Lumut memiliki siklus hidup yang kompleks dengan pergantian generasi antara gametofit haploid dan sporofit diploid. Gametofit berkembang dari spora dan menghasilkan gamet. Pembuahan gamet menghasilkan zigot yang berkembang menjadi sporofit. Sporofit menghasilkan spora baru untuk melanjutkan siklus.
2. Ciri-ciri Lumut Secara Umum
• Dapat berfotosintesis, merupakan tumbuhan yang eukariotik
dan multiseluler.
• Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati (talus).
• Struktur tubuhnya masih sederhana sehingga tidak memiliki
berkas pembuluh angkut (xylem dan floem).
• Lumut umumnya merupakan tumbuhan kecil, biasanya hanya
beberapa mm sampai beberapa cm saja.
• Ukuran tinggi tubuh bervariasi.
• Mengalami pergiliran keturunan (dari gametofit ke sporofit)
yang disebut metagenesis.
• Reproduksi secara seksual dan aseksual.
• Habitatnya di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun
disebut sebagai epifit (organisme yang hidup menempel pada
tumbuhan lain). Jika pada hutan banyak pohon epifit maka
hutan demikian disebut hutan lumut.
3. • Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai plastida
yang menghasilkan klorofil a dan b sehingga lumut bersifat
autotrof.
• Tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara
tumbuhan bertalus (talofita) dengan tumbuhan berkormus
(kormofita). Karena tumbuhan lumut belum memiliki akar
sejati.
• Lumut melekat dengan perantaraan rhizoid (akar semu).
Rizoid berbentuk seperti benang /rambut untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap air dan garam-
garam mineral.
• Dinding sel lumut terdiri dari selulosa.
• Spora lumut tumbuh dan berkembang menjadi protonema
(filament yang berwarna hijau)
• Kromosom tumbuhan lumut bersifat haploid.
• Batang dan daun tegak pada lumut memiliki susunan yang
berbeda.
• Lapisan lumut yang tebal dipermukaan batang dapat
membantu menangkap dan menyimpan air serta menjaga
4. Reproduksi
• Perkembangbiakannya : dapat melalui vegetatif
dan generatif
• Secara vegetatif, yaitu melalui pembentukan spora
yang dibentuk dalam sporangium Dari spora
akan tumbuh individu baru
• Secara generatif, yaitu melalui peleburan gamet-
gamet Gamet dibentuk dalam gametangium
• Baik Sporangium maupun gametangium hanya
terdiri dari satu sel saja
• Perkembangan pada lumut melalui pergiliran
sistem reproduksi dari aseksual dan seksual :
METAGENESIS
5. Struktur sporofit (sporogonium) tubuh
lumut terdiri atas:
1. Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding
arkegonium.
2. Seta atau tangkai.
3. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang
merupakan peralihan antara seta dan kotak spora.
4. Kaliptra atau tudung berasal dari dinding
arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak
spora.
5. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil
bagian dalam pembentukan spora.
6. Menurut letak gametangia, lumut
dibedakan menjadi :
1. HOMOTALUS (berumah satu)
jika anteridium dan arkegoniumnya berada
pada satu talus (satu individu)
2. HETEROTALUS (berumah dua)
jika pada satu talus (individu) hanya
memiliki arkegonium saja atau anteridium saja
7. • Pada Bryophyta alat kelamin berupa anteridium
dan arkegonium. Sporangiumnya selalu terdiri
atas banyak sel.
• Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam
Bryophyta, terdapat kesamaan bentuk dan
susunan gametangiumnya, baik
mikrogametangium (anteridium)
maupun makrogametangium (arkegonium)nya.
• Arkegoniumnya mempunyai bentuk susunan
dan karakteristik yang juga kita jumpai
pada Pteridophyta, oleh sebab
itu Bryopyta beserta Pteridophyta ada yang
menjadikan satu golongan dengan nama
Archegoniata.
8. Arkegonium adalah gametangium ♀ yang
bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar
disebut perut, dengan bagian sempit leher.
Baik bagian perut maupun bagian leher
mempunyai dinding yang terdiri atas selapis
sel. Dalam bagian perut terdapat satu sel
pusat yang besar, yang sebelum arkegonium
masak (siap untuk dibuahi) membela menjadi
sel telur dan satu sel yang terdapat pada
pangkal leher dan dinamakan sel saluran
perut.
Pada Bryophyta terdapat beberapa sel
saluran leher, sedangkan
pada Pteridophyta hanya satu sel saja.
Pada Spermatophyta, arkegonium mengalami
reduksi yang lebih jauh.
9. • Mikrogametangium (anteridium) adalah
gametangium ♂ yang berbentuk bulat atau seperti
ganda.
• Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri
atas selapis sel-sel mandul baik lumut yang masih
hidup di air atau dekat dengan air, maupun yang
betul-betul telah merupakan tumbuhan darat, untuk
terselenggaranya pembuahan memerlukan air,
karena tanpa air spermatozoid tak dapat bergerak.
• Pada Bryophyta embrio itu tumbuh menjadi satu
badan kecil yang akan menghasilkan spora,
yaitu sporongium.
• Sporongium tidak merupakan suatu tumbuhan
yang terpisah, melainkan tetap pada induknya dan
seakan-akan menjadi parasit pada tumbuhan
induknya.
• Perkembangan lumut secara singkat berlangsung
sebagai berikut spora yang kecil dan haploid
berkecambah menjadi suatu protalium yang pada
10. Protonema
Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, ada
pula yang tetap kecil. Pada protonema ini terdapat
kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lumutnya.
Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-
lembaran daun (pada Hepaticopsida) atau telah
mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang
dan daun-daunnya (pada Musci), tetapi padanya belum
terdapat aakr yang sesungguhnya, melainkan hanya
rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau
kadang-kadang telah menyerupai akar.
Pada tumbuhan lumut inilah dibentuk gametangium.
Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang
bentuknya seperti spriral atau alat pembuka gabus
tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot
tidak memerlukan waktu istirahat dulu, tetapi terus
11. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan
berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium).
Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang
bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang
yang dinamakan sporogonium.
Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh
sebab itu bagian tersebut juga disebut kapsul spora.
Jaringan dalam kapsul spora dinamakan arkespora.
Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu
sel induk spora dengan membelah reduksi terjadilah
empat spora yang berkelompok merupakan tetrade.
Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya,
akan tubuh lumut yang berumah satu atau berumah
dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan
terlepas dari kapsul spora.
12. • Dinding spora terdiri atas dua lapisan, yang
luar kuat disebut eksosporium, dan yang
dalam lunak disebut endosporium. Jika spora
berkecambah eksosporium pecah.
• Selain pembiakan dengan spora, pada lumut
terdapat pula pembiakan vegetatif
dengan kuncup enam, yang terjadi dengan
bermacam-macam cara pada protonema,
talus, atau bagian-bagian lain pada tubuh
lumut.
13. SIKLUS HIDUP LUMUT
o Dalam daur hidupnya lumut menunjukan
adanya pergiliran keturunan yang jelas. Dari
spora tumbuh protonema dan seterusnya
tumbuh tumbuhan lumut yang menghasilkan
anteridium dan arkegonium.
o Protonema dan lumutnya sendiri adalah
gametofit dan merupakan fase
perkembangan yang haploid. Dari sel telur
yang telah dibuahi tumbuh sporofit, yang pada
lumut berupa sporogonium dan merupakan
fase perkembangan yang diploid.
o Sporofit tidak hidup tersendiri, melainkan
selama hidupnya tetap tinggal dan
mendapatkan makanannya dari gametofitnya.
14. o Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian
generasi heteromorfik.
o Yang dimaksud diplobiontik adalah suatu siklus hidup dimana
individu penghasil gamet (gametofit) yang bersifat haploid dan
individu penghasil spora (sporofit) yang bersifat diploid. Gamet-
gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot yang tidak
mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi
sporofit yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada
saat pembentukan spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan
bersifat haploid dan kemudian berkembang menjadi gametofit.
Baik sporofit maupun gametofit masing-masing dapat
memperbanyak dirinya dengan cara aseksual. Dikatakan isomorfik
bilamana gametofit dan sporofit memiliki kesamaan bentuk,
sedangkan disebut heteromorfik bilamana gametofit dan sporofit
masing-masing bentuknya berbeda.
o Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase
gametofit dan sporofit. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih
dominan dibandingkan fase sporofitnya.
o Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel
kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam
keadaan menghasilkan spora.
15. Klasifikasi Bryophyta
Lumut (Bryophyta) diklasifikasikan
menjadi 3 kelas, yaitu :
1) Lumut daun (Bryopsida)
2) Lumut hati (Hepaticopsida)
3) Lumut tanduk (Anthocerotopsida)
16. Lumut Daun (Bryopsida)
• Lumut daun terdiri atas lebih kurang 12.000 jenis
dan tersebar dimana-dimana. Lumut ini dapat kita
temukan di antara rumput-rumput, di atas cadas,
pada batang-batang dan cabang-cabang, bahkan
ada yang ada pada daun-daun pohon-pohonan, di
rawa-rawa, tetapi jarang di dalam air.
• Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-
macam itu, maka tak mengherankan jika tubuhnya
menunjukkan struktur yang bermacam-macam pula.
• Kebanyakan dari lumut daun suka pada tempat
yang basah, tetapi ada juga yang suka akan
tempat- tempat yang kering. Beberapa macam
diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan
kekeringan sampai bertahun-tahun.
17. Ciri-ciri Umum Bryopsida
• Lumut daun juga disebut lumut sejati.
• Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan
bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun.
• Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup
pada cabang-cabang batang.
• Protonema berbentuk daun kecil, tiap protonema
hanya akan membentuk gametafora.
• Gametafora terdiri dari batang – batang yang
bercabang.
• Sporongium mempunyai kaki yang lebar, seta
hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul.
27. PROSES PERKEMBANGAN LUMUT
DAUNLumut yang berumah satu :
• Spora berkecambah; merupakan protonema yang terdiri dari
benang-benang berwarna hijau bersifat fototrop positif, banyak cabang-
cabang seperti hifa, kemudian di sisi lain mengeluarkan rizoid-rizoid
tidak berwarna dan bersekat-sekat dan bersifat fototrop negatif yang
percabangannya menuju ke bawah (tanah)
• Rhizoid terbentuk pada awal pembelahan spora, tumbuh di pinggir
yang tidak kena cahaya
• Dengan bantuan cahaya, pada protonema tumbuh kuncup (gemma
cup), yaitu berupa tonjolan ke samping pada sel-sel bawah dari cabang
protonema, setelah kuncup membentuk 1-2 sel tangkai, ujungnya
membentuk piramid yang bersekat (membentuk segmen) dan
merupakan bagian yang meristematik
• Segmen-segmen dapat memisah, setiap kali memisahkan segmen,
maka tumbuh berupa sel-sel anakan baru yang akan membentuk
individu tumbuhan lumut yang baru.
• Kuncup-kuncup sering membentuk rumpun namun masih dapat
dibedakan antara bentuk batang, daun dan rizoid.
• Alat reproduksi terkumpul di ujung cabang-cabang yang dikelilingi
daun-daun yang letaknya paling atas bersifat hemaprodit
28. • Lumut yang berumah dua :
• Adanya anteridium dan arkegonium.
• Perkembangan anteridium, sel pemulanya
berupa pasak, segmen yang dipisahkan segera
membelah menjadi sel-sel yang letaknya
dipinggir dan membentuk jaringan spermatogen
• Perkembangan arkegonium, mula-mula sejalan
dengan anteridium, tetapi kemudian ujung
selnya berubah dengan munculnya dinding
pemisah secara periklinal, membentuk tiga sel
dipinggir dan satu sel ditengah berbentuk
tetraeder yang kemudian akan membentuk
sekat melintang dan terbentuklah sel telur
beserta saluran-saluran selnya.
29. • Pematangan anteridium ditandai dengan terbukanya sel
tutup diujung, berlendir, mengembang, kemudian pecah,
demikian juga pada arkegonium.
• Pematangan arkegonium sama seperti anteridium, yaitu
dinding tepinya terbuka, membengkok keluar dan
membentuk corong atau robek menjadi empat bagian
yang masing-masing menggulung keluar dan terjadilah
pembuahan.
• Setelah pembuahan terbentuk zigot yang berbentuk
sekat-sekat melintang dan berkembang menjadi embrio
yang bentuknya memanjang terdiri dari sel-sel
memanjang juga. Sel yang berada diujung akan
membentuk sekat-sekat baru membentuk sel pemula
untuk membentuk pasak.
• Sel pasak bersegmen kekiri dan kekanan, mengadakan
pembelahan membentuk spora.
30. Embriogenesis
• Spora lumut daun di tempat yang cocok
berkecambah merupakan protonema, yang
terdiri atas benang-benang bewarana hijau,
bersifat fototrop positif, banyak bercabang-
cabang dan dengan mata biasa kelihatan
seperti hifa cendawan yang berwarna hijau.
• Protonema itu mengeluarkan rizoid-rizoid yang
tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan
sekat-sekat miring, fototrop negatif, masuk
kedalam tanah dan bercabang-cabang. Rizoid
mulai terbentuk pada pembelahan spora yang
pertama pada sisi yang tidak terkena cahaya.
31. Anteridium dan arkegonium Musci mempunyai
tangkai dan perkembangan berbeda dengan
perkembangan alat-alat yang sama
pada Archegoniata lainnya. Perkembangan
arkegonium mula-mula sejalan dengan anteridium,
tetapi kemudian sel ujungnya berubah menjadi sel
induk arkegonium, dan dengan dinding-dinding
pemisah yang periklinal lalu membentuk 3 sel
pinggir, dan satu sel ditengah berbentuk tetrader.
Sel di tengah berbentuk tetrader itu lalu
membentuk sekat melintang, dan dengan
demikian terjadilah sel tutup, sel-sel calon dinding
arkegonium, dan satu sel yang letaknya di pusat.
Sel pusat itulah yang nantinya membentuk sel
telur dan sel saluran perut.
32. • Jika sudah masak, anteridium membuka pada
ujungnya. Hal itu terjadi karena sel-sel
didinding yang letaknya di ujung menjadi
berlendir dan mengembang, hingga
kutikulanya pecah. Hal yang serupa terjadi
pula dengan arkegonium yang sel telurnya
telah siap untuk dibuahi. Pada arkegonium,
tepi bagian dinding yang terbuka itu lalu
membengkok keluar dan mebentuk seperti
corong, atau robek menjadi 4 bagian yang
masing-masing juga tergulung keluar.
• Sehabis pembuahan, zigot membentuk sekat-
sekat melintang dan berkembang menjadi
embrio yang bentuknya memanjang, terdiri
atas sel-sel yang berderet membujur.
33. Sel ini memisahkan segmen-segmen berturut-turut ke
kiri dan ke kanan, yang seterusnya dapat
mengadakan pembelahan sel lagi. Dalam segmen
yang akan membentuk kapsul spora, baik yang
letaknya disebelah kiri maupun kanan, terbentuk
dinding pemisahradial yang berdiri tegak lurus pada
dinding segmen, sehingga pada penampang
melintang pada embrio kelihatan ada 4 kuadran.
Dalam ke 4 kuadran itu terbentuklah dinding pemisah
periklinal sehingga terjadilah diferensiasi dalam sel-sel
luar (amfitesium) dan sel-sel dalam (endotesium).
Lapisan endotesium yang terluar menjadi arkespora,
yang kemudian membentuk sel-sel induk spora, dan
akhirnya masing-masing sel induk spora dengan
pebelahan reduksi akan menghasilkan spora. Lapisan
dalam endotesiumtidak ikut mengambil bagian dalam
pembentukan arkespora tetapi merupakakan jaringan
steril, yang disebut kolumela. Kolumela diselubungi
oleh jaringan yang menghasilkan spora.
34. Jadi pada Musci kapsul sporanya mempunyai
kolumela yang letaknya sentral, dan disekitarnya
terdapat ruang yang berisi spora. Kolumela itu
berfungsi sebagai pemberi makanan dan penyimpan
air bagi spora yang baru dibentuk.
Pada sporogononium yang masih muda ruang spora
diliputi oleh jaringan asimilasi, yang dengan
udara luar dibatasi dibatasi oleh satu epidermis.
Pada kebanyakan Musci terdapat mulut-mulut kulit di
bagian bawah kapsul sporanya.
Tangkai kapsul dinamakan seta. Seta mengangkat
kapsul ke atas, hingga spora yang dikeluarkan mudah
teruap angin dan tersebar kemana-mana.
35. Contoh lumut daun adalah Sphagnum sp.
Protonema tidak berbentuk benang, melainkan
merupakan suatu badan berbentuk daun kecil,
tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas
selapis sel saja.
Arkespora pada Sphagnum tidak berasal dari
endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam
amfitesium. Kapsul spora mempunyai tutup yang
akan membuka, jika spora sudah masak.
Sporogonium dengan kakinya akan melebar dan
merupakan haustorium terdapat dalam suatu
perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan
kaki lalu memanjang seperti tangkai dan
dinamakan pseudopodium.
36. Contoh lain dari lumut daun adalah Pogonatum sp.
• Sporogoniumnya mempunyai suatu tangkai yang elastis, yang
dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam dalam
jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul
sporanya yang bersifat radial atau dorsifentral dan mula-mula diselubungi
oleh kaliptra.
• Kaliptra ini berasal dari bagian atas dinding arkegonium sel-sel yang
menyusun kaliptra tidak merupakan sel diploid akan tetapi terdiri atas sel-
sel gametofit yang haploid.
• Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari
sporogonium, dapt berkembang terus dan menghasilkan rambut-rambut
yang menyerupai benang-benang protonema dengan pertumbuhan yang
terbatas. Bagian atas seta dinamakan apofisis.
• Bagian atas dinding kapsul spora tersusun merupakan tutup (operkulum).
Dibawah tepi operkulum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran
sempit dan dinamakan cincin. Sel-selnya mengandung lendir yang dapat
mengembang dan menyebabkan terbukanya operkulum.
• Pada Pogonatum sp., dibawah operkulum terdapat suatu organ berupa gigi-
gigi yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi-gigi ini yang
dinamakan peristom.
• Gigi-gigi peristom dapat mengadakan gerakan higroskopik keluar dan
kedalam, dan dengan demikian , tergantung pada keadaan cuaca
membuka atau menutup kapsul spora. Jika udara kering gigi-gigi peristom
mengarah keluar dengan posisi demikian itu spora dapat keluar dari kapsul
spora.
45. Lumut Hati (Hepaticopsida)
• Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah,
oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur
yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan,
meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tepat yang
amat kering, isalnya pada kulit-kulit pohon, diatas tanah atau
batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur
yang xeromorf.
• Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat
menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya.
• Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu
yang tidak tergolong dalam marga cryptothallud dan hidup
sebagai saprofit.
• Protonema lumut hati kebanyakan hanya berkembang
menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian besar lumut
hati mempunyai sel yang mengandung minyak. Minyak itu
terdapat dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa
kupulan tetes-tetes minyak atsiri.
46.
47. Ciri-ciri Umum Lumut hati
• Gametofit berwarna hijau, pipih dorsiventral, menempel
pada tanah dengan rizoid.
• Struktur talus ada yang berupa lembaran dan ada yang
sudah dibedakan atas bagian yang menyerupai batang
dan daun-daun.
• Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung
kloroplas, terdiri atas bagian kaki, tangkai (seta) dan
kapsul spora. Tetapi ada golongan lumut hati yang
primitif, bagian kaki dan seta ini tidak ada.
• Dalam kapsul spora berisi jaringan arkespora yang
mana sel – sel arkeospora akan membelah menjadi sel
– sel induk spora dan sel-sel yang panjang, lunak dan
mempunyai penebalan berbentuk spiral namanya
elatera.
48. • Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran,
menempel di atas permukaan tanah, pohon
atau tebing.
• Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan
menyerap zat-zat makanan.
• Tidak memiliki batang dan daun.
• Reproduksi secara vegetatif dengan
membentuk gemma (kuncup), secara generatif
dengan membentuk gamet jantan dan betina.
• Gametofit berwarna hijau,pipih,dorsiventral
struktur tallus sederhana.
• Sporofit tidak mengandung kloroplas.
• Spora yang berkecambah tidak melalui
pembentukan protonema.
49. • Sel-sel induk spora melalui pembelahan
reduksi akan membentuk spora. Spora yang
berkecambah hanya berkembang menjadi
suatu buluh yang pendek atau boleh dikatakan
lumut hati tidak membentuk protonema.
• Sebagian besar mempunyai sel-sel yang
mengandung minyak.
• Tubuhnya mempunyai struktur yang higromof,
untuk lumut yang tumbuh pada tempat yang
kelembapannya tinggi.
• Tubuhnya mempunyai struktur yang xeromorf,
untuk lumut yang tumbuh pada tempat yang
kering.
• Golongan yang tidak mempunyai klorofil, yaitu
marga Crypthallus dan hidup sebagai saprofit.
50. Cara perkembangbiakan :
1. Seksual
Apabila terjadi persatuan antara gamet jantan dan gamet betina
maka akan terjadi sporofit yang akan membentuk banyak spora.
2. Aseksual
a. Fragmentasi
b. Pembentukan kuncup eram (gemma)
c. Pembentukan tunas cabang
d. Pembentukan umbi (tuber)
e. Penebalan pada ujung talus
f. Daya regenerasi
51. Siklus Hidup Lumut Hati
• Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun
yaitu dengan fase haploid dan diploid.
• Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk
gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas
saat kapsul terbuka, sehingga membantu
memencarkan spora.
• Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi
dengan cara aseksual dengan sel yang disebut
gemma, yang merupakan struktur seperti
mangkok dipermukaan gametofit.
52.
53.
54.
55.
56. Embriogenesis
Contoh dari lumut hati adalah Marchantia sp.
Gametangium marchantiales didukung oleh suatu cabang
talus yang tumbuh tegak. Bagian bawah cabang talus ini
tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam gulungan
itu terdapat suatu saluran dengan benang-benang rizoid.
Bagian atas cabang yang berulang-ulang mengadakan
percabangan menggarpu, hingga akhirnya membentuk
suatu badan seperti suatu bintang. Tempat anteridium
dan arkegonium terpisah, jadi marchatiales berumah dua.
Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor,
pendukung arkegonium disebut arkegoniofor.
58. • Anteridium pada lumut hati ini terjadi sebagai
berikut :
• Salah satu sel pada permukaan membelah
menjadi beberapa segmen dengan
perantaraan sekat-sekat melintang. Masing-
masing sekmen membelah lagi menjadi 4 sel
oleh sekat-sekat yang lurus pada sekat-sekat
yang dibuat pertama-tama. Sel-sel yang
letaknya di pinggir kemudian menjadi dinding
anteridium, yang letaknya dibagian dalam
merupakan sel-sel spermatogen yang
kemudian menghasilkan spermatozoid. Jika
anteridium telah masak, sel-sel dindingnya
menjadi lendir dan mengembang. Hingga
spermatozoid-spermatozoid dapat keluar dan
terkumpul dalm suatu tetes air hujan yang
terdapat terdapat di atas cakram pendukung
gametangium tadi.
59. Anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya
seperti cakram. Dasar bunga betina agak melebar dan
berbentuk paying dengan cuping berbentuk jari umumnya
berjumlah 9.
Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping
dengan leher menekuk ke bawah. Anteredium merekah,
mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium. Generasi
sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah
membentuk embrio (bentuk bola) bagian pangkal dari embrio
membentuk kaki masuk ke jaringan reseptakel. Bagian
terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan dari
bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut
tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok
yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian
dalam terpilin.
Setelah meiosis terbentuklah tetraspora tangkainya
memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul
jadi terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka
memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul di bantu
oleh elater yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya
kapsul, elater menggulung, menjadi kering dan
menggandakan gerakan sentakan yang melemparkan spora
60.
61.
62. • Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan.
Oleh percikan air hujan yang mengandung
spermatozoit terlempar dari anteridiofor ke
arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung
arkegonium mempunyai papila dan membentuk
suatu sistem kapilar pada permukaan alat
tersebut, yang memudahkan tergelincirnya
spermatozoit masuk kedalam arkegonium.
Spermatozoit itu bereaksi komotaksis terhadap zat
putih telur.
• Setelah selesai pebuahan, zigot berkembang
embrio yang terdiri atas banyak sel, dan akhirnya
merupakan suatu sporogonium bertangkai
pendek, kecil, berbentuk jorong, dan berwarna
hijau.
63. Pada marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding
yang terdiri atas selapis sel, dengan penebalan-
penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul,
dindingnya terdiri atas dua lapis sel. Di tempat itu
kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah,
dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul
spora mula-mula nasih diselubungi oleh bekas dinding
arkegonium yang ikut terangkat pada perkembangan
sporogonium, yaitu pada pembentangan tangkai
sporogonium.
Selain dari itu tiap kapsul juga diselubungi suatu
selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium.
Kapsul spora Marchantiales dapat menghasilkan
beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh
ditempat yang cocok akan berkecambah menjadi
protonema yang mengandung klrofil, dan selanjutnya
berkembang membentuk talus yang karakteristik
bagi Marchantiales tersebut.
68. Lumut Tanduk
(Anthocerotopsida)
• Tempat hidup :
Dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali
di sepanjang selokan, di tepi jalan yang basah atau
lembab.
• Susunan tubuh :
Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus
berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya
melekat pada tanah dengan perantaraan rizoid.
• Susunan talusnya masih sederhana sel-selnya hanya
mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid besar.
Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup berbentuk ginjal.
• Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk
silinder dengan panjang antara 5 sampai 6 cm.
Pangkal sporofit dibungkus dengan selubung dari
jaringan gametofit.
69. Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya.
Gametofit berupa talus yang sederhana, yaitu berbentuk cakram
dengan tepi bertoreh, dorsiventral, tidak ada rusuk tengah dan tidak
ada percabangan menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan
perantara rizoid.
Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang
berlekuk, berbentuk lembaran
Sporongium terdiri atas kaki dan kapsul saja
Rizoid berada pada bagian ventral.
Pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit.
Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini masih
berkerabat paling dekat dengan tanaman berpembuluh dibanding
kelas lain pada tumbuhan lumut.
Struktur anatomi talus (gametofit) homogen, tiap sel mengandung
satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar.
Pada sisi ventral dari talus terdapat stoma dengan dua sel penutup
yang berbentuk ginjal.
Ciri-ciri Umum Lumut
Tanduk
70. Stoma tersebut hampir selalu terisi dengan lendir, dan
melalui stoma tersebut dapat masuk koloni ganggang biru
Nostoc.
Lumut tanduk ada yang homotalik dan ada yang
heterotalik.
Spogoronium terdiri atas kaki dan kapsul (tidak ada seta),
dinding sporogonium termasuk epidermis terdiri atas sel-
sel yang mengandung kloroplas dan sel-sel epidermis
yang mempunyai stomata.
Kapsul spora berbentuk seperti tanduk, jika masak dapat
pecah dengan arah membujur seperti buah polongan.
Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri
atas sel-sel steril dinamakan kolumela.
Arkespora selain membentuk spora juga membentuk sel-
sel steril yang dinamakan pseudoelatera.
Habitatnya didaerah yang mempunyai kelembapan yang
tinggi.
72. Cara Berkembang Biak
Pada kelas ini dijumpai cara berkembang
biak secara aseksual dan seksual seperti pada
umut hati, yaitu :
1. Perkembangbiakan secara aseksual
Fragmentasi
Pembentukan kuncup (gemma)
Pembentukan umbi (tuber)
Penebalan ujung (tepi) talus yang meupakan
suatu cara untuk mempertahankan diri terhadap
kekeringan
Peristiwa apospori.
73. 2. Perkembangbiakan secara seksual
Dengan membentuk arteridium dan arkegonium.
Anteridium dan Arkegonium terkumpul pada suatu
lekukan sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah
menjadi 2 sel dengan satu dinding pisah melintang.
Sel yang diatas terus membelah yang
merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian
bawah yang membelah secara terus-menerus
membentuk kaki sporogonium, sporogonium kaki
berfungsi sebagai alat penghisap.
74.
75.
76. Siklus Hidup Lumut Tanduk
• Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan
arkegonium. Anteridium dan arkegonium terkumpul pada
suatu lekukan pada sisi atas talus.
• Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu
dinding pisah melintang.
• Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogonium
yang diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus
menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat
penghisap.
• Bila sporogonium masak maka akan pecah seperti buah
polongan, dan menghasilkan jaringan yang terdiri dari
beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan
kolumela.
• Sel-sel mandul ini diselubungi oleh sel jaringan yang
kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
77.
78. Embriogenesis
Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi
bertoleh, biasanya melekat pada tanah dengan perantaraan
rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya
hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang
besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup yang berbentuk ginjal.
Stoma itu hampir kemudian selalu terisi dengan lendir. Zigot
mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding
pemisah melintang. Sel yng diatas terus membelah-belah dan
merupakan sporagonium yang bawah membelah-belah
merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang menyusun kaki
sporogonium berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus
gametofitnya. Jika telah masak pecah seperti buah polongan.
Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas
beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela.
Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan
menghasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora,
arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamak
anelatera. Dinding sporogonium mempunyai stoma dengan
dua sel penutup, dan selain itu sel-selnya mengandung
79.
80.
81. Anggota Kelompok :
1) M. Angga Saputro
(4411410004)
2) Adtri Kusfitasari
(4411413025)
3) Agustin Dian K. (4411413022)
4) Siti Wijayanti (4411413004)