SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
20
4.1. Arti Penting Pupuk dan Beras Bagi Petani, Pemerintah dan
Ketahanan Pangan
Pupuk dan beras adalah dua komoditi pokok dalam sistem ketahanan pangan
nasional. Pupuk sebagai bahan kimia atau organisme berperan dalam penyediaan unsur
hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Melalui pupuk tanaman
pangan menghasilkan produksi pangan. Pupuk digunakan petani untuk meningkatkan
produksi gabah mereka. Kekurangan penggunaan pupuk mengakibatkan produksi gabah
petani menurun. Dengan demikian kebutuhan akan pupuk adalah hal yang utama bagi
petani dalam peningkatan produksi gabah mereka.
Gabah petani menghasilkan beras yang dikonsumsi sebagai pangan pokok.
Dalam sistem ketahanan pangan nasional, beras memiliki peran penting meskipun bukan
lagi merupakan bahan pangan satu-satunya sumber karbohidrat. Beras merupakan bahan
pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sejak turun temurun. Budidaya
tanaman padi penghasil beras telah menyatu dengan kehidupan masyarakat tani
Indonesia. Karena itu komoditi beras memiliki peran ganda terutama bagi petani sebagai
sumber pangan dan lapangan usaha maupun bagi masyarakat Indonesia secara
keseluruhan sebagai bahan pangan pokok dalam sistem ketahanan pangan nasional.
Pemerintah memandang ketahanan pangan sebagai hal yang sangat penting
dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas,
mandiri, dan sejahtera. Untuk mencapai ketahanan pangan tersebut perlu diwujudkan
ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar
merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Beras
merupakan salah satu bahan pangan pokok penting di dalam sistem ketahanan pangan
sehingga dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah merasa penting untuk
mengatur produksi dan pengadaan beras agar tersedia bagi masyarakat.
4.2. Subsidi Pupuk
Beras terkait dengan pupuk dan keduanya menyatu dengan petani. Ketiganya
merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Pupuk sebagaimana fungsinya
dapat memacu peningkatan produksi tanaman pangan. Karena itu pupuk merupakan
komoditi yang memiliki peran strategis dalam mendukung sektor pertanian dan dalam
upaya meningkatkan produksi gabah dan beras petani. Untuk mewujudkan ketahanan
21
pangan pemerintah merasa perlu mendorong peningkatan produksi gabah dan beras di
sektor pertanian.
Pupuk telah menjadi kebutuhan pokok bagi petani dalam produksi gabahnya.
Tetapi penggunaan pupuk memerlukan biaya dan biaya tersebut merupakan beban bagi
petani dalam proses produksi. Karena itu pada satu sisi pemerintah bermaksud membantu
beban biaya pupuk petani dan mendorong peningkatan produksi gabah mereka. Sementara
pada sisi lain pemerintah menganggap pupuk memiliki peran sangat penting didalam
peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Program
Ketahanan Pangan Nasional. Dengan demikian pemerintah merasa perlu mesubsidi pupuk.
Subsidi pupuk sekarang ini diberikan pemerintah melalui subsidi harga gas
kepada industri pupuk. Subsidi harga gas kepada industri pupuk tersebut merupakan upaya
pemerintah untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani dengan harga yang telah
ditetapkan pemerintah yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET). Sesuai Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 106/Kpts/SR.130/2/2004 tentang kebutuhan pupuk bersubsidi untuk
sektor pertanian dan Nomor 64/Kpts/SR.130/3/2005 tentang kebutuhan dan harga eceran
tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian, pupuk bersubsidi adalah pupuk yang
pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di
tingkat pengecer resmi.
Jenis-jenis pupuk yang disubsidi sesuai Kepmen tersebut adalah pupuk Urea, SP-
36, ZA dan NPK dengan komposisi 15 : 15 : 15 dan diberi label “Pupuk Bersubsidi
Pemerintah.” Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah : Pupuk
Urea Rp. 1.050,- per kg; Pupuk ZA Rp. 950,- per kg; Pupuk SP-36 Rp. 1.400,- per kg; dan
Pupuk NPK 1.600,- per kg. Jenis pupuk bersubsidi ini disediakan untuk pertanian Tanaman
Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan atau Hijauan Makanan Ternak. Perkebunan yang
dimaksudkan disini adalah usaha milik sendiri atau bukan, dengan luasan tidak melebihi 25
hektar dan tidak membutuhkan izin usaha perkebunan. Pupuk bersubsidi bukan
diperuntukan bagi perusahaan perkebunan, perusahaan tanaman pangan, perusahaan
hortikultura dan perusahaan peternakan.
Kebutuhan pupuk yang akan disubsidi dihitung berdasarkan usulan kebutuhan
pupuk dari seluruh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan di Propinsi dengan
mempertimbangkan alokasi anggaran subsidi pupuk masing-masing tahun. Karena itu
jumlah pupuk yang disubsidi menurut propinsi dan dirinci per kabupaten adalah tercantum
dalam lampiran Keputusan Menteri Pertanian tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi
pupuk bersubsidi sektor pertanian pada masing-masing tahun.
22
PT. PUPUK KUJANG
PT. PUPUK KALTIM
PT.PUSRI
PT. PETROKIMIA
PT. ISKANDAR MUDA
KUD PENYALUR
KUD PENGECER
PETANI
KOORDINATOR
PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI
PT. PUSRI
TANGGUNG JAWAB
DARI LINI I S/D LINI III
TANGGUNG JAWAB
DARI LINI III S/D LINI IV
TANGGUNG JAWAB
DARI LINI IV S/D PETANI
4.3. Pengaturan Distribusi Pupuk
Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan produksi komoditi pertanian untuk
mewujudkan program ketahanan pangan nasional, pemerintah merasa perlu untuk
menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani. Penjaminan pemerintah
ini memenuhi prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan
mutu. Beberapa kebijakan pemerintah dalam penyaluran pupuk antara lain Keputusan
Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor : 378/MPP/KEP/8/1998 memberikan
kewenangan penuh kepada koperasi/KUD menyalurkan pupuk hingga ke petani. Bagan
penyaluran pupuk sesuai kebijakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Selanjutnya pada tahun 2004 pemerintah telah merubah kebijakan sebelumnya
dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004.
Kebijakan baru ini memberikan peluang lebih besar kepada pengusaha non-koperasi yang
berprinsip profit oriented untuk menjadi pelaku tata niaga pupuk. Bagan penyaluran pupuk
sesuai kebijakan baru ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Struktur Penyaluran Pupuk Berdasarkan SK Menteri Perindag
Nomor :378/MPP/KEP/8/1988
23
Gambar 4. Struktur Penyaluran Pupuk Berdasarkan SK Menteri Perindag
Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004
4.4. Pengaturan Pengadaan Pangan/Beras
Pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan telah menetapkan
beberapa kebijakan perberasan. Kebijakan pemerintah sesuai Inpres Nomor 2 Tahun 1997
tentang penetapan harga dasar gabah menugaskan koperasi dalam pembelian gabah
petani. KUD ditugaskan membeli gabah petani sesuai Harga Dasar Gabah yang ditetapkan
pemerintah. Juga KUD dapat menjual beras kepada BULOG sesuai Harga Pembelian
Beras yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan BULOG ditugaskan untuk membeli gabah
dan beras dari KUD dan Non-KUD (swasta) sesuai harga penetapan pemerintah.
Selanjutnya melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 345/KMK.017/2000, pemerintah
menyediakan kredit bagi ketahanan pangan. Koperasi sesuai tugasnya telah menggunakan
kredit tersebut untuk membeli gabah petani. Pada Gambar 5 berikut disajikan rantai
tataniaga gabah dan beras yang terjadi di pasar sesuai kebijakan di atas maupun sesuai
kebijakan beras tahun-tahun sebelumnya dimana koperasi/KUD ditugaskan secara utama
dalam pengadaan pangan.
5 produsen
dengan
wilayah
tanggung
jawab masing-
masing
PRODUSEN
PUPUK
DISTRIBUTOR
PENGECER
PETANI
• UREA
• ZA
• SP-36
• NPK
TANGGUNG JAWAB
S/D LINI III
TANGGUNG JAWAB
LINI III S/D LINI IV
TANGGUNG JAWAB
LINI IV S/D PETANI
24
Selanjutnya di dalam Inpres Nomor 9 tahun 2001 dan Inpres Nomor 9 Tahun 2002
tentang penetapan kebijakan perberasan, tidak terdapat lagi harga dasar gabah di tingkat
petani dan KUD tidak lagi diberikan tugas dalam pembelian gabah dan penjualan beras.
Harga Dasar Pembelian Gabah dan Beras hanya diberikan di tingkat gudang BULOG dan
dilaksanakan oleh BULOG. Secara umum sesuai kebijakan baru tersebut pengadaan
pangan diserahkan kepada mekanisme pasar.
4.5. Fakta-fakta Distribusi Pupuk
Beberapa fakta keberhasilan telah dicapai koperasi saat berlakunya Keputusan
Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor : 378/MPP/KEP/8/1998 dimana
koperasi/KUD diberikan kewenangan penuh untuk menyalurkan pupuk hingga ke petani.
Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2005 melaporkan bahwa pada periode dimana
kebijakan di atas berlaku, PT. PUSRI telah menunjuk 2.335 unit KUD sebagai penyalur dan
pengecer pupuk kepada petani. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, penyaluran pupuk
berjalan dengan lancar sehingga kebutuhan pupuk petani terlayani dengan baik tanpa ada
kelangkaan pupuk ataupun harga pupuk yang tinggi.
25
Tingkat
Propinsi
Kabupaten
Kota Besar
Tingkat
Desa
Kecamatan
Tingkat
Propinsi
IMPOR
Lumbung
Desa P E T A N I
Pedagang
Kecil
Penebas &
Pengijon
Buruh Pe-
manen/
Penderep
KUD
Penggilingan
Penyimpanan
Penggilingan
Kecil
Penggilingan
Besar
Gudang
DOLOG
Pedagang
Besar
Satuan
Tugas
KUD MODEL
K O N S U M E N
Pengecer
Gambar 5. Rantai Tataniaga Gabah dan Beras oleh Sektor Pemerintah,
Koperasi dan Swasta Menurut Mears dan Ellis, 1992.
Keterangan :
Gabah Sektor Pemerintah Sektor Swasta
Beras Sektor Koperasi
26
Setelah diberlakukannya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004 dimana penyaluran pupuk diserahkan kepada mekanisme
pasar, muncul beberapa permasalahan. Kelangkaan pupuk terjadi terutama di daerah
sentra produksi beras pada bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember 2004. Harga pupuk
di tingkat petani berada di atas HET (di Jawa Tengah) yakni antara Rp. 1.450 – Rp. 1.600,
per kilogram. Munculnya keluhan petani dari beberapa daerah bahwa ada beberapa
distributor yang berkedudukan di luar kabupaten yang menjadi wilayah tanggung jawabnya.
Jumlah koperasi/KUD yang terlibat dalam penyaluran pupuk setelah kebijakan baru
tersebut menurut data sementara PT. PUSRI, PT. PETRO KIMIA GRESIK dan PT. PUPUK
KALTIM hanya tersisia 40% atau 934 unit koperasi (Kementerian Koperasi dan UKM,
2005).
Media Industri dan Perdagangan pada Maret 2006 menyebutkan bahwa hampir
setiap tahun khususnya menjelang musim tanam padi, Indonesia dilanda isu kelangkaan
pupuk di berbagai daerah. Isu kelangkaan pupuk yang hampir terjadi secara berulang
setiap menjelang musim tanam padi disebabkan oleh (1) turunnya produksi pupuk akibat
gangguan pasokan gas bumi dan adanya gangguan teknis pabrik, (2) terjadinya
peningkatan kebutuhan pupuk nasional terutama di Pulau Jawa, (3) beberapa produsen
dan distributor pupuk tidak melaksanakan Keputusan Menperindag Nomor
70/MPP/Kep/2/2003 secara penuh, (4) adanya disparitas harga pupuk urea antara pupuk
bersubsidi untuk petani dengan pupuk untuk perkebunan dan industri, dan (5) sejumlah
pedagang pengumpul menjual pupuk urea bersubsidi kepada pihak perusahaan swasta
besar (perkebunan atau industri) atau bahkan menyelundupkannya ke luar negeri.
Pada Propinsi Sumatera Barat, pengurus KUD dan KTNA Kabupaten/Kota se-
Sumatera Barat pada musim tanam 2005/2006 menyebutkan bahwa monopoli penyaluran
pupuk oleh pihak swasta begitu berat dan tertutup. Penyaluran pupuk bersubsidi bahkan
pupuk non-bersubsidi-pun dilakukan oleh para distributor yang sama dan tidak transparan.
Karena itu kondisi tersebut sulit diawasi. Keterlibatan Pusat KUD Sumatera Barat sebagai
salah satu distributor pupuk, hanya ditunjuk untuk melayani KUD-KUD di tiga Rayonering
yang telah ditentukan oleh PT. PUSRI, yaitu Kabupaten 50 Kota/Payakumbuh, Kabupaten
Tanah Datar/Padang Panjang dan Kabupaten Dharmasyara. Sementara kios-kios KUD
yang berada di luar rayonering Pusat KUD Sumatera Barat tidak mendapatkan pelayanan.
Kios-kios KUD yang selama ini dipersiapkan dan terbukti berhasil dalam menunjang
program peningkatan pangan/swasembada, sekarang tidak difungsikan lagi. Dengan tidak
difungsikannya kios-kios KUD ini, petani/kelompok tani sangat sulit untuk mendapatkan
pupuk. Kelangkaan pupuk tersebut mendorong kenaikan harga cukup tinggi. Harga pupuk
urea di tingkat petani sesuai fakta di lapangan mencapai harga Rp. 70.000,-/zak.
27
Sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah hanya Rp. 52.500,-
/zak.
Kasus penyaluran pupuk yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga di
Pulau Jawa relatif berbeda dengan daerah lain. Di Propinsi Jawa Barat misalnya,
kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk di atas HET juga terjadi. Kariyasa dan Yusdja
(2005) menyebutkan bahwa di Jawa Barat kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk
terjadi disebabkan oleh sistem distribusi pupuk yang tidak efektif. Pengaturan sistem
distribusi pupuk memiliki tujuan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan enam azas
tepat yaitu tepat tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga. Keberhasilan dalam
implementasi dari sistem ini salah satunya dapat dilihat dari adanya kesesuaian antara
rencana penyaluran dan realisasi.
Selama tahun 2005, rencana kebutuhan pupuk urea bersubsidi untuk tanaman
pangan di Jawa Barat sebesar 662 ribu ton. Rencana kebutuhan per bulannya berkisar
5.000 – 8.000 ton. Rencana kebutuhan pupuk tertinggi terjadi di Kabupaten Indramayu (65
ribu ton) dan terendah di Kabupaten Purwakarta (13,6 ribu ton). Sampai dengan bulan Juni
2005, realisasi penyaluran pupuk urea bersubsidi di Propinsi Jawa Barat sudah mencapai
55,74 persen dari rencana penyaluran pupuk dalam setahun dan sudah sekitar 103,29
persen dari rencana penyaluran sampai bulan Juni. Berarti, realisasi penyaluran pupuk
secara keseluruhan di Jawa Barat sudah mencapai 3,29 persen di atas rencana.
Kelebihan realisasi penyaluran pupuk masing-masing terjadi pada bulan Januari,
April, Mei dan Juni, yaitu dengan volume penyaluran berkisar 105,29 – 113,66 persen.
Sementara realisasi penyaluran pupuk masih di bawah rencana hanya terjadi pada bulan
Pebruari dan Maret, yaitu dengan penyaluran berkisar 85,21 – 92,56 persen. Realisasi
penyaluran pupuk menurut kabupaten menunjukkan bahwa pada beberapa kabupaten
tertentu sudah terjadi penyaluran pupuk di atas rencana, sebaliknya pada beberapa
kabupaten lainnya masih di bawah rencana. Sampai dengan bulan Juni, dari 16 kabupaten
yang ada, sebanyak 10 kabupaten (Bogor, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu,
Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, dan Ciamis) realisasi penyaluran pupuknya sudah
di atas rencana penyaluran. Sementara realisasi penyaluran pupuk di Kabupaten
Sukabumi, Cianjur, Bandung, Sumedang, Garut, dan Tasikmalaya masih di bawah
rencana.
Realisasi penyaluran pupuk baik di atas maupun dibawah rencana akan
menyebabkan terjadi langka pasok dan lonjak harga baik antar musim maupun antar
daerah. Sebagai contoh, realisasi penyaluran pupuk di atas rencana pada bulan-bulan
tertentu akan menyebabkan kekurangan pasok dan lonjak harga pada bulan-bulan lainnya,
mengingat pupuk urea bersubsidi jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya. Demikian juga,
realisasi penyaluran pupuk pada beberapa kabupaten sudah di atas rencana menyebabkan
28
terjadi langka pasok dan lonjak harga pada kabupaten lainnya. Selain masalah pasokan
atau jumlah dan harga, enam azas tepat lainnya yang dapat dipastikan tidak dipenuhi
dengan adanya ketidaksesuaian antara rencana dan realisasi penyaluran adalah tempat,
jenis dan waktu. Hanya aspek mutu saja yang diduga bisa terpenuhi.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kinerja penyaluran pupuk di lini IV
(pengecer atau kios resmi) selain sangat ditentukan oleh pengecer itu sendiri, juga sangat
ditentukan oleh kinerja dan pola pendistribusian yang dilakukan oleh distributor pada lini III.
Perilaku distributor dalam menyalurkan pupuk ke para pengecernya sangat beragam.
Keragaman ini sangat ditentukan oleh kedekatan pengecer kepada distributor dan juga
kebijakan intern dari masing-masing distributor itu sendiri.
Jumlah permintaan pupuk yang dilakukan oleh pengecer kepada distributor
sebenarnya tidak berdasarkan kebutuhan yang pasti di tingkat petani. Jumlah permintaan
pupuk menurut musim lebih banyak ditentukan berdasarkan pengalaman jumlah
permintaan pada musim-musim tahun sebelumnya. Berdasarkan pengalaman ini para
pengecer melakukan pemesanan pupuk kepada masing-masing distributornya yang
dituangkan dalam bentuk delivery order (DO). Melalui DO ini biasanya distributor
mengambil pupuk ke gudang produsen (PT. Kujang dan PT. Pusri) dan terus
mendistribusikan ke para pengecer sesuai permintaan dan pasokan pupuk. Atau pengecer
cukup membawa DO dari distributornya, sudah diijinkan untuk mengambil pupuk langsung
ke gudang produsen.
Beberapa kasus yang terjadi tahun 2006 di Sumatera Utara antara lain harga
pupuk mencapai Rp.1.300 per kg di daerah yang jauh dari Medan. Hal ini masih dianggap
wajar oleh Kasubdis Perdagangan Dalam Negeri dan Kasubdis Bina Industri Kimia Agro
Sumatera Utara karena ketika pengiriman pupuk ke daerah yang lokasinya lebih jauh maka
ongkos pengiriman pun akan semakin besar. Alokasi pupuk urea bersubsidi tahun 2006 di
Sumut untuk tanaman pangan 189 ribu ton, lebih rendah dari permintaan sebesar 240 ribu
ton. Sementara tahun 2005 alokasi pupuk sebesar 170 ribu ton tetapi yang terealisir hanya
159 ribu ton.
Terjadinya kelangkaan pupuk di Sumatera Utara tahun 2006 diakui pejabat
instansi terkait setempat disebabkan karena adanya penyelundupan pupuk ke Malaysia.
Penyelundupan terjadi karena insentif selisih harga pupuk antara Malaysia dan Sumatera
Utara yang cukup lumayan. Kelangkaan pupuk juga terjadi karena kurang adanya
koordinasi antara dinas di kab/kota dengan pemerintah daerah sehingga informasi tentang
ketersediaan pupuk pun menjadi terhambat. Sering terjadi kelangkaan pupuk namun di
kios-kios ada tersedia pupuk tetapi dengan sistem ijon sehingga harga pupuk jauh lebih
mahal.
29
Media cetak Kompas pada bulan Desember 2005 melaporkan di Bojonegoro,
Jawa Timur, petani harus antri berjam-jam untuk mendapatkan pupuk. Bahkan, mereka
harus menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP). Antrian petani terlihat di distributor CV
Usaha Tani, Desa Sukorejo. Pembelian dibatasi maksimal pupuk urea dan TSP masing-
masing satu karung (isi 50 kg). Harga pupuk urea Rp 55.000 per zak, sedangkan pupuk
SP-36 Rp 72.500 per kg. Kondisi serupa terjadi di Karawang, Jawa Barat, dan Padang,
Sumatera Barat.
Direktor Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan Republik Indonesia pada
bulan Maret 2006 melaporkan bahwa pupuk bersubsidi telah diselundupkan ke negara
tetangga oleh oknum dalam PT. Pupuk Kaltim Tbk semata-mata demi untuk keuntungan
pribadinya. Sebanyak 96 kapal telah mengekspor pupuk bersubsidi secara ilegal dalam
tahun 2004 sampai Juni 2005. Jumlah pupuk yang telah diselundupkan sebanyak 380.756
matriks ton dan diperkirakan kerugian negara mencapai Rp.127 miliar.

More Related Content

What's hot

Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...NurdinUng
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-adinooaku
 
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingGovernmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)M. Adli
 
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plain
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plainProblem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plain
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plainFelix Lamury
 
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIAN
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIANPENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIAN
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIANRasidin Idin
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015IAARD/Bogor, Indonesia
 
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiProposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiZul Rapi
 
Dasar pertanian negara
Dasar pertanian negaraDasar pertanian negara
Dasar pertanian negaraNasywah Nasir
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]LAZISMU
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriIAARD/Bogor, Indonesia
 

What's hot (17)

Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-a
 
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan PetaniKonsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
 
Api boyolali (yuti)
Api boyolali (yuti)Api boyolali (yuti)
Api boyolali (yuti)
 
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingGovernmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
 
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
 
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plain
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plainProblem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plain
Problem pupuk bersubsidi dan alternatif pemecahan masalah plain
 
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIAN
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIANPENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIAN
PENGEMBANGAN PERMODALAN PERTANIAN
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Rdhp upbs
Rdhp upbsRdhp upbs
Rdhp upbs
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiProposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
 
Agroindustri
Agroindustri  Agroindustri
Agroindustri
 
Dasar pertanian negara
Dasar pertanian negaraDasar pertanian negara
Dasar pertanian negara
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
 

Similar to PUPUK BERAS

fungsi koprasi cara membuat koprasi
fungsi koprasi cara membuat koprasifungsi koprasi cara membuat koprasi
fungsi koprasi cara membuat koprasizahid_muhamad31
 
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
Sosialisasi  RDKK 2023.pptxSosialisasi  RDKK 2023.pptx
Sosialisasi RDKK 2023.pptxssuser92d851
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianLutfiyah Siti
 
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptxmichancuantiks
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaDarwin Kadarisman
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanianElisabeth Marina
 
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaAsia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaSharifah Nor Hadaniah
 
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasIffa Tabahati
 
Indonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiIndonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiEdi Nasution
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianEem Masitoh
 
Dasar Agromakanan.pptx
Dasar Agromakanan.pptxDasar Agromakanan.pptx
Dasar Agromakanan.pptxElvinaWong4
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikBBPP_Batu
 
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat anna sinaga
 
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptx
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptxPaparan BTT DKP Konsumsi.pptx
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptxfery81
 

Similar to PUPUK BERAS (20)

fungsi koprasi cara membuat koprasi
fungsi koprasi cara membuat koprasifungsi koprasi cara membuat koprasi
fungsi koprasi cara membuat koprasi
 
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
Sosialisasi  RDKK 2023.pptxSosialisasi  RDKK 2023.pptx
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
 
BITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdfBITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdf
 
BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian
 
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaAsia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
 
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
 
Cinta Pangan Lokal
Cinta Pangan LokalCinta Pangan Lokal
Cinta Pangan Lokal
 
Indonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagiIndonesia mau impor beras lagi
Indonesia mau impor beras lagi
 
8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor Pertanian
 
Dasar Agromakanan.pptx
Dasar Agromakanan.pptxDasar Agromakanan.pptx
Dasar Agromakanan.pptx
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk Organik
 
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat
Kajian efektivitas distribusi subsidi pupuk di kabupaten Karawang Jawa Barat
 
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptx
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptxPaparan BTT DKP Konsumsi.pptx
Paparan BTT DKP Konsumsi.pptx
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

PUPUK BERAS

  • 1. 20 4.1. Arti Penting Pupuk dan Beras Bagi Petani, Pemerintah dan Ketahanan Pangan Pupuk dan beras adalah dua komoditi pokok dalam sistem ketahanan pangan nasional. Pupuk sebagai bahan kimia atau organisme berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Melalui pupuk tanaman pangan menghasilkan produksi pangan. Pupuk digunakan petani untuk meningkatkan produksi gabah mereka. Kekurangan penggunaan pupuk mengakibatkan produksi gabah petani menurun. Dengan demikian kebutuhan akan pupuk adalah hal yang utama bagi petani dalam peningkatan produksi gabah mereka. Gabah petani menghasilkan beras yang dikonsumsi sebagai pangan pokok. Dalam sistem ketahanan pangan nasional, beras memiliki peran penting meskipun bukan lagi merupakan bahan pangan satu-satunya sumber karbohidrat. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sejak turun temurun. Budidaya tanaman padi penghasil beras telah menyatu dengan kehidupan masyarakat tani Indonesia. Karena itu komoditi beras memiliki peran ganda terutama bagi petani sebagai sumber pangan dan lapangan usaha maupun bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan sebagai bahan pangan pokok dalam sistem ketahanan pangan nasional. Pemerintah memandang ketahanan pangan sebagai hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas, mandiri, dan sejahtera. Untuk mencapai ketahanan pangan tersebut perlu diwujudkan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Beras merupakan salah satu bahan pangan pokok penting di dalam sistem ketahanan pangan sehingga dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah merasa penting untuk mengatur produksi dan pengadaan beras agar tersedia bagi masyarakat. 4.2. Subsidi Pupuk Beras terkait dengan pupuk dan keduanya menyatu dengan petani. Ketiganya merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Pupuk sebagaimana fungsinya dapat memacu peningkatan produksi tanaman pangan. Karena itu pupuk merupakan komoditi yang memiliki peran strategis dalam mendukung sektor pertanian dan dalam upaya meningkatkan produksi gabah dan beras petani. Untuk mewujudkan ketahanan
  • 2. 21 pangan pemerintah merasa perlu mendorong peningkatan produksi gabah dan beras di sektor pertanian. Pupuk telah menjadi kebutuhan pokok bagi petani dalam produksi gabahnya. Tetapi penggunaan pupuk memerlukan biaya dan biaya tersebut merupakan beban bagi petani dalam proses produksi. Karena itu pada satu sisi pemerintah bermaksud membantu beban biaya pupuk petani dan mendorong peningkatan produksi gabah mereka. Sementara pada sisi lain pemerintah menganggap pupuk memiliki peran sangat penting didalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Program Ketahanan Pangan Nasional. Dengan demikian pemerintah merasa perlu mesubsidi pupuk. Subsidi pupuk sekarang ini diberikan pemerintah melalui subsidi harga gas kepada industri pupuk. Subsidi harga gas kepada industri pupuk tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET). Sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 106/Kpts/SR.130/2/2004 tentang kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian dan Nomor 64/Kpts/SR.130/3/2005 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian, pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat pengecer resmi. Jenis-jenis pupuk yang disubsidi sesuai Kepmen tersebut adalah pupuk Urea, SP- 36, ZA dan NPK dengan komposisi 15 : 15 : 15 dan diberi label “Pupuk Bersubsidi Pemerintah.” Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah : Pupuk Urea Rp. 1.050,- per kg; Pupuk ZA Rp. 950,- per kg; Pupuk SP-36 Rp. 1.400,- per kg; dan Pupuk NPK 1.600,- per kg. Jenis pupuk bersubsidi ini disediakan untuk pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan atau Hijauan Makanan Ternak. Perkebunan yang dimaksudkan disini adalah usaha milik sendiri atau bukan, dengan luasan tidak melebihi 25 hektar dan tidak membutuhkan izin usaha perkebunan. Pupuk bersubsidi bukan diperuntukan bagi perusahaan perkebunan, perusahaan tanaman pangan, perusahaan hortikultura dan perusahaan peternakan. Kebutuhan pupuk yang akan disubsidi dihitung berdasarkan usulan kebutuhan pupuk dari seluruh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan di Propinsi dengan mempertimbangkan alokasi anggaran subsidi pupuk masing-masing tahun. Karena itu jumlah pupuk yang disubsidi menurut propinsi dan dirinci per kabupaten adalah tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Pertanian tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi sektor pertanian pada masing-masing tahun.
  • 3. 22 PT. PUPUK KUJANG PT. PUPUK KALTIM PT.PUSRI PT. PETROKIMIA PT. ISKANDAR MUDA KUD PENYALUR KUD PENGECER PETANI KOORDINATOR PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI PT. PUSRI TANGGUNG JAWAB DARI LINI I S/D LINI III TANGGUNG JAWAB DARI LINI III S/D LINI IV TANGGUNG JAWAB DARI LINI IV S/D PETANI 4.3. Pengaturan Distribusi Pupuk Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan produksi komoditi pertanian untuk mewujudkan program ketahanan pangan nasional, pemerintah merasa perlu untuk menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani. Penjaminan pemerintah ini memenuhi prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan mutu. Beberapa kebijakan pemerintah dalam penyaluran pupuk antara lain Keputusan Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor : 378/MPP/KEP/8/1998 memberikan kewenangan penuh kepada koperasi/KUD menyalurkan pupuk hingga ke petani. Bagan penyaluran pupuk sesuai kebijakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Selanjutnya pada tahun 2004 pemerintah telah merubah kebijakan sebelumnya dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004. Kebijakan baru ini memberikan peluang lebih besar kepada pengusaha non-koperasi yang berprinsip profit oriented untuk menjadi pelaku tata niaga pupuk. Bagan penyaluran pupuk sesuai kebijakan baru ini dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3. Struktur Penyaluran Pupuk Berdasarkan SK Menteri Perindag Nomor :378/MPP/KEP/8/1988
  • 4. 23 Gambar 4. Struktur Penyaluran Pupuk Berdasarkan SK Menteri Perindag Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004 4.4. Pengaturan Pengadaan Pangan/Beras Pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan telah menetapkan beberapa kebijakan perberasan. Kebijakan pemerintah sesuai Inpres Nomor 2 Tahun 1997 tentang penetapan harga dasar gabah menugaskan koperasi dalam pembelian gabah petani. KUD ditugaskan membeli gabah petani sesuai Harga Dasar Gabah yang ditetapkan pemerintah. Juga KUD dapat menjual beras kepada BULOG sesuai Harga Pembelian Beras yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan BULOG ditugaskan untuk membeli gabah dan beras dari KUD dan Non-KUD (swasta) sesuai harga penetapan pemerintah. Selanjutnya melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 345/KMK.017/2000, pemerintah menyediakan kredit bagi ketahanan pangan. Koperasi sesuai tugasnya telah menggunakan kredit tersebut untuk membeli gabah petani. Pada Gambar 5 berikut disajikan rantai tataniaga gabah dan beras yang terjadi di pasar sesuai kebijakan di atas maupun sesuai kebijakan beras tahun-tahun sebelumnya dimana koperasi/KUD ditugaskan secara utama dalam pengadaan pangan. 5 produsen dengan wilayah tanggung jawab masing- masing PRODUSEN PUPUK DISTRIBUTOR PENGECER PETANI • UREA • ZA • SP-36 • NPK TANGGUNG JAWAB S/D LINI III TANGGUNG JAWAB LINI III S/D LINI IV TANGGUNG JAWAB LINI IV S/D PETANI
  • 5. 24 Selanjutnya di dalam Inpres Nomor 9 tahun 2001 dan Inpres Nomor 9 Tahun 2002 tentang penetapan kebijakan perberasan, tidak terdapat lagi harga dasar gabah di tingkat petani dan KUD tidak lagi diberikan tugas dalam pembelian gabah dan penjualan beras. Harga Dasar Pembelian Gabah dan Beras hanya diberikan di tingkat gudang BULOG dan dilaksanakan oleh BULOG. Secara umum sesuai kebijakan baru tersebut pengadaan pangan diserahkan kepada mekanisme pasar. 4.5. Fakta-fakta Distribusi Pupuk Beberapa fakta keberhasilan telah dicapai koperasi saat berlakunya Keputusan Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor : 378/MPP/KEP/8/1998 dimana koperasi/KUD diberikan kewenangan penuh untuk menyalurkan pupuk hingga ke petani. Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2005 melaporkan bahwa pada periode dimana kebijakan di atas berlaku, PT. PUSRI telah menunjuk 2.335 unit KUD sebagai penyalur dan pengecer pupuk kepada petani. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, penyaluran pupuk berjalan dengan lancar sehingga kebutuhan pupuk petani terlayani dengan baik tanpa ada kelangkaan pupuk ataupun harga pupuk yang tinggi.
  • 6. 25 Tingkat Propinsi Kabupaten Kota Besar Tingkat Desa Kecamatan Tingkat Propinsi IMPOR Lumbung Desa P E T A N I Pedagang Kecil Penebas & Pengijon Buruh Pe- manen/ Penderep KUD Penggilingan Penyimpanan Penggilingan Kecil Penggilingan Besar Gudang DOLOG Pedagang Besar Satuan Tugas KUD MODEL K O N S U M E N Pengecer Gambar 5. Rantai Tataniaga Gabah dan Beras oleh Sektor Pemerintah, Koperasi dan Swasta Menurut Mears dan Ellis, 1992. Keterangan : Gabah Sektor Pemerintah Sektor Swasta Beras Sektor Koperasi
  • 7. 26 Setelah diberlakukannya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 356/MPP/KEP/5/2004 dimana penyaluran pupuk diserahkan kepada mekanisme pasar, muncul beberapa permasalahan. Kelangkaan pupuk terjadi terutama di daerah sentra produksi beras pada bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember 2004. Harga pupuk di tingkat petani berada di atas HET (di Jawa Tengah) yakni antara Rp. 1.450 – Rp. 1.600, per kilogram. Munculnya keluhan petani dari beberapa daerah bahwa ada beberapa distributor yang berkedudukan di luar kabupaten yang menjadi wilayah tanggung jawabnya. Jumlah koperasi/KUD yang terlibat dalam penyaluran pupuk setelah kebijakan baru tersebut menurut data sementara PT. PUSRI, PT. PETRO KIMIA GRESIK dan PT. PUPUK KALTIM hanya tersisia 40% atau 934 unit koperasi (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005). Media Industri dan Perdagangan pada Maret 2006 menyebutkan bahwa hampir setiap tahun khususnya menjelang musim tanam padi, Indonesia dilanda isu kelangkaan pupuk di berbagai daerah. Isu kelangkaan pupuk yang hampir terjadi secara berulang setiap menjelang musim tanam padi disebabkan oleh (1) turunnya produksi pupuk akibat gangguan pasokan gas bumi dan adanya gangguan teknis pabrik, (2) terjadinya peningkatan kebutuhan pupuk nasional terutama di Pulau Jawa, (3) beberapa produsen dan distributor pupuk tidak melaksanakan Keputusan Menperindag Nomor 70/MPP/Kep/2/2003 secara penuh, (4) adanya disparitas harga pupuk urea antara pupuk bersubsidi untuk petani dengan pupuk untuk perkebunan dan industri, dan (5) sejumlah pedagang pengumpul menjual pupuk urea bersubsidi kepada pihak perusahaan swasta besar (perkebunan atau industri) atau bahkan menyelundupkannya ke luar negeri. Pada Propinsi Sumatera Barat, pengurus KUD dan KTNA Kabupaten/Kota se- Sumatera Barat pada musim tanam 2005/2006 menyebutkan bahwa monopoli penyaluran pupuk oleh pihak swasta begitu berat dan tertutup. Penyaluran pupuk bersubsidi bahkan pupuk non-bersubsidi-pun dilakukan oleh para distributor yang sama dan tidak transparan. Karena itu kondisi tersebut sulit diawasi. Keterlibatan Pusat KUD Sumatera Barat sebagai salah satu distributor pupuk, hanya ditunjuk untuk melayani KUD-KUD di tiga Rayonering yang telah ditentukan oleh PT. PUSRI, yaitu Kabupaten 50 Kota/Payakumbuh, Kabupaten Tanah Datar/Padang Panjang dan Kabupaten Dharmasyara. Sementara kios-kios KUD yang berada di luar rayonering Pusat KUD Sumatera Barat tidak mendapatkan pelayanan. Kios-kios KUD yang selama ini dipersiapkan dan terbukti berhasil dalam menunjang program peningkatan pangan/swasembada, sekarang tidak difungsikan lagi. Dengan tidak difungsikannya kios-kios KUD ini, petani/kelompok tani sangat sulit untuk mendapatkan pupuk. Kelangkaan pupuk tersebut mendorong kenaikan harga cukup tinggi. Harga pupuk urea di tingkat petani sesuai fakta di lapangan mencapai harga Rp. 70.000,-/zak.
  • 8. 27 Sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah hanya Rp. 52.500,- /zak. Kasus penyaluran pupuk yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga di Pulau Jawa relatif berbeda dengan daerah lain. Di Propinsi Jawa Barat misalnya, kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk di atas HET juga terjadi. Kariyasa dan Yusdja (2005) menyebutkan bahwa di Jawa Barat kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk terjadi disebabkan oleh sistem distribusi pupuk yang tidak efektif. Pengaturan sistem distribusi pupuk memiliki tujuan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan enam azas tepat yaitu tepat tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga. Keberhasilan dalam implementasi dari sistem ini salah satunya dapat dilihat dari adanya kesesuaian antara rencana penyaluran dan realisasi. Selama tahun 2005, rencana kebutuhan pupuk urea bersubsidi untuk tanaman pangan di Jawa Barat sebesar 662 ribu ton. Rencana kebutuhan per bulannya berkisar 5.000 – 8.000 ton. Rencana kebutuhan pupuk tertinggi terjadi di Kabupaten Indramayu (65 ribu ton) dan terendah di Kabupaten Purwakarta (13,6 ribu ton). Sampai dengan bulan Juni 2005, realisasi penyaluran pupuk urea bersubsidi di Propinsi Jawa Barat sudah mencapai 55,74 persen dari rencana penyaluran pupuk dalam setahun dan sudah sekitar 103,29 persen dari rencana penyaluran sampai bulan Juni. Berarti, realisasi penyaluran pupuk secara keseluruhan di Jawa Barat sudah mencapai 3,29 persen di atas rencana. Kelebihan realisasi penyaluran pupuk masing-masing terjadi pada bulan Januari, April, Mei dan Juni, yaitu dengan volume penyaluran berkisar 105,29 – 113,66 persen. Sementara realisasi penyaluran pupuk masih di bawah rencana hanya terjadi pada bulan Pebruari dan Maret, yaitu dengan penyaluran berkisar 85,21 – 92,56 persen. Realisasi penyaluran pupuk menurut kabupaten menunjukkan bahwa pada beberapa kabupaten tertentu sudah terjadi penyaluran pupuk di atas rencana, sebaliknya pada beberapa kabupaten lainnya masih di bawah rencana. Sampai dengan bulan Juni, dari 16 kabupaten yang ada, sebanyak 10 kabupaten (Bogor, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, dan Ciamis) realisasi penyaluran pupuknya sudah di atas rencana penyaluran. Sementara realisasi penyaluran pupuk di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Sumedang, Garut, dan Tasikmalaya masih di bawah rencana. Realisasi penyaluran pupuk baik di atas maupun dibawah rencana akan menyebabkan terjadi langka pasok dan lonjak harga baik antar musim maupun antar daerah. Sebagai contoh, realisasi penyaluran pupuk di atas rencana pada bulan-bulan tertentu akan menyebabkan kekurangan pasok dan lonjak harga pada bulan-bulan lainnya, mengingat pupuk urea bersubsidi jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya. Demikian juga, realisasi penyaluran pupuk pada beberapa kabupaten sudah di atas rencana menyebabkan
  • 9. 28 terjadi langka pasok dan lonjak harga pada kabupaten lainnya. Selain masalah pasokan atau jumlah dan harga, enam azas tepat lainnya yang dapat dipastikan tidak dipenuhi dengan adanya ketidaksesuaian antara rencana dan realisasi penyaluran adalah tempat, jenis dan waktu. Hanya aspek mutu saja yang diduga bisa terpenuhi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kinerja penyaluran pupuk di lini IV (pengecer atau kios resmi) selain sangat ditentukan oleh pengecer itu sendiri, juga sangat ditentukan oleh kinerja dan pola pendistribusian yang dilakukan oleh distributor pada lini III. Perilaku distributor dalam menyalurkan pupuk ke para pengecernya sangat beragam. Keragaman ini sangat ditentukan oleh kedekatan pengecer kepada distributor dan juga kebijakan intern dari masing-masing distributor itu sendiri. Jumlah permintaan pupuk yang dilakukan oleh pengecer kepada distributor sebenarnya tidak berdasarkan kebutuhan yang pasti di tingkat petani. Jumlah permintaan pupuk menurut musim lebih banyak ditentukan berdasarkan pengalaman jumlah permintaan pada musim-musim tahun sebelumnya. Berdasarkan pengalaman ini para pengecer melakukan pemesanan pupuk kepada masing-masing distributornya yang dituangkan dalam bentuk delivery order (DO). Melalui DO ini biasanya distributor mengambil pupuk ke gudang produsen (PT. Kujang dan PT. Pusri) dan terus mendistribusikan ke para pengecer sesuai permintaan dan pasokan pupuk. Atau pengecer cukup membawa DO dari distributornya, sudah diijinkan untuk mengambil pupuk langsung ke gudang produsen. Beberapa kasus yang terjadi tahun 2006 di Sumatera Utara antara lain harga pupuk mencapai Rp.1.300 per kg di daerah yang jauh dari Medan. Hal ini masih dianggap wajar oleh Kasubdis Perdagangan Dalam Negeri dan Kasubdis Bina Industri Kimia Agro Sumatera Utara karena ketika pengiriman pupuk ke daerah yang lokasinya lebih jauh maka ongkos pengiriman pun akan semakin besar. Alokasi pupuk urea bersubsidi tahun 2006 di Sumut untuk tanaman pangan 189 ribu ton, lebih rendah dari permintaan sebesar 240 ribu ton. Sementara tahun 2005 alokasi pupuk sebesar 170 ribu ton tetapi yang terealisir hanya 159 ribu ton. Terjadinya kelangkaan pupuk di Sumatera Utara tahun 2006 diakui pejabat instansi terkait setempat disebabkan karena adanya penyelundupan pupuk ke Malaysia. Penyelundupan terjadi karena insentif selisih harga pupuk antara Malaysia dan Sumatera Utara yang cukup lumayan. Kelangkaan pupuk juga terjadi karena kurang adanya koordinasi antara dinas di kab/kota dengan pemerintah daerah sehingga informasi tentang ketersediaan pupuk pun menjadi terhambat. Sering terjadi kelangkaan pupuk namun di kios-kios ada tersedia pupuk tetapi dengan sistem ijon sehingga harga pupuk jauh lebih mahal.
  • 10. 29 Media cetak Kompas pada bulan Desember 2005 melaporkan di Bojonegoro, Jawa Timur, petani harus antri berjam-jam untuk mendapatkan pupuk. Bahkan, mereka harus menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP). Antrian petani terlihat di distributor CV Usaha Tani, Desa Sukorejo. Pembelian dibatasi maksimal pupuk urea dan TSP masing- masing satu karung (isi 50 kg). Harga pupuk urea Rp 55.000 per zak, sedangkan pupuk SP-36 Rp 72.500 per kg. Kondisi serupa terjadi di Karawang, Jawa Barat, dan Padang, Sumatera Barat. Direktor Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan Republik Indonesia pada bulan Maret 2006 melaporkan bahwa pupuk bersubsidi telah diselundupkan ke negara tetangga oleh oknum dalam PT. Pupuk Kaltim Tbk semata-mata demi untuk keuntungan pribadinya. Sebanyak 96 kapal telah mengekspor pupuk bersubsidi secara ilegal dalam tahun 2004 sampai Juni 2005. Jumlah pupuk yang telah diselundupkan sebanyak 380.756 matriks ton dan diperkirakan kerugian negara mencapai Rp.127 miliar.