Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah?
1. 1
EKONOMI ISLAM ATAU EKONOMI SYARIAH?
Anto Apriyanto, S.Pd.I., M.E.I.1
Menurut Heri Sudarsono2, nama ekonomi Islam sebenarnya dipengaruhi oleh
penafsiran terhadap praktik ekonomi Islam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bila pengalaman ekonomi Islam berkaitan dengan aturan-aturan tentang perintah dan
larangan saja, maka makna nama ekonomi Islam lebih banyak berkaitan dengan norma.
Hal ini berarti ekonomi Islam diposisikan sebagai ilmu normatif. Namun bila
pengalaman yang ditemukan banyak berkaitan dengan persoalan aktual, misalnya praktik
bank dan lembaga keuangan syariah lainnya, maka akan menghasilkan makna nama
ekonomi Islam yang berbeda.
Lebih lanjut Sudarsono menjabarkan, dari pendekatan yang berbeda dapat diambil
tiga identifikasi yang menghasilkan makna dari nama ekonomi Islam secara umum yang
meliputi:
1. Identifikasi ilmu hasil penafsiran Al-Quran dan Al-Hadits,
2. Identifikasi ilmu hasil penafsiran ruang dan waktu,
3. Identifikasi ilmu yang mempunyai eksistensi tertentu.3
Oleh karena itu, masih menurutnya, tidak ada definisi ekonomi Islam baku yang
digunakan sebagai pedoman umum, yang menjadikan secara pasti perbedaan definisi
ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional. Banyak ekonom muslim yang mencoba
mendefinisikan, tapi tidak terlepas dari konteks permasalahan ekonomi yang dihadapi
oleh masing-masing. Sehingga terkesan adanya perbedaan definisi ekonomi Islam.
Secara bijak harus disikapi bahwa perbedaan pendefinisian tersebut sebenarnya lebih
diartikan sebagai usaha para ekonom muslim untuk menjawab masalah ekonomi yang
ditangkapnya, namun tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah.4
Untuk mengetahui pengertian ekonomi Islam dari para ekonom muslim
kontemporer, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, berikut akan disajikan beberapa
definisi ekonomi Islam:
1Penggiat Komunitas Ekonomi Islam Indonesia (KONEKSI), Dosen Ekonomi Islam STES Islamic
Village Tangerang, Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi, Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas
Muhammadiyah Bogor, dan MABI. Alumnus Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor.
2Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), hlm. 6-7.
3Ibid, hlm. 7-8.
4Ibid, hlm. 13.
2. 2
1. M. Umer Chapra,
"Ekonomi Islam adalah suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya
langka yang seirama dengan maqashid, tanpa mengekang kebebasan individu,
menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkepanjangan,
atau melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat.5
Definisi ini ia jabarkan dengan meletakkan ekonomi Islam sebagai ilmu.
2. M. A. Mannan,
"Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.6
Sama seperti Chapra, ia mendudukkan ekonomi Islam sebagai ilmu.
3. Syed Nawab Haider Naqvi,
"Ekonomi Islam adalah kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam representatif
dalam masyarakat muslim modern."7
Ia juga mendefinisikan ekonomi Islam sebagaimana dua orang pendahulunya.
4. M. Akram Khan (dalam Nasution, dkk.: 2007),
"Islamic economics aims the study of the human 'falah' (well-being) achieved by
organizing the resources of the earth on the basic of cooperation and participation."8
5. Kurshid Ahmad (dalam Nasution, dkk.: 2007),
"Islamic economics is a systematic effort to thy to understand the economics problem
and mans behavior in relation to that problem from an Islamic perspective."9
6. Abdullah Abdul Husain At Tariqi,
"Ekonomi Islam adalah ilmu tentang hukum-hukum syari'at aplikatif yang diambil
dari dalil-dalilnya yang terperinci tentang persoalan yang terkait dengan mencari,
membelanjakan, dan cara-cara mengembangkan harta."10
5M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Terj. Ikhwan Abidin
Basri,(Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2001), hlm. 108.
6M. A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terj. M. Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1997), hlm. 19.
7Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Terj. M. Saiful Anam dan Muhammad
Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 28.
8Musthafa Edwin Nasution, dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2007), hlm. 16.
9Ibid, hlm. 17.
10Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam, Terj. M. Irfan Syofwani, (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2004), hlm. 14.
3. 3
7. Muhammad bin Abdullah Al Arabi (dalam at Tariqi: 2004),
"Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita
ambil dari Al-Quran, Sunnah, dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar
pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu."11
8. Muhammad Syauki al Fanjari (dalam at Tariqi: 2004),
"Ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas
ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik ekonominya."12
9. Hasanuz Zaman (dalam Al Arif: 2012),
"Islamic Economic is the knowledge and applications and rules of the shariah that
prevent injustice in the requisition and disposal of material resources in order to
provide satisfaction to human being and enable them to perform they obligations to
Allah and the society".13
Ekonomi Islam adalah pengetahuan, aplikasi, dan peraturan syariah yang mencegah
ketidakadilan dalam permintaan dan pembuangan bahan sumber daya untuk
memberikan kepuasan kepada manusia dan memungkinkan mereka untuk melakukan
kewajiban kepada Allah dan masyarakat.
10. Monzer Kahf (dalam Al Arif: 2012),
"Ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang memiliki sifat interdisipliner
dalam arti kajian ekonomi Islam tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan
yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu pendukungnya,
termasuk ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis, seperti matematika,
statistik, logika, dan ushul fiqh."14
11. M. N. Siddiqi (dalam Al Arif: 2012),
"Islamic economics is 'the moslem thinker' response to the economic challenges of
their times. In this endeavor, they were aided by the Quran and the Sunnah as well
as by reason and experience."15
Ekonomi Islam adalah 'pemikir muslim' yang menanggapi tantangan ekonomi Barat.
Dalam usaha ini, mereka telah dibantu oleh Al-Quran dan Sunnah sebagai alasan
dan pengalaman.
11Ibid
12Ibid
13Al Arif, Lembaga Keuangan, hlm. 15.
14Ibid, hlm. 15-16.
15Ibid, hlm. 16.
4. 4
12. M. M. Metwally (dalam Al Arif: 2012),
"Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku muslim dalam suatu
masyarakat Islam yang mengikuti Al-Quran, As-Sunnah, Qiyas, dan Ijma'."16
13. Adiwarman Azwar Karim,
Ekonomi Islam adalah "Sebuah sistem ekonomi yang menjelaskan segala fenomena
tentang perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi
dengan memasukkan tata aturan syariah sebagai variabel independen (ikut
mempengaruhi segala pengambilan keputusan ekonomi)."17
14. Mohamad Hidayat,
"Ekonomi Islam adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang atau
lebih (bersama) dengan cara yang halal dan thayyib serta berlaku adil dalam usaha
yang dilakukannya dengan prinsip saling ridha dan menguntungkan."18
15. M. Nur Rianto Al Arif,
"Ekonomi Islam adalah perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi,
berdasarkan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga
maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta)."19
16. Dwi Condro Triono,
Ekonomi Islam adalah "Segenap pandangan atau keyakinan yang bersumber dari
Islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah terhadap alokasi berbagai sumber daya
ekonomi yang ada di bumi ini."20
Definisi ini ia jabarkan dengan meletakkan ekonomi Islam sebagai sebuah sistem.
17. Hendri Tanjung,
"Islamic economic is a set of arrangements/institutions that manages scarce
resources to facilitate living of a good life."21
Ekonomi Islam adalah satu set pengaturan lembaga-lembaga yang mengelola
sumber daya langka untuk memfasilitasi kehidupan yang lebih baik.
16Ibid
17Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT Indonesia dan Karim Bisnis
Consultan, 2003), hlm. 7-8.
18Mohamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic, Pengantar Ekonomi Syariah (Jakarta:
Zikrul Hakim, 2010), hlm. 28.
19Al Arif, Lembaga Keuangan, hlm. 17.
20Dwi Condro Triono, Ekonomi Islam Madzhab Hamfara, Jilid I, (Yogyakarta: Irtikaz, 2012), hlm. 97.
21Hendri Tanjung, "Ekonomi Islam: Alasan, Pandangan, Doktrin, Pemikiran, dan Sistem",
<http://hendritanjung.com/dokumen/Ekonomi%20Islam%20Alasan%20Pandangan%20Doktrin%20pemikiran%
20dan%20Sistem.pdf>, diakses tanggal 26-02-2014.
5. 5
Dalam hal ini kedudukan ekonomi Islam yang didefinisikannya adalah sebagai
sistem.
Demikianlah, paparan definisi mengenai ekonomi Islam yang disampaikan oleh
para ahli. Intisari yang bisa diambil dari definisi-definisi tersebut, sebagaimana
dinyatakan Adiwarman Karim22, adalah bahwa ekonomi Islam bukan hanya sekadar
ilmu. Namun lebih dari itu, ekonomi Islam merupakan sebuah sistem.
Dari pendekatan definisi ekonomi Islam menurut pemikir ekonomi Islam Indonesia
angkatan 1945-an tersebut dapat dinyatakan bahwa ekonomi Islam yang berkembang di
tanah air lebih mengarah pada pengertian tentang seperangkat aturan hubungan manusia
dengan sesama dalam memenuhi hajat hidupnya yang berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah. Hal ini diperkuat data dan fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas
penduduk negeri ini adalah muslim. Oleh karena itu, ekonomi yang dijalankan pun
semestinya Islami.
Dalam perkembangannya, ekonomi Islam dikenal juga dengan istilah iqtishad dan
ekonomi syariah. Meminjam penjelasan Heri Sudarsono23 bahwa di dalam Al-Quran
ekonomi Islam diidentikkan dengan iqtishad, yang artinya umat pertengahan.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ْ ْمنِنِابوَْ ْنِْ اوُبَ ْكأمنِنِّبَْ ْنِْ ْ منِيبلنإْ بلنزونأْ ابِب ْوبيلنإلْن ب ْوبةبََّاوتل ْ اوِابِبأْ موَِّونبأْ ابلبو
)٦٦ ْ بَاوُبَْبوَْ ابِْ بَابَْ موِْ وننِْ ٌرينثبَب ْ ْوٌةبدنصبتقوِْ ٌةَِّوأْ موِوننِْ منِنُوجَبأْ نت ب َْتْنِبو
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum)
Taurat dan Injil dan (Al-Quran) yang diturunkan kepada mereka
dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas
dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang
pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh
kebanyakan mereka." (QS. Al-Maaidah [5]: 66)
Meminjam pendapat Zainal Abidin Ahmad24, bahwa ekonomi Islam dalam bahasa
Arab dinamakan mu'amalah maddiyah, yakni aturan-aturan tentang pergaulan dan
perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya. Atau lebih tepat dinamakan
Iqtishad, yaitu mengatur soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan
secermat-cermatnya.
Fuad Fachruddin (dalam Sudarsono: 2007) mengartikan iqtishad yakni
"menggunakan rezeki yang ada di sekitar kita dengan cara berhemat agar kita menjadi
22Karim, Ekonomi Mikro, hlm. 6.
23Sudarsono, Konsep Ekonomi, hlm. 6.
24Zainal Abidin Ahmad, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 30.
6. 6
manusia-manusia yang baik dan tidak merusak nikmat apa pun yang diberikan kepada-
Nya".25
Namun, Baqir al Hasani (dalam Mohamad Hidayat: 2010), menyatakan bahwa
ekonomi dan iqtishad merupakan dua konsep yang berbeda, meskipun banyak ulama
yang mengartikan ekonomi dengan iqtishad. Menurut al Hasani, kata "iqtishad"
merupakan derivasi dari kata "qashd", yang artinya equilibrium (keseimbangan,
pertengahan) atau "the state of being even, equal balanced, or evenly in between".
Sehingga kata "iqtishad" berarti "that which evenly in between two extremes".26
Tetapi pendapat al Hasani di atas kemudian dibantah oleh Hidayat27 dengan
meyakinkan bahwa kata "iqtishad" masih relevan digunakan untuk ekonomi. Yang perlu
dicatat adalah perbedaannya bukan terletak pada ekonomi dan iqtishad, tetapi antara
ekonomi (Islam) dengan ekonomi konvensional.
Mengenai istilah ekonomi Islam Sudarsono melanjutkan, nama tersebut bukan
merupakan nama baku dalam terminologi Islam, maka tidak ada peraturan atau undang-
undang yang menyatakan harus bernama ekonomi Islam. Tapi bisa diberi nama
"ekonomi ilahiyah", "ekonomi syariah", "ekonomi qurani", atau pun "ekonomi" saja.28
Hanya saja, khusus di Indonesia, ekonomi yang bersumber pada Al-Quran dan As-
Sunnah ini sering disebut pula ekonomi syariah. Meminjam pendapat M. Dawam
Rahardjo (dalam Karim (ed.): 2002)29, bahwa ekonomi Islam di Indonesia disebut juga
"Ekonomi Syariah". Jadi, sumber teori ekonomi Islam adalah syariah. Teori non-ribawi,
misalnya, dikembangkan dari ketentuan syariah mengenai larangan terhadap riba. Oleh
karena itu, dalam upaya menyusun pemikiran ekonomi, para sarjana ekonomi muslim
modern berusaha menggali dari "kitab kuning" para ulama.
Rahardjo (dalam Karim: 2010)30 menilai bahwa apa yang disebut "ekonomi
syariah" tidak identik dengan syariat itu sendiri. Syariat yang dimaksud adalah wahyu
Tuhan dan Sunnah Rasul yang pengertiannya sama dengan thariq, sabil, dan manhaj,
yaitu jalan (way). Di tanah air, ilmu syariat telah mengalami rasionalisasi menurut
metode ilmiah. Hasilnya adalah seperti konsep bank syariah yang sekarang mudah
ditemui. Uniknya, istilah "bank syariah" itu sendiri sebenarnya khas Indonesia dan tidak
dijumpai di negara-negara lain. Sebab di luar negeri lembaga tersebut disebut "bank
25Sudarsono, Konsep Ekonomi, hlm. 6.
26Hidayat, An Introduction, hlm. 20-21.
27Ibid, hlm. 21.
28Sudarsono, Konsep Ekonomi, hlm. 6.
29Karim (ed.), Sejarah Pemikiran, hlm. xiii-xiv.
30Ibid, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. xvi.
7. 7
Islam" (Islamic bank) saja. Konsep bank Islam tersebut telah mengalami
kontekstualisasi. Di Indonesia, istilah "bank syariah" timbul berkaitan dengan tradisi
menegakkan syariat yang sudah muncul di sekitar berdirinya republik ini, khususnya di
sekitar naskah Piagam Jakarta.
Selanjutnya, masih menurut Rahardjo (dalam Al Arif: 2012), terdapat tiga
kemungkinan makna dari istilah ekonomi syariah tersebut, yaitu:
1. Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran Islam,
2. Ekonomi Islam merupakan suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan kegiatan
ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara berdasarkan cara atau metode tertentu,
3. Ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam.
Ketiga wilayah tersebut (teori, sistem, dan kegiatan ekonomi umat Islam) merupakan tiga
pilar yang harus membentuk sebuah sinergi.31
Adiwarman Karim (dalam Al Arif: 2012)32 menambahkan, ketiga wilayah level
tersebut menjadi basis dalam upaya penegakkan syariah dalam bidang ekonomi Islam
yang harus dilakukan secara akumulatif. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sinergis,
melibatkan seluruh komponen umat, dalam rangka menegakkan syariah dalam bidang
ekonomi.
Alhasil, pengertian ekonomi Islam yang telah dijabarkan di atas melahirkan
kesimpulan akhir bahwa ekonomi Islam di Indonesia erat kaitannya dengan semangat
umat Islam menuju kehidupan yang bersyariah secara kaffah. Sekali lagi ditegaskan,
bahwa ekonomi Islam yang berkembang di tanah air lebih mengarah pada pengertian
tentang seperangkat aturan hubungan manusia dengan sesama dalam memenuhi hajat
hidupnya yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Sebab data dan fakta yang ada
tidak dapat membantah bahwa Islam adalah agama yang mayoritas dianut penduduk
negeri ini. Oleh karena itu, ekonomi yang dijalankan pun sudah seharusnya Islami.
31Al Arif, Lembaga Keuangan, hlm. 14.
32Ibid