Pada praktikum kali ini kita menggunakan sampling ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang, berat, dan morfologinya. Selain itu juga untuk memprediksi bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan pada ikan, menentukan faktor kondisi ikan, juga mengetahui kesiapan reproduksi pada ikan lewat pemeriksaan TKG (Tingkat Matang Gonad).
1. ABSTRAK
Pertumbuhan adalah perubahan panjang dan berat pada suatu individu atau populasi
yang merupakan respon terhadap makanan yang tersedia. Dalam biologi perikanan, hal -
hal yang menjadi perhatianya yaitu populasi, pertumbahan, fekunditas, kecepatan
mortalitas, survival, distribusi ekologi, pergerakan dan ruaya, pengaruh penangkapan
ikan, tingkah laku ikan, dan interaksi terhadap spesies lain.
Pada praktikum kali ini kita menggunakan sampling ikan nila (Oreochromis niloticus)
dalam mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang,
berat, dan morfologinya. Selain itu juga untuk memprediksi bagaimana pola pertumbuhan
dan perkembangan pada ikan, menentukan faktor kondisi ikan, juga mengetahui
kesiapan reproduksi pada ikan lewat pemeriksaan TKG (Tingkat Matang Gonad).
Dalam praktikum ini dilakukan dengan cara menimbang berat ikan, menghitung rumus
sirip ikan (dorsal, pectoral, ventral, anal, dan caudal), membedah ikan untuk kemudian di
ambil usus dan gonadnya untuk di ukur dan diawetkan dalam botol film yang diberi
formalin 4%.
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 23 September 2014, pukul 15.00-17.00
WIB di Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Lampung.
2. A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Biologi perikanan adalah studi ilmu
mengenai ikan dipandang sebagai
sumber daya yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia. Biologi terapan perikanan
berkaitan dengan biologi hewan (ikan),
misal hubungan panjang dan berat,
kematangan telur, dan pola makan.
Pertumbuhan secara umum adalah
perubahan dimensi (panjang, berat,
volume dan ukuran) per sartuan waktu
baik individu, stock maupun komunitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam terdiri dari :
keturunan
jenis kelamin
umur
parasit
penyakit.
Faktor luar terdiri dari :
ukuran makanan
jumlah ikan
jenis makanan
kondisi liingkungan.
Sedangkan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan dan
kondisi pakan adalah suhu, oksigen
terlarut, salinitas dan kadar amoniak
terlarut.
Menurut Efendi pertumbuhan terdiri dari
beberapa macam:
1. Pertumbuhan mutlak, yaitu ukuran
rata-rata ikan pada umur tertentu
seperti panjang rata-rata ikan pada
umur 1 tahun
2. Pertumbuhan nisbi, yaitu panjang
atau berat yang dicapai ikan dalam
satu periode waktu tertentu
dihubungkan dengan panjang atau
berat awal periode tersebut.
Tujuan utama dalam mengkaji aspek
umur dan pertumbuhan adalah:
Mengetahui sebaran klompok umur
yang menunjang produksi sektor
perikanan yang bersangkutan, menduga
laju moralitas yang mempengaruhi stok
ikan tersebut dan sekaligus menduga
tingkat pengusahaannya, menilai tingkat
sustaining power dan ‘potential yield’
stock tersebut.
A.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan
yang dialami ikan melalui
analisis parameter panjang,
berat dan morfologi ikan.
2. Memprediksi pola pertumbuhan
ikan, faktor kondisi, kelompok
umur.
3. Menduga pola perkembangn
populasi ikan.
B. METODELOGI
B.1 Metode Kerja
1. Waktu dan tempat
Praktikum pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dilakukan pada
hari Selasa tanggal 23 September 2014,
pukul 15.00-17.00 WIB di Laboratorium
Budidaya Perikanan, Universitas
Lampung.
2. Alat dan Bahan
Pada praktikum ini digunakan beberapa
alat dan bahan. Alat yang akan
digunakan antara lain, seperti penggaris,
kertas label, timbangan bersekala
minimal 0,01 gram, kain lap dan tissue,
jarum pentul, botol film, kantong
palastik/kresek, alat bedah (satu set),
alat tulis, dan benang jahit.
Sedangkan, bahan yang digunakan
adalah Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
dan formalin.
3. Prosedur Percobaan
Disiapkan ikan yang akan diamati di
atas baki
Dikeringkan dengan tisu
Diberi nomor pada ikan dengan
kertas label
Diukur panjang total ikan, panjang
cagak,dan panjang baku (dinyatakan
dalam satuan mm)
3. Ditimbang berat ikan, kemudian
dicatat (dalam satuan gram)
Diperhatikan morfologi ikan yang
diamati mulai dari bentuk tubuh,
posisi mulut, kelengkapan sirip (tulis
rumus sirip-siripnya)
Diamati setiap sirip (jari-jari sirip)
ikan, yaitu dorsal, pectoral, ventral,
anal dan caudal kemudian dicatat
rumus dan jumlahnya
Organ dibedah dan digambarIkan
yang dibedah dipegang dengan
tangan kiri
Dibedah dengan menggunakan
gunting tajam terlebih dahulu
Setelah ada celah ganti gunting yang
tumpul agar tidak merusak organ
dalam
lkan dibedah menggunakan gunting
yang ujungnya runcing dari anus ke
bagian depan hingga opperculum
Setelah terlihat organ-organ yang di
dalam, gonad ikan diambil dan
dilihat/dicocokkan jenis kelaminnya
Jenis kelamin ikan dan tingkat
kematangan gonad ditentukan
Gonad disimpan didalam botol film
yang sudah diberi label
Diambil dan direntangkan usus yang
menggulung. Kemudian kedua ujung
usus diikat dan panjang usus diukur
dengan mistar, lalu usus ikan
dimasukkan didalam botol film.
Setelah dilakukan semua, diberi
formalin 4% pada masing-masing
botol film sampai gonad dan usus
tenggelam, ditutup rapat dan
disimpan.
B.2 Analisis Data
1. Pertumbuhan Panjang
Analysis pertumbuhan panjang model
yang digunakan adalah model Von
Bartalanffy plot ( VBP ). Bartalanffy
mengembangkan model terutama untuk
mengetahui laju pertumbuhan panjang.
Setelah diketahui kelompok ukuran
dengan model Batacharya, maka
dilakukan pendekatan untuk menduga
tingkat pertumbuhan. Secara khusus
data yang dianalisis adalah nilai tengah
dari kelompok ukuran yang diperoleh.
Dalam menganalisis pertumbuhan
panjang, langkah yang harus dilakukan
adalah : pertama menentukan jumlah
kelas dengan rumus Σ kelas = 1 + 3,32
Log n dimana n = jumlah keseluruhan
data. Kedua menentukan lebar kelas
dengan rumus :
Lk = n max – n min
Σ kelas
Ketiga buat tabel frekuensi dari selang
kelas dan ke empat buatlah grafik
histogram nya
Langkah–langkah analisis pertumbuhan
panjang dilakukan dengan model Von
Bartalanffy ( VBP ) sebagai berikut :
a. Membuat selang kelas panjang dari
data N ikan yang didapat kemudian
menentukan frekuensi setiap selang
kelas,
b. Menentukan titik tengah selang, nilai
Log F, dan Δ Log F pada masing –
masing selang, dan
c. Menentukan kelompok ukuran (
cohort ) berdasarkan model
Batacharya dengan melakukan
pendekatan untuk menduga tingkat
pertumbuhan. Penurunan Δ Log F
minimal 3 kali secara berurutan
disebut 1 cohort.
2. Pertumbuhan Berat
Analisis pertumbuhan berat hampir
sama dengan model pendekatan
pertumbuhan panjang. Tetapi sebaliknya
dilakukan pada kelompok ikan yang
belum memijah secara rutin, karena
berat ikan yang relative berubah.
Apabila panjang ikan dengan umur
tertentu diplotkan dengan panjang ikan
dengan umur yang lebih muda satu
tahun akan menghasilkan garis lurus
dengan sudut yang lebih kecil dari satu.
Sudut Walford besarnya sama dengan
e-k , jadi logaritma natural sudut Walford
dengan tandanya berubah merupakan
penduga dari koefisien pertumbuhan k.
Persamaan Walford Ln+1 = L∞ ( 1 – ek ) +
Lte-k dimana k = - log natural sudut
Walford, L∞ = intersep / 1 – b.
Walford, L∞ = intersep / 1 – b.
3. Hubungan Panjang dan Berat.
Analisis pertumbuhan dengan
menggunakan parameter panjang dan
berat menggunakan rumus : ( Bal dan
Rao, 1984 )
4. W = aLb dimana ; W = berat ( garam ) ; L
= panjang ( mm ) ; a,b = konstanta
Berdasarkan pola hubungan linier maka
dapat dilihat bahwa :
Log W = Log a + b Log L atau Y = a +
bX
Korelasi parameter dari hubungan
panjang dan berat dapat dilihat dari nilai
konstanta b ( sebagai penduga tingkat
kedekatan kedua parameter ).
- Jika b = 3, disebut hubungan yang
isometrik dimana pola pertambahan
panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat.
- Jika b < 3, disebut hubungan
allometrik negatif, dimana
pertambahan panjang lebih dominan.
- Jika b > 3, disebut hubungan
allometrik positif, dimana
pertumbuhan berat lebih dominan.
Untuk mengantisipasi sulit untuk
memberikan kesimpulan atau ketetapan
pada nilai yang didapat dilapangan (
kelemahan ) tersebut maka perlu
diadakan uji statistik. Uji yang digunakan
yaitu uji t. Dimana kita dihadapkan pada
proses atau usaha untuk melakukan
penolakan atau penerimaan terhadap
hipotesis yang kita buat ( Stell and Torie,
1989 ). Hipotesis :
Ho : b=
T hit = b1-b0
Sb1
H1 : b ≠ 3
dimana Sb1 adalah simpangan koefisien
b yang dapat ditentukan dari rumus
berikut :
S2b1 = KTS
Σx2-1/n (ΣX)2
Dmna KTS dicari melalui analisa varians
JKT = ΣY2-1/n (ΣY)2
JKR = b1 ( Σ XY - ¹/n Σ X Σ Y )
JKS = JKT – JKR
Kaidah keputusan adalah dengan
membandingkan hasil T hitung dengan
T Tabel pada Selang Kepercayaan 95
%. Jika hit > T tabel maka menolak
hipotesis nol dan jika T hit < T tabel
maka menerima hipotesis nol.
4.Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan atau
kemontokan ikan yang dinyatakan
dalam angka – angka berdasarkan pada
data panjang dan berat. Dalam
menganalisa kondisi ikan, terlebih
dahulu dikelompokkan berdasarkan
jenis kelaminnya. Ikan dengan jenis
kelamin yang sama dilihat koefisien
pertumbuhan (model gabungan panjang
dan berat). Setelah itu pola
pertumbuhan panjang dapat diketahui,
maka baru dapat ditemukan kondisi dari
ikan tersebut, yaitu :
K = 105 W
L3
Jika pola pertumbuhan yang ditemukan
adalah allometrik, maka digunakan
rumus :
K = W
aLb
Keterangan :
1. K = faktor kondisi
2. W = berat ikan ( gram )
3. L = panjang ikan ( mm )
4. a,b = konstanta hasil regresi dari
log W terdahulu dengan nilai a di
anti log kan.
5.Cohort ( kelas ukuran )
Kelompok yang tumbuh berkembang
pada waktu yang sama, mendapat
pasokan makanan yang sama pula
disebut kohort. Salah satu cara untuk
menyeragamkan ukuran pada saat
panen ikan budidaya adalah dengan
melakukan penebaran dengan umur
yang sama, sedangkan untuk ikan laut
lepas dengan selektifitas alat tangkap.
Ikan yang berada di perairan terbuka
sulit sekali ditentukan umurnya. Maka
alternative yang ditempuh adalah
dengan membuat pengelompokkan ikan
berdasarkan ukuran. Metode ini
dikembangkan oleh Battacharya
(1967 ) dalam WHO ( 1992 ). Penentuan
kelas ukuran ini adalah untuk
menentukan ukuran tangkap dari
populasi tersebut. Kelompok ukuran ini
sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
panjang ikan. Tahapan kegiatan dalam
penentuan kohort adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan selang kelas ukuran
panjang dari ikan yang diamati
secara statistik,
2. Tentukan frekuensi masing –
masing kelas ukuran tersebut,
3. Lakukan transformasi nilai panjang
agar data yang kita pakai lebih baik,
5. 4. Tentukan nilai beda dari hasil
transformasi tersebut dengan
mengurangi nilai kedua dengan nilai
pertama, demikian seterusnya
sampai proses pengurangan
selesai,
5. Buatlah nilai tengah dari kelas
ukuran panjang tersebut ( X ),
6. Tentukan dan hitung nilai yang
mengalami penurunan dari
transformasi beda frekuensi ( Y ).
Minimal ada tiga nilai yang menurun
yang baru bisa dikatakan satu
kohort.
7. Lakukan proses regresi linier dari
nilai X dan Y,
8. Tentukan rata – rata dari cohort
Rataan
L = - b0
b1
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Pertumbuhan Panjang Ikan Nila
Tabel 1. Pertumbuhan panjang ikan nila
N
O
SK fi xi log fi
Δ log fi
1 95-105 4 100 0,602 0
2 106-116 9 111 0,954 0,352
3 117-127 25 122 1,397 0,443
4 128-138 40 133 1,602 0,205
5 139-149 24 144 1,380 -0,222
6 150-160 11 155 1,041 -0,339
7 161-171 0 166 ∞ -
8 172-182 1 177 0 0
60
40
20
0
fi
Grafik 1. Pertumbuhan panjang ikan nila
Dari data diatas diketahui pertumbuhan
panjang ikan terbanyak terdapat pada
kelas ke-4 dengan selang kelas 128-138
dengan frekuensi 40 dan yang paling
sedikit ada pada kelas ke-7 yaitu 0 ikan.
Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila
Jantan
NO SK fi Xi log fi
Δ log
fi
1 95-106 1 100,5 0 0
2 107-118 5 112,5 0,698 0,698
3 119-130 25 124,5 1,397 0,699
4 131-142 27 136,5 1,431 0,034
-
5 143-154 10 148,5 1
0,431
6 155-166 1 160,5 0 -1
7 167-178 0 172,5 ∞ ∞
8 179-190 1 184,5 0 0
40
20
0
fi
Grafik 2. Pertumbuhan Panjang Ikan
Nila Jantan
Dari data di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pertumbuhan ikan
nila jantan paling tinggi yaitu pada
selang kelas 131 – 142 dengan nilai
frekuensi 27. Namun pada selang kelas
167 – 178 frekuensinya menempati
angka nol.
-20
0 5 10
fi
-20
0 5 10
fi
6. Tabel. 3 Pertumbuhan Panjang Ikan Nila
Betina
N
O
SK fi xi log fi Δ log fi
1 100-108 3 104 0,477 0
2 109-117 5 113 0,698 0,221
3 118-126 11 122 1,041 0,343
4 127-135 16 131 1,204 0,163
5 136-144 3 140 0,477 -0,727
6 145-153 4 149 0,602 0,125
7 154-162 2 158 0,301 -0,301
20
15
10
5
fi
Grafik 3. Pertumbuhan panjang ikan nila
betina
Berdasarkan pemisahan data jantan dan
betina, maka diketahui bahwa angka
pertumbuhan tertinggi pada ikan nila
betina terletak pada selang kelas 127 –
135 dengan jumlah frekuensi 16. Ratio
pertumbuhan panjang jantan dan betina
berdasakan data tidak terpaut jauh,
namun pertumbuhan panjang ikan nila
jantan relatif lebih cepat dibandingkan
dengan ikan nila betina.
C.2 Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Tabel. 1 Pertumbuhan Berat Ikan Nila
N
SK fi xi log fi
O
Δ log
fi
1 14-20 2 17 0,30 0
2 21-27 15 24 1,17 0,87
3 28-34 33 31 1,518 0,348
4 35-41 30 38 1,477
-
0,041
5 42-48 22 45 1,342
-
0,135
6 49-55 6 52 0,778
-
0,564
7 56-62 4 59 0,602
-
0,176
8 63-69 2 66 0,30
-
0,302
40
20
fi
Grafik 1. Pertumbuhan berat ikan nila
Frekuensi tertinggi pada tabel dan grafik
pertumbuhan berat ikan nila di atas
adalah 33, dengan selang kelas 28 – 34.
Berat pada nila jantan maupun betina
tentunya dipengaruhi oleh faktor genetik
seperti hormone, kualitas indukan, serta
kuantitatif pakan yang diberikan pada
ikan tersebut. Pakan yang kaya akan
protein lebih tepat guna diperuntukan
dalam proses penambahan massa ikan.
Tabel. 2 Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Jantan
N
O
SK fi xi log fi Δ log fi
1 14-20 1 17 0 0
2 21-27 7 24 0,845 0,845
3 28-34 20 31 1,301 0,456
4 35-41 17 38 1,230 -0,071
5 42-48 17 45 1,230 0
6 49-55 6 52 0,778 -0,452
7 56-62 1 59 0 -0,778
8 63-69 1 66 0 0
0
0 5 10
fi
0
0 5 10
fi
25
20
15
10
5
0
fi
0 5 10
fi
7. Grafik 2. Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Jantan
Data menunjukan frekuensi tertinggi
senilai 20 dicapai pada selang kelas 28
– 34, sedang berdasarkan grafiknya nilai
massa ikan nila jantan relaatif meningkat
pada selang kelas awal sampai dengan
selang kelas berfrekuensi 20, lalu
mengalami penurunan pada selang
kelas berikutnya.
Tabel. 3 Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Betina
N
O
SK fi xi log fi
Δ log
fi
1 18-24 7 21 0,845 0
2 25-31 9 28 0,954 0,109
3 32-38 14 35 1,146 0,192
4 39-45 8 42 0,903
-0,
243
5 46-52 2 49 0,30
-
0,603
6 53-59 2 56 0,30 0
7 60-66 1 63 0 -0,30
8 67-73 1 70 0 0
15
10
5
fi
Grafik 3. Pertumbuhan berat ikan nila
betina
Diketahui bahwasanya frekuensi
tertinggi dengan perolehan angka
sejumlah 14 yaitu pada titik selang kelas
32 – 38. Hal ini menunjukan bahwa
perbandingan bobot antara ikan nila
jantan dan betina lebih cenderung berat
betinanya. Dikarenakan gonad pada
betina pun lebih besar ukurannya
dibanding dengan jantannya. Bobot nila
jantan dan betina relatif berbeda walau
pada umur tebar yang sama, ini
menunjukan bahwa factor asupan pakan
tidak begitu berpengaruh. Melainkan
genetiknya seperti hormon progerteron
pada betinalah yang mampu
memberikan variasi bobot antara jantan
dan betina.
C.3 Hubungan Panjang dan Berat
Ikan Nila
Grafik 1. Hubungan Panjang dan Berat
Ikan Nila
hubungan panjang dan berat
ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.3
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05
2
Hubungan panjang dengan berat hampir
mengikuti hukum kubik, yaitu bahwa
berat ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Hubungan panjang dengan
berat total ikan nila dapat dilihat dari
hasil grafiknya seperti diatas bahwa
pada sumbu X untuk log W dan pada
sumbu Y untuk panjang ikan. Pada
grafik dapat dilihat bahwa semakin
panjang total ikan maka semakin
bertambah pula berat ikan tersebut ,
sehingga grafik menunjukkan ka atas
yang berarti grafiknya akan terus naik.
Pada kisaran panjang 1-2 cm maka
terlihat sebaran beratnya semakin
bertambah mulai dari angka 2 hingga
2,2gram.
0
0 5 10
fi
y =
0.3037x +
1.6462
R² =
0.6693
1.95
0 1 2
log W
log L
Series1
Linear
(Series1)
8. 2.3
2.2
2.1
2
Grafik 2 Hubungan Panjang Dan Berat
Ikan Nila Jantan
Untuk hubungan panjang dengan berat
ikan nila jantan dapat terlihat bahwa
semakin panjang total ikan maka berat
ikan pun akan terus bertambah. Dan
dapat dilihat pula bahwa b=1,665
sehinnga korelasi parameternya
mennjukkan bahwa allometrik positif
dengan b>1.
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05
2
Grafik 3 Hubungan Panjang Dan Berat
Ikan Nila Betina
Dari grafik di atas diketahui bahwa
sebaran bobot ikan nila betina pada
panjang tubuh 1,3-1,9 cm ialah 2-2,2
gram. Menunjukan bahwa ikan nila
betina berbobot lebih berat
dibandingkan yang jantan, dan walau
ratio panjangnya tidak terlampau jauh,
namun tidak terpungkiri bahwa ukuran
panjang ikan pejantan lebih panjang
dibanding betinanya.
C.4 Faktor Kondisi
Faktor Kondisi
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
Grafik 1 Faktor Kondisi Ikan Nila
Dapat dikatakan bahwa rata-rata ikan
berkondisi kurus karena kondisi
bobotnya senilai b=0,031. Hanya
beberapa ikan yang gemuk
0.15
0.1
0.05
Grafik 2 Faktor Kondisi Ikan Nila Jantan
Grafik diatas menyatakan bahwa kondisi
ikan nila jantannya gemuk. Hal tersebut
dinyatakan dengan sebaran nilai antara
30 – 50 gram dengan faktor kondisi 0,06
– 0,1.
y =
0.293x +
1.665
R² =
0.603
1.9
0 2
log W
log L
S
e…
y =
0.3076x
+ 1.6348
R² =
1.95 0.7654
0 2
log W
log L
Serie
s1
y =
0.0014x +
0.0311
R² =
0.8443
0
0 50 100
fk
berat (w)
FK
Linear
(FK)
y =
0.0014x +
0.0303
R² = …
0
0 50 100
Axis Title
Axis Title
Series1
Linear
(Series1)
9. 0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
Grafik 3 Faktor Kondisi Ikan Nila Betina
Pada betina kondisi ikannya lebih kurus
dibandingkan jantan yang berkisar pada
rentang angka 23 – 40 gram dengan
faktor kondisi 0,06 – 0,1. Dengan
demikian teori yang menyatakan bahwa
pada ikan nila bobot ikan jantan lebih
berat dibandingkan dengan bobot ikan
betina adalah relevan. Hal tersebut
dapat dijadikan parameter dalam
menentukan jenis kelamin pada ikan
nila.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
D.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa :
a. Pertumbuhan ikan merupakan
perubahan panjang atau berat
pada suatu ikan terhadap
respon terhadap perubahan
makanan yang tersedia
b. Pertumbuhan panjang dan berat
ikan dapat diperoleh dari
menganalisis dan mengolah
data panjang dan berat ikan
c. Pada ikan nila hubungan antara
panjang dan berat berpengaruh
pada jenis kelaminnya. Dimana
pada ikan jantan lebih panjang
namun lebih kurus bobotnya
dibandingkan dengan betina
yang bobotnya lebih besar
namun lebih pendek
d. Rata-rata ikan yang diteliti
dalam konidisi bobot yang
kurus. Namun, jika dipisah
bobot betina lebih berat
D.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan
guna kelancaran praktikum kedepannya
adalah sebagai berikut :
a. Perlunya kedisiplinan pada saat
praktikum berlangsung.
Terutama pada saat penjelasan
mengenai pengholahan data.
Hal tersebut dinilai kurang efektif
karena keadaan praktikan yang
banyak dengan kondisi ruang
yang cukup sempit serta
keadaan waktu menyebabkan
praktikan tidak fokus dalam
memperhatikan asisten saat
menjelaskan.
b. Akan ada baiknya bila posisi
duduk perkelompok di acak.
Sehingga tidak terjadi kelompok
yang melulu duduk di belakang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, A. 2012. Pembenihan Ikan.
http://pembenihan ikan/com.
Diakses pada tanggal 30 Oktober
2014, pukul 19:34.
Effendi. 1997. Biologi Perikanan. IPB
PRESS:Bogor.
Sarida, munti dkk.2007. Penuntun
Praktikum Biologi Perikanan,
Universitas Lampung.
Lampung
y = 0.0014x + 0.0316
R² = 0.8836
0
0 20 40 60 80
FK
berat (W)
FK
Series1
Linear (Series1)