SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
KEBIJAKAN HARGA
PERTANIAN
M I R A A R Y U N I
1 8 4 2 1 0 5 6 9
DEFINISI & TUJUAN KEBIJAKAN
HARGA
kebijakan harga adalah suatu kebijakan yang diambil
pemerintah dan merupakan alat/tool untuk dapat
mempengaruhi harga produk tertentu (misalnya produk
pertanian).
stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani
meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (term of trade)
memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
MENGAMBIL KEBIJAKAN HARGA
• Tingkat harga dasar pembelian (administered price). Harga ini harus memperhatikan
baik pihak produsen maupun pihak konsumen. Beberapa hal yang termasuk di dalamnya
adalah: (i) support prices – biasanya ditentukan pada awal tanam untuk membantu
memberikan jaminan kepada petani penanam, (ii) issue prices – untuk melindungi
konsumen, konsumen mendapatkan komoditas tertentu dengan harga yang lebih rendah
dari harga pasar, dan (iii) procurement prices – untuk menjamin pengadaaan
komoditas pangan utama biasanya harga ini ditentukan dan diumumkan oleh pemerintah
• Adanya perubahan permintaan dan penawaran komoditas pertanian
• Adanya perbaikan infrastruktur, baik itu menunjang produksi (irigasi, gudang benih)
maupun pemasaran (infrastruktur bangunan pasar, jalan). Dengan adanya fasilitasi
ini, maka tingkat harga akan terpengaruh, baik harga di tingkat produsen maupun di
tingkat konsumen.
KEBIJAKAN HARGA KEDELAI
• Kebijakan harga dasar kedelai dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun
1991 dan ditetapkan setiap tahun melalui Instruksi Presiden. dalam kurun waktu
12 tahun sejak kebijakan harga dasar kedelai ditetapkan Pemerintah; meskipun
nilai nominal harga dasar kedelai meningkat, nisbah atau ratio harga dasar
kedelai terhadap harga dasar gabah kering giling (GKG) hanya meningkat selama
tiga tahun pertama saja, tapi setelah itu menjadi tidak jelas (Silalahi, E. P.
2011); apalagi dengan era liberalisasi pasar saat ini.
• Dari segi nisbah harga dasar kedelai terhadap harga kedelai di tingkat petani
terlihat bahwa kebijakan harga dasar kedelai tidak banyak berpengaruh positif
terhadap petani kedelai. Nisbah yang kecil ini menggambarkan bahwa harga di
tingkat produsen tidak dipengaruhi oleh harga dasar karena harga dasar tersebut
cenderung semakin jauh dibawah harga di tingkat produsen.
• Penetapan harga dasar seharusnya dapat memberikan jaminan kepada petani kedelai
di Indonesia sehingga para petani tidak perlu khawatir harga jual anjlok disaat
panen raya tiba. Dengan harga yang terjamin, petani akan semakin termotivasi
menanam kedelai, dengan demikian akan mendorong produksi dalam negeri meningkat
sehingga impor bisa dikurangi.
• Sebagian besar pemenuhan permintaan kedelai di dalam negeri Indonesia dipenuhi dengan
impor. Meningkatnya impor kedelai ini berpengaruh terhadap penurunan produksi kedelai
dalam negeri. Penurunan produksi di dalam negeri terjadi sejak tahun 1993 dan menurun
tajam sejak tahun 2000.
• Dalam menstabilkan harga kedelai dalam negeri, pada awal tahun 1980an, Bulog
melaksanakan pengadaan penyimpanan dan penyaluran kedelai. Tujuannya untuk menjamin
ketersediaan kedelai bagi pengrajin tahu/tempe terutama bagi anggota KOPTI. Pengadaan
kedelai dalam negeri hanya berlangsung pada tahun 1979/80 – 1982/83 dalam jumlah
kurang dari satu persen dari produksi dalam negeri. Sebaliknya pengadaan melalui
impor berlangsung tiap tahun dalam jumlah besar dan harga lebih murah. Sebelum krisis
ekonomi, harga yang ditetapkan Bulog umumnya sedikit lebih tinggi dari harga impor,
sehingga mampu menyangga harga kedelai lokal.
• Seperti halnya pada komoditi beras, semenjak peran Bulog sebagai State Trade
Enterprise (STE) dicabut pada 1998, maka kebijakan harga yang dilakukan Pemerintah
menjadi tidak efektif, meskipun ada kebijakan pengenaan tarif ad-valorem untuk
kedelai impor. Tarif tersebut dimulai sejak 1974 sampai 1982 sebesar 30 persen. Sejak
tahun 1983 sampai 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian
menjadi 5 persen sejak tahun 1994 sampai 1996. Pada tahun 1997 tarif diturunkan lagi
menjadi 2,5 persen dan akhirnya tarif impor kedelai ditiadakan mulai tahun 1998
sampai 2003. Pada tahun 2004 menjadi 5 persen dan sejak 1 Januari sampai 2010 menjadi
10 persen (Silalahi, E.P., 2011).
• Kebijakan mengenai tarif impor biasanya akan menaikkan harga kedelai dalam negeri termasuk
harga produsen. Produksi kedelai di Indonesia tidak dapat memenuhi permintaan domestik
Indonesia. Oleh karenanya, pemenuhan konsumsi kedelai yang sangat tergantung impor ini
menyebabkan harga kedelai dalam negeri akan sangat dipengaruhi fluktuasi harga kedelai di
pasar internasional. Oleh sebab itu ketika harga kedelai di pasar internasional meningkat
akibat persoalan kedelai di negara produsen, maka berdampak pada melambungnya harga
kedelai di pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen terkena
dampaknya. Saat ini akibat kurs nilai tukar USD terhadap IDR yang semakin menguat, maka
harga kedelai impor menjadi naik. Namun demikian harga kedelai domestik di tingkat petani
justru menurun, menjadi di bawah IDR 6.000 per kilogram. Padahal biaya yang dikeluarkan
petani untuk menanam kedelai mencapai IDR 7.000 per kilogram (Break Even Point – BEP
kedelai IDR 7.000 per kg ; www.detikfinance 28/08/15 Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian
Pertanian, Dr. Hasil Sembiring – wawancara). Untuk mendongkrak harga di tingkat petani,
Kementerian Pertanian telah mengusulkan kepada Kementerian Perdagangan agar menaikkan
Harga Beli Petani (HBP) kedelai yang ditetapkan melalui Permendag menjadi IDR 8.000 per
kilogram.
• Di tahun 2015 ini, berdasarkan Angka Ramalan I dari Badan Pusat Statistik (BPS)
produksi kedelai mencapai 998 ribu ton, naik 5 persen dibanding tahun lalu. Namun,
kebutuhan kedelai domestik mencapai 2,3 juta ton, sehingga Indonesia masih harus mengimpor
1,4 juta ton kedelai tahun ini. Oleh karena itu, kebijakan harga kedelai yang efektif akan
dapat digunakan pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai. Harga kedelai yang terus
naik Oktober 2015, dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.400 – kualitas sedang dan dari Rp 7.400
menjadi Rp 8.200 – kualitas bagus, berdampak pada pengusaha tempe dan tahu dan akhirnya
KEBIJAKAN HARGA BERAS
• Kebijakan harga untuk komoditas pangan utama/beras dimaksudkan untuk menjamin
ketersediaan dan menjaga stabilitas harga di pasar. Terdapat dua kebijakan harga,
yaitu: (i) kebijakan harga dasar dan (ii) kebijakan harga tertinggi. Kebijakan harga
dasar pada umumnya sebagai bentuk jaminan harga yang akan diterima petani padi pada
saat panen. Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh harga yang layak. Harga
dasar ini ditetapkan oleh pemerintah. Kalau pada awalnya dikenal dengan nama
kebijakan harga dasar gabah (HDG), sekarang telah berkembang menjadi harga pembelian
pemerintah (HPP). Untuk menjamin harga dasar yang efektif, pada saat panen pemerintah
melalui Bulog melakukan operasi pembelian gabah petani, terutama apabila harga gabah
di tingkat petani tertekan dibawah harga yang ditetapkan pemerintah. Sampai dengan
tahun 1998, Badan Urusan Logistik (Bulog) diberikan mandat oleh pemerintah untuk
membeli beras dari petani. Di samping untuk menjamin efektifitas harga dasar,
pembelian gabah oleh Bulog merupakan bagian integral dari pengadaan beras oleh
pemerintah dengan dana pangan nasional yang diperoleh dari dana kredit likuiditas
Bank Indonesia (KLBI), yang jumlahnya sesuai kebutuhan yang direncanakan oleh
pemerintah. Di samping itu, pemerintah memberikan hak monopoli pada Bulog untuk
melakukan distribusi dan impor beras pada saat tertentu bila diperlukan. Erwidodo
(2004) dalam Ekonomi Padi dan Beras Indonesia menyatakan bahwa sejak 1998, kebijakan
harga dasar dan stabilisasi harga beras di Indonesia menjadi kurang efektif. Di
beberapa sentra produksi, menurutnya, harga jual gabah petani selalu berada di bawah
harga dasar pembelian pemerintah, terutama pada saat panen raya.
• Penelitian empiris membuktikan bahwa keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat
konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri (Simatupang, 1989 dalam
Jamal, E., et al. 2007). Ini berarti, peningkatan harga beras di tingkat konsumen
ditransmisikan tidak sempurna dan lambat ke harga gabah di tingkat petani, sedangkan
penurunan harga beras di tingkat konsumen ditransmisikan sempurna dan cepat ke harga
gabah di tingkat petani. Sebaliknya, peningkatan harga gabah di tingkat petani
ditransmisikan dengan sempurna dan cepat ke harga beras di tingkat konsumen, sedangkan
penurunan harga gabah di tingkat petani ditransmisikan dengan tidak sempurna dan lambat
ke harga beras di tingkat konsumen. Dengan demikian, fluktuasi harga beras atau gabah
jangka pendek cenderung merugikan petani dan konsumen, kalaPenelitian ini lebih lanjut
menyatakan bahwa dalam jangka pendek, kebijakan harga maksimal dapat ditetapkan
pemerintah sebesar 20 persen di atas HPP beras. Selain itu dapat dilakukan operasi pasar
dan impor hanya apabila diperlukan. Dalam jangka menengah dan panjang, seyogyanya
selisih harga di tingkat petani dan konsumen tidak lebih dari 25 persen.
• Pada intinya, dapat dikatakan bahwa kebijakan harga beras yang diterapkan oleh
pemerintah lebih banyak menguntungkan konsumen daripada produsen, artinya kebijakan
stabilisasi harga yang diterapkan lebih banyak difokuskan pada stabilitas harga
konsumen, terutama kaitannya dengan inflasi. Sementara untuk harga gabah petani, seakan
tidak ada pengaruhnya sama sekali.
• Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang ditetapkan pemerintah memiliki
manfaat yang cukup signifikan. Walaupun lebih condong pada kepentingan konsumen, namun
pada saat musim paceklik – dimana petani sebagai net konsumen, maka kebijakan yang
KESIMPULAN
• Untuk komoditas pangan utama (beras), karena keterkaitan harga produksi pertanian di
tingkat konsumen dan di tingkat produsen bersifat asimetri, maka dapat dikatakan bahwa
kebijakan harga beras yang diterapkan oleh pemerintah lebih banyak menguntungkan
konsumen daripada produsen, artinya kebijakan stabilisasi harga yang diterapkan lebih
banyak difokuskan pada stabilitas harga konsumen, terutama kaitannya dengan inflasi.
Sementara untuk harga gabah petani, seakan tidak ada pengaruhnya sama sekali, karena
seringkali harga dasar atau harga pembelian dari petani selalu lebih rendah dari harga
pasar. Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang ditetapkan pemerintah
memiliki manfaat yang cukup signifikan karena dapat menjamin stabilitas harga dan
menjamin stok yang cukup bagi masyarakat luas.
• Untuk komoditas kedelai – yang sebagian besar pemenuhan permintaan dalam
negerinya dilakukan melalui impor, maka kebijakan harga di dalam negeri akan dipengaruhi
fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Oleh sebab itu ketika harga kedelai di pasar
internasional meningkat akibat persoalan kedelai di negara produsen, atau akibat kurs nilai
tukar yang semakin melemah; maka berdampak pada melambungnya harga kedelai di
pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen terkena
dampaknya. Saat ini harga kedelai impor cenderung naik, namun harga kedelai domestik di
tingkat petani justru menurun. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena kedelai
adalah salah satu sumber protein nabati yang bernilai ekonomis untuk pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat luas, terutama yang berpendapatan menengah ke bawah.

More Related Content

What's hot

Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianPendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianKuny Raint
 
Pasar persaingan sempurna.ppt
Pasar persaingan sempurna.pptPasar persaingan sempurna.ppt
Pasar persaingan sempurna.pptDamayanti
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanianNursyidah alit
 
teori permintaan
teori permintaanteori permintaan
teori permintaanmas karebet
 
Ekonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroEkonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroMasni Gunawan
 
pengantar ekonomi mikro pasar monopoli
pengantar ekonomi mikro pasar monopolipengantar ekonomi mikro pasar monopoli
pengantar ekonomi mikro pasar monopoliyuniar putri
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen OperasionalFalanni Firyal Fawwaz
 
Analisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternalAnalisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternalEga Jalaludin
 
Kebijakan Bisnis
Kebijakan BisnisKebijakan Bisnis
Kebijakan BisnisPut Herma
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUIFarah Fauziah Hilman
 
PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)Indra Jaya
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBIndra Yu
 

What's hot (20)

Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
 
Strategi Penetapan Harga
Strategi Penetapan HargaStrategi Penetapan Harga
Strategi Penetapan Harga
 
Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianPendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
 
Migrasi
MigrasiMigrasi
Migrasi
 
Pasar persaingan sempurna.ppt
Pasar persaingan sempurna.pptPasar persaingan sempurna.ppt
Pasar persaingan sempurna.ppt
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanian
 
2.konsep pemasaran
2.konsep pemasaran2.konsep pemasaran
2.konsep pemasaran
 
teori permintaan
teori permintaanteori permintaan
teori permintaan
 
Ekonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroEkonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makro
 
pengantar ekonomi mikro pasar monopoli
pengantar ekonomi mikro pasar monopolipengantar ekonomi mikro pasar monopoli
pengantar ekonomi mikro pasar monopoli
 
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
 
Model Ekonomi
Model EkonomiModel Ekonomi
Model Ekonomi
 
Analisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternalAnalisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternal
 
Pengantar Ekonomi Makro
Pengantar Ekonomi MakroPengantar Ekonomi Makro
Pengantar Ekonomi Makro
 
Kebijakan Bisnis
Kebijakan BisnisKebijakan Bisnis
Kebijakan Bisnis
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
 
PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
 

Similar to KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN

Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasIffa Tabahati
 
Indonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiIndonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiEdi Nasution
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanrenysukmawani
 
Harga komoditas tanaman pangan indonesia
Harga komoditas tanaman pangan indonesiaHarga komoditas tanaman pangan indonesia
Harga komoditas tanaman pangan indonesiaIbnu Kurniawan Soetomo
 
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruProposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruIrvan Berutu
 
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas X
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas XMateri Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas X
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas XTeuku Ichsan
 
Aplikasi teori permintaan dan penawaran
Aplikasi teori permintaan dan penawaranAplikasi teori permintaan dan penawaran
Aplikasi teori permintaan dan penawaranAngga Mahendra
 
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianPermasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianOperator Warnet Vast Raha
 
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianPermasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianOperator Warnet Vast Raha
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikUmi Hanik
 
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009schweetz offee
 
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemen
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemenUBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemen
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemenSri Hartatik
 
Konsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenKonsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenAgus Wiyanto
 
Review pengadaan beras tahun 2015
Review pengadaan beras tahun 2015Review pengadaan beras tahun 2015
Review pengadaan beras tahun 2015bejopamungkasbagus
 
8 bab 4-pangan-executive
8 bab 4-pangan-executive8 bab 4-pangan-executive
8 bab 4-pangan-executivefamus4417
 
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa cita
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa citaTinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa cita
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa citaAldonSinaga
 
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdfWadyTitanium1
 
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdfKristarigan1
 
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptx
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptxTeori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptx
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptxHabimSafrian
 

Similar to KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN (20)

Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
 
Indonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiIndonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagi
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualan
 
Harga komoditas tanaman pangan indonesia
Harga komoditas tanaman pangan indonesiaHarga komoditas tanaman pangan indonesia
Harga komoditas tanaman pangan indonesia
 
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruProposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
 
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas X
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas XMateri Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas X
Materi Inflasi dan Indeks Harga - Ekonomi Kelas X
 
Aplikasi teori permintaan dan penawaran
Aplikasi teori permintaan dan penawaranAplikasi teori permintaan dan penawaran
Aplikasi teori permintaan dan penawaran
 
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianPermasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
 
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanianPermasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
Permasalahan dan kebijakan di bidang pertanian
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
 
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
Analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
 
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemen
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemenUBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemen
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Konsep peningkatan-rendemen
 
Konsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenKonsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemen
 
Review pengadaan beras tahun 2015
Review pengadaan beras tahun 2015Review pengadaan beras tahun 2015
Review pengadaan beras tahun 2015
 
8 bab 4-pangan-executive
8 bab 4-pangan-executive8 bab 4-pangan-executive
8 bab 4-pangan-executive
 
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa cita
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa citaTinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa cita
Tinjauan ketahanan pangan dan kedulatan pangan dalam nawa cita
 
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf
3_FOKUS 2023 - TEMA-EKONOMI.pdf
 
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf
41108d8a5749e1d6474323105357cf62.pdf
 
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptx
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptxTeori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptx
Teori Ekonomi-Kelompok 1-Permintaan Penawaran & Keseimbangan Pasar.pptx
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 

More from Mira Aryuni

Mira a penulisan hasil penelitian
Mira a   penulisan hasil penelitianMira a   penulisan hasil penelitian
Mira a penulisan hasil penelitianMira Aryuni
 
analisis regresi korelasi
analisis regresi korelasianalisis regresi korelasi
analisis regresi korelasiMira Aryuni
 
feasibility plan
feasibility planfeasibility plan
feasibility planMira Aryuni
 
Erosi sedimentasi
Erosi sedimentasiErosi sedimentasi
Erosi sedimentasiMira Aryuni
 
NON PROBABILITY SAMPLING
NON PROBABILITY SAMPLINGNON PROBABILITY SAMPLING
NON PROBABILITY SAMPLINGMira Aryuni
 
PEMBUATAN KUESIONER
PEMBUATAN KUESIONERPEMBUATAN KUESIONER
PEMBUATAN KUESIONERMira Aryuni
 
TEKNIK WAWANCARA
TEKNIK WAWANCARATEKNIK WAWANCARA
TEKNIK WAWANCARAMira Aryuni
 
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabelPenentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabelMira Aryuni
 
Bab 2 Proses Penelitian Survei
Bab 2 Proses Penelitian SurveiBab 2 Proses Penelitian Survei
Bab 2 Proses Penelitian SurveiMira Aryuni
 

More from Mira Aryuni (10)

Mira a penulisan hasil penelitian
Mira a   penulisan hasil penelitianMira a   penulisan hasil penelitian
Mira a penulisan hasil penelitian
 
Islam keillmuan
Islam keillmuanIslam keillmuan
Islam keillmuan
 
analisis regresi korelasi
analisis regresi korelasianalisis regresi korelasi
analisis regresi korelasi
 
feasibility plan
feasibility planfeasibility plan
feasibility plan
 
Erosi sedimentasi
Erosi sedimentasiErosi sedimentasi
Erosi sedimentasi
 
NON PROBABILITY SAMPLING
NON PROBABILITY SAMPLINGNON PROBABILITY SAMPLING
NON PROBABILITY SAMPLING
 
PEMBUATAN KUESIONER
PEMBUATAN KUESIONERPEMBUATAN KUESIONER
PEMBUATAN KUESIONER
 
TEKNIK WAWANCARA
TEKNIK WAWANCARATEKNIK WAWANCARA
TEKNIK WAWANCARA
 
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabelPenentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar variabel
 
Bab 2 Proses Penelitian Survei
Bab 2 Proses Penelitian SurveiBab 2 Proses Penelitian Survei
Bab 2 Proses Penelitian Survei
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 

KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN

  • 1. KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN M I R A A R Y U N I 1 8 4 2 1 0 5 6 9
  • 2. DEFINISI & TUJUAN KEBIJAKAN HARGA kebijakan harga adalah suatu kebijakan yang diambil pemerintah dan merupakan alat/tool untuk dapat mempengaruhi harga produk tertentu (misalnya produk pertanian). stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (term of trade) memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.
  • 3. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENGAMBIL KEBIJAKAN HARGA • Tingkat harga dasar pembelian (administered price). Harga ini harus memperhatikan baik pihak produsen maupun pihak konsumen. Beberapa hal yang termasuk di dalamnya adalah: (i) support prices – biasanya ditentukan pada awal tanam untuk membantu memberikan jaminan kepada petani penanam, (ii) issue prices – untuk melindungi konsumen, konsumen mendapatkan komoditas tertentu dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, dan (iii) procurement prices – untuk menjamin pengadaaan komoditas pangan utama biasanya harga ini ditentukan dan diumumkan oleh pemerintah • Adanya perubahan permintaan dan penawaran komoditas pertanian • Adanya perbaikan infrastruktur, baik itu menunjang produksi (irigasi, gudang benih) maupun pemasaran (infrastruktur bangunan pasar, jalan). Dengan adanya fasilitasi ini, maka tingkat harga akan terpengaruh, baik harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen.
  • 4. KEBIJAKAN HARGA KEDELAI • Kebijakan harga dasar kedelai dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun 1991 dan ditetapkan setiap tahun melalui Instruksi Presiden. dalam kurun waktu 12 tahun sejak kebijakan harga dasar kedelai ditetapkan Pemerintah; meskipun nilai nominal harga dasar kedelai meningkat, nisbah atau ratio harga dasar kedelai terhadap harga dasar gabah kering giling (GKG) hanya meningkat selama tiga tahun pertama saja, tapi setelah itu menjadi tidak jelas (Silalahi, E. P. 2011); apalagi dengan era liberalisasi pasar saat ini. • Dari segi nisbah harga dasar kedelai terhadap harga kedelai di tingkat petani terlihat bahwa kebijakan harga dasar kedelai tidak banyak berpengaruh positif terhadap petani kedelai. Nisbah yang kecil ini menggambarkan bahwa harga di tingkat produsen tidak dipengaruhi oleh harga dasar karena harga dasar tersebut cenderung semakin jauh dibawah harga di tingkat produsen. • Penetapan harga dasar seharusnya dapat memberikan jaminan kepada petani kedelai di Indonesia sehingga para petani tidak perlu khawatir harga jual anjlok disaat panen raya tiba. Dengan harga yang terjamin, petani akan semakin termotivasi menanam kedelai, dengan demikian akan mendorong produksi dalam negeri meningkat sehingga impor bisa dikurangi.
  • 5. • Sebagian besar pemenuhan permintaan kedelai di dalam negeri Indonesia dipenuhi dengan impor. Meningkatnya impor kedelai ini berpengaruh terhadap penurunan produksi kedelai dalam negeri. Penurunan produksi di dalam negeri terjadi sejak tahun 1993 dan menurun tajam sejak tahun 2000. • Dalam menstabilkan harga kedelai dalam negeri, pada awal tahun 1980an, Bulog melaksanakan pengadaan penyimpanan dan penyaluran kedelai. Tujuannya untuk menjamin ketersediaan kedelai bagi pengrajin tahu/tempe terutama bagi anggota KOPTI. Pengadaan kedelai dalam negeri hanya berlangsung pada tahun 1979/80 – 1982/83 dalam jumlah kurang dari satu persen dari produksi dalam negeri. Sebaliknya pengadaan melalui impor berlangsung tiap tahun dalam jumlah besar dan harga lebih murah. Sebelum krisis ekonomi, harga yang ditetapkan Bulog umumnya sedikit lebih tinggi dari harga impor, sehingga mampu menyangga harga kedelai lokal. • Seperti halnya pada komoditi beras, semenjak peran Bulog sebagai State Trade Enterprise (STE) dicabut pada 1998, maka kebijakan harga yang dilakukan Pemerintah menjadi tidak efektif, meskipun ada kebijakan pengenaan tarif ad-valorem untuk kedelai impor. Tarif tersebut dimulai sejak 1974 sampai 1982 sebesar 30 persen. Sejak tahun 1983 sampai 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian menjadi 5 persen sejak tahun 1994 sampai 1996. Pada tahun 1997 tarif diturunkan lagi menjadi 2,5 persen dan akhirnya tarif impor kedelai ditiadakan mulai tahun 1998 sampai 2003. Pada tahun 2004 menjadi 5 persen dan sejak 1 Januari sampai 2010 menjadi 10 persen (Silalahi, E.P., 2011).
  • 6. • Kebijakan mengenai tarif impor biasanya akan menaikkan harga kedelai dalam negeri termasuk harga produsen. Produksi kedelai di Indonesia tidak dapat memenuhi permintaan domestik Indonesia. Oleh karenanya, pemenuhan konsumsi kedelai yang sangat tergantung impor ini menyebabkan harga kedelai dalam negeri akan sangat dipengaruhi fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Oleh sebab itu ketika harga kedelai di pasar internasional meningkat akibat persoalan kedelai di negara produsen, maka berdampak pada melambungnya harga kedelai di pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen terkena dampaknya. Saat ini akibat kurs nilai tukar USD terhadap IDR yang semakin menguat, maka harga kedelai impor menjadi naik. Namun demikian harga kedelai domestik di tingkat petani justru menurun, menjadi di bawah IDR 6.000 per kilogram. Padahal biaya yang dikeluarkan petani untuk menanam kedelai mencapai IDR 7.000 per kilogram (Break Even Point – BEP kedelai IDR 7.000 per kg ; www.detikfinance 28/08/15 Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Dr. Hasil Sembiring – wawancara). Untuk mendongkrak harga di tingkat petani, Kementerian Pertanian telah mengusulkan kepada Kementerian Perdagangan agar menaikkan Harga Beli Petani (HBP) kedelai yang ditetapkan melalui Permendag menjadi IDR 8.000 per kilogram. • Di tahun 2015 ini, berdasarkan Angka Ramalan I dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kedelai mencapai 998 ribu ton, naik 5 persen dibanding tahun lalu. Namun, kebutuhan kedelai domestik mencapai 2,3 juta ton, sehingga Indonesia masih harus mengimpor 1,4 juta ton kedelai tahun ini. Oleh karena itu, kebijakan harga kedelai yang efektif akan dapat digunakan pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai. Harga kedelai yang terus naik Oktober 2015, dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.400 – kualitas sedang dan dari Rp 7.400 menjadi Rp 8.200 – kualitas bagus, berdampak pada pengusaha tempe dan tahu dan akhirnya
  • 7. KEBIJAKAN HARGA BERAS • Kebijakan harga untuk komoditas pangan utama/beras dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan dan menjaga stabilitas harga di pasar. Terdapat dua kebijakan harga, yaitu: (i) kebijakan harga dasar dan (ii) kebijakan harga tertinggi. Kebijakan harga dasar pada umumnya sebagai bentuk jaminan harga yang akan diterima petani padi pada saat panen. Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh harga yang layak. Harga dasar ini ditetapkan oleh pemerintah. Kalau pada awalnya dikenal dengan nama kebijakan harga dasar gabah (HDG), sekarang telah berkembang menjadi harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk menjamin harga dasar yang efektif, pada saat panen pemerintah melalui Bulog melakukan operasi pembelian gabah petani, terutama apabila harga gabah di tingkat petani tertekan dibawah harga yang ditetapkan pemerintah. Sampai dengan tahun 1998, Badan Urusan Logistik (Bulog) diberikan mandat oleh pemerintah untuk membeli beras dari petani. Di samping untuk menjamin efektifitas harga dasar, pembelian gabah oleh Bulog merupakan bagian integral dari pengadaan beras oleh pemerintah dengan dana pangan nasional yang diperoleh dari dana kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI), yang jumlahnya sesuai kebutuhan yang direncanakan oleh pemerintah. Di samping itu, pemerintah memberikan hak monopoli pada Bulog untuk melakukan distribusi dan impor beras pada saat tertentu bila diperlukan. Erwidodo (2004) dalam Ekonomi Padi dan Beras Indonesia menyatakan bahwa sejak 1998, kebijakan harga dasar dan stabilisasi harga beras di Indonesia menjadi kurang efektif. Di beberapa sentra produksi, menurutnya, harga jual gabah petani selalu berada di bawah harga dasar pembelian pemerintah, terutama pada saat panen raya.
  • 8. • Penelitian empiris membuktikan bahwa keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri (Simatupang, 1989 dalam Jamal, E., et al. 2007). Ini berarti, peningkatan harga beras di tingkat konsumen ditransmisikan tidak sempurna dan lambat ke harga gabah di tingkat petani, sedangkan penurunan harga beras di tingkat konsumen ditransmisikan sempurna dan cepat ke harga gabah di tingkat petani. Sebaliknya, peningkatan harga gabah di tingkat petani ditransmisikan dengan sempurna dan cepat ke harga beras di tingkat konsumen, sedangkan penurunan harga gabah di tingkat petani ditransmisikan dengan tidak sempurna dan lambat ke harga beras di tingkat konsumen. Dengan demikian, fluktuasi harga beras atau gabah jangka pendek cenderung merugikan petani dan konsumen, kalaPenelitian ini lebih lanjut menyatakan bahwa dalam jangka pendek, kebijakan harga maksimal dapat ditetapkan pemerintah sebesar 20 persen di atas HPP beras. Selain itu dapat dilakukan operasi pasar dan impor hanya apabila diperlukan. Dalam jangka menengah dan panjang, seyogyanya selisih harga di tingkat petani dan konsumen tidak lebih dari 25 persen. • Pada intinya, dapat dikatakan bahwa kebijakan harga beras yang diterapkan oleh pemerintah lebih banyak menguntungkan konsumen daripada produsen, artinya kebijakan stabilisasi harga yang diterapkan lebih banyak difokuskan pada stabilitas harga konsumen, terutama kaitannya dengan inflasi. Sementara untuk harga gabah petani, seakan tidak ada pengaruhnya sama sekali. • Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang ditetapkan pemerintah memiliki manfaat yang cukup signifikan. Walaupun lebih condong pada kepentingan konsumen, namun pada saat musim paceklik – dimana petani sebagai net konsumen, maka kebijakan yang
  • 9. KESIMPULAN • Untuk komoditas pangan utama (beras), karena keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat konsumen dan di tingkat produsen bersifat asimetri, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan harga beras yang diterapkan oleh pemerintah lebih banyak menguntungkan konsumen daripada produsen, artinya kebijakan stabilisasi harga yang diterapkan lebih banyak difokuskan pada stabilitas harga konsumen, terutama kaitannya dengan inflasi. Sementara untuk harga gabah petani, seakan tidak ada pengaruhnya sama sekali, karena seringkali harga dasar atau harga pembelian dari petani selalu lebih rendah dari harga pasar. Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang ditetapkan pemerintah memiliki manfaat yang cukup signifikan karena dapat menjamin stabilitas harga dan menjamin stok yang cukup bagi masyarakat luas. • Untuk komoditas kedelai – yang sebagian besar pemenuhan permintaan dalam negerinya dilakukan melalui impor, maka kebijakan harga di dalam negeri akan dipengaruhi fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Oleh sebab itu ketika harga kedelai di pasar internasional meningkat akibat persoalan kedelai di negara produsen, atau akibat kurs nilai tukar yang semakin melemah; maka berdampak pada melambungnya harga kedelai di pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen terkena dampaknya. Saat ini harga kedelai impor cenderung naik, namun harga kedelai domestik di tingkat petani justru menurun. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena kedelai adalah salah satu sumber protein nabati yang bernilai ekonomis untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat luas, terutama yang berpendapatan menengah ke bawah.