COP18 CITES memutuskan untuk memasukkan beberapa spesies ikan dan teripang ke dalam Appendiks II, termasuk pari, hiu, dan teripang dari Indonesia. Hal ini menuntut pemerintah Indonesia mengambil tindakan perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, seperti pemantauan perdagangan, penyusunan NDF, dan peningkatan penegakan hukum. Selain itu, diperlukan up
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listing Apendiks 2 Pada COP ke 18 CITES Pada Agustus 2019
1. Persiapan Sosialisasi COP18 CITES
Bogor, 12 September 2019
Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
2. Latar Belakang
• Conference of the Parties ke-18 CITES telah dilaksanakan
pada tanggal 17-28 Agustus 2019 di Jenewa, Swiss.
• Hasil COP 18 CITES terkait spesies akuatik:
1. Listing appendiks II untuk spesies akuatik
2. Isu implementasi spesies akuatik yang telah listing
3. Listing Appendiks
Glaucostegus spp.
Nama lokal: Pari
gitar/pari kikir
Rhinidae spp.
Nama lokal: Pari
liong bun/pari
lontar/pari kemejan
Rhina ancylostoma
Nama lokal: Pari
kupu-kupu
Isurus oxyrinchus
Isurus paucus
Nama lokal: Hiu
mako/hiu anjing/hiu
tenggiri
Holothuria fuscogilva
Nama lokal: Teripang susu
putih/kuning/kunyit
Holothuria nobilis
Nama lokal: Teripang
koro/cera hitam
Holothuria whitmaei
Nama lokal: Teripang susu
hitam
4. PARI LIONG BUN/PARI KEKEH/PARI LONTAR/PARI KEMEJAN/WEDGEFISH (Rhinidae spp.)
• Dominasi Perikanan by catch (60%).
• 16% dari total produksi pari Indonesia
• Nilai ekonomi tinggi. Harga sirip = Rp 4.900.000,-/set
kering di pengumpul pertama.
• Tujuan ekspor: Sri Lanka, Hong Kong, Singapura,
Malaysia, China
“Indonesia and Japan did not believe there was
sufficient
evidence to justify listing the Family in Appendix II”
“FAO summarized the conclusions of the Sixth
Expert Advisory Panel that there were insufficient
data to determine whether these species met the
criteria for listing in Appendix II”
• Adopsi melalui voting: 112 support, 30 against,
4 absention
• Entry into force 3 bulan
• Total 10 spesies yang masuk dalam Appendiks II:
5 spesies
yang ada
di
Indonesia
Rhynchobatus djiddensis
Rhynchobatus cooki
Rhynchobatus immaculatus
Rhynchobatus luebberti
Rhynchorhina mauritaniensis
Rhynchobatus australiae
Rhynchobatus laevis
Rhynchobatus palpebratus
Rhynchobatus springeri
Rhina ancylostoma
Proponents: EU dan negara lain (landlocked, Africa,
dan small island developing states)
5. PARI GITAR/PARI KIKIR/GIANT GUITAR FISH (Glaucostegus spp.)
• Adopsi melalui voting: 109 support, 30
against, 4 absentions
• Entry into force 3 bulan • Sebaran di WPP 572 dan 711.
• 0.6% dari total produksi pari di Indonesia.
• Perikanan bycatch/tangkap sampingan.
• Harga sirip kering = Rp 40.000,00 - Rp 70.000,00/kg di eksportir
• Tujuan Ekspor: Hong Kong, Singapura.
“FAO summarized that there was insufficient
evidence to determine whether guitarfishes
met the criteria for inclusion in the Appendices”
Proponents: EU dan negara lain (landlocked, Africa,
dan small island developing states)
2 spesies yang ada
di Indonesia
Total 6 spesies yang masuk Appendiks II:
Glaucostegus thouin
Glaucostegus typus
Glaucostegus cemiculus
Glaucostegus granulatus
Glaucostegus halavi
Glaucostegus obtusus
6. HIU MAKO (Isurus spp.)
• Total 2 spesies yang masuk dalam Appendiks 2:
Isurus oxyrinchus (Mako Sirip Pendek/hiu anjing/hiu
tenggiri)
Isurus paucus (Mako Sirip Panjang /hiu anjing/hiu
tenggiri)
“Indonesia believed there would be significant implementation issues
and limited conservation gains if a CITES listing were accepted’
• Adopsi melalui voting: 102 support, 40 against, 4 absentions. US dan
Qatar against
• Entry into force 3 bulan
Proponents: Mexico, EU dan negara lain (landlocked, Africas, dan
small island developing states). Rekor jumlah proponent untuk
uplisting spesies (54 proponents)
7. TERIPANG/TEATFISH (Holothuria spp.)
• Total 3 spesies yang masuk Appendiks II:
Holothuria fuscogilva (Teripang susu
putih/kuning/kunyit)
Holothuria nobilis (Teripang koro/cera hitam)
Holothuria whitmaei (Teripang susu hitam)
• Populasi di alam (Indonesia) untuk ketiga
spesies sedikit
• Data-data perdagangan teripang yang ada
belum species-specific.
• Harga= Rp 800.000-1.500.000/kg kering.
• Data BPS 2018 untuk teripang (semua
spesies) 10.75 juta USD.
Proponents: EU, USA, Kenya, Senegal, dan Seychelles
“Tonga and the European Union’s assertion that the listing would
create capacity-building needs”
“SPREP voiced its support for the listing, and welcomed the
European Union’s offer to provide technical and financial support
to implement the listing”
• Adopsi melalui voting: 108 support, 30 against, 7
absentions.
• Entry into force 12 bulan (28 Agustus 2020)
9. Species-Specific Matters
Kuda Laut
• Membahas upaya-upaya untuk meningkatkan
konservasi kuda laut khususnya setelah listing
pada Appendix II CITES.
• Kuda laut merupakan spesies laut pertama yang
masuk Review of Significant Trade (RST).
• Pembahasan dan diskusi agenda kuda laut
berkenaan dengan penetapan kuota,
penyusunan NDF, dan upaya monitoring yang
lebih baik.
• Amerika menyediakan pendanaan bagi kegiatan
expert workshop untuk mengkaji implementasi
dan penegakan hukum listing kuda laut ke
Appendiks II dan tindak lanjut dari rekomendasi
hasil RST.
Penyu
• Membahas implementasi dari Decision CoP
CITES 17 berkenaan dengan perdagangan
illegal penyu dan hasil studi mengenai
perdagangan internasional legal dan ilegal
penyu kerjasama Sekretariat dengan Inter
America Sea Turtle Convention (IAC) and
Convention on Migratory Species (CMS).
• Mayoritas Negara sepakat untuk lebih
meningkatkan upaya penegakan hukum bagi
perdagangan illegal penyu.
10. Species-Specific Matters
Sidat Eropa
• Membahas implementasi dari Decision CoP CITES 17
berkenaan dengan European eels.
• Negara range state sidat, termasuk di luar sidat Eropa,
perlu mengimplementasikan upaya konservasi dan
pengelolaan sidat, melakukan monitoring,
meningkatkan ketelusuran baik untuk specimen mati
maupun hidup, bekerja sama dengan range state lain
terkait shared stock sidat.
• Kajian secara khusus akan dilakukan untuk menilai
apakah glass eel dapat dikategorikan memiliki
peluang hidup yang rendah.
• CMS juga menginformasikan akan dibahasnya
conservation in situ sidat pada CoP CMS ke 13.
Precious Corals
• Sidang membahas perdagangan precious
coral (genus corralium dan paracorralium)
dan hasil kajian dan survei dari FAO.
• Animal Committee diminta untuk mengkaji
hasil analisis tersebut digunakan untuk
menyusun Rekomendasi.
11. Species-Specific Matters
Ikan Napoleon
• Membahas implementasi perdagangan
napoleon yang masih perlu ditingkatkan upaya
manajemennya khususnya untuk mencegah
perdagangan ilegal.
• Indonesia menyampaikan intervensi mengenai
upaya-upaya Indonesia untuk meningkatkan
legalitas dari perdagangan HHW mulai dari
loading dari keramba ke kapal, pengecekan oleh
petugas karantina, pencatatan jenis dan ukuran,
dan pengawasan pergerakan kapal oleh Vessel
Monitoring System (VMS).
Hiu dan Pari
• Membahas permasalahan implementasi listing
hiu dan pari pada Appendix II CITES saat ini
mulai dari identifikasi, look alike spesies,
penyusunan dokumen non detrimental finding
(NDF), dan pengelolaan data.
• Indonesia melakukan intervensi dengan
menyampaikan komitmen untuk konservasi
shark and rays dengan tata kelola berkelanjutan
serta mengingatkan parties akan tantangan dan
permasalahan look alike species khususnya
untuk konteks Indonesia yang memiliki 114
spesies hiu.
12. Species-Specific Matters
Banggai Cardinal Fish
• Membahas pelaksanaan dari Decision CoP CITES 17
terkait dengan BCF yang ditujukan pada Indonesia dan
Sekretariat termasuk rancangan decision yang
diusulkan oleh Animal Committee.
• Indonesia mengusulkan perbaikan dari draft decision
dengan penekanan bahwa pelaporan Banggai
Cardinal Fish selanjutnya cukup hanya disampaikan
kepada Animal Committee saja sehingga tidak akan
ada pembahasan isu Banggai Cardinal Fish pada CoP
CITES berikutnya.
Marine Ornamental Fish
• Membahas usulan untuk diadakannya workshop
internasional tentang perdagangan ikan hias.
• Perdagangan ikan hias saat ini menunjukkan tren
yang semakin besar, baik volume maupun nilai
perdagangan.
• Dokumen disepakati untuk diadopsi dengan tetap
mempertahankan draft teks yang ada walaupun
awalnya terdapat usulan untuk memasukkan
freshwater species dan invertebrata dalam
pembahasan ikan hias air laut ini.
13. Tindak Lanjut Listing Appendiks
Aspek Perlindungan
1. Perlindungan habitat
2. Perlindungan anakan dan indukan
3. Penyusunan Kepmen KP untuk perlindungan penuh/terbatas
• Naskah Akademik
• Rekomendasi LIPI
4. Penyusun Kepmen KP untuk larangan ekspor
14. Tindak Lanjut Listing Appendiks
Aspek Pelestarian
1. Restocking ke habitat alami
2. Rehabilitasi habitat
3. Bimtek/pelatihan pendataan
4. Bimtek/pelatihan pengenalan jenis
5. Penyadartahuan/sosialisasi peraturan perundang-undangan
6. Penyusunan NDF jenis hiu
• Prioritas: pari liong bun/wedgefish
7. Penyusunan NDF jenis teripang
8. Pencatatan traceability (termasuk bycatch)
9. Perbaikan logbook penangkapan hiu dan pari agar lebih species-specific
10. Pencatatan pendaratan
11. Upaya budidaya teripang
15. Tindak Lanjut Listing Appendiks
Aspek Pemanfaatan
1. Penyusunan kuota pengambilan dan kuota ekspor.
2. Fasilitasi perizinan bagi pelaku usaha.
3. Pembinanan UPI
4. Pendataan pelaku usaha
5. LIPI merekomendasikan kuota nol untuk ekspor
6. Mencari informasi produk-produk olahan teripang
- Utuh, olahan, kering
16. Tindak Lanjut Species-Specific
Matters
Kuda Laut
• Monitoring dan pengawasan terhadap
lalu lintas perdagangan
• Audit kapasitas produksi
• Monitoring produk dan survei harga
pasar
• Perbaikan habitat
18. Tindak Lanjut Species-Specific
Matters
Ikan Napoleon
• Mengembangkan ranching program
• Penyusunan NDF untuk pengambilan anakan dari
alam
• Peningkatan legalitas perdagangan
• Pengawasan kapal pengangkut
• Monitoring
19. Tindak Lanjut Species-Specific
Matters
Hiu dan Pari
• Pencatatan asal usul bycatch
• Perbaikan logbook penangkapan hiu dan pari
• Perizinan bagi pelaku usaha
• Pembinanan UPI
• Perlindungan habitat
• Melaporkan annual report ke CITES
22. Kesimpulan
1. Kecenderungan proposal uplisting tidak lagi berdasarkan pada data dan
informasi ilmiah yang valid, tetapi lebih kepada kepentingan ekonomi
2. Proposal listing dipersiapkan oleh negara maju (EU atau USA) dengan
mengajak negara berkembang sebagai proponent, dengan janji capacity
building dan pendanaan
3. Voting menentukan adopsi uplisting spesies.
• Negara archipelagic dan coastal states cenderung kalah dalam voting menolak
karena kalah jumlah dengan negara lain yang tidak berkepentingan dalam spesies
laut
• Lobi dan negosiasi intensif dilakukan oleh negara maju dan LSM sebelum voting.
4. Pemerintah Indonesia (KKP, KLHK, LIPI dan instansi terkait lainnya) harus
menyusun langkah tindak lanjut terhadap hasil COP 18 CITES