SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
PERATURAN
TERKAIT BIOTA
LAUT YANG
DILINDUNGI
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2018
2018
MATERI PRESENTASI
1. Pendahuluan
2. Jenis Biota Dilindungi
3. Larangan Dan Sanksi
4. Contoh Kasus
INDONESIA – Keragaan Umum
• Jumlah Pulau: 17.504 pulau (13.466
telah memiliki nama dan dideposit
PBB
• Luas Perairan Laut: 5,8 juta km2
ZEE: 2,55 juta km2 , Laut teritorial:
0,30 juta km2 , Perairan Kep: 2,95
juta km2.
• Potensi Sumber Daya Ikan (MSY) di
Indonesia 12,54 juta ton/tahun
• Budidaya tambak dеngаn luas
mencapai 2.963.717 hektare (ha),
budidaya kolam memiliki potensi
seluas 541.000 ha, budidaya dі
perairan umum memiliki potensi
seluas 145.125 ha
• Migas: Dari 60 Cekungan Migas
Indonesia, 70% berada di laut
• Cadangan Minyak Bumi 9,1 Milyar
STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT INDONESIA
450
spesies
Karang
3476
Spesies
Ikan Laut
13
Spesies
Lamun
48
Spesies
Mangrove
309 Spesies
Krustasea
(LIPI, 2014)
STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT INDONESIA
6 Spesies
Penyu
35 Spesies
Mamalia
Laut
221
Spesies Hiu
dan Pari
PERMASALAHAN :
PENYEBAB KERUSAKAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
GANGGUAN MANUSIA
• Tangkap Lebih
• Perikanan destruktif : pemboman,
penggunaan racun
• Penambangan
• Pencemaran
• Sedimentasi
• Pariwisata
• Pengerukan, pengurugan dan
pembangunan pantai
Akar Masalah
• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat
• Kemiskinan
• Keserakahan
• Kebijakan dan Strategi Pengelolaan yang
tidak jelas
• Kelemahan kerangka perundang-
undangan dan penegakan hukum
ALAM
• Abrasi
• Tsunami
• Perubahan Iklim
• dll
“IKAN” MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004
TENTANG PERIKANAN
JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009
Pasal 1 Angka 4 : IKAN adalah segala jenis organise yang SELURUH atau
SEBAGIAN siklus hidupnya di dalam lingkungan perairan
Penjelasan Pasal 7 ayat 5 yang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah:
a. pisces (ikan bersirip)
b. crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya);
c. mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya);
d. coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya);
e. echinodermata (tripang, bulu babi, dan sebangsanya);
f. ampibia (kodok dan sebangsanya);
g. reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan
sebangsanya);
h. mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya);
i. algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam
air); dan
j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di
atas,
k. semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.
JENIS IKAN YANG DILINDUNGI PERATURAN
PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1999
MAMALIA
Gambar Nama Status
Perlindungan
IUCN CITES
Duyung
(Dugong dugon)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo Permen
LHK 92/2018)
Vulnerable Apendiks I
Semua jenis
lumba-lumba
Ordo Cetacea
(13 spesies)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo Permen
LHK 92/2018)
• Data deficient
• Least
concern
• Vulnerable
Apendiks I
dan II
Semua jenis paus
Ordo Cetacea
(20 spesies)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo Permen
LHK 92/2018)
• Data deficient
• Least
concern
• Vulnerable
• Endagered
Apendiks I
dan II
Lumba-lumba air
tawar/pesut
(Orcaella
brevirostris )
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo Permen
LHK 92/2018)
vulnerable Apendiks I
REPTILIA
Gambar Nama Status
Perlindungan
IUCN CITES
Semua jenis penyu laut
(6 jenis):
• Penyu tempayan
• Penyu hijau
• Penyu belimbing
• Penyu sisik
• Penyu ridel/abu-
abu/lekang
• Penyu pipih
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
Vulnerable Apendiks I
Labi-labi (2 jenis):
• Labi-labi bintang
• Kura-kura Irian/Kura-
kura moncong babi
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
• Critically
endagered
• Vulnerable
• Apendiks I
• Apendiks
II
Kura-kura (5 jenis):
• Kura Irian leher panjang
• Kura Irian leher P. Rote
• Kura-kura gading
• Baning cokelat
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
• Least
concern
• Least
concern
• Endagered
• Apendiks II
• -
• Apendiks II
• Apendiks I
PISCES
Gambar Nama Status
Perlindungan
IUCN CITES
Selusur Maninjau
(Homaloptera
gymnogaster)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
- -
Ikan raja laut (Latimeria
chalumnae)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
Critically
endagered
Apendiks I
Ikan Belida (4 spesies)
• Belida Jawa
• Belida Sumatera
• Belida Borneo
• Belida Lopis
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
Least
concern
-
Pari Gergaji (4 spesies)
• Pari Gergaji Gigi Besar
• Pari Gergaji Lancip
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
Critically
endagered
Apendiks I
PISCES
Gambar Nama Status
Perlindungan
IUCN CITES
Wader goa
(Barbodes microps)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
- -
Ikan Arwana (2 spesies)
• Peyang malaya,
Arwana fromosus
• Arwana irian
Perlindungan penuh
(Permen LHK
20/2018 jo Permen
LHK 92/2018)
Endagere
d
Apendiks I
Ikan Batak
(Neolissochilus
thienemanni)
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
20/2018 jo
Permen LHK
92/2018)
Pari Sungai (4 Spesies)
• Pari Sungai Tutul
• Pari Sungai Raksasa
Perlindungan
penuh
(Permen LHK
CRUSTACEA
Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES
Ketam kelapa (Birgus
latro)
Perlindungan penuh
(Permen LHK 20/2018
jo Permen LHK
92/2018)
Data
deficient
-
BIVALVIA
Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES
Ketam tapak kuda (3
Spesies)
• Belangkas Besar
• Belangkas tiga duri
• Belangkas Padi
Perlindungan penuh
(Permen LHK 20/2018
jo Permen LHK
92/2018)
Data
deficient
-
Triton terompet
(Charonia tritonis)
Perlindungan penuh
(Permen LHK 20/2018
jo Permen LHK
92/2018)
- -
Kima (2 jenis):
• Kima tapak kuda
• Kima Cina
Perlindungan penuh
(Permen LHK 20/2018
jo Permen LHK
92/2018)
• Lower risk
• Lower risk
Apendiks II
Nautilus berongga
(Nautilus pompillius)
Perlindungan penuh
(Permen LHK 20/2018
jo Permen LHK
92/2018)
BIVALVIA
Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES
Troka, Susur bundar,
lola
(Trochus niloticus)
• Dilindungi
PP No. 7 / 1999
• Satwa buru
Kepmen Kehutanan
dan Perkebunan No.
385/1999
- -
Nautilus berongga
(Nautilus pompillius)
Perlindungan penuh
PP No. 7 / 1999
- Apendiks II
Kepala kambing
(Cassis cornuta)
Perlindungan penuh
PP No. 7 / 1999
- -
Batu laga, Siput hijau
(Turbo marmoratus)
Perlindungan penuh
PP No. 7 / 1999
- -
JENIS IKAN YANG DILINDUNGI KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
PISCES
Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES
Ikan Terubuk
(Tenualosa
macrura)
Perlindungan terbatas
waktu dan tempat
Kepmen KP No. 59 /2011
- -
Ikan Terubuk
(Tenualosa ilisha)
Perlindungan terbatas
waktu dan tempat
Kepmen KP No. 43/2016
Least
concern
-
hiu Paus
(Rhincodon typus)
Perlindungan penuh
Kepmen KP No. 18/2013
Vulnerable Apendiks II
Napoleon
(Cheilinus
undulatus)
Perlindungan terbatas
ukuran
Kepmen KP 37/2013
Vulnerable Apendiks II
Pari Manta (Manta
birostris, Manta
alfredi)
Perlindungan penuh
Kepmen KP 04/2014
Vulnerable Apendiks II
Ikan Capungan
Banggai
(Pterapogon
kauderni)
Perlindungan Terbatas
Waktu dan Tempat
Kepmen KP 49/2018
Endangere
d
ANTHOZOA
Gambar Nama Status
Perlindungan
IUCN CITES
Bambu laut (Isis
hippuris)
Perlindungan
terbatas waktu
Kepmen KP
46/2014
(Dilarang diambil
dan
diperdagangkan
dari 2014-2019)
- -
JENIS IKAN DILARANG EKSPOR
REGULASI NASIONAL
PERATURAN. MenKP No. 5/2018
Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi (Carcharhinus longimanus) dan
Hiu Martil (Sphyrna spp)
HIU KOBOI
C. Longimanus
HIU MARTIL
Sphyrna zygaena
Sphyrna lewini
Sphyrna mokarran
STATUS
DILARANG
EKSPOR
PEMANFAATAN
DALAM NEGERI
DIPERBOLEHKAN
Manta alfredi Manta birostris
BIOTA LAUT APENDIKS CITES
JENIS – JENIS IKAN APENDIKS CITES
APENDIKS I
Memuat jenis-jenis yang telah terancam punah. Dilarang diperdagangkan kecuali
hasil pengembangbiakan F2
APENDIKS II
Memuat jenis - jenis yang saat ini belum terancam punah namun perdagangannya
harus dikontrol agar tidak menjadi terancam punah
APENDIKS III
Memuat jenis yang oleh suatu negara tertentu yang perdagangannya membutuhkan
bantuan pengendalian Internasional
PenyuLumba - Lumba Dugong
Kuda LautKarang hiasnapoleon Hiu martil
Apendiks I
Apendiks II
JENIS HIU DAN PARI YANG DIATUR DALAM CITES
No Jenis Nama Umum Apendiks Berlaku
1 Rhincodon typus Whale Shark II 13 - 02 – 2003
2 Pristis spp Saw Fish I 13 – 03 – 2007
3 Sphyrna lewini Scalloped
Hammerhead
II 14 - 04 - 2014
4 Sphyrna mokarran Great Hammerhead II 14 - 04 - 2014
5 Sphyrna zygaena Smooth Hammerhead II 14 - 04 - 2014
6 Carcharhinus longimanus Ocean White tip Shark II 14 – 09 - 2014
7 Manta spp Manta Ray II 14 – 04 - 2014
8 Mobula spp Devil Ray II 1 – 04 - 2017
9 Carcharhinus falciformis Silky Sharks II 1 – 10 - 2017
10 Alopias pelagicus Pelagic Thresher
shark
II 1 – 10 - 2017
11 Alopias vulpinus Common Thresher
sharks
II 1 – 10 - 2017
LARANGAN DAN SANKSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990
TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
Pasal 21
(1) Setiap orang dilarang untuk :
a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup
atau mati;
b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau
mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
(2) Setiap orang dilarang untuk :
a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;
b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan mati;
c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam
atau di luar Indonesia;
d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa
yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia;
e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur
dan atau sarang satwa yang dillindungi.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990
TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
Pasal 40
(1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004
TENTANG PERIKANAN
JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009
1. Pasal 7 ayat (1) huruf u UU No. 45/2009, menyatakan dalam rangka
mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri
menetapkan jenis ikan yang dilindungi;
2. Pasal 7 ayat (2) huruf n UU No. 45/2009, menyatakan setiap orang
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan
wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengenai jenis ikan yang dilindungi;
3. Pasal 16 ayat (1) UU No. 31/2004 tentang Perikanan, menyatakan
bahwa setiap orang dilarang memasukkan, mengeluarkan,
mengadakan, mengedarkan dan/atau memelihara ikan yang
merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan,
dan/atau lingkungan sumber daya ikan ke dalam dan/atau ke luar
wilayah pengelolaan perikanan RI
SANKSI
1. Pasal 88 UU No. 31/2004 : pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1,5 Miliar
2. Pasal 100 UU No. 31/2004 : pidana denda maksimal Rp. 250 juta
rupiah
PENGATURAN LARANGAN DAN SANKSI
UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Dalam pemannfaatan WP3K, setiap Orang secara langsung
atau tidak langsung dilarang:
a. melakukan kegiatan menambang terumbu karang yang
menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang;
b. mengambil terumbu karang di kawasan konservasi;
c. menggunakan bahan peledak dan bahan beracun,
dan/atau cara lain yang merusak ekosistem terumbu;
d. menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yaang
merusak ekosistem terumbu karang;
e. menggunakan cara dan metode yang merusak
Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan
karakteristik WP3K;
Larangan
Pasal 35
f. melakukan konversi Ekosistem mangrove di
Kawasan atau zona budidaya yang tidak
meemperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
g. menebang mangrove di Kawasan Konservasi untuk
kegiatan kegiatan industri, permukiman, dan/atau
kegiatan lain;
h. menggunakan cara dan metode yang merusak
padang lamun;
i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang
apabila secara teknis, ekologis, sosial,
dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan
lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan
dan/atau merugikan masyakat sekitarnya;
lanjutan
f. melakukan penambangan minyak dan gas pada
wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial,
dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan
lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan
dan/atau merugikan masyakat sekitarnya;
g. melakukan penambangan mineral pada wilayah
yang apabila secara teknis, ekologis, sosial,
dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan
lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan
dan/atau merugikan masyakat sekitarnya; serta
h. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan
kerusakan lingkungan dan/atau merugikan
masyarakat sekitarnya
lanjutan
1) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) setiap Orang yang dengan
sengaja :
Pasal 73
KETENTUAN PIDANA
BAB XVII
a. melakukan kegiatan menambang terumbu karang,
mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi,
menggunakan bahan peledak dan bahan beracun,
dan/atau cara lain yang mengakibatkan rusaknya
ekosistem terumbu karang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
d;
b. menggunakan cara dan metode yang merusak
Ekosistem mangrove, melakukan konversi
Ekosistem mangrove, menebang mangrove untuk
kegiatan industri dan permukiman, dan/atau
kegiatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 huruf e, huruf f, dan huruf g;
c. menggunakan cara dan metode yang merusak
padang lamun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 huruf h;
LANJUTAN….
d. melakukan penambangan pasir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 huruf i.
e. melakukan penambangan minyak dan gas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf
j.
f. melakukan penambangan mineral
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf
k.
g. melakukan pembangunan fisik yang
menimbulkan kerusakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 huruf l.
LANJUTAN….
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 27
TAHUN 2007 TENTANG
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL
Bagian Kesatu
Izin
Pasal 16
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan
Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib
memiliki Izin Lokasi.
(2) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
pemberian Izin Pengelolaan.
Pasal 17
(1) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) diberikan
berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(2)Pemberian Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mempertimbangkan kelestarian Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil,
Masyarakat, nelayan tradisional, kepentingan nasional, dan hak lintas damai
bagi kapal asing.
(3)Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam luasan
dan waktu tertentu
(4)Izin Lokasi tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi, alur
laut, kawasan pelabuhan, dan pantai umum.
Pasal 18
Dalam hal pemegang Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) tidak merealisasikan kegiatannya dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun sejak izin diterbitkan, dikenai sanksi
administratif berupa pencabutan Izin Lokasi.
Pasal 19
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan
Pesisir dan perairan pulaupulau kecil untuk kegiatan:
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
g.pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
wajib memiliki Izin Pengelolaan.
(2) Izin Pengelolaan untuk kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 71
(1) Pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian
pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi yang diberikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan,
pembekuan sementara, dan/atau pencabutan Izin Lokasi.
(3) (3) Pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang
tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan izin;
e. pembatalan izin; dan/atau
f. denda administratif.
Pasal 71
(1) Pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian
pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi yang diberikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan,
pembekuan sementara, dan/atau pencabutan Izin Lokasi.
(3) (3) Pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang
tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan izin;
e. pembatalan izin; dan/atau
f. denda administratif.
Pasal 75
Setiap Orang yang memanfaatkan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan
pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil yang tidak memiliki Izin Lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 75A
Setiap Orang yang memanfaatkan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-
pulau kecil yang tidak memiliki Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
CONTOH KASUS
KASUS PARI MANTA
PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014
No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses
1. Surabaya 6 kg insang PSDKP Surabaya Denda Rp 5 juta
rupiah
2. Bali 103 Kg insang PSDKP Benoa 8 bulan penjara dan
denda 50 juta rupiah
3. Surabaya 226 Kg insang PSDKP Surabaya Denda 20 juta rupiah
4. Indramayu 1 ekor pari
manta
PSDKP Jakarta Penjara 10 bulan dan
denda 10 juta rupiah
5. Indramayu 26 Kg insang PSDKP Jakarta Penjara 16 bulan dan
denda 50 juta rupiah
6. Lebak Banten 2 Kg insang PSDKP Jakarta pembinaan
KASUS PARI MANTA
PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014
KASUS PARI MANTA
PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014
No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses
7. Lombok Timur 5 Kg insang PSDKP Lombok Penjara 3 bulan dan
denda 5 juta rupiah
8. Lombok Timur 5 karung
tulang dan 5
Kg insang
PSDKP Lombok Penjara 4 bulan dan
denda 2 juta rupiah
9. Lombok Timur 25 Kg Insang PSDKP Lombok Penjara 8 bulan dan
denda 1 juta rupiah
10. Pelabuhanratu 10 Kg Insang PSDKP
Pelabuhanratu
Proses penyidikan
11. Surabaya 340 Kg tulang PSDKP Surabaya Belum terima putusan
12. Lembata 25 Kg insang Polres Lembata Belum terima putusan
13. Banyuwangi 1,7 Kg insang
dan 210 Kg
tulang
PSDKP Banyuwangi Proses penyidikan
OTT pemanfaatan pari
manta di Sukabumi,
Surabaya dan
Lembata
44
KASUS HIU PAUS
Perlindungan: Keputusan Men KP Nomor 18 Tahun 2013
No
.
Lokasi Barang
Bukti
Penyidik Vonis/Proses
1. Banyuwangi 1 set sirip PSDKP
banyuwangi
Proses
penyidikan
2. Lombok
Timur
1 set sirip PSDKP
Lombok
Penjara 8 bulan
dan denda 1 juta
rupiah
3. Ambon 2 ekor hiu
paus kondisi
hidup
PSDKP Ambon Proses
penyidikan
4. Bangka
Belitung
1 ekor hiu
paus
PSDKP Sungai
Liat
Pembinaan
45
KASUS HIU MARTIL & KOBOI
Perlindungan: Peraturan Men KP Nomor 48 Tahun 2016
No
.
Lokasi Barang
Bukti
Penyidik Vonis/Proses
1. Surabaya 274 Kg sirip
hiu martil
dan 1,2 kg
sirip hiu
koboi
PSDKP Jakarta Denda 50 juta
rupiah
2. Jakarta 2.167 Kg
sirip
PSDKP Jakarta Belum terima
salinan putusan
Napoleon
Perlindungan: Keputusan Men KP Nomor 37 Tahun 2013
No. Lokasi Barang
Bukti
Penyidik Vonis/Proses
1. Kendari 250 ekor PSDKP Pasarwajo Pelepasan
2. Kendari 8 ekor PSDKP Pasarwajo Diserahkan ke
BKIPM
Dugong
No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses
1. Morotai 2 ekor PSDKP Morotai Pelepasan dan
Pembinaan
Perlindungan oleh UU No. 5 Tahun 1990 & PP No. 7 Tahun
1999
KASUS PENYU
Perlindungan: UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999
No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses
1. Bandung 17 ekor tukik DKP Jabar Pembinaan
2. Banggai 1 ekor penyu PSDKP Banggai Pembinaan
3. Derawan Souvenir karapas
penyu
PSDKP Derawan Pembinaan
4. Bulukumba 22 ekor penyu PSDKP Makasar Pembinaan
5. Tanjung Redeb Souvenir karapas
penyu
PSDKP Derawan Pembinaan
6. Gorontalo Daging penyu PSDKP Bitung Pembinaan
7. Sumbawa 4 koli daging dan
kulit penyu
BKIPM Pototano Pembinaan
8. Jakarta Telur penyu PSDKP Jakarta Pembinaan
KASUS PENYU
Perlindungan : UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999
KASUS PENYU
Perlindungan : UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999
No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses
9. Bali 45 ekor penyu Dit Polair Bali Penyidikan
10. Morowali 70 ekor penyu PSDKP Kendari Pelaku tidak
ditemukan, dilakukan
pelepasliaran penyu
11. Tanjung Pinang 1000 butir telur
penyu
PSDKP Tanjung
Pinang
Diserahkan ke Polisi
12. Manado Daging penyu PSDKP Tumumpa Diserahkan ke Polisi
13. Maumere Daging penyu PSDKP Jakarta Pembinaan
14. Berau 4600 telur penyu DKP Berau Diserahkan ke polisi
15. Tanjung Pinang 5 kardus telur
penyu
PSDKP Tanjung
Pinang
pembinaan
16. Natuna (pasar) Telur penyu - Pembinaan
17. Aru 38 penyu Polres Aru Penyidikan
49
Pengawasan pemanfaatan
penyu dan turunannya di
Tanjung Pinang, Kendari,
Aceh Singkil dan
Bulukumba
50
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi

More Related Content

What's hot

Karang dan Zooxanthellae
Karang dan ZooxanthellaeKarang dan Zooxanthellae
Karang dan ZooxanthellaeThamrinThamrin3
 
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxPPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxWira589766
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat Tangkap Ramah LingkunganAlat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat Tangkap Ramah LingkunganBadiuzzaman
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara VisualTeknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara VisualYayasan TERANGI
 
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPT. SASA
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananafdal muhammad
 
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuKebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuDidi Sadili
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangHendra Wiguna
 
Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karangrantikaput
 
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRoffi Grandiosa
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanPepen Mahale
 

What's hot (20)

Karang dan Zooxanthellae
Karang dan ZooxanthellaeKarang dan Zooxanthellae
Karang dan Zooxanthellae
 
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxPPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Sistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkapSistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkap
 
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat Tangkap Ramah LingkunganAlat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Ekosistem pesisir
Ekosistem pesisirEkosistem pesisir
Ekosistem pesisir
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
 
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara VisualTeknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual
Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual
 
Konservasi laut
Konservasi lautKonservasi laut
Konservasi laut
 
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuKebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karang
 
Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karang
 
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
 
Sistem imunitas ikan
Sistem imunitas ikanSistem imunitas ikan
Sistem imunitas ikan
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 

Similar to Peraturan terkait biota laut yang dilindungi

Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...Didi Sadili
 
Pim1221 4 fishing ground
Pim1221 4 fishing groundPim1221 4 fishing ground
Pim1221 4 fishing groundPT. SASA
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariDidi Sadili
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...Didi Sadili
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Didi Sadili
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaDidi Sadili
 
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk Cirata
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk CirataPemetaan sebaran JADDI di Waduk Cirata
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk CirataSKIPM Kelas II Bandung
 
Isi makalah hpp
Isi makalah hppIsi makalah hpp
Isi makalah hppHan Hanif
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaDidi Sadili
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...Didi Sadili
 
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITESPenyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITESDidi Sadili
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangAdy Purnomo
 
Konservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausKonservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausDidi Sadili
 
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus DilindungiKenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus DilindungiDidi Sadili
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISnautika
 
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)Didi Sadili
 
Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxmaghfur rozudin
 

Similar to Peraturan terkait biota laut yang dilindungi (20)

Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
 
Pim1221 4 fishing ground
Pim1221 4 fishing groundPim1221 4 fishing ground
Pim1221 4 fishing ground
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
 
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk Cirata
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk CirataPemetaan sebaran JADDI di Waduk Cirata
Pemetaan sebaran JADDI di Waduk Cirata
 
PPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptxPPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptx
 
Isi makalah hpp
Isi makalah hppIsi makalah hpp
Isi makalah hpp
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
 
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITESPenyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 
Konservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausKonservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu Paus
 
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus DilindungiKenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi
Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)
Bahan: Rencana Aksi Konservasi Sidat (Anguilla spp.)
 
Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptx
 

More from Didi Sadili

Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019Didi Sadili
 
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk JakartaPaparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk JakartaDidi Sadili
 
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?Didi Sadili
 
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau KecilKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau KecilDidi Sadili
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Didi Sadili
 
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan EkspornyaMekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan EkspornyaDidi Sadili
 
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...Didi Sadili
 
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...Didi Sadili
 
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat PesisirMengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat PesisirDidi Sadili
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi PerairanPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi PerairanDidi Sadili
 
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...Didi Sadili
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...Didi Sadili
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata BahariPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata BahariDidi Sadili
 
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat LokalImplementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat LokalDidi Sadili
 
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Didi Sadili
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanDidi Sadili
 
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Didi Sadili
 
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesiaAncaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesiaDidi Sadili
 
Status and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesiaStatus and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesiaDidi Sadili
 

More from Didi Sadili (20)

Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
 
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk JakartaPaparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
 
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
 
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau KecilKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
 
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan EkspornyaMekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
 
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
 
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
 
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat PesisirMengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi PerairanPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
 
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata BahariPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
 
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat LokalImplementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
 
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
 
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
 
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesiaAncaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
 
Status and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesiaStatus and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesia
 

Recently uploaded

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

Peraturan terkait biota laut yang dilindungi

  • 1. PERATURAN TERKAIT BIOTA LAUT YANG DILINDUNGI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2018 2018
  • 2. MATERI PRESENTASI 1. Pendahuluan 2. Jenis Biota Dilindungi 3. Larangan Dan Sanksi 4. Contoh Kasus
  • 3. INDONESIA – Keragaan Umum • Jumlah Pulau: 17.504 pulau (13.466 telah memiliki nama dan dideposit PBB • Luas Perairan Laut: 5,8 juta km2 ZEE: 2,55 juta km2 , Laut teritorial: 0,30 juta km2 , Perairan Kep: 2,95 juta km2. • Potensi Sumber Daya Ikan (MSY) di Indonesia 12,54 juta ton/tahun • Budidaya tambak dеngаn luas mencapai 2.963.717 hektare (ha), budidaya kolam memiliki potensi seluas 541.000 ha, budidaya dі perairan umum memiliki potensi seluas 145.125 ha • Migas: Dari 60 Cekungan Migas Indonesia, 70% berada di laut • Cadangan Minyak Bumi 9,1 Milyar
  • 4. STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT INDONESIA 450 spesies Karang 3476 Spesies Ikan Laut 13 Spesies Lamun 48 Spesies Mangrove 309 Spesies Krustasea (LIPI, 2014)
  • 5. STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT INDONESIA 6 Spesies Penyu 35 Spesies Mamalia Laut 221 Spesies Hiu dan Pari
  • 6. PERMASALAHAN : PENYEBAB KERUSAKAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN GANGGUAN MANUSIA • Tangkap Lebih • Perikanan destruktif : pemboman, penggunaan racun • Penambangan • Pencemaran • Sedimentasi • Pariwisata • Pengerukan, pengurugan dan pembangunan pantai Akar Masalah • Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat • Kemiskinan • Keserakahan • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan yang tidak jelas • Kelemahan kerangka perundang- undangan dan penegakan hukum ALAM • Abrasi • Tsunami • Perubahan Iklim • dll
  • 7. “IKAN” MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 Pasal 1 Angka 4 : IKAN adalah segala jenis organise yang SELURUH atau SEBAGIAN siklus hidupnya di dalam lingkungan perairan Penjelasan Pasal 7 ayat 5 yang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah: a. pisces (ikan bersirip) b. crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya); c. mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya); d. coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya); e. echinodermata (tripang, bulu babi, dan sebangsanya); f. ampibia (kodok dan sebangsanya); g. reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya); h. mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya); i. algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air); dan j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, k. semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.
  • 8. JENIS IKAN YANG DILINDUNGI PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1999
  • 9. MAMALIA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Duyung (Dugong dugon) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Vulnerable Apendiks I Semua jenis lumba-lumba Ordo Cetacea (13 spesies) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) • Data deficient • Least concern • Vulnerable Apendiks I dan II Semua jenis paus Ordo Cetacea (20 spesies) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) • Data deficient • Least concern • Vulnerable • Endagered Apendiks I dan II Lumba-lumba air tawar/pesut (Orcaella brevirostris ) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) vulnerable Apendiks I
  • 10. REPTILIA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Semua jenis penyu laut (6 jenis): • Penyu tempayan • Penyu hijau • Penyu belimbing • Penyu sisik • Penyu ridel/abu- abu/lekang • Penyu pipih Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Vulnerable Apendiks I Labi-labi (2 jenis): • Labi-labi bintang • Kura-kura Irian/Kura- kura moncong babi Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) • Critically endagered • Vulnerable • Apendiks I • Apendiks II Kura-kura (5 jenis): • Kura Irian leher panjang • Kura Irian leher P. Rote • Kura-kura gading • Baning cokelat Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK • Least concern • Least concern • Endagered • Apendiks II • - • Apendiks II • Apendiks I
  • 11. PISCES Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Selusur Maninjau (Homaloptera gymnogaster) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) - - Ikan raja laut (Latimeria chalumnae) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Critically endagered Apendiks I Ikan Belida (4 spesies) • Belida Jawa • Belida Sumatera • Belida Borneo • Belida Lopis Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Least concern - Pari Gergaji (4 spesies) • Pari Gergaji Gigi Besar • Pari Gergaji Lancip Perlindungan penuh (Permen LHK Critically endagered Apendiks I
  • 12. PISCES Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Wader goa (Barbodes microps) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) - - Ikan Arwana (2 spesies) • Peyang malaya, Arwana fromosus • Arwana irian Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Endagere d Apendiks I Ikan Batak (Neolissochilus thienemanni) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Pari Sungai (4 Spesies) • Pari Sungai Tutul • Pari Sungai Raksasa Perlindungan penuh (Permen LHK
  • 13. CRUSTACEA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Ketam kelapa (Birgus latro) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Data deficient -
  • 14. BIVALVIA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Ketam tapak kuda (3 Spesies) • Belangkas Besar • Belangkas tiga duri • Belangkas Padi Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) Data deficient - Triton terompet (Charonia tritonis) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) - - Kima (2 jenis): • Kima tapak kuda • Kima Cina Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018) • Lower risk • Lower risk Apendiks II Nautilus berongga (Nautilus pompillius) Perlindungan penuh (Permen LHK 20/2018 jo Permen LHK 92/2018)
  • 15. BIVALVIA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Troka, Susur bundar, lola (Trochus niloticus) • Dilindungi PP No. 7 / 1999 • Satwa buru Kepmen Kehutanan dan Perkebunan No. 385/1999 - - Nautilus berongga (Nautilus pompillius) Perlindungan penuh PP No. 7 / 1999 - Apendiks II Kepala kambing (Cassis cornuta) Perlindungan penuh PP No. 7 / 1999 - - Batu laga, Siput hijau (Turbo marmoratus) Perlindungan penuh PP No. 7 / 1999 - -
  • 16. JENIS IKAN YANG DILINDUNGI KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
  • 17. PISCES Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Ikan Terubuk (Tenualosa macrura) Perlindungan terbatas waktu dan tempat Kepmen KP No. 59 /2011 - - Ikan Terubuk (Tenualosa ilisha) Perlindungan terbatas waktu dan tempat Kepmen KP No. 43/2016 Least concern - hiu Paus (Rhincodon typus) Perlindungan penuh Kepmen KP No. 18/2013 Vulnerable Apendiks II Napoleon (Cheilinus undulatus) Perlindungan terbatas ukuran Kepmen KP 37/2013 Vulnerable Apendiks II Pari Manta (Manta birostris, Manta alfredi) Perlindungan penuh Kepmen KP 04/2014 Vulnerable Apendiks II Ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) Perlindungan Terbatas Waktu dan Tempat Kepmen KP 49/2018 Endangere d
  • 18. ANTHOZOA Gambar Nama Status Perlindungan IUCN CITES Bambu laut (Isis hippuris) Perlindungan terbatas waktu Kepmen KP 46/2014 (Dilarang diambil dan diperdagangkan dari 2014-2019) - -
  • 20. REGULASI NASIONAL PERATURAN. MenKP No. 5/2018 Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi (Carcharhinus longimanus) dan Hiu Martil (Sphyrna spp) HIU KOBOI C. Longimanus HIU MARTIL Sphyrna zygaena Sphyrna lewini Sphyrna mokarran STATUS DILARANG EKSPOR PEMANFAATAN DALAM NEGERI DIPERBOLEHKAN Manta alfredi Manta birostris
  • 22. JENIS – JENIS IKAN APENDIKS CITES APENDIKS I Memuat jenis-jenis yang telah terancam punah. Dilarang diperdagangkan kecuali hasil pengembangbiakan F2 APENDIKS II Memuat jenis - jenis yang saat ini belum terancam punah namun perdagangannya harus dikontrol agar tidak menjadi terancam punah APENDIKS III Memuat jenis yang oleh suatu negara tertentu yang perdagangannya membutuhkan bantuan pengendalian Internasional PenyuLumba - Lumba Dugong Kuda LautKarang hiasnapoleon Hiu martil Apendiks I Apendiks II
  • 23. JENIS HIU DAN PARI YANG DIATUR DALAM CITES No Jenis Nama Umum Apendiks Berlaku 1 Rhincodon typus Whale Shark II 13 - 02 – 2003 2 Pristis spp Saw Fish I 13 – 03 – 2007 3 Sphyrna lewini Scalloped Hammerhead II 14 - 04 - 2014 4 Sphyrna mokarran Great Hammerhead II 14 - 04 - 2014 5 Sphyrna zygaena Smooth Hammerhead II 14 - 04 - 2014 6 Carcharhinus longimanus Ocean White tip Shark II 14 – 09 - 2014 7 Manta spp Manta Ray II 14 – 04 - 2014 8 Mobula spp Devil Ray II 1 – 04 - 2017 9 Carcharhinus falciformis Silky Sharks II 1 – 10 - 2017 10 Alopias pelagicus Pelagic Thresher shark II 1 – 10 - 2017 11 Alopias vulpinus Common Thresher sharks II 1 – 10 - 2017
  • 25. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA Pasal 21 (1) Setiap orang dilarang untuk : a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. (2) Setiap orang dilarang untuk : a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.
  • 26. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA Pasal 40 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.
  • 27. UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 1. Pasal 7 ayat (1) huruf u UU No. 45/2009, menyatakan dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri menetapkan jenis ikan yang dilindungi; 2. Pasal 7 ayat (2) huruf n UU No. 45/2009, menyatakan setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai jenis ikan yang dilindungi; 3. Pasal 16 ayat (1) UU No. 31/2004 tentang Perikanan, menyatakan bahwa setiap orang dilarang memasukkan, mengeluarkan, mengadakan, mengedarkan dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, dan/atau lingkungan sumber daya ikan ke dalam dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan RI SANKSI 1. Pasal 88 UU No. 31/2004 : pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1,5 Miliar 2. Pasal 100 UU No. 31/2004 : pidana denda maksimal Rp. 250 juta rupiah
  • 28. PENGATURAN LARANGAN DAN SANKSI UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
  • 29. Dalam pemannfaatan WP3K, setiap Orang secara langsung atau tidak langsung dilarang: a. melakukan kegiatan menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang; b. mengambil terumbu karang di kawasan konservasi; c. menggunakan bahan peledak dan bahan beracun, dan/atau cara lain yang merusak ekosistem terumbu; d. menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yaang merusak ekosistem terumbu karang; e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik WP3K; Larangan Pasal 35
  • 30. f. melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau zona budidaya yang tidak meemperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; g. menebang mangrove di Kawasan Konservasi untuk kegiatan kegiatan industri, permukiman, dan/atau kegiatan lain; h. menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun; i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan dan/atau merugikan masyakat sekitarnya; lanjutan
  • 31. f. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan dan/atau merugikan masyakat sekitarnya; g. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/ataunbudaya yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaranlingkungan dan/atau merugikan masyakat sekitarnya; serta h. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya lanjutan
  • 32. 1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) setiap Orang yang dengan sengaja : Pasal 73 KETENTUAN PIDANA BAB XVII
  • 33. a. melakukan kegiatan menambang terumbu karang, mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi, menggunakan bahan peledak dan bahan beracun, dan/atau cara lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem terumbu karang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d; b. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove, melakukan konversi Ekosistem mangrove, menebang mangrove untuk kegiatan industri dan permukiman, dan/atau kegiatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf e, huruf f, dan huruf g; c. menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf h; LANJUTAN….
  • 34. d. melakukan penambangan pasir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf i. e. melakukan penambangan minyak dan gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf j. f. melakukan penambangan mineral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf k. g. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf l. LANJUTAN….
  • 35. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
  • 36. Bagian Kesatu Izin Pasal 16 (1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi. (2) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pemberian Izin Pengelolaan. Pasal 17 (1) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) diberikan berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. (2)Pemberian Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mempertimbangkan kelestarian Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, Masyarakat, nelayan tradisional, kepentingan nasional, dan hak lintas damai bagi kapal asing. (3)Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam luasan dan waktu tertentu (4)Izin Lokasi tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan pantai umum.
  • 37. Pasal 18 Dalam hal pemegang Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) tidak merealisasikan kegiatannya dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak izin diterbitkan, dikenai sanksi administratif berupa pencabutan Izin Lokasi. Pasal 19 (1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulaupulau kecil untuk kegiatan: a. produksi garam; b. biofarmakologi laut; c. bioteknologi laut; d. pemanfaatan air laut selain energi; e. wisata bahari; f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau g.pengangkatan benda muatan kapal tenggelam, wajib memiliki Izin Pengelolaan. (2) Izin Pengelolaan untuk kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
  • 38. Pasal 71 (1) Pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan, pembekuan sementara, dan/atau pencabutan Izin Lokasi. (3) (3) Pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dikenai sanksi administratif. (4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penutupan lokasi; d. pencabutan izin; e. pembatalan izin; dan/atau f. denda administratif.
  • 39. Pasal 71 (1) Pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan, pembekuan sementara, dan/atau pencabutan Izin Lokasi. (3) (3) Pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dikenai sanksi administratif. (4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penutupan lokasi; d. pencabutan izin; e. pembatalan izin; dan/atau f. denda administratif.
  • 40. Pasal 75 Setiap Orang yang memanfaatkan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil yang tidak memiliki Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 75A Setiap Orang yang memanfaatkan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau- pulau kecil yang tidak memiliki Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
  • 42. KASUS PARI MANTA PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014 No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Surabaya 6 kg insang PSDKP Surabaya Denda Rp 5 juta rupiah 2. Bali 103 Kg insang PSDKP Benoa 8 bulan penjara dan denda 50 juta rupiah 3. Surabaya 226 Kg insang PSDKP Surabaya Denda 20 juta rupiah 4. Indramayu 1 ekor pari manta PSDKP Jakarta Penjara 10 bulan dan denda 10 juta rupiah 5. Indramayu 26 Kg insang PSDKP Jakarta Penjara 16 bulan dan denda 50 juta rupiah 6. Lebak Banten 2 Kg insang PSDKP Jakarta pembinaan KASUS PARI MANTA PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014
  • 43. KASUS PARI MANTA PERLINDUNGAN: PERMEN KP NO 4 TAHUN 2014 No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 7. Lombok Timur 5 Kg insang PSDKP Lombok Penjara 3 bulan dan denda 5 juta rupiah 8. Lombok Timur 5 karung tulang dan 5 Kg insang PSDKP Lombok Penjara 4 bulan dan denda 2 juta rupiah 9. Lombok Timur 25 Kg Insang PSDKP Lombok Penjara 8 bulan dan denda 1 juta rupiah 10. Pelabuhanratu 10 Kg Insang PSDKP Pelabuhanratu Proses penyidikan 11. Surabaya 340 Kg tulang PSDKP Surabaya Belum terima putusan 12. Lembata 25 Kg insang Polres Lembata Belum terima putusan 13. Banyuwangi 1,7 Kg insang dan 210 Kg tulang PSDKP Banyuwangi Proses penyidikan
  • 44. OTT pemanfaatan pari manta di Sukabumi, Surabaya dan Lembata 44
  • 45. KASUS HIU PAUS Perlindungan: Keputusan Men KP Nomor 18 Tahun 2013 No . Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Banyuwangi 1 set sirip PSDKP banyuwangi Proses penyidikan 2. Lombok Timur 1 set sirip PSDKP Lombok Penjara 8 bulan dan denda 1 juta rupiah 3. Ambon 2 ekor hiu paus kondisi hidup PSDKP Ambon Proses penyidikan 4. Bangka Belitung 1 ekor hiu paus PSDKP Sungai Liat Pembinaan 45
  • 46. KASUS HIU MARTIL & KOBOI Perlindungan: Peraturan Men KP Nomor 48 Tahun 2016 No . Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Surabaya 274 Kg sirip hiu martil dan 1,2 kg sirip hiu koboi PSDKP Jakarta Denda 50 juta rupiah 2. Jakarta 2.167 Kg sirip PSDKP Jakarta Belum terima salinan putusan
  • 47. Napoleon Perlindungan: Keputusan Men KP Nomor 37 Tahun 2013 No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Kendari 250 ekor PSDKP Pasarwajo Pelepasan 2. Kendari 8 ekor PSDKP Pasarwajo Diserahkan ke BKIPM Dugong No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Morotai 2 ekor PSDKP Morotai Pelepasan dan Pembinaan Perlindungan oleh UU No. 5 Tahun 1990 & PP No. 7 Tahun 1999
  • 48. KASUS PENYU Perlindungan: UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999 No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 1. Bandung 17 ekor tukik DKP Jabar Pembinaan 2. Banggai 1 ekor penyu PSDKP Banggai Pembinaan 3. Derawan Souvenir karapas penyu PSDKP Derawan Pembinaan 4. Bulukumba 22 ekor penyu PSDKP Makasar Pembinaan 5. Tanjung Redeb Souvenir karapas penyu PSDKP Derawan Pembinaan 6. Gorontalo Daging penyu PSDKP Bitung Pembinaan 7. Sumbawa 4 koli daging dan kulit penyu BKIPM Pototano Pembinaan 8. Jakarta Telur penyu PSDKP Jakarta Pembinaan KASUS PENYU Perlindungan : UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999
  • 49. KASUS PENYU Perlindungan : UU 5 TAHUN 1990 & PP 7 TAHUN 1999 No. Lokasi Barang Bukti Penyidik Vonis/Proses 9. Bali 45 ekor penyu Dit Polair Bali Penyidikan 10. Morowali 70 ekor penyu PSDKP Kendari Pelaku tidak ditemukan, dilakukan pelepasliaran penyu 11. Tanjung Pinang 1000 butir telur penyu PSDKP Tanjung Pinang Diserahkan ke Polisi 12. Manado Daging penyu PSDKP Tumumpa Diserahkan ke Polisi 13. Maumere Daging penyu PSDKP Jakarta Pembinaan 14. Berau 4600 telur penyu DKP Berau Diserahkan ke polisi 15. Tanjung Pinang 5 kardus telur penyu PSDKP Tanjung Pinang pembinaan 16. Natuna (pasar) Telur penyu - Pembinaan 17. Aru 38 penyu Polres Aru Penyidikan 49
  • 50. Pengawasan pemanfaatan penyu dan turunannya di Tanjung Pinang, Kendari, Aceh Singkil dan Bulukumba 50