Islam merupakan agama Allah yang diturunkan bersama dengan kitab suci dan
rasul-Nya yang terakhir, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
yang terang-menderang menuju ke jalan Allah Maha Agung dan Maha Terpuji.
Hukum Islam merupakan kumpulan sejumlah kewajiban dan ajaran-ajaran yang
diserukan oleh Rasulullah saw dan disampaikan kepada umatnya sesuai dengan ajaran
yang disampaikan oleh Allah melalui kitab suci-Nya atau lidah Rasul-Nya. Hukum -
hukum Islam tidak terbatas pada sisi praktis atau penerapan hukum syari’at berupa ibadat
dan mu’amalat saja, tidak pula terbatas pada sisi teoritis atau aqidah saja, yang tertuang
dalam ilmu tauhid atau kalam atau tidak tidak juga terbatas pada bidang kerohanian yang
tercakup dalam ilmu tasawuf atau akhlak. Tetapi, Islam mencakup semua bidang-bidang
itu secara seimbang, sempurna, dan teratur.
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Kedudukan hadis dalam islam dan sejarah pembukuan
1. MAKALAH AL HADIS
KEDUDUKAN AL HADIS DALAM ISLAM
DAN SEJARAH PEMBUKUAN AL HADIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Hadis
Oleh :
1. ENDAH NURFEBRIYANTI NIM : 0703172051
2. HUSNUL FADHILLAH NIM : 0703172048
3. NURUL APRILLA RIZKI NIM : 0703172053
AHMAD MUHAISIN TANJUNG
MATEMATIKA
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Tahun 2017
2. KATA PENGANTAR
ِ
يمِ
حَّ
الر ِ
ن ْ
ْحَّ
الر ِ
هللا ِ
مْ
سِب
Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ini yang berjudul “Kedudukan Al Hadits Dalam Islam Dan Sejarah
Pembukuan Al Hadis”.
Shalawat berangkai salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di
manapun mereka berada.
Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari-Nyalah, sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Al Hadis. Dalam makalah ini mengulas tentang kedudukan hadis dan sejarah
pembukuannya. Dalam makalah dijelaskan tentang kedudukan hadis dalam Islam serta
sejarah pembukuan hadis. Dengan penjelasan dalam makalah ini diharapkan kepada
para pembaca lebih memahami tentang Ilmu Hadis dan agar dapat menjadi nilai tambah
dalam mempelajari Islam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan gambaran tentang materi yang harus selesaikan dan juga semua pihak yang
turut membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga
kritik serta saran yang membangun pemakalah harapkan dari pembaca. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Oktober 2017
i
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Al Hadis Dalam Islam..............................................3
2.2 Sejarah Pembukuan Al Hadis......................................................7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
ii
4.
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah yang diturunkan bersama dengan kitab suci dan
rasul-Nya yang terakhir, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
yang terang-menderang menuju ke jalan Allah Maha Agung dan Maha Terpuji.
Hukum Islam merupakan kumpulan sejumlah kewajiban dan ajaran-ajaran yang
diserukan oleh Rasulullah saw dan disampaikan kepada umatnya sesuai dengan ajaran
yang disampaikan oleh Allah melalui kitab suci-Nya atau lidah Rasul-Nya. Hukum -
hukum Islam tidak terbatas pada sisi praktis atau penerapan hukum syari’at berupa ibadat
dan mu’amalat saja, tidak pula terbatas pada sisi teoritis atau aqidah saja, yang tertuang
dalam ilmu tauhid atau kalam atau tidak tidak juga terbatas pada bidang kerohanian yang
tercakup dalam ilmu tasawuf atau akhlak. Tetapi, Islam mencakup semua bidang-bidang
itu secara seimbang, sempurna, dan teratur.
Meskipun Alquran menegaskan mengenai dirinya sebagai Kitab yang
menerangkan segala sesuatu, tetapi tidak semua masalah disampaikannya secara tuntas,
sejak dari prinsip dasar sampai dengan operasionalisasinya. Rupanya Allah menetapkan
untuk memfungsikan Rasul bukan sekedar membacakan Kitab-Nya kepada ummat, tetapi
juga menerangkan isinya dan memberi contoh pengamalannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Karena itu sesudah Alquran kaum mukminin menerima As Sunnah atau tradisi
Rasul. Jalan Rasul itu diberitakan secara beranting kepada ummat, maka berita tentang
sikap dan akhlak Rasulullah SAW itu dikenal sebagai Al Hadis yang makna harfiahnya
adalah berita. Sehubungan dengan itu Rasulullah menyatakan: “Aku tinggalkan dua hal
6. 2
untuk kamu sekalian; maka kamu tidak akan tersesat apabila berpegang kepada
keduanya. Dua hal itu adalah Alquran dan Sunnahku”1
.
Dalam pembukuan hadis,banyak permasalahan mengemuka yang memerlukan
konfirmasi dan kejelasan mengingat hal yang penting hadis sebagai salah satu sumber
hukum bagi umat islam,sehingga wajar jika studi hadits tetap diminati baik dari kalangan
insider ataupun outsider.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana kedudukan Al Hadis dalam Islam?
1.2.2 Bagaimana sejarah pembukuan Al Hadis?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui kedudukan Al Hadis dalam Islam
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah pembukuan Al Hadis
1
Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh
Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kedudukan Al Hadis Dalam Islam
Alquran dan Hadis merupakan dua sumber untuk mengenali hukum dan ajaran
Islam yang berkaitan dengan aqidah, konsep, ibadat, penetapan hukum, akhlak, adab
sopan santun, dan bidang-bidang kehidupan lainnya2
. Oleh sebab itu, kita dianjurkan
untuk memahami Alquran dan Hadis dengan pemahaman yang benar.
Hadith is the second source of Islamic laws after Alquran. Alquran is the laws
contain main ideas and norms of Islam, which include the aqidah, worship, morality,
muamalah, and polite attitude sides. Hadith is the theoretical explanation and the
applicative practice of Alquran3
. (Hadis merupakan sumber hukum kedua bagi Islam
setelah Alquran. Alquran merupakan undang-undang yang memuat pokok-pokok dan
kaidah-kaidah mendasar bagi Islam, yang mencakup bidang aqidah, ibadah, akhlaq,
muamalah, dan adab sopan santun. Hadis merupakan penjelasan teoritis dan praktik
aplikatif bagi Alquran).
Semua ini berdasarkan perintah Alquran, berdasarkan perintah sunnah, ijma’ umat,
dan akal serta pandangan manusia.
2
Yusuf Qardhawi. 1997. Al-Qur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Ummat Islam. hal: 15
3
Philips, B. 1990. The Evolution of Fiqh (Islamic Law and the Madhab). Riyadh: International Islamic
Publishing House. page 25-37
8. 4
a. Dalil Alquran
Alquran, selain mewajibkan umat Islam taat kepada-Nya, juga mewajibkan taat
kepada rasul-Nya4
. Allah berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah dan rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (Q. S An-
Nisa[4]: 59).
Selain itu, Allah juga menyamakan antara taat kepada Nabi sebagai bentuk taat
kepada Allah, yakni dalam Alquran surat An-Nisa ayat 80, An-Nur ayat 54, Al-A’raf ayat
158.
Artinya: “Barang siapa menaati rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah...” (Q. S An-Nisa ayat 80)
4
Yususf Al-Qardhawi. 1991. Pengantar Studi Hadits. Hal: 70
9. 5
Artinya: “...dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk...”
Lebih dari itu, ketaatan pada rasul merupakan salah satu indikasi kecintaan dan
ampunan Allah SWT, hal ini ada dalam Al-Qur’an surat Ali imran: 31, Al-Hsyr: 7, Al-
Anfal: 24, An-Nur: 635
, serta ayat-ayat Al-Qur’an lain yang mendukung adanya Hadits.
b. Dalil Hadis
Ada banyak hadis yang mewajibkan kita taat kepada rasul. Sebagai contoh adalah
hadits riwayat Abu Hurairah berikut ini6
;
Rasulullah bersabda;
ومن اجلنة دخل أطاعين من أىب من اال اجلنة يدخلون أميت كل
أىب فقد ين عصا
Artinya: “Semua umatku akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau.
Dikatakan kepada beliau, “siapakah mereka itu, wahai rasulullah?” Rasul menjawab,
“siapa yang taat kepadaku, ia akan masuk surga, dan orang yang tidak taat kepadaku
adalah orang yang tidak mau masuk surga.” (H. R. Al-Bukhari)
Ada juga Hadits yang yang dikatakan Nabi ketika sedang haji wada’, yakni
riwayat Ibn Abbas yang dinilai sahih oleh Hakim serta disepakati Adz-Dzahabi7
,
كتاابهللاوتضل لن به أخذمت ان ما فيكم كت
تر قد اين
بييت ل أ وعيتأ
Artinya: “telah aku tinggalkan untuk kalian yang apabila kalian berpegang teguh
kepadanya, kalian tidak akan tersesat, yakni kitabullah (Al-Qur’an) dan ‘itrahk ahlul-
baitku.” (H. R. Al-Hakim).
5
Yususf Al-Qardhawi. 1991. Pengantar Studi Hadits. Hal: 71-75
6
Yususf Al-Qardhawi. 1991. Pengantar Studi Hadits. Hal: 76
7
Yususf Al-Qardhawi. 1991. Pengantar Studi Hadits. Hal: 77
10. 6
c. Ijma’ sahabat dan Umat setelah mereka
Para sahabat Rasulullah saw telah melakukan ijma’ untuk merujuk kepada sunnah
dan menenmpatkannya sebagai satu sumber hukum syari’at yang mendampingi Al-
Qur’an. Diantaranya ialah para khulafa’ rasyidin, dan orang-orang yang datang setelah
mereka, yang menyatakannya dengan perkataan maupun perbuatan.8
Abdu bin Humaid, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi meriwayatkan
bahwa Khalid Ibnu Usaid berkata kepada Abdullah Ibnu Umar: “sesungguhnnya kami
menemukan shalat al-Hadhar bagi orang yang tidak bepergian dan shalat khawf (shalat
dalam keadaaan waspada saat peperangan) di dalam Alquran tetapi kami tidak
menemukan shlat as-safar (bagi orang bepergian)? Ibnu Umar berkata, “wahai anak
saudaraku, sesungguhnya Allah mengutus Muhammad saw kepada kita saat kita tidak
mengetahui sesuatu. Dan sesungguhnya kita melakukanya, dan meng-qashar shalat di
dalam perjalanan sebagai satu sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah saw.”9
Pada zaman kekhalifahan Abu Bakar, ada seorang nenek tua datang kepadanya
setelah kematian cucunya, meminta bagian warisan dari cucunya. Maka Abu Bakar
berkata, “Aku tidak menemukan sedikit bagian pun untukmu di dalam Kitabullah. Dan
aku juga tidak pernah mendengarkan Rasulullah saw menyebutkan suatu bagian
untukmu.” Kemudian Abu Bakar bertanya kepada orang-orang yang hadir di situ. Maka
berdirilah al-Mughirah bin Syu’bah dan berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw
memberinya bagian sebanyak seperenam.” Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apakah ada
seorang saksi bersama dirimu?” Kemudian Muhammad bin Maslamah bersaksi untuk
masalah itu, lalu Aabu Bakar melaksanakannya.10
Tindakan yang sama diteruskan oleh para sahabat, tabiin, para fuqaha ditiap kota-
kota besar, para imam madzhab yang diikuti oleh pengikut dan murid-murid mereka.
Hingga pada akhirnya sunnah/hadits menjadi sumber hukum yang sangat kaya bagi
semua kalangan, dalam berbagai bidang fiqih.11
8
Yusuf Qardhawi. 1997. Al-Qur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Ummat Islam. hal: 68
9
Disebutkan oleh as-Suyuth di dalam ad-Durr al-Mantsur
10
Yusuf Qardhawi. 1997. Al-Qur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Ummat Islam. hal: 68-69
11
Yusuf Qardhawi. 1997. Al-Qur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Ummat Islam. hal: 70
11. 7
2.2 Sejarah Pembukuan Al Hadits
Sebagian sahabat Rasul saw, sepanjang kehidupan beliau, telah membuat catatan-
catatan seputar sabda-sabda beliau. Pekerjaan ini ada yang memang merupakan perintah
langsung dari Rasulullah saw dan ada juga yang berasal dari insiatif para sahabat itu
sendiri. Mengenai hal ini, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa beliau setuju
dengan penulisan pembukuan hadis. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
1. Rasul saw selalu mengabadikan berbagai macam perjanjian dengan kabilah-
kabilah Arab dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Bahkan sebagian juru
tulis beliau, hanya bertugas untuk mencatat perjanjian-perjanjian. Sebagiannya
telah termaktub dalam buku-buku sirah. Sebagai contoh dari perjanjian-perjanjian
beliau diantaranya adalah pascahijrahnya ke Madinah, telah dibuat sebuah
perjanjian antara Muhajirin, Anshar dan orang-orang Yahudi yang tinggal di
Maadinah. Dalam perjanjian itu telah dijelaskan hak-hak dari masing-masing
kelompok. Perjanjian ini berupa sebuah dokumen tertulis. Mereka yang menerima
butir-butir perjanjian itu dikenal dengan sebutan Ahlu Hadzhish Shahifah.
Beberapa bagian dari perjanjian ini yang telah direkam dalam sirah Ibnu Hisyam12
sebagai berikut.
واالنصار جرين الها بين كتابا )(ص هللا رسول وكتب:اسحاق ابن قال
:عليهم واشترط هم اموا و دينهم عل اقرهم و عاهدهم و يهود فيه وادع
و منين المؤ بين النبي محمد من كتاب هزا الرحيم حمن الر هللا بسم
معهم خاهدهم و بهم فلحق تبعهم ومن ب يشر و قريش ان السلمين
‚
انهم
امة
...الناس دون من احدة و
Perjanjian ini di dalam kitab-kitab riwayat Syi’ah, juga telah dimuat bagian per
bagian. Dengan mengamatinya dapat dipahami bahwa perjanjian tersebut telah
12
Muhammad bin Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyyah, (Beirut: Dar al-Qalam), juz 2, hal.148-150. Kitab ini
lebih dikenal dengan Sirah Ibn Hisyam.
12. 8
disusun dalam bentuk dokumen tertulis13
. Lebih dari itu, dapat ditemukan dalam
kitab-kitab sejarah banyak surat dan fakta politik Rasulullah saw pada masa
awal Islam, bahkan surat-surat dan fakta-fakta politik tersebut telah
dikumpulkan oleh sebagian peneliti dalam kitab-kitab tersendiri.
2. Di antara bukti-bukti yang paling orisinal tentang penulisan hadis dimasa hayat
Rasul saw adalah protes yang dilakukan oleh para pemuka Quraisy terhadap
Abdullah bin Amr bin Ash dalam masalah penulisan hadis. Kejadian protes ini
telah dimuat di dalam kumpulan-kumpulan hadis Ahlusunnah, seperti Sunan
Darimi (kitab hadis tertua Ahlusunnah), dinukil dari ucapan Abdullah, “Apapun
yang aku dengar dari Raulullah saw, selalu aku tulis agar dapat kuingat. Namun
orang-orang Quraisy mencegahku dan berkata, ‘Engkau selalu menulis apapun
yang kau dengar (dari Rsulullah saw), padahal dia adalah manusia yang juga
berkata-kata, baik dalam keadaan rela (suka) maupun marah.’ Lalu aku berhenti
menulis dan kubicarakan hal ini dengan Rasulullah saw. Kemudian beliau
berkata padaku , ‘Teruskanlah menulis! Demi Tuhan yang jiwaku berada di
dalam genggeman-Nya, tidak ada yang keluar dari mulutku selain kebenaran’”14
Perlu diketahui, sosok ini pada akhirnya berhasil membukukan sabda-sabda
Rasul saw dalam sebuah kitab yang dikenal dengan nama Shahifah Shadiqah,
yang menurut Ibnu Atsir memuat sekitar seribu hadis.15
Dalam hal ini Mujahid
berkata, “Aku pergi menemui Abdullah dan kutemukan sahifah diatas ranjang
dan tempat tidurnya. Ketika aku hendak mengambilnya, Ia menceghku untuk
melakukan itu. Lalu aku tanyakan kepadanya tentang alasannya, Ia berkata
padaku, ‘Di dalam sahifah itu terdapat keterangan-keterangan yang aku dengar
langsung dari Rasulullah saw dan tidak ada orang lain selain diriku dan
beliau’”16
13
Kitab al-Kafi, juz 2, hal. 666
14
Ibid., juz 1, hal.125; Izzuddin Ibnu Atsir, Usud al-Ghabah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.Q.), juz 3,
hal.245.
15
Ibnu Atsir, Usud al-Ghabah, juz 3, hal.245.
16
Ibid., juz 3, hal.246.
13. 9
3. Dalam sebuah hadis panjang yang sampai berkenaan dengan penukilan dan
penulisan hadis, Rafi’ bin Khudaij, berkata “ Aku bertanya kepada Rasul saw,
‘(Ya Rasulullah), kami telah mendengar banyak darimu, apakah kami boleh
menulisnya?’ Beliau menjawab, ‘Tulislah, kalian tidak dilarang
melakukannya’”17
4. Abu Hurairah meriwayatkan, “Setelah peristiwa pembebasan Makkah, Rasul
saw menyampaikan sebuah khotbah. Di akhir khotbahnya seorang muslim
bernama Abu Syat Yamani bertanya kepda beliau seraya berkata, ‘(Ya
Rasulullah), bila dimungkinkan, berilah perintah agar mereka menuliskan
khotbah ini untukku.’ Rasul saw berkata, ‘Tuliskan (khotbah) ini untuk Abu
Syat.’”18
5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasul saw berkata, “Ikatlah
ilmu!” Abdullah berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah, bagaimana caranya
mengikat ilmu?” Beliau menjawab, “Dengan cara menulisnya.”19
6. Dalam hadis lain, Rasul saw berkata, “Setiap mukmin meninggal dunia dan ia
meninggalkan secarik kertas yang padanya tertulis ilmu, maka secarik kertas itu
di hari kiamat akan menjadi penghalang antara dia dengan api neraka...”20
17
Muhammad Ridha Jalali Husaini, Tadwin al-Sunnah al-Syarifah, (Qom: Daftar Tablight-e Islami, 1413
H.S.), hal.87, dinukil dari Taqyid al-‘Ilm.
18
Sunan Turmudzi, juz 5, hal.38.
19
Ibnu Abdulbarr, Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih, juz 1, hal.73.
20
Sunan Turmudzi, juz 5, hal.38; Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 2, hal.152.
14. 10
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
a. Kedudukan Hadis dalam sumber ajaran Islam adalah sangat penting dalam
menjelaskan ayat-ayat alquran yang bersifat umum, yang mana ayat-ayat tersebut
membutuhkan penjelasan yang rinci dari Hadis atau Sunnah.
Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi Islam setelah Al-Qur’an,
kedudukannya dibuktikan dengan adanya
1. dalil al-Qur’an
2. dalil sunnah, dan
3. ijma’ para sahabat dan umat setelahnya.
b. Pembukuan hadits dilakukan karena sebelumnya hadits dihafal dan ditulis di
lembar-lembar terpisah oleh para sahabat. Namun, setelah Rasulullah meninggal muncullah
ide untuk menyusun hadits didalam satu buku. Upaya untuk mengumpulkan dan
membukukan hadits pertama kali dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Pembukukan hadits dilakukan dengan dorongan berikut :
1. Tidak adanya larangan pembukuan, sedangkan Al Qur’an telah dihafal oleh
ribuan orang, dan telah dikumpulkan dan dibukukan pada masa Utsman,
sehingga dapat dibedakan secara jelas antara Al Qur’an dengan hadits dan
tidak ada kemungkinan untuk tercampur antara keduanya.
2. Khawatir akan hilangnya hadits, karena ingatan kuat yang menjadi kelebihan
orang Arab melemah.
3. Munculnya pemalsuan hadits akibat perselisihan politik dan mahzab.
15. 11
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad Daud. Asas-Asas Hukum Islam. 1990. Yogyakarta: Rajawali.
Azam, MM. 1978. Studied In Early Hadith Literature. Jakarta : PT. Pustaka Firdaus.
Badudu, Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Dimyati, Ayat dan Beni Ahmad Saebani. 2016. Teori Hadits. Bandung : Pustaka Setia.
Drajat, Zakiah dkk. 1996. Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Bulan Bintang.
Hazm, Ibn. Al-Ihkam fi Ushul al-ahkam. Beirut: Dar al-Kitab.
Ma’arif, Majid. 2012. Tarikh-e Umumi_ye Hadith. Iran : Nur Al Huda.
Mudatsir. 1999. Ilmu Hadis. Bandung : Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 1994. Alquran dan Hadits. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Philips, B. 1990. The Evolution Of Fiqh ( Islamic Law and The Madhab). Riyadh :
16. 12
International Islamic Publishing House.
Qardhawi, Yusuf. 1991. Pengantar Studi Hadits. Bandung : Pustaka Balai Quraisy.
Qardhawi, Yusuf. 1997. Alquran dan As Sunnah Referensi Tertinggi Umat Islam.
Bandung : Rabbani Press.
Sofyan AP Kau dan Zulkarnain. 2012. Dialog Studi Kritis Pemikiran Hadis. Gorontalo :
Sultan Amai Press.
Sulaiman, Amat, Trans. Methods Tarjih Muhammadiyah in Selecting Th e Hadiths of
The Prophet as A Source of Syara'. 2012. Jawa Tengah: Majelis Tarjih Muhammadiyah.
Suparta, Munzie. 2010. Ilmu Hdis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.