukan ke
dalam oven beberapa waktu sehingga tercapai berat tetap. Kadar air adalah
selisih berat awal dan akhir dalam satuan persen. Umumnya pakan yang
telah mengalami pengeringan matahari/oven 70o
C masih mengandung
kadar air. Dari analisis ini akan diperoleh kadar bahan kering (bahan yang
sudah bebas air atau uap air) dengan cara 100% dikurangi dengan kadar air
(Tim Laboratorium, 2012). Sebagaimana menurut Amrullah (2002),
bahwa persentase penyusutan bobot itu mungkin terdiri atas kehilangan air,
senyawa organik yang mudah menguap, dan kehilangan air asal
dekomposisi senyawa organik.
1.2.Analisa Abu
Abu adalah bagian dari sisa pembakaran dalam tanur dengan
temperatur 400-600o
C yang terdiri atas zat-zat anorganik atau mineral.
Dari abu ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui kadar mineral (Tim
Laboratorium, 2012). Menurut Tilman et.al.,(1993), bahwa kada abu
dipengaruhi oleh umur tanaman dan kandungan unsur hara yang diserap
terutama mineral. Semakin tua umur tanaman, maka semakin rendah kadar
abunya. Amrullah (2002), menambahkan bahwa mayoritas abu terdiri dari
silika yang tidak mempunyai nilai gizi bagi ternak atau hewan.
1.3.Analisa Protein Kasar
Pengertian protein kasar adalah semua zat yang mengandung
nitrogen. Diketahui bahwa dalam protein rata-rata mengandung nitrogen
10% (kisaran 13-19%). Metode yang sering digunakan dalam analisa
protein adalah metode Kjeldhal yang melalui proses destruksi, destialsi,
titrasi dan perhitungan. Dalam analisis ini yang dianalisis adalah unsur
nitrogen bahan, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan faktor protein
untuk memperoleh nilai protein kasarnya. Apabila diketahui secara tepat
macam pakan yang dianalisis misal air susu maka faktor proteinnya adalah
6.38, tetapi secara umum biasanya menggunakan 6.25.
1.4.Analisa Lemak Kasar
Metode yang digunakan antara lain extraksi soxhlet dengan pelarut
lemak petroleum ether. Analisis lemak dipergunakan istilah lemak kasar
karena dalam analisis ini yang diperoleh adalah suatu zat yang larut dalam
proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik antara lain ether,
petroleum ether atau chloroform. Kemungkinan yang terlarut dalam
pelarut organik ini bukan hanya lemak tetapi juga antara lain : glyserida,
chlorophyl, asam lemak terbang, cholesterol, lechitin dan lain-lain dimana
zat-zat tersebut tidak termasuk zat makanan tetapi terlarut dalam pelarut
lemak (Tim Laboratorium, 2012).
1.5.Analisa Serat Kasar
Serat kasar mempunyai pengertian sebagai fraksi dari karbohidrat
yang tidak larut dalam basa dan asam encer setelah pendidihan masing-masing
30 menit. Termasuk dalam komponen serat kasar ini adalah campuran
hemisellulosa, sellulosa dan lignin yang tidak larut. Dalam analisa ini
diperoleh fraksi lignin, sellulosa dan hemisellulosa yang justru perlu diketahui
komposisinya khusus untuk hijauan makanan ternak atau umumnya pakan
berserat. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang fraksi lignin dan
sellulosa dapat dilakukan analisa lain yang lebih spesifik dengan metode
analisa serat Van Soest (Tim Laboratorium, 2012). Menurut Barry (2004),
bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan adalah
kandungan serat kasar. Kandungan serat kasar yang
tinggi dalam bahan pakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam
bahan pakan tersebut karena serat kasar mengandung bagian yang sukar
untuk dicerna.
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (Beta-N)
Untuk memperoleh beta-N adalah dengan cara perhitungan :
100% - (Air + Abu + Protein Kasar + Lemak Kasar + Serat
Kasar)%
Dalam fraksi ini termasuk karbohidrat yang umumnya mudah tercerna
antara lain pati dan gula (Tim Laboratorium, 2012).
Penyajian Data Analisa Proksimat
Dalam menyajikan data komposisi zat makanan dari analisa
proximat dapat dilakukan dalam komposisi persen berdasarkan segar
(dikembalikan dengan menghitung berat awal segar), kering matahari
(untuk ransum dan butiran/bijian serta limbah industrinya) dan
berdasarkan bahan kering. Data berdasarkan bahan kering ini
dipergunakan untuk membandingkan kualitas antar bahan makanan ternak.
Manfaat lain dari komposisi data proximat adalah untuk menduga
koefesien cerna (berdasarkan rumus Schneider) dan menghitung TDN
berdasarkan NRC (Tim Laboratorium, 2012).
2) Analisis nutrien
Analisis nutrient merupakan analisis yang dilakukan untuk
menentukan persentase nutrien esensial berdasarkan analisis kimia.
Komponen nutrien yang diuji seperti asam amino, asam lemak, mineral,
vitamin. Metode pengukuran seperti Thin Layer Chromatography (TLC),
Gas Liquid Chromatography (GLC),High Performance Liquid
Chromatography (TLC).
3) Pengujian kimia
Dilakukan untuk mengukur kualitas bahan baku pakan, yaitu
menentukan kualitas protein berdasarkan kemampuan cerna (kemudahan
cerna oleh protease); kualitas lemak berasarkan ketengikan hidrolitik dan
oksidatif; berdasarkan kandungan antinutrisi, seperti gossypol,
glucosinolates; asam fitat, pengujian kandungan racun dalam bahan baku
pakan 4) Skor kimia
Salah satu evaluasi untuk membandingkan kandungan asam amino
yang terdapat dalam protein bahan baku pakan dengan protein telur. Semakin
dekat jenis dan jumlah asam amino dalam bahan baku pakan dengan jenis dan
jumlah asam amino dalam protein
telur berarti semakin baik kualitas bahan baku tersebut. Menurut Block &
Mitchell, kualitas protein ditentukan oleh asam -asam amino yang relatif
paling kekurangan. Di sini protein standar yaitu protein telur. Dengan
membandingkan tiap-tiap asam amino dari bahan tersebut kita akan
mendekati asam amino yang paling defisien.
Skor Kimia= Aa dalam protein bahan
baku pakan (g)
x100 Aa dalam protein telur
(g)
5) Indespensable amino acids index (IAAI)
Penentuan indeks asam amino penting adalah cara penentuan
kualitas bahan baku pakan berdasarkan rasio antara masing-masing asam
amino essensial yang terdapat dalam bahan baku dan asam amino essensial
dalam putih telur. Pengujiannya lebih kompleks dibandingkan dengan skor
kimia, namun hasil yang diperoleh lebih akurat.
Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . . . . . . . . + Val (bb)
IAAI=
Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . .
. . . . . . + Val (bb) x100
6) Essential Amino Acid Index (EAAI)
Oser mengembangkan pendapat Block dan Mitchell, ia berpendapat
bahwa seharusnya dalam menentukan kualitas protein tidak saja asam amino
esensial yang paling defisien yang harus diperhatikan tapi seluruh asam amino
esensial dari bahan tersebut harus dipertimbangkan. Juga dipakai sebagai
protein standar adalah protein telur.
10 100a 100b 100c 100n
EAAI= √ x x x……x
a b
e
c n
e
e e
Keterangan:
a – n = % asam amino dari protein yang dinilai
ae – ne= % asam amino dari protein telur
Setelah melakukan pengujian secara fisik dan secara kimiawi perlu
juga dilakukan lainnya yaitu pengujian secara Biologis. Pengujian biologis
sangat penting terutama untuk milihat nilai Konversi Pakan (Feed Conversion
Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak
merupakan angka mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan,
kepadatan, kualitas air dll. Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin
baik kualitas pakan, karena akan semakin ekonomis. Untuk mengetahui
nilai konversi pakan perlu dilakukan dilakukan pengujian lapangan pada
berbagai tipe percobaan (Sutikno, 2011).
1) Tingkat kelangsungan hidup (TKH)
TKH= x100%
Keterangan:
Sr = tingkat kelangsungan hidup ikan uji (%)
Nt = jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
3. Uji Biologis
No = jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor)
Supito dan Djunaidah (1998) menyatakan bahwa jaring yang
kotor dapat menyebabkan pernafasan ikan terganggu dan ikan akan
menjadi stress yang berakibat timbulnya kematian. Suwirya (2002),
mengatakan bahwa budidaya intensif yang menggunakan pakan buatan
akan mengakibatkan terjadinya penambahan unsur-unsur seperti fosfor,
nitrogen, karbon serta bahan organik yang dihasilkan pakan yang
terbuang dan kotoran ikan (feses dan ekresi) yang dapat mempengaruhi
kualitas air
2) Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan ikan uji yang diamati dinyatakan dalam pertumbuhan
mutlak dan laju pertumbuhan harian. Pertumbuhan mutlak ikan dinyatakan
dalam pertambahan bobot mutlak ikan.
G = Wt – W0
W0
Pertumbuhan relatif = Wt – Wo x100
Keterangan:
G = pertumbuhan mutlak individu (gram)
g = laju pertumbuhan harian individu (%)
Wt = bobot rata-rata ikan uji pada akhir penelitian (gram)
Wo = bobot rata-rata ikan uji pada awal penelitian (gram)
t = lamanya penelitian (hari)
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam
dan faktor luar, adapaun faktor dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan
terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan,
sedangkan faktor luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan.
Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor luar yang utama yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dapat terjadi
jika jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan untuk
pemeliharaan tubuhnya (Arofah, 1991).
3) Rasio konversi pakan
Semakin kecil nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik.
Jumlah pakan yang dikonsumsi
RKP=
Pertambahan bobot
4) Rasio efisiensi pakan
Semakin besar nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik.
Secara khusus dapat digunakan untuk mengukur rasio efisien protein
(jumlah pakan yang dikonsumsi adalah jumlah protein yang dikonsumsi).
Pertambahan bobot
REP=
Jumlah pakan yang dikonsumsi
Atau,
EP= (Wt + Wd) − Wo 100
F
Dimana :
EP = efisiensi pakan (%)
Wo = bobot ikan uji pada awal penelitian (g)
Wt = bobot ikan uji pada waktu t (g)
Wd = bobot ikan uji yang mati selama penelitian (g)
F = bobot pakan yang dikonsumsi selama penelitian(g)
5) Koefisien pencernaan
Nilai kecernaan dikenal 2 macam, yaitu kecernaan total/semu
(apparent digestibility) dan kecernaan murni (true digestibility).
Kecernaan total/semu (apparent digestibility), yaitu semua komponen
dalam feses dianggap berasal dari makanan yang dikonsumsi.
Kecernaan ini adalah cara pengukuran dengan metode langsung.
DA= I − F 100
I
Dimana :
DA = kecernaan total/semu (%)
Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi yang dapat dinyatakan dalam gram
nutrien atau dalam satuan energi
F = jumlah feses yang dihasilkan setelah ikan mengkonsumsi pakan
sebesar I
Kecernaan murni (true digestibility), yaitu hanya komponen feses
yang berasal dari makanan yang diperhitungkan, sedangkan
komponen feses yang bersifat endigen (berasal dari tubuh ikan itu
sendiri) tidak diikut sertakan dalam perhitungan. Cara ini sangat sulit
dilakukan.
DT= I – (F – FE) 100
I
Dimana :
DA = kecernaan murni (%)
Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi
F = jumlah feses yang dihasilkan
FE = Jumlah komponen feses yang bersifat endogen (dapat berasal
dari bakteri, enzim, mukus dll).
Pengukuran Kecernaan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan indikator. Beberapa bahan yang digunakan adalah :
hydrolisis resistant organic matter (HROM) bahan dasar yang
resisten terhadap hidrolisis dengan bahan dasar selulosa dan khitin,
silika, serat kasar, Hydrolisis resistant ash atau acid insoluble ash
(AIA), chromium oxide (Cr2O3).
Kecernaan (%) =
1 - a’
x
b'
x100
a b
Keterangan :
a’ = nutrien dalam feses (%)
a = nutrien dalam pakan (%)
b’ = indikator dalam feses (%)
b = indikator dalam pakan (%)
Koefisien pencernaan
6) Carcas deposition (CD)
Carcas deposition adalah penentuan jumlah pakan yang telah diserap oleh tubuh ikan CD =
kandungan nutrien karkas akhir -kandungan
nutrien karkas awal
nutrien pakan selama penelitian
7) Nilai biologis
Nilai biologi adalah untuk menentukan persentase nitrogen yang telah
diserap oleh tubuh dengan cara mengukur buangan nitrogen. Pakan
yang tidak dicerna dengan baik menyebabkan jumlah nitrogen yang
diserap oleh tubuh juga relatif lebih rendah sehingga nilai biologisnya
juga rendah
NB = Npakan – (Nfeses + Nurin + Ninsang) 100%
Npakan
8) Net protein utilization (NPU)
Penggunaan protein bersih (Net protein utilization) adalah
pertambahan protein dalam tubuh berdasarkan jumlah protein yang
diserap oleh ikan.
CD =
kandungan protein ikan akhir-kandungan protein ikan awal
x100%
protein dalam pakan x koefisien kecernaan protein
9) Evaluasi energi pakan
Pengujian pakan berdasarkan energi yang dapat diserap oleh tubuh,
didasarkan bahwa energi pakan terbagi dua energi tidak tercerna dan
energi tercerna. Energi tercerna digunakan untuk cost of living dan
pertambahan bobot badan. Energi pakan dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran pertambahan bobot badan, laju konsumsi
oksigen atau aktivitas metabolisme. Besarnya energi pakan yang
diserap oleh tubuh adalah selisih energi dalam pakan dengan energi
yang terbuang.
10)Pengukuran lain
Untuk menentukan kualitas pakan udang dapat dilihat pada warna
tubuh udang. Udang dengan warna kehitam-hitaman lebih disukai
konsumen sehingga harganya mahal. Pakan yang yang dapat
menghasilkan warna demikian dianggap pakan yang berkualitas baik.

More Related Content

What's hot

Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirSabarudin saba
 
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcuAndrew Hidayat
 
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...Repository Ipb
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE RiaAnggun
 

What's hot (6)

1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
 
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahuChitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
 
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
 

Similar to Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan

Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxAdinDin2
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiNidiya Fitri
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,Arizqi Al-Ardy
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...Repository Ipb
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakDewi Purwati
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurNery Azni Ch
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikasalni nindita
 
The Animal and its Food
The Animal and its FoodThe Animal and its Food
The Animal and its FoodKandhie Jaya
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 

Similar to Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan (20)

Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadi
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,
Pengolahan pakan ikan ( bandeng, kerapu,
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
 
Uji makanan
Uji makananUji makanan
Uji makanan
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undur
 
Mas didih
Mas didihMas didih
Mas didih
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
 
The Animal and its Food
The Animal and its FoodThe Animal and its Food
The Animal and its Food
 
Laporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum intLaporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum int
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 

More from DediKusmana2

Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021DediKusmana2
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)DediKusmana2
 
Ppt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaPpt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaDediKusmana2
 
Ppt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLPpt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLDediKusmana2
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYDediKusmana2
 
Powerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYPowerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYDediKusmana2
 
ainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLDediKusmana2
 
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganDediKusmana2
 
ANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYDediKusmana2
 
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDediKusmana2
 
Dede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDediKusmana2
 
Hari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahHari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahDediKusmana2
 
Visi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahVisi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahDediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2DediKusmana2
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakDediKusmana2
 
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)DediKusmana2
 
Raudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahRaudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahDediKusmana2
 
Profil raudhatul athfal (ra) al falah
Profil raudhatul athfal (ra) al falahProfil raudhatul athfal (ra) al falah
Profil raudhatul athfal (ra) al falahDediKusmana2
 

More from DediKusmana2 (20)

Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)
 
Ppt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaPpt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadia
 
Ppt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLPpt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKL
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERY
 
Powerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYPowerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERY
 
ainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKL
 
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
 
ANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERY
 
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
 
Dede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKL
 
Hari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahHari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falah
 
Visi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahVisi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL Falah
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
 
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
 
Raudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahRaudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falah
 
Profil raudhatul athfal (ra) al falah
Profil raudhatul athfal (ra) al falahProfil raudhatul athfal (ra) al falah
Profil raudhatul athfal (ra) al falah
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan

  • 1. BAHAN AJAR HANDS OUT MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PAKAN UNGGAS UJI KUALITAS PAKAN SECARA FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI DEDI KUSMANA, S.Pt. NUPTK: 186075966112002 PENGUJIAN KUALITAS PAKAN 1. UJI FISIK 2. UJI KIMIAWI 3. UJI BIOLOGIS
  • 2. 1.1. Uji Fisik Pegujian secara fisik mudah dilakukan dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang banyak. Pengujian sifat fisik pada pakan, dalam hal ini pelet ikan, meliputi kekerasan pelet, stabilitas pelet dalam air, kecepatan tenggelam pelet, serta kadar kehalusan (Mujiman, 1985). Dikutip dari Aslamsyah (2017), bahwasannya uji fisik meliputi beberapa tingkatan, yaitu : 1) Tingkat homogenitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Pakan buatan berkualitas baik apabila mempunyai ukuran partikel bahan baku yang halus, seragam, dan homogenitas tinggi. Adapun metode yang dapat digunakan untuk uji tingkat homogenitas yaitu disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm. Menurut Asmawi (1983), sifat-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses pengolahannya. Salah satunya adalah ukuran partikel serta distribusi ukuran. 1. Pengujian Kualitas Pakan Uji Fisik 1. Tingkat homogenitas 2. Tingkat kehalusan 3. Tingkat kekerasan 4. Stabilitas dalam air (water stability)
  • 3. 2) Tingkat kehalusan Selain ukuran partikel, kadar kehalusan juga sangat perlu diperhatikan, hal ini disebabkan karena mutu fisik terutama pada pelet ikan sebagian besar ditentukan oleh kehalusan bahannya. Semakin halus bahannya, maka semakin stabil pelet berada di dalam air, sehingga tidak cepat rapuh atau pecah berantakan (Asmawi, 1983). Metode yang digunakan untuk pengujian tingkat kehalusan adalah sama dengan pengujian tingkat homogenitas, yakni disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm. 3) Tingkat kekerasan Pakan buatan sebaiknya memiliki karakteristik fisik yang kompak dan kering, sehingga ketika dimasukkan dalam air, pakan menjadi lunak tetapi tidak hancur. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian tingkat kekerasan ini adalah dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan berbagai ukuran. 4) Stabilitas dalam air (water stability) Menurut Mujiman (1985), stabilitas pelet ikan di dalam air minimal harus mencapai waktu sepuluh menit agar pelet tidak terbuang percuma karena hancur dalam air, yang akhirnya dapat menyebabkan pencemaran air oleh pakan dan akan membahayakan kelangsungan hidup ikan.
  • 4. 1. Uji Kecepatan Pecah Pengujian ini dapat diamati secara visual. Kemudian, memasukkan pakan sebanyak 10 batang ke dalam gelas beaker yang diisi 1 L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan sampai pakan pecah atau hancur. 2. Uji Dispersi Padatan Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs (1973). Pakan sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan pori-pori sekitar 1 mm, selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam oven pada suhu 105οC selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam deksikator, lalu timbang sampai berat konstan. Menghitung dispersi padatan menggunakan formula: pengujian stabilitas 5. Uji Kecepatan Tenggelam 6. Berat Jenis 7. Ukuran Pakan 8. Uji Daya Pikat 9. Daya Lezat Pakan 1. Uji Kecepatan Pecah 2. Uji Dispersi Padatan 3. Uji Dispersi Nutrien 4. Daya Apung Metode untuk pengujian stabilitas dalam air meliputi :
  • 5. Berat kering pakan akhir Dispersi padatan (%)= Berat kering pakan awal x100
  • 6. 3. Uji Dispersi Nutrien Pengurangan kadar nutrien awal dan setelah dilakukan perendaman beberapa waktu. Pakan yang berkualitas baik apabila nilai dispersinya tidak lebih dari 10% . Kandungan nutrien pakan akhir Dispersi padatan (%)= Kandungan nutrien pakan awal x100 4. Daya Apung Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan pakan dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan terapung cocok untuk ikan yang mempunyai kebiasaan mencari makanan dipermukaan perairan, sedangkan pakan yang teggelam lebih tepat untuk ikan yang biasa hidup didasar perairan. 5. Uji Kecepatan Tenggelam Kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan sebanyak 5 batang dimasukkan kedalam gelas beaker dengan ketinggian dasar wadah 20 cm dari permukaan air. Stopwatch dijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan air. Kecepatan tenggelam adalah jarak di bagi waktu pakan sampai berada didasar gelas ukur. 6. Berat Jenis Pakan buatan harus mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis media tetapi harus lebih kecil dari berat jenis tanah dasar kolam atau tambak. Agar pakan yang tenggelam tidak terbenam dalam lumpur. 7. Ukuran Pakan Uji ukuran pakan berkaitan dengan jumlah butiran pakan yang tersedia per satuan bobot pakan atau luas kolam. Semakin kecil ukuran pakan maka semakin banyak jumlah butiran yang tersedia pada bobot pakan atau luasan kolam yang sama.
  • 7. 8. Uji Daya Pikat Dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang yang dibutuhkan kultivan mendekati atau mengkonsumsi (awal) pakan uji. Stopwatch dijalankan saat pakan berada didalam media pemeliharaan pada jarak tertentu dari kultivan. 9. Daya Lezat Pakan Dilakukan dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi udang per bobot tubuh dalam sehari Umumnya dalam penentuan bahan makanan ternak secara kimia masih menggunakan metode analisa proksimat (Weende) yang telah dikembangkan mulai 100 tahun lalu. Metode ini tetap merupakan dasar penentuan kualitas yang banyak digunakan di dunia peternakan. Bahan makanan dibagi dalam 6 fraksi terdiri dari kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N). Walaupun perkembangan teknologi dalam analisa kimia sudah sedemikian maju, namun analisa tersebut merupakan analisa kelanjutan atau perluasan dari analisa proksimat ini (Tim Laboratorium, 2012). 1) Analisis Proksimat Tujuan dari analisasi proksimat adalah untuk mengetahui persentase nutrien dalam pakan berdasarkan sifat kimianya, diantaranya kadar air, protein, lemak, serat, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Aslamsyah, 2017). Henneberg dan Stohmann dari Weende Experiment Station di Jerman membagi pakan menjadi 6 (enam) fraksi, yaitu : kadar air, abu, protein, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N). Pembagian zat makanan ini kemudian dikenal sebagai Skema Proksimat. Untuk melakukan analisa proksimat bahan harus bentuk tepung dengan ukuran maksimum 1 mm. Bahan berkadar air tinggi misalnya rumput segar perlu diketahui dahulu berat awal (segar), berat setelah 2. Uji Kimiawi
  • 8. penjemuran/pengeringan oven 70o C agar dapat dihitung komposisi zat makanan dari rumput dalam keadaan segar dan kering matahari. 1.1.Analisa Air Analisis kadar air bahan menggunakan oven dengan temperatur sedikit di atas temperatur didih air yaitu 105o C. Sampel dimasukan ke dalam oven beberapa waktu sehingga tercapai berat tetap. Kadar air adalah selisih berat awal dan akhir dalam satuan persen. Umumnya pakan yang telah mengalami pengeringan matahari/oven 70o C masih mengandung kadar air. Dari analisis ini akan diperoleh kadar bahan kering (bahan yang sudah bebas air atau uap air) dengan cara 100% dikurangi dengan kadar air (Tim Laboratorium, 2012). Sebagaimana menurut Amrullah (2002), bahwa persentase penyusutan bobot itu mungkin terdiri atas kehilangan air, senyawa organik yang mudah menguap, dan kehilangan air asal dekomposisi senyawa organik. 1.2.Analisa Abu Abu adalah bagian dari sisa pembakaran dalam tanur dengan temperatur 400-600o C yang terdiri atas zat-zat anorganik atau mineral. Dari abu ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui kadar mineral (Tim Laboratorium, 2012). Menurut Tilman et.al.,(1993), bahwa kada abu dipengaruhi oleh umur tanaman dan kandungan unsur hara yang diserap terutama mineral. Semakin tua umur tanaman, maka semakin rendah kadar abunya. Amrullah (2002), menambahkan bahwa mayoritas abu terdiri dari silika yang tidak mempunyai nilai gizi bagi ternak atau hewan. 1.3.Analisa Protein Kasar Pengertian protein kasar adalah semua zat yang mengandung nitrogen. Diketahui bahwa dalam protein rata-rata mengandung nitrogen 10% (kisaran 13-19%). Metode yang sering digunakan dalam analisa protein adalah metode Kjeldhal yang melalui proses destruksi, destialsi, titrasi dan perhitungan. Dalam analisis ini yang dianalisis adalah unsur nitrogen bahan, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan faktor protein untuk memperoleh nilai protein kasarnya. Apabila diketahui secara tepat
  • 9. macam pakan yang dianalisis misal air susu maka faktor proteinnya adalah 6.38, tetapi secara umum biasanya menggunakan 6.25. 1.4.Analisa Lemak Kasar Metode yang digunakan antara lain extraksi soxhlet dengan pelarut lemak petroleum ether. Analisis lemak dipergunakan istilah lemak kasar karena dalam analisis ini yang diperoleh adalah suatu zat yang larut dalam proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik antara lain ether, petroleum ether atau chloroform. Kemungkinan yang terlarut dalam pelarut organik ini bukan hanya lemak tetapi juga antara lain : glyserida, chlorophyl, asam lemak terbang, cholesterol, lechitin dan lain-lain dimana zat-zat tersebut tidak termasuk zat makanan tetapi terlarut dalam pelarut lemak (Tim Laboratorium, 2012). 1.5.Analisa Serat Kasar Serat kasar mempunyai pengertian sebagai fraksi dari karbohidrat yang tidak larut dalam basa dan asam encer setelah pendidihan masing-masing 30 menit. Termasuk dalam komponen serat kasar ini adalah campuran hemisellulosa, sellulosa dan lignin yang tidak larut. Dalam analisa ini diperoleh fraksi lignin, sellulosa dan hemisellulosa yang justru perlu diketahui komposisinya khusus untuk hijauan makanan ternak atau umumnya pakan berserat. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang fraksi lignin dan sellulosa dapat dilakukan analisa lain yang lebih spesifik dengan metode analisa serat Van Soest (Tim Laboratorium, 2012). Menurut Barry (2004), bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan adalah kandungan serat kasar. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam bahan pakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut karena serat kasar mengandung bagian yang sukar untuk dicerna. Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (Beta-N) Untuk memperoleh beta-N adalah dengan cara perhitungan : 100% - (Air + Abu + Protein Kasar + Lemak Kasar + Serat Kasar)%
  • 10. Dalam fraksi ini termasuk karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula (Tim Laboratorium, 2012). Penyajian Data Analisa Proksimat Dalam menyajikan data komposisi zat makanan dari analisa proximat dapat dilakukan dalam komposisi persen berdasarkan segar (dikembalikan dengan menghitung berat awal segar), kering matahari (untuk ransum dan butiran/bijian serta limbah industrinya) dan berdasarkan bahan kering. Data berdasarkan bahan kering ini dipergunakan untuk membandingkan kualitas antar bahan makanan ternak. Manfaat lain dari komposisi data proximat adalah untuk menduga koefesien cerna (berdasarkan rumus Schneider) dan menghitung TDN berdasarkan NRC (Tim Laboratorium, 2012). 2) Analisis nutrien Analisis nutrient merupakan analisis yang dilakukan untuk menentukan persentase nutrien esensial berdasarkan analisis kimia. Komponen nutrien yang diuji seperti asam amino, asam lemak, mineral, vitamin. Metode pengukuran seperti Thin Layer Chromatography (TLC), Gas Liquid Chromatography (GLC),High Performance Liquid Chromatography (TLC).
  • 11. 3) Pengujian kimia Dilakukan untuk mengukur kualitas bahan baku pakan, yaitu menentukan kualitas protein berdasarkan kemampuan cerna (kemudahan cerna oleh protease); kualitas lemak berasarkan ketengikan hidrolitik dan oksidatif; berdasarkan kandungan antinutrisi, seperti gossypol, glucosinolates; asam fitat, pengujian kandungan racun dalam bahan baku pakan 4) Skor kimia Salah satu evaluasi untuk membandingkan kandungan asam amino yang terdapat dalam protein bahan baku pakan dengan protein telur. Semakin dekat jenis dan jumlah asam amino dalam bahan baku pakan dengan jenis dan jumlah asam amino dalam protein telur berarti semakin baik kualitas bahan baku tersebut. Menurut Block & Mitchell, kualitas protein ditentukan oleh asam -asam amino yang relatif paling kekurangan. Di sini protein standar yaitu protein telur. Dengan membandingkan tiap-tiap asam amino dari bahan tersebut kita akan mendekati asam amino yang paling defisien. Skor Kimia= Aa dalam protein bahan baku pakan (g) x100 Aa dalam protein telur (g) 5) Indespensable amino acids index (IAAI) Penentuan indeks asam amino penting adalah cara penentuan kualitas bahan baku pakan berdasarkan rasio antara masing-masing asam amino essensial yang terdapat dalam bahan baku dan asam amino essensial dalam putih telur. Pengujiannya lebih kompleks dibandingkan dengan skor kimia, namun hasil yang diperoleh lebih akurat. Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . . . . . . . . + Val (bb) IAAI= Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . . . . . . . . + Val (bb) x100 6) Essential Amino Acid Index (EAAI)
  • 12. Oser mengembangkan pendapat Block dan Mitchell, ia berpendapat bahwa seharusnya dalam menentukan kualitas protein tidak saja asam amino esensial yang paling defisien yang harus diperhatikan tapi seluruh asam amino esensial dari bahan tersebut harus dipertimbangkan. Juga dipakai sebagai protein standar adalah protein telur. 10 100a 100b 100c 100n EAAI= √ x x x……x a b e c n e e e Keterangan: a – n = % asam amino dari protein yang dinilai ae – ne= % asam amino dari protein telur Setelah melakukan pengujian secara fisik dan secara kimiawi perlu juga dilakukan lainnya yaitu pengujian secara Biologis. Pengujian biologis sangat penting terutama untuk milihat nilai Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak merupakan angka mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan, kualitas air dll. Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena akan semakin ekonomis. Untuk mengetahui nilai konversi pakan perlu dilakukan dilakukan pengujian lapangan pada berbagai tipe percobaan (Sutikno, 2011). 1) Tingkat kelangsungan hidup (TKH) TKH= x100% Keterangan: Sr = tingkat kelangsungan hidup ikan uji (%) Nt = jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) 3. Uji Biologis
  • 13. No = jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor) Supito dan Djunaidah (1998) menyatakan bahwa jaring yang kotor dapat menyebabkan pernafasan ikan terganggu dan ikan akan menjadi stress yang berakibat timbulnya kematian. Suwirya (2002), mengatakan bahwa budidaya intensif yang menggunakan pakan buatan akan mengakibatkan terjadinya penambahan unsur-unsur seperti fosfor, nitrogen, karbon serta bahan organik yang dihasilkan pakan yang terbuang dan kotoran ikan (feses dan ekresi) yang dapat mempengaruhi kualitas air
  • 14. 2) Pertumbuhan mutlak Pertumbuhan ikan uji yang diamati dinyatakan dalam pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian. Pertumbuhan mutlak ikan dinyatakan dalam pertambahan bobot mutlak ikan. G = Wt – W0 W0 Pertumbuhan relatif = Wt – Wo x100 Keterangan: G = pertumbuhan mutlak individu (gram) g = laju pertumbuhan harian individu (%) Wt = bobot rata-rata ikan uji pada akhir penelitian (gram) Wo = bobot rata-rata ikan uji pada awal penelitian (gram) t = lamanya penelitian (hari) Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar, adapaun faktor dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor luar yang utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya (Arofah, 1991). 3) Rasio konversi pakan Semakin kecil nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik. Jumlah pakan yang dikonsumsi RKP= Pertambahan bobot 4) Rasio efisiensi pakan Semakin besar nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik. Secara khusus dapat digunakan untuk mengukur rasio efisien protein (jumlah pakan yang dikonsumsi adalah jumlah protein yang dikonsumsi). Pertambahan bobot
  • 15. REP= Jumlah pakan yang dikonsumsi Atau, EP= (Wt + Wd) − Wo 100 F Dimana : EP = efisiensi pakan (%) Wo = bobot ikan uji pada awal penelitian (g) Wt = bobot ikan uji pada waktu t (g) Wd = bobot ikan uji yang mati selama penelitian (g) F = bobot pakan yang dikonsumsi selama penelitian(g) 5) Koefisien pencernaan Nilai kecernaan dikenal 2 macam, yaitu kecernaan total/semu (apparent digestibility) dan kecernaan murni (true digestibility). Kecernaan total/semu (apparent digestibility), yaitu semua komponen dalam feses dianggap berasal dari makanan yang dikonsumsi. Kecernaan ini adalah cara pengukuran dengan metode langsung. DA= I − F 100 I Dimana : DA = kecernaan total/semu (%) Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi yang dapat dinyatakan dalam gram nutrien atau dalam satuan energi F = jumlah feses yang dihasilkan setelah ikan mengkonsumsi pakan sebesar I Kecernaan murni (true digestibility), yaitu hanya komponen feses yang berasal dari makanan yang diperhitungkan, sedangkan komponen feses yang bersifat endigen (berasal dari tubuh ikan itu sendiri) tidak diikut sertakan dalam perhitungan. Cara ini sangat sulit dilakukan. DT= I – (F – FE) 100 I Dimana : DA = kecernaan murni (%) Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi
  • 16. F = jumlah feses yang dihasilkan FE = Jumlah komponen feses yang bersifat endogen (dapat berasal dari bakteri, enzim, mukus dll). Pengukuran Kecernaan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan menggunakan indikator. Beberapa bahan yang digunakan adalah : hydrolisis resistant organic matter (HROM) bahan dasar yang resisten terhadap hidrolisis dengan bahan dasar selulosa dan khitin, silika, serat kasar, Hydrolisis resistant ash atau acid insoluble ash (AIA), chromium oxide (Cr2O3). Kecernaan (%) = 1 - a’ x b' x100 a b Keterangan : a’ = nutrien dalam feses (%) a = nutrien dalam pakan (%) b’ = indikator dalam feses (%) b = indikator dalam pakan (%) Koefisien pencernaan 6) Carcas deposition (CD) Carcas deposition adalah penentuan jumlah pakan yang telah diserap oleh tubuh ikan CD = kandungan nutrien karkas akhir -kandungan nutrien karkas awal nutrien pakan selama penelitian 7) Nilai biologis Nilai biologi adalah untuk menentukan persentase nitrogen yang telah diserap oleh tubuh dengan cara mengukur buangan nitrogen. Pakan yang tidak dicerna dengan baik menyebabkan jumlah nitrogen yang diserap oleh tubuh juga relatif lebih rendah sehingga nilai biologisnya juga rendah NB = Npakan – (Nfeses + Nurin + Ninsang) 100% Npakan 8) Net protein utilization (NPU)
  • 17. Penggunaan protein bersih (Net protein utilization) adalah pertambahan protein dalam tubuh berdasarkan jumlah protein yang diserap oleh ikan. CD = kandungan protein ikan akhir-kandungan protein ikan awal x100% protein dalam pakan x koefisien kecernaan protein 9) Evaluasi energi pakan Pengujian pakan berdasarkan energi yang dapat diserap oleh tubuh, didasarkan bahwa energi pakan terbagi dua energi tidak tercerna dan energi tercerna. Energi tercerna digunakan untuk cost of living dan pertambahan bobot badan. Energi pakan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran pertambahan bobot badan, laju konsumsi oksigen atau aktivitas metabolisme. Besarnya energi pakan yang diserap oleh tubuh adalah selisih energi dalam pakan dengan energi yang terbuang. 10)Pengukuran lain Untuk menentukan kualitas pakan udang dapat dilihat pada warna tubuh udang. Udang dengan warna kehitam-hitaman lebih disukai konsumen sehingga harganya mahal. Pakan yang yang dapat menghasilkan warna demikian dianggap pakan yang berkualitas baik.