Dokumen tersebut membahas tentang perawatan paliatif bagi pasien dengan HIV/AIDS. Terdapat penjelasan mengenai 10 dimensi kualitas hidup yang diinginkan pasien paliatif, pengkajian keperawatan yang meliputi pengkajian fisik, psikososial dan spiritual, masalah-masalah keperawatan yang sering timbul, rencana asuhan, implementasi perawatan, serta evaluasi keperawatan.
Tenaga medis (dokter) akan menemukan kondisi di mana dia harus menyampaikan kabar buruk pada pasien. Sebuah protokol dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan kabar buruk, dan protokol disebut sebagai SPIKES.
Tenaga medis (dokter) akan menemukan kondisi di mana dia harus menyampaikan kabar buruk pada pasien. Sebuah protokol dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan kabar buruk, dan protokol disebut sebagai SPIKES.
Sudah saatnya menghapus stigma. Buka mata, HIV bukan lagi sesuatu yang tabu. HIV adalah musuh bersama yang harus kita perangi. Jangan berpikiran kolot dengan menganggap HIV masih jauh disana. Jangan juga beranggapan bahwa HIV hanya penyakit orang "nakal". HIV bisa menyerang siapa saja, dan tidak ada 1 orang pun yang mampu mengklaim dirinya bebas HIV sampai dia menjalani test darah. Semoga materi ini bermanfaat
1. Kebijakan yang dilakukan Pemda dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan jiwa yang bersifat promotif :
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya Promotif primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.
Lembaga yang menjadi target utama dalam meningkatkan Kesehatan jiwa yang yaitu pada : Keluarga, Lembaga Pendidikan, Tempat Kerja, Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Media Massa, Lembaga Keagaaman dan tempat ibadah; dan Lembaga Pemasyarakatan yang membutuhkan upaya promotif kesehatan jiwa, di antaranya dengan melaksanakan kebijakan operasional kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan diharapkan akan mampu dan memandirikan masyarakat melalui edukasi peningkatan ketahanan mental/jiwa terutama dalam Pola Asuh, Life skill dan Pencegahan perilaku berisiko/Napza/Perilaku Bunuh diri.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif diantaranya :
a) Advokasi, sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa (psikoedukasi);
b) Penyediaan materi dan media KIE;
c) Pemberdayaan masyarakat dalam Kesehatan jiwa melalui pelatihan kader;
d) Membuat inovasi dan terobosan baru dalam mensosialisasikan dan mendekatkan akses layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat yaitu dengan membuat Layanan Psikososial dan Kesehatan Jiwa ;
e) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi profesi, akademisi, pemerhati masalah kesehatan jiwa, dan lain- lain.
Dalam kerangka regulasi, untuk meningkatkan peran serta Pemerintah daerah dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa masyarakat, maka Pemerintah Daerah Maluku dengan menerbitkan kebijakan terkait yaitu :
1. SK Gubernur Maluku Nomor 182 Tahun 2022 tentang TIM PENGARAH KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) Provinsi Maluku yang bertugas merumuskan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan multi disiplin dan peran serta masyarakat, guna meningkatkan kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat yang optimal di wilayahnya.
2. SK Gubernur Maluku Nomor 183 Tahun 2022 tentang TIM DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DKPJS) PROVINSI MALUKU yang bertugas untuk : Melakukan Psychological First Aid (PFA) dan follow up PFA pada anggota masyarakat/komunitas yang membutuhkan pada saat terjadi Kedaruratan (permasalahan kesehatan masyarakat, bencana alam, konflik sosial, permasalahan hukum dan lainnya), Membentuk jejaring dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dengan lintas sektor terkait, Melakukan edukasi, pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi maupun bencana lainnya dan Melakukan kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk masyarakat, kelompok khusus yang membutuhkan melalui la
Menghidupkan Pembelajaran Daring menurut Bonk & Khoo (2014)Uwes Chaeruman
TEC-VARIETY adalah suatu framework meghidupkan aktivitas pembelajaran daring agar lebih hidup. framework ini ditawarkan oleh Curtis J. Bonk dan Elaine Khoo (2014). Silakan dicicipi.
Hybrid Learning: antara Tech, Teach, and Touch Uwes Chaeruman
Hybrid/blended learning adalah kombinasi strategi terbaik antara aktivitas pembelajaran sinkron dan asinkron sedemikian rupa untuk menciptakan pengelaman belajar yang efektif, menantang dan menarik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Bagaimana tip melaksanakan hybrid learning? Slide presentasi ini mengajaka Anda untuk mendalami lebih jauh tentang hal tersebut.
Optimalisasi Pemanfaatan Video dalam Pembelajaran Jarak Jauh danDaringUwes Chaeruman
Optimalisasi Pemanfaatan Video dalam Pembelajaran Daring. Siklus bola salju perolehan dan pemanfaatan video dalam pembelajaran jarak jauh dan daring. Pertama mulung (by utlization), kedua buat sendiri (by design). Kategori by design, dapat dibagi dua: 1) DIY (do it yourself video; video buatan sendiri; 2) Video Pro, dibuat secara kolaboratif oleh tim secara profesional. Plus didalamya dibahasa bagaimana penerapannya dalam pembelajaran jarak jauh dan daring.
Tips dan Contoh Cara Merumuskan Tujuan PembelajaranUwes Chaeruman
Tips dan Contoh Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran? Apa saja komponen tujuan pembelajaran yang baik? Seperti apakah contoh rumusan tujuan pembelajaran yang baik itu? Slide ini membahas semua itu. Semoga bermanfaat.
Contoh Merdeka Belajar dalam Pembelajaran DaringUwes Chaeruman
Dua contoh model pembelajaran Lee & Hannafin (2016), dan Sugata Mitra (2010). Model ini mendorong pengembangan generasi Indonesia kedepan yang mandiri.
Peluang dan Tantangan Pembelajaran Daring masa Covid-19Uwes Chaeruman
Sharing tentang peluan dan tantangan pembelajaran daring pada masa Covid-19 dan New Normal. Bersama Asosiasi Dosen Pemerhati Pendidikan Indonesia Sulawesi Barat.
Implementasi Kampus Merdeka & Merdeka Belajar Uwes Chaeruman
Urun ide implementasi kampus merdeka untuk program studi teknologi pendidikan se-Indonesia. Bahan diskusi pada pertemuan (webinar) antar koordinator program studi teknologi pendidikan se-Indonesia.
Model pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi untuk memupuk siswa mandiri nan tangguh. versi youtube dapat dilihat di https://youtu.be/dAByFBRhqb4
Radio & Televisi Edukasi mendukung Remote Teaching dalam Covid-19Uwes Chaeruman
Radio & Televisi Edukasi mendukung Remote Teaching dalam Covid-19. banyak yang harus dipertimbangkan. content, akses, format sajian, dll. broadcast vs on demand, professionally generated vs user generated content?
Sharing ide, bagaimana mendisfusikan inovasi praktek pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi terbaik dari para guru model [duta rumah belajar]. Strategi yang didasarkan atas prinsip difusi inovasi (Rogers) & manajemen pengetahuan (SECI Takeuci-Nonaka). Strategi 1) getok tular; 2) sesi berbagi [sharing session]; 3) unjuk gigi [publikasi]; 4) search, research dan republish; 5) pastikan aksesible, terbuka dan gratis.
Trend, Peluang dan Tantangan Pembelajaran Daring Uwes Chaeruman
Sharing trend, peluang, dan tantangan pembelajaran daring selama dan pasca pandemi Covid-19. Lima langkah menuju trasnformasi: 1) pemerataan akses ICT; 2) Perubahan Mindset; 3) kepemimpinan sekolah atau perguruan tinggi; 4) modeling dan guru penggerak; dan 5) peran teknologi dan teknolog pendidikan.
Sharing implementasi blended learning dalam era Covid-19 kepada teman-teman dosen di UNG. Ada beberapa Tips: 1) jadilah pemulung (kurator materi); 2) DIY Content (kembangkan konten buatan sendiri, slide presentasi, pdf, video presentasi, dll); 3) rangkai aktivitas pembelajaran dengan rumus PEDATI; 4) asuh aktivitas pembelajaran daring dengan rumus COI
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
1. Perawatan Paliatif Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Semester 06
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Jakarta 2013
Prodi Keperawatan
Kurikulum Institusi Keperawatan Paliatif
Modul 2 KEPERAWATAN PALIATIF 2
Kegiatan Belajar 5
3. 10 Dimensi
Kualitas Hidup
Yang Diinginkan
Pasien Paliatif:
• Penanganan permasalahan
fisik(luka, nyeri, mual, muntah, sesak
napas, dll),
• Kemampuan fungsional dalam
beraktifitas,
• Kesejahteraan keluarga,
• Kesejahteraan emosional,
• Kemampuan melakukan aktivitas spiritual,
• Kemampuan melakukan fungsi social,
• Kepuasan pada layanan terapi,
• Orientasi masa depan (rencana dan
harapan,
• Seksualitas (termasuk body image),
• Kemampuan /fungsi dalam bekerja.
4. Peaceful End Of
Life Kualitas
Hidup (Ruland &
Moore)
• Terbebas dari rasa sakit/nyeri
• Merasakan kenyamanan
• Merasa dihargai
• Merasakan kedamaian dan
• Merasa dekat dengan orang lain yang
bermakna dalam hidup dan telah merawat
pasien.
6. Pengkajian
Keperawatan
Terhadap Pasien
Meliputi :
1. Pengkajian fisik yang terdiri dari : profil
pasien, riwayat penyakit, riwayat
perawatan/pengobatan, riwayat
kesehatan, riwayat
keluarga, keluhan/masalah fisik yang
dirasakan saat ini.
7. Pengkajian
Keperawatan
Terhadap Pasien
Meliputi :
2. Pengkajian psikhososiospiritual yang
meliputi : pengkajian kondisi
mental/emosional, hubungan
interpersonal, suasana
hati/emosi, komunikasi tipe
kepribadian/personality kemampuan fungsi
social, kegiatan yang dilakukan saat
ini, konflik dalam keluarga, peran sistem
budaya, spiritual dan aspek spiritual, adad
istiadad/pembuatan keputusan dalam
keluarga/masyarakat ataupun sumber-
sumber lain.
8. Pengkajian
Keperawatan
Terhadap Pasien
Meliputi :
3. Pengkajian hasil pemeriksaan
penunjang, yang terdiri dari hasil
pemeriksaan laboratorium
klinik, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
prosedur diagnostik/pemeriksaan invasif
serta pemeriksaan patologi anatomi.
9. Pengkajian
Keperawatan
terhadap pasien
meliputi :
4. Pada pengkajian fisik, perawat harus
melakukan pemeriksaan fisik pasien secara
keseluruhan, dimulai dari ujung rambut
sampai ke ujung kaki. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan fokus pada respon fisik yang
timbul akibat dari penyakit primer, maupun
respon akibat dari efek samping
terapi, prosedur /tindakan lain atau akibat
dari pemeriksaan lain yang dilakukan.
11. Masalah
Keperawatan
Paliatif
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri
2. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
3. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
4. Gangguan integritas kulit: luka dekubitus
5. Gangguan body image: (rambut
rontok, bau luka kanker dll)
6. Gangguan pola eliminasi : bab/bak
7. Resiko infeksi akibat pemasangan alat
invasive
8. Gangguan gambara diri
9. Gangguan pola tidur
10. Gangguan interaksi social
11. Gangguan aktivitas spiritual
12. Gangguan hubungan sosial dalam keluarga
13. Gangguan hubungan seksual
14. Koping pasien/keluarga tidak efektif
12. Masalah
Keperawatan
Paliatif
15. Gangguan aktivitas spiritual
16. Gangguan pelaksanaan fungsi peran dalam
keluarga
17. Gangguan komunikasi
18. Kurang pengetahuan/ informasi
19. Gangguan/masalah finansial perawatan
14. Rencana
Asuhan
Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
permasalahan keperawatan yang
timbul, selanjutnya perawat menyusun
rencana intervensi keperawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan dibuat
berdasarkan prioritas dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kenyamanan pasien, serta
melibatkan pasien dan keluarga. Semua
rencana perawatan yang telah disusun
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan
pasien dan keluarga, perawat hanya sebagai
16. Implementasi
Keperawatan
1. Perawatan nyeri (pengawasan ketepatan
waktu pemberian obat nyeri) dan
penerapan prinsip lima benar pemberian
obat serta mengkaji dan mengevaluasi
respon pasien terhadap obat nyeri atau
tindakan penghilang nyeri yang telah
dilakukan. Disamping itu pada nyeri sedang
kebawah perawat dapat melakukan
intervensi keperawatan untuk
menghilangkan nyeri seperti mengajarkan
Progressive muscle relaxation (PMR), guide
imagery, akupressur terapi dll
17. Implementasi
Keperawatan
2. Perawatan intake yang kurang. Dalam hal
ini perawat harus mengupayakan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien, baik
meliputi oral, parenteral maupun melalui
enteral. Perawat juga harus
mengkoordinasikan dengan dokter atau
tenaga kesehatan lain mengenai kebutuhan
nutrisi pasien serta jenis nutrisi yang akan
diberikan
18. Implementasi
Keperawatan
3. Perawatan luka kanker. Luka kanker
menimbulkan masalah fisik dan
psikososial, antara lain, timbulnya bau dari
luka kanker, eksudat yang tidak
terkontrol, adanya perdarahan luka, timbul
rasa nyeri disekitar luka, perubahan
gambaran diri dan isolasi sosial. Melalui
perawatan luka yang
komprerhensif, diharapkan permasalahan-
permasalahan yang timbul dapat diatasi
atau dikurangi.
19. Implementasi
Keperawatan
4. Perawatan kateter urin harus dilakukan
setiap hari, penggantian kateter dilakukan
7x 24 jam untuk menghindari terjadinya
infeksi sekunder akibat pemasangan
kateter. Perawat juga harus mengkaji
kelancaran produksi urine dari
kateter, posisi kateter, keluhan pasien
terkait pemasangan kateter, warna, dan
jumlah, produksi urin setiap hari.
20. Implementasi
Keperawatan
5. Perawatan konstipasi. Pasien Paliatif karena
keadaan umum sudah menurun
, kurangnya mobilisasi serta akibat efek
samping pemberian obat penurunan rasa
nyeri, cenderung terjadi konstipasi. Untuk
itu perawat harus mengkaji pola buang air
besar pasien, memberikan makanan
lembut yang tinggi serat serta
meningkatkan intake cairan, selama tidak
adanya kontra indikasi.
21. Implementasi
Keperawatan
6. Perawatan Gangguan gambaran diri (body
image) Akibat dari progresivitas penyakit
kanker yang diderita atau akibat efek
samping tindakan terapi lain, seringkali
pasien merasakan dirinya tidak utuh lagi
akibat dari adanya luka kanker pada
payudara, rambut yang rontok atau efek
samping akibat tindakan infasif lainnya.
22. Implementasi
Keperawatan
7. Perawatan aspek psikososiospiritual
Intervensi yang dapat dilakukan perawat
terkait perawatan psikososiospiritual :
• Memberikan informasi dengan tepat
dan jujur
• Melakukan komunikasi terapeutik, dan
menjadi pendengar yang aktif
• Menunjukkan rasa empati yang dalam,
• Tetap memberikan support kepada
pasien
• Meskipun pasien akan melewati hari
terakhir tetapi ia tetap berarti dan
sangat penting bagi
keluarga/lingkungan
• Tetap menghargai pasien sesuai
dengan perannya dalam keluarga
• Selalu melibatkan pasien dalam
membuat keputusan keperawatan
23. Implementasi
Keperawatan
7. Perawatan aspek psikososiospiritual
Intervensi yang dapat dilakukan perawat
terkait perawatan psikososiospiritual :
• Meningkatkan penerimaan lingkungan
terhadap perubahan kondisi pasien,
• Membebaskan pasien dari ikatan-
ikatan sosial/tugas-tugas,
• Menanyakan kepada pasien hal apa
yang masih menjadi persoalan dan
perawat membantu mencarikan solusi
terbaik,
• Melakukan pendampingan spiritual
yang intensif
25. Evaluasi
Keperawatan
Tahap akir dari pemberian asuhan
keperawatan adalah melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan implementasi
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
meliputi evaluasi formatif yaitu evaluasi
langsung terhadap respon pasien setelah
intervensi dilakukan. Sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan melalui SOAP
(subyektif, obyektif, analisa dan rencana