SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR 
(COMBUSTIO) 
ASUHAN KEPERAWATAN 
PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO) 
By Muhammad Nursaid. 
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi 
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks 
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. 
Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan 
mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini 
mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka 
bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk 
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu 
penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, 
pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif 
semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka 
bakar serius. 
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. 
Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar 
yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih 
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan 
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai 
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh 
api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan 
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar 
yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat 
lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi 
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi 
pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, 
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar 
tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi 
organ yang menyertai. 
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan 
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap 
dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar 
sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota 
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka 
panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. 
Definisi 
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan 
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD 
Dr.Soetomo, 2001). 
Etiologi 
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) 
a. Gas 
b. Cairan 
c. Bahan padat (Solid) 
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) 
Fase Luka Bakar 
A. Fase akut. 
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan 
berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan 
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan 
circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat 
setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera 
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama 
penderiat pada fase akut. 
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera 
termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok 
(terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan 
jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang 
masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi. 
B. Fase sub akut. 
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau 
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 
1. Proses inflamasi dan infeksi. 
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju 
epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional. 
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut. 
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan 
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa 
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. 
Klasifikasi Luka Bakar 
A. Dalamnya luka bakar. 
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan 
Ketebalan 
partial 
superfisial 
(tingkat I) 
Jilatan api, sinar 
ultra violet 
(terbakar oleh 
matahari). 
Kering tidak ada gelembung. 
Oedem minimal atau tidak 
ada. 
Pucat bila ditekan dengan 
ujung jari, berisi kembali 
bila tekanan dilepas. 
Bertambah 
merah. 
Nyeri 
Lebih dalam 
dari ketebalan 
partial 
(tingkat II) 
- Superfisial 
- Dalam 
Kontak dengan 
bahan air atau 
bahan padat. 
Jilatan api kepada 
pakaian. 
Jilatan langsung 
kimiawi. 
Sinar ultra violet. 
Blister besar dan lembab 
yang ukurannya bertambah 
besar. 
Pucat bial ditekan dengan 
ujung jari, bila tekanan 
dilepas berisi kembali. 
Berbintik-bintik 
yang kurang 
jelas, putih, 
coklat, pink, 
daerah merah 
coklat. 
Sangat nyeri 
Ketebalan 
sepenuhnya 
(tingkat III) 
Kontak dengan 
bahan cair atau 
padat. 
Nyala api. 
Kimia. 
Kontak dengan 
arus listrik. 
Kering disertai kulit 
mengelupas. 
Pembuluh darah seperti 
arang terlihat dibawah kulit 
yang mengelupas. 
Gelembung jarang, 
dindingnya sangat tipis, 
tidak membesar. 
Tidak pucat bila ditekan. 
Putih, kering, 
hitam, coklat 
tua. 
Hitam. 
Merah. 
Tidak sakit, 
sedikit sakit. 
Rambut 
mudah lepas 
bila dicabut. 
B. Luas luka bakar 
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of 
nine atua rule of wallace yaitu: 
1) Kepala dan leher : 9% 
2) Lengan masing-masing 9% : 18% 
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 
5) Genetalia/perineum : 1% 
Total : 100% 
C. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 
2) Kedalaman luka bakar. 
3) Anatomi lokasi luka bakar. 
4) Umur klien. 
5) Riwayat pengobatan yang lalu. 
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan. 
American Burn Association membagi dalam : 
1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : 
a) Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau 
kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. 
b) Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. 
2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) : 
a) Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 
10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak. 
b) Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai 
komplikasi. 
3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor): 
a) Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih 
dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.. 
b) Tingkat III 10% atau lebih. 
c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. 
d) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. 
e) Luka bakar sengatan listrik (elektrik). 
f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti 
luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.. 
American college of surgeon membagi dalam: 
A. Parah – critical: 
a) Tingkat II : 30% atau lebih. 
b) Tingkat III : 10% atau lebih. 
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. 
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. 
B. Sedang – moderate: 
a) Tingkat II : 15 – 30% 
b) Tingkat III : 1 – 10% 
C. Ringan – minor: 
a) Tingkat II : kurang 15% 
b) Tingkat III : kurang 1% 
Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut 
lokal atau luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar 
terjadi kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang 
dan merusak berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus 
kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai 
dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian yang mendasari yaitu : 
1. Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan fungsinya.
2. Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi pengaktifan respon 
keradangan dan respon stress sistem syaraf simpatis. 
1. Kerusakan Kulit Dan Kehilangan Fungsi. 
Tubuh mempunyai beberapa metode untuk mengkompensasi terhadap luasnya variasi dalam 
temperatur eksternal. Sirkulasi darah bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, 
penghantaran pasas yang efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit maka 
temperatur subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera sumber panas dipindah 
(diangkat), tubuh akan kembali normal dalam beberapa detik. Jika sumber panas tidak segera 
dihilangkan atau diberikan rata-rata atau pada tingkat yang melebihi kapasitas kulit untuk 
menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit. Paparan panas yang relatif rendah yang 
lama atau paparan pendek temperaturnya yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan 
kulit yang progresif pada tingkat yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar pada ukuran yang 
berarti menyebabkan kerusakan sel melalui semua lapisan, meskipun tidak sama pada semua 
area. 
Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. 
Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan 
kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah 
pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial, batang 
hidung dan wajah. Kulit umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa 
pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan 
pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma. 
2. Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan. 
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang normal 
adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan 
respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya 
permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan 
(inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila 
invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang 
relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan 
komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis. 
Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer. 
Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh 
(histamin, bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi 
pembuluh darah (vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan jaringan 
bersifat luas, substansi ini disekresi dalam jumlah besar, diedarkan secara sistemik dan 
menyebabkan perubahan vaskuler pada semua jaringan. perubahan vaskuler ini 
bertanggungjawab terhadapmanifestasi klinik dini pembuluh darah (kardiovasculer) dan 
komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga mempengaruhi darah dan pembuluh 
darah, substansi kimiawi (chemotaksik) yang disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal 
leukosit khusus pada lokasi luka dan merubah sumsum tulang dan kematangan leukosit. 
Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. 
3. Aktifitas Respon Kompensasi Sistem Syaraf Simpatis.
Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan simpatis pada sistem syaraf 
otonom pada hubungan sistem endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi yang 
mengancam kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang berbentuk gejala 
adaptasi umum (general adaptif syndrom) atau reaksi bertempur dan lari (fight or flight) 
karena mereka mempersiapkan tubuh untuk aktifitas yang mengijinkan perubahan pada 
keadaan semula. Respon terhadap stress segera menimbulkan perubahan fisiologi (adaptasi) 
yang merangsang atau menambah fungsi untuk keperluan bertempur atau lari (fight or flight) 
atau menambah fungsi agar tidak segera menyebabkan fight or flight. 
Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan kedalaman pernafasan, 
peningkatan rata-rata denyut jantung, vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, 
hati, muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme dan pembentukan substansi 
energi tinggi dan penurunan persediaan glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang 
terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran pencernaan (traktus 
intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan (Gastrointestinal) dan sekresi. 
Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu mempertahankan 
fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk keadaan. Bagaimanapun 
bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa pengaruh dari luar, respon tubuh 
menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi patologis menuju kehabisan sumber yang 
bersifat adaptasi. 
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar 
Perubahan 
Tingkatan hipovolemik 
( s/d 48-72 jam pertama) 
Tingkatan diuretik 
(12 jam – 18/24 jam pertama) 
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari 
Pergeseran 
cairan 
ekstraseluler. 
Vaskuler ke 
insterstitial. 
Hemokonsentra 
si oedem pada 
lokasi luka 
bakar. 
Interstitial ke 
vaskuler. 
Hemodilusi. 
Fungsi renal. Aliran darah renal 
berkurang karena 
desakan darah turun 
dan CO berkurang. 
Oliguri. Peningkatan aliran 
darah renal karena 
desakan darah 
meningkat. 
Diuresis. 
Kadar 
sodium/natriu 
m. 
Na+ direabsorbsi oleh 
ginjal, tapi kehilangan 
Na+ melalui eksudat 
dan tertahan dalam 
cairan oedem. 
Defisit sodium. Kehilangan Na+ 
melalui diuresis 
(normal kembali 
setelah 1 minggu). 
Defisit sodium. 
Kadar 
potassium. 
K+ dilepas sebagai 
akibat cidera jarinagn 
sel-sel darah merah, 
Hiperkalemi K+ bergerak 
kembali ke dalam 
sel, K+ terbuang 
Hipokalemi.
K+ berkurang ekskresi 
karena fungsi renal 
berkurang. 
melalui diuresis 
(mulai 4-5 hari 
setelah luka 
bakar). 
Kadar protein. Kehilangan protein ke 
dalam jaringan akibat 
kenaikan 
permeabilitas. 
Hipoproteinemi 
a. 
Kehilangan 
protein waktu 
berlangsung terus 
katabolisme. 
Hipoproteinemia. 
Keseimbanga 
n nitrogen. 
Katabolisme jaringan, 
kehilangan protein 
dalam jaringan, lebih 
banyak kehilangan 
dari masukan. 
Keseimbangan 
nitrogen negatif. 
Katabolisme 
jaringan, 
kehilangan 
protein, 
immobilitas. 
Keseimbangan 
nitrogen negatif. 
Keseimbnaga 
n asam basa. 
Metabolisme anaerob 
karena perfusi 
jarinagn berkurang 
peningkatan asam dari 
produk akhir, fungsi 
renal berkurang 
(menyebabkan retensi 
produk akhir 
tertahan), kehilangan 
bikarbonas serum. 
Asidosis 
metabolik. 
Kehilangan 
sodium 
bicarbonas 
melalui diuresis, 
hipermetabolisme 
disertai 
peningkatan 
produk akhir 
metabolisme. 
Asidosis 
metabolik. 
Respon stres. Terjadi karena trauma, 
peningkatan produksi 
cortison. 
Aliran darah 
renal berkurang. 
Terjadi karena 
sifat cidera 
berlangsung lama 
dan terancam 
psikologi pribadi. 
Stres karena 
luka. 
Eritrosit Terjadi karena panas, 
pecah menjadi fragil. 
Luka bakar 
termal. 
Tidak terjadi pada 
hari-hari pertama. 
Hemokonsentrasi 
. 
Lambung. Curling ulcer (ulkus 
pada gaster), 
perdarahan lambung, 
nyeri. 
Rangsangan 
central di 
hipotalamus dan 
peingkatan 
jumlah cortison. 
Akut dilatasi dan 
paralise usus. 
Peningkatan 
jumlah cortison. 
Jantung. MDF meningkat 2x 
lipat, merupakan 
glikoprotein yang 
toxic yang dihasilkan 
oleh kulit yang 
terbakar. 
Disfungsi 
jantung. 
Peningkatan zat 
MDF (miokard 
depresant factor) 
sampai 26 unit, 
bertanggung 
jawab terhadap 
syok spetic. 
CO menurun.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar 
A. Luka bakar grade II: 
1) Dewasa > 20% 
2) Anak/orang tua > 15% 
B. Luka bakar grade III. 
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll. 
Penatalaksanaan 
A. Resusitasi A, B, C. 
1) Pernafasan: 
a) Udara panas  mukosa rusak  oedem  obstruksi. 
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi  Bronkhokontriksi  
obstruksi  gagal nafas. 
2) Sirkulasi: 
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler  
hipovolemi relatif  syok  ATN  gagal ginjal. 
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. 
C. Resusitasi cairan  Baxter. 
Dewasa : Baxter. 
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. 
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: 
RL : Dextran = 17 : 3 
2 cc x BB x % LB. 
Kebutuhan faal: 
< 1 tahun : BB x 100 cc 
1 – 3 tahun : BB x 75 cc 
3 – 5 tahun : BB x 50 cc 
½  diberikan 8 jam pertama 
½  diberikan 16 jam berikutnya. 
Hari kedua: 
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin. 
( 3-x) x 80 x BB gr/hr 
100 
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt. 
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. 
D. Monitor urine dan CVP. 
E. Topikal dan tutup luka 
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. 
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal. 
- Tutup kassa tebal. 
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor. 
F. Obat – obatan: 
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. 
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. 
o Analgetik : kuat (morfin, petidine) 
o Antasida : kalau perlu 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 
1. Pengkajian 
a) Aktifitas/istirahat: 
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; 
gangguan massa otot, perubahan tonus. 
b) Sirkulasi: 
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi 
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan 
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok 
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 
c) Integritas ego: 
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. 
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. 
d) Eliminasi: 
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam 
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah 
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; 
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan 
motilitas/peristaltik gastrik. 
e) Makanan/cairan: 
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. 
f) Neurosensori: 
Gejala: area batas; kesemutan. 
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada 
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; 
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); 
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan: 
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk 
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat 
kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada 
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. 
h) Pernafasan: 
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). 
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi 
oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. 
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau 
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: 
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). 
i) Keamanan: 
Tanda: 
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan 
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. 
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada 
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. 
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas 
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; 
merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. 
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. 
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; 
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara 
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. 
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. 
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar 
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan 
pakaian terbakar. 
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan 
dengan syok listrik). 
j) Pemeriksaan diagnostik: 
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi. 
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama 
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena 
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. 
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya 
pada cedera inhalasi asap. 
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot 
pada luka bakar ketebalan penuh luas. 
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar 
masif. 
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 
2. Diagnosa Keperawatan 
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama 
menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang 
dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area 
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler. 
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan 
kehilangan volume plasma dari pembuluh darah. 
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema. 
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory 
Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni. 
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit 
yang rusak. 
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar. 
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit. 
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan 
peningkatan rata-rata metabolisme. 
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur. 
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan 
fisik 
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting 
patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut : 
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi 
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi 
jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan 
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan 
pemasukan. Kehilangan perdarahan. 
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom 
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan 
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, 
penekanan respons inflamasi. 
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi 
jaringan cidera contoh debridemen luka. 
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer 
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar 
seputar ekstremitas dengan edema. 
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status 
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) 
atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak 
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit 
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian 
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan 
dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. 
Rencana Intervensi 
Diagnosa 
Keperawatan 
Rencana Keperawatan 
Tujuan dan 
Kriteria 
Hasil 
Intervensi Rasional 
Resiko 
bersihan jalan 
nafas tidak 
efektif 
berhubungan 
dengan 
obstruksi 
trakheobronkhi 
al; oedema 
mukosa; 
kompressi 
jalan nafas . 
Bersihan jalan 
nafas tetap 
efektif. 
Kriteria Hasil 
: Bunyi nafas 
vesikuler, RR 
dalam batas 
normal, bebas 
dispnoe/cyano 
sis. 
Kaji refleks 
gangguan/menelan; 
perhatikan pengaliran air 
liur, ketidakmampuan 
menelan, serak, batuk 
mengi. 
Awasi frekuensi, irama, 
kedalaman pernafasan ; 
perhatikan adanya 
pucat/sianosis dan sputum 
mengandung karbon atau 
merah muda. 
Auskultasi paru, perhatikan 
stridor, mengi/gemericik, 
penurunan bunyi nafas, 
batuk rejan. 
Perhatikan adanya pucat 
atau warna buah ceri merah 
pada kulit yang cidera 
Tinggikan kepala tempat 
tidur. Hindari penggunaan 
bantal di bawah kepala, 
sesuai indikasi 
Dugaan cedera inhalasi 
Takipnea, penggunaan otot 
bantu, sianosis dan 
perubahan sputum 
menunjukkan terjadi 
distress pernafasan/edema 
paru dan kebutuhan 
intervensi medik. 
Obstruksi jalan 
nafas/distres pernafasan 
dapat terjadi sangat cepat 
atau lambat contoh sampai 
48 jam setelah terbakar. 
Dugaan adanya hipoksemia 
atau karbon monoksida. 
Meningkatkan ekspansi 
paru optimal/fungsi 
pernafasan. 
Bilakepala/leher terbakar, 
bantal dapat menghambat 
pernafasan, menyebabkan
Dorong batuk/latihan nafas 
dalam dan perubahan posisi 
sering. 
Hisapan (bila perlu) pada 
perawatan ekstrem, 
pertahankan teknik steril. 
Tingkatkan istirahat suara 
tetapi kaji kemampuan untuk 
bicara dan/atau menelan 
sekret oral secara periodik. 
Selidiki perubahan 
perilaku/mental contoh 
gelisah, agitasi, kacau 
mental. 
Awasi 24 jam keseimbngan 
cairan, perhatikan 
variasi/perubahan. 
Lakukan program kolaborasi 
meliputi : 
Berikan pelembab O2 
melalui cara yang tepat, 
contoh masker wajah 
Awasi/gambaran seri GDA 
Kaji ulang seri rontgen 
Berikan/bantu fisioterapi 
dada/spirometri intensif. 
Siapkan/bantu intubasi atau 
trakeostomi sesuai indikasi. 
nekrosis pada kartilago 
telinga yang terbakar dan 
meningkatkan konstriktur 
leher. 
Meningkatkan ekspansi 
paru, memobilisasi dan 
drainase sekret. 
Membantu 
mempertahankan jalan 
nafas bersih, tetapi harus 
dilakukan kewaspadaan 
karena edema mukosa dan 
inflamasi. Teknik steril 
menurunkan risiko infeksi. 
Peningkatan 
sekret/penurunan 
kemampuan untuk menelan 
menunjukkan peningkatan 
edema trakeal dan dapat 
mengindikasikan 
kebutuhan untuk intubasi. 
Meskipun sering 
berhubungan dengan nyeri, 
perubahan kesadaran dapat 
menunjukkan 
terjadinya/memburuknya 
hipoksia. 
Perpindahan cairan atau 
kelebihan penggantian 
cairan meningkatkan risiko 
edema paru. Catatan : 
Cedera inhalasi 
meningkatkan kebutuhan 
cairan sebanyak 35% atau 
lebih karena edema. 
O2 memperbaiki 
hipoksemia/asidosis. 
Pelembaban menurunkan 
pengeringan saluran 
pernafasan dan 
menurunkan viskositas 
sputum. 
Data dasar penting untuk 
pengkajian lanjut status 
pernafasan dan pedoman 
untuk pengobatan. PaO2 
kurang dari 50, PaCO2 
lebih besar dari 50 dan 
penurunan pH 
menunjukkan inhalasi asap
dan terjadinya 
pneumonia/SDPD. 
Perubahan menunjukkan 
atelektasis/edema paru tak 
dapat terjadi selama 2 – 3 
hari setelah terbakar 
Fisioterapi dada 
mengalirkan area dependen 
paru, sementara spirometri 
intensif dilakukan untuk 
memperbaiki ekspansi 
paru, sehingga 
meningkatkan fungsi 
pernafasan dan 
menurunkan atelektasis. 
Intubasi/dukungan 
mekanikal dibutuhkan bila 
jalan nafas edema atau luka 
bakar mempengaruhi fungsi 
paru/oksegenasi. 
Resiko tinggi 
kekurangan 
volume cairan 
berhubungan 
dengan 
Kehilangan 
cairan melalui 
rute abnormal. 
Peningkatan 
kebutuhan : 
status 
hypermetaboli 
k, ketidak 
cukupan 
pemasukan. 
Kehilangan 
perdarahan. 
Pasien dapat 
mendemostras 
ikan status 
cairan dan 
biokimia 
membaik. 
Kriteria 
evaluasi: tak 
ada 
manifestasi 
dehidrasi, 
resolusi 
oedema, 
elektrolit 
serum dalam 
batas normal, 
haluaran urine 
di atas 30 
ml/jam. 
Awasi tanda vital, CVP. 
Perhatikan kapiler dan 
kekuatan nadi perifer. 
Awasi pengeluaran urine 
dan berat jenisnya. 
Observasi warna urine dan 
hemates sesuai indikasi. 
Perkirakan drainase luka dan 
kehilangan yang tampak 
Timbang berat badan setiap 
hari 
Ukur lingkar ekstremitas 
yang terbakar tiap hari 
sesuai indikasi 
Selidiki perubahan mental 
Observasi distensi 
abdomen,hematomesis,feces 
hitam. 
Hemates drainase NG dan 
feces secara periodik. 
Lakukan program kolaborasi 
Memberikan pedoman 
untuk penggantian cairan 
dan mengkaji respon 
kardiovaskuler. 
Penggantian cairan dititrasi 
untuk meyakinkan rata-2 
pengeluaran urine 30-50 
cc/jam pada orang dewasa. 
Urine berwarna merah pada 
kerusakan otot masif 
karena adanyadarah dan 
keluarnya mioglobin. 
Peningkatan permeabilitas 
kapiler, perpindahan 
protein, proses inflamasi 
dan kehilangan cairan 
melalui evaporasi 
mempengaruhi volume 
sirkulasi dan pengeluaran 
urine. 
Penggantian cairan 
tergantung pada berat 
badan pertama dan 
perubahan selanjutnya 
Memperkirakan luasnya 
oedema/perpindahan cairan 
yang mempengaruhi 
volume sirkulasi dan 
pengeluaran urine.
meliputi : 
Pasang / pertahankan kateter 
urine 
Pasang/ pertahankan ukuran 
kateter IV. 
Berikan penggantian cairan 
IV yang dihitung, elektrolit, 
plasma, albumin. 
Awasi hasil pemeriksaan 
laboratorium ( Hb, elektrolit, 
natrium ). 
Berikan obat sesuai idikasi : 
- Diuretika contohnya 
Manitol (Osmitrol) 
- Kalium 
- Antasida 
Pantau: 
- Tanda-tanda vital setiap 
jam selama periode darurat, 
setiap 2 jam selama periode 
akut, dan setiap 4 jam 
selama periode rehabilitasi. 
- Warna urine. 
- Masukan dan haluaran 
setiap jam selama periode 
darurat, setiap 4 jam selama 
periode akut, setiap 8 jam 
selama periode rehabilitasi. 
- Hasil-hasil JDL dan 
laporan elektrolit. 
- Berat badan setiap hari. 
- CVP (tekanan vena 
sentral) setiap jam bial 
diperlukan. 
- Status umum setiap 8 
jam. 
Pada penerimaan rumah 
sakit, lepaskan semua 
pakaian dan perhiasan dari 
area luka bakar. 
Mulai terapi IV yang 
Penyimpangan pada tingkat 
kesadaran dapat 
mengindikasikan ketidak 
adequatnya volume 
sirkulasi/penurunan perfusi 
serebral 
Stres (Curling) ulcus terjadi 
pada setengah dari semua 
pasien yang luka bakar 
berat(dapat terjadi pada 
awal minggu pertama). 
Observasi ketat fungsi 
ginjal dan mencegah stasis 
atau refleks urine. 
Memungkinkan infus 
cairan cepat. 
Resusitasi cairan 
menggantikan kehilangan 
cairan/elektrolit dan 
membantu mencegah 
komplikasi. 
Mengidentifikasi 
kehilangan darah/kerusakan 
SDM dan kebutuhan 
penggantian cairan dan 
elektrolit. 
Meningkatkan pengeluaran 
urine dan membersihkan 
tubulus dari debris 
/mencegah nekrosis. 
Penggantian lanjut karena 
kehilangan urine dalam 
jumlah besar 
Menurunkan keasaman 
gastrik sedangkan inhibitor 
histamin menurunkan 
produksi asam hidroklorida 
untuk menurunkan 
produksi asam hidroklorida 
untuk menurunkan iritasi 
gaster. 
Mengidentifikasi 
penyimpangan indikasi 
kemajuan atau 
penyimpangan dari hasil 
yang diharapkan. Periode 
darurat (awal 48 jam pasca
ditentukan dengan jarum 
lubang besar (18G), lebih 
disukai melalui kulit yang 
telah terluka bakar. Bila 
pasien menaglami luka 
bakar luas dan menunjukkan 
gejala-gejala syok 
hipovolemik, bantu dokter 
dengan pemasangan kateter 
vena sentral untuk 
pemantauan CVP. 
Beritahu dokter bila: 
haluaran urine < 30 ml/jam, 
haus, takikardia, CVP < 6 
mmHg, bikarbonat serum di 
bawah rentang normal, 
gelisah, TD di bawah 
rentang normal, urine gelap 
atau encer gelap. 
Konsultasi doketr bila 
manifestasi kelebihan cairan 
terjadi. 
Tes guaiak muntahan warna 
kopi atau feses ter hitam. 
Laporkan temuan-temuan 
positif. 
Berikan antasida yag 
diresepkan atau antagonis 
reseptor histamin seperti 
simetidin 
luka bakar) adalah periode 
kritis yang ditandai oleh 
hipovolemia yang 
mencetuskan individu pada 
perfusi ginjal dan jarinagn 
tak adekuat. 
Inspeksi adekuat dari luka 
bakar. 
Penggantian cairan cepat 
penting untuk mencegah 
gagal ginjal. Kehilangan 
cairan bermakna terjadi 
melalui jarinagn yang 
terbakar dengan luka bakar 
luas. Pengukuran tekanan 
vena sentral memberikan 
data tentang status volume 
cairan intravaskular. 
Temuan-temuan ini 
mennadakan hipovolemia 
dan perlunya peningkatan 
cairan. Pada lka bakar luas, 
perpindahan cairan dari 
ruang intravaskular ke 
ruang interstitial 
menimbukan hipovolemi. 
Pasien rentan pada 
kelebihan beban volume 
intravaskular selama 
periode pemulihan bila 
perpindahan cairan dari 
kompartemen interstitial 
pada kompartemen 
intravaskuler. 
Temuan-temuan guaiak 
positif ennandakan adanya
perdarahan GI. Perdarahan 
GI menandakan adaya stres 
ulkus (Curling’s). 
Mencegah perdarahan GI. 
Luka bakar luas 
mencetuskan pasien pada 
ulkus stres yang disebabkan 
peningkatan sekresi 
hormon-hormon adrenal 
dan asam HCl oleh 
lambung. 
Resiko 
kerusakan 
pertukaran gas 
berhubungan 
dengan cedera 
inhalasi asap 
atau sindrom 
kompartemen 
torakal 
sekunder 
terhadap luka 
bakar 
sirkumfisial 
dari dada atau 
leher. 
Pasien dapat 
mendemonstr 
asikan 
oksigenasi 
adekuat. 
Kriteroia 
evaluasi: RR 
12-24 x/mnt, 
warna kulit 
normal, GDA 
dalam renatng 
normal, bunyi 
nafas bersih, 
tak ada 
kesulitan 
bernafas. 
Pantau laporan GDA dan 
kadar karbon monoksida 
serum. 
Beriakan suplemen oksigen 
pada tingkat yang 
ditentukan. Pasang atau 
bantu dengan selang 
endotrakeal dan temaptkan 
pasien pada ventilator 
mekanis sesuai pesanan bila 
terjadi insufisiensi 
pernafasan (dibuktikan 
dnegna hipoksia, 
hiperkapnia, rales, takipnea 
dan perubahan sensorium). 
Anjurkan pernafasan dalam 
dengan penggunaan 
spirometri insentif setiap 2 
jam selama tirah baring. 
Pertahankan posisi semi 
fowler, bila hipotensi tak 
ada. 
Untuk luka bakar sekitar 
torakal, beritahu dokter bila 
terjadi dispnea disertai 
dengan takipnea. Siapkan 
pasien untuk pembedahan 
eskarotomi sesuai pesanan. 
Mengidentifikasi kemajuan 
dan penyimpangan dari 
hasil yang diharapkan. 
Inhalasi asap dapat 
merusak alveoli, 
mempengaruhi pertukaran 
gas pada membran kapiler 
alveoli. 
Suplemen oksigen 
meningkatkan jumlah 
oksigen yang tersedia untuk 
jaringan. Ventilasi mekanik 
diperlukan untuk 
pernafasan dukungan 
sampai pasie dapat 
dilakukan secara mandiri. 
Pernafasan dalam 
mengembangkan alveoli, 
menurunkan resiko 
atelektasis. 
Memudahkan ventilasi 
dengan menurunkan 
tekanan abdomen terhadap 
diafragma. 
Luka bakar sekitar torakal 
dapat membatasi ekspansi 
adda. Mengupas kulit 
(eskarotomi) 
memungkinkan ekspansi 
dada. 
Resiko tinggi 
infeksi 
berhubungan 
dengan 
Pasien bebas 
dari infeksi. 
Kriteria 
evaluasi: tak 
Pantau: 
- Penampilan luka bakar 
(area luka bakar, sisi donor 
dan status balutan di atas sisi 
Mengidentifikasi indikasi-indikasi 
kemajuan atau 
penyimapngan dari hasil
Pertahanan 
primer tidak 
adekuat; 
kerusakan 
perlinduingan 
kulit; jaringan 
traumatik. 
Pertahanan 
sekunder tidak 
adekuat; 
penurunan Hb, 
penekanan 
respons 
inflamasi 
ada demam, 
pembentukan 
jaringan 
granulasi 
baik. 
tandur bial tandur kulit 
dilakukan) setiap 8 jam. 
- Suhu setiap 4 jam. 
- Jumlah makanan yang 
dikonsumsi setiap kali 
makan. 
Bersihkan area luka bakar 
setiap hari dan lepaskan 
jarinagn nekrotik 
(debridemen) sesuai 
pesanan. Berikan mandi 
kolam sesuai pesanan, 
implementasikan perawatan 
yang ditentukan untuk sisi 
donor, yang dapat ditutup 
dengan balutan vaseline atau 
op site. 
Lepaskan krim lama dari 
luka sebelum pemberian 
krim baru. Gunakan sarung 
tangan steril dan beriakn 
krim antibiotika topikal yang 
diresepkan pada area luka 
bakar dengan ujung jari. 
Berikan krim secara 
menyeluruh di atas luka. 
Beritahu dokter bila demam 
drainase purulen atau bau 
busuk dari area luka bakar, 
sisi donor atau balutan sisi 
tandur. Dapatkan kultur luka 
dan berikan antibiotika IV 
sesuai ketentuan. 
Tempatkan pasien pada 
ruangan khusus dan lakukan 
kewaspadaan untuk luka 
bakar luas yang mengenai 
area luas tubuh. Gunakan 
linen tempat tidur steril, 
handuk dan skort untuk 
pasien. Gunakan skort steril, 
sarung tangan dan penutup 
kepala dengan masker bila 
memberikan perawatan pada 
pasien. Tempatkan radio 
atau televisis pada ruangan 
pasien untuk menghilangkan 
kebosanan. 
Bila riwayat imunisasi tak 
yang diharapkan. 
Pembersihan dan pelepasan 
jaringan nekrotik 
meningkatkan 
pembentukan granulasi. 
Antimikroba topikal 
membantu mencegah 
infeksi. Mengikuti prinsip 
aseptik melindungi pasien 
dari infeksi. Kulit yang 
gundul menjadi media yang 
baik untuk kultur 
pertumbuhan baketri. 
Temuan-temuan ini 
mennadakan infeksi. Kultur 
membantu mengidentifikasi 
patogen penyebab sehingga 
terapi antibiotika yang tepat 
dapat diresepkan. Karena 
balutan siis tandur hanya 
diganti setiap 5-10 hari, sisi 
ini memberiakn media 
kultur untuk pertumbuhan 
bakteri. 
Kulit adalah lapisan 
pertama tubuh untuk 
pertahanan terhadap 
infeksi. Teknik steril dan 
tindakan perawatan 
perlindungan 
lainmelindungi pasien 
terhadap infeksi. 
Kurangnya berbagai 
rangsang ekstrenal dan 
kebebasan bergerak 
mencetuskan pasien pada 
kebosanan. 
Melindungi terhadap
adekuat, berikan globulin 
imun tetanus manusia 
(hyper-tet) sesuai pesanan. 
Mulai rujukan pada ahli diet, 
beriakn protein tinggi, diet 
tinggi kalori. Berikan 
suplemen nutrisi seperti 
ensure atau sustacal dengan 
atau antara makan bila 
masukan makanan kurang 
dari 50%. Anjurkan NPT 
atau makanan enteral bial 
pasien tak dapat makan per 
oral. 
tetanus. 
Ahli diet adalah spesialis 
nutrisi yang dapat 
mengevaluasi paling baik 
status nutrisi pasien dan 
merencanakan diet untuk 
emmenuhi kebuuthan 
nutrisi penderita. Nutrisi 
adekuat memabntu 
penyembuhan luka dan 
memenuhi kebutuhan 
energi. 
Nyeri 
berhubungan 
dengan 
Kerusakan 
kulit/jaringan; 
pembentukan 
edema. 
Manipulasi 
jaringan cidera 
contoh 
debridemen 
luka. 
Pasien dapat 
mendemonstr 
asikan hilang 
dari 
ketidaknyama 
nan. 
Kriteria 
evaluasi: 
menyangkal 
nyeri, 
melaporkan 
perasaan 
nyaman, 
ekspresi 
wajah dan 
postur tubuh 
rileks. 
Berikan anlgesik narkotik 
yang diresepkan prn dan 
sedikitnya 30 menit sebelum 
prosedur perawatan luka. 
Evaluasi keefektifannya. 
Anjurkan analgesik IV bila 
luka bakar luas. 
Pertahankan pintu kamar 
tertutup, tingkatkan suhu 
ruangan dan berikan selimut 
ekstra untuk memberikan 
kehangatan. 
Berikan ayunan di atas 
temapt tidur bila diperlukan. 
Bantu dengan pengubahan 
posisi setiap 2 jam bila 
diperlukan. Dapatkan 
bantuan tambahan sesuai 
kebutuhan, khususnya bila 
pasien tak dapat membantu 
membalikkan badan sendiri. 
Analgesik narkotik 
diperlukan utnuk memblok 
jaras nyeri dengan nyeri 
berat. Absorpsi obat IM 
buruk pada pasien dengan 
luka bakar luas yang 
disebabkan oleh 
perpindahan interstitial 
berkenaan dnegan 
peningkatan permeabilitas 
kapiler. 
Panas dan air hilang 
melalui jaringan luka bakar, 
menyebabkan hipoetrmia. 
Tindakan eksternal ini 
membantu menghemat 
kehilangan panas. 
Menururnkan neyri dengan 
mempertahankan berat 
badan jauh dari linen 
temapat tidur terhadap luka 
dan menuurnkan 
pemajanan ujung saraf pada 
aliran udara. 
Menghilangkan tekanan 
pada tonjolan tulang 
dependen. Dukungan 
adekuat pada luka bakar 
selama gerakan membantu 
meinimalkan 
ketidaknyamanan. 
Resiko tinggi 
kerusakan 
perfusi 
jaringan, 
perubahan/disf 
Pasien 
menunjukkan 
sirkulasi tetap 
adekuat. 
Kriteria 
Untuk luka bakar yang 
mengitari ekstermitas atau 
luka bakar listrik, pantau 
status neurovaskular dari 
ekstermitas setaip 2 jam. 
Mengidentifikasi indikasi-indikasi 
kemajuan atau 
penyimpangan dari hasil 
yang diharapkan.
ungsi 
neurovaskuler 
perifer 
berhubungan 
dengan 
Penurunan/inte 
rupsi aliran 
darah 
arterial/vena, 
contoh luka 
bakar seputar 
ekstremitas 
dengan edema. 
evaluasi: 
warna kulit 
normal, 
menyangkal 
kebas dan 
kesemutan, 
nadi perifer 
dapat diraba. 
Pertahankan ekstermitas 
bengkak ditinggikan. 
Beritahu dokter dengan 
segera bila terjadi nadi 
berkurang, pengisian kapiler 
buruk, atau penurunan 
sensasi. Siapkan untuk 
pembedahan eskarotomi 
sesuai pesanan. 
Meningkatkan aliran balik 
vena dan menurunkan 
pembengkakan. 
Temuan-temuan ini 
menandakan keruskana 
sirkualsi distal. Dokter 
dapat mengkaji tekanan 
jaringan untuk emnentukan 
kebutuhan terhadap 
intervensi bedah. 
Eskarotomi (mengikis pada 
eskar) atau fasiotomi 
mungkin diperlukan untuk 
memperbaiki sirkulasi 
adekuat. 
Kerusakan 
integritas kulit 
b/d kerusakan 
permukaan 
kulit sekunder 
destruksi 
lapisan kulit. 
Memumjukka 
n regenerasi 
jaringan 
Kriteria hasil: 
Mencapai 
penyembuhan 
tepat waktu 
pada area luka 
bakar. 
Kaji/catat ukuran, warna, 
kedalaman luka, perhatikan 
jaringan nekrotik dan 
kondisi sekitar luka. 
Lakukan perawatan luka 
bakar yang tepat dan 
tindakan kontrol infeksi. 
Pertahankan penutupan luka 
sesuai indikasi. 
Tinggikan area graft bila 
mungkin/tepat. Pertahankan 
posisi yang diinginkan dan 
imobilisasi area bila 
diindikasikan. 
Pertahankan balutan diatas 
area graft baru dan/atau sisi 
donor sesuai indikasi. 
Cuci sisi dengan sabun 
ringan, cuci, dan minyaki 
dengan krim, beberapa 
waktu dalam sehari, setelah 
balutan dilepas dan 
penyembuhan selesai. 
Lakukan program kolaborasi 
: 
- Siapkan / bantu prosedur 
bedah/balutan biologis. 
Memberikan informasi 
dasar tentang kebutuhan 
penanaman kulit dan 
kemungkinan petunjuk 
tentang sirkulasi pada aera 
graft. 
Menyiapkan jaringan untuk 
penanaman dan 
menurunkan resiko 
infeksi/kegagalan kulit. 
Kain nilon/membran 
silikon mengandung 
kolagen porcine peptida 
yang melekat pada 
permukaan luka sampai 
lepasnya atau mengelupas 
secara spontan kulit 
repitelisasi. 
Menurunkan 
pembengkakan /membatasi 
resiko pemisahan graft. 
Gerakan jaringan dibawah 
graft dapat mengubah 
posisi yang mempengaruhi 
penyembuhan optimal. 
Area mungkin ditutupi oleh 
bahan dengan permukaan 
tembus pandang tak reaktif. 
Kulit graft baru dan sisi 
donor yang sembuh 
memerlukan perawatan
khusus untuk 
mempertahankan 
kelenturan. 
Graft kulit diambil dari 
kulit orang itu sendiri/orang 
lain untuk penutupan 
sementara pada luka bakar 
luas sampai kulit orang itu 
siap ditanam. 
aftar pustaka 
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. 
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328. 
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. 
Philadelpia. Hal. 752 – 779. 
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 
(terjemahan). PT EGC. Jakarta. 
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya. 
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). 
F.A. Davis Company. Philadelpia. 
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing 
Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401. 
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, 
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. 
Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta. 
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku 
Kedoketran EGC. Jakarta 
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit 
Buku Kedoketran EGC. Jakarta. 
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan 
Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara 
Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. 
London. 
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan 
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

More Related Content

What's hot

Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
Contoh laporan komunitas
Contoh laporan komunitasContoh laporan komunitas
Contoh laporan komunitasNs.Heri Saputro
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Menghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarMenghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarIma Psik Unja
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
 

What's hot (20)

7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Contoh laporan komunitas
Contoh laporan komunitasContoh laporan komunitas
Contoh laporan komunitas
 
Asuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbcAsuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbc
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Menghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarMenghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakar
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Konsep keperawatan medikal bedah
Konsep keperawatan medikal bedahKonsep keperawatan medikal bedah
Konsep keperawatan medikal bedah
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Intervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasiIntervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasi
 
Askep Luka Bakar
Askep Luka BakarAskep Luka Bakar
Askep Luka Bakar
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasiProses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
 
Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar (20)

Askep lb point
Askep lb pointAskep lb point
Askep lb point
 
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustioAsuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
 
Luka bakar pyo
Luka bakar   pyoLuka bakar   pyo
Luka bakar pyo
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptxAsuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
 
Copy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erikCopy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erik
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
FT INTERGUMENT.pptx
FT INTERGUMENT.pptxFT INTERGUMENT.pptx
FT INTERGUMENT.pptx
 
113962427 case-bedah
113962427 case-bedah113962427 case-bedah
113962427 case-bedah
 
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakarModul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
 
Materi 1_Konsep luka bakar.pptx
Materi 1_Konsep luka bakar.pptxMateri 1_Konsep luka bakar.pptx
Materi 1_Konsep luka bakar.pptx
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
BURN.pptx
BURN.pptxBURN.pptx
BURN.pptx
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
manajemen luka bakar kelompok 2,perawatan luka bakar
manajemen luka bakar kelompok 2,perawatan luka bakarmanajemen luka bakar kelompok 2,perawatan luka bakar
manajemen luka bakar kelompok 2,perawatan luka bakar
 
Askep 1
Askep 1Askep 1
Askep 1
 
Asuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancyAsuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancy
 
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO) ASUHAN KEPERAWATAN PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO) By Muhammad Nursaid. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
  • 2. mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Etiologi 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Fase Luka Bakar A. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi. B. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme.
  • 3. C. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. Klasifikasi Luka Bakar A. Dalamnya luka bakar. Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan Ketebalan partial superfisial (tingkat I) Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Kering tidak ada gelembung. Oedem minimal atau tidak ada. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Bertambah merah. Nyeri Lebih dalam dari ketebalan partial (tingkat II) - Superfisial - Dalam Kontak dengan bahan air atau bahan padat. Jilatan api kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet. Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar. Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Sangat nyeri Ketebalan sepenuhnya (tingkat III) Kontak dengan bahan cair atau padat. Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik. Kering disertai kulit mengelupas. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan. Putih, kering, hitam, coklat tua. Hitam. Merah. Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut. B. Luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100% C. Berat ringannya luka bakar
  • 4. Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2) Kedalaman luka bakar. 3) Anatomi lokasi luka bakar. 4) Umur klien. 5) Riwayat pengobatan yang lalu. 6) Trauma yang menyertai atau bersamaan. American Burn Association membagi dalam : 1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : a) Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. b) Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. 2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) : a) Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak. b) Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. 3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor): a) Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.. b) Tingkat III 10% atau lebih. c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. d) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. e) Luka bakar sengatan listrik (elektrik). f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.. American college of surgeon membagi dalam: A. Parah – critical: a) Tingkat II : 30% atau lebih. b) Tingkat III : 10% atau lebih. c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. B. Sedang – moderate: a) Tingkat II : 15 – 30% b) Tingkat III : 1 – 10% C. Ringan – minor: a) Tingkat II : kurang 15% b) Tingkat III : kurang 1% Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
  • 5.
  • 6. Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut lokal atau luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar terjadi kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian yang mendasari yaitu : 1. Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan fungsinya.
  • 7. 2. Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi pengaktifan respon keradangan dan respon stress sistem syaraf simpatis. 1. Kerusakan Kulit Dan Kehilangan Fungsi. Tubuh mempunyai beberapa metode untuk mengkompensasi terhadap luasnya variasi dalam temperatur eksternal. Sirkulasi darah bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, penghantaran pasas yang efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit maka temperatur subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera sumber panas dipindah (diangkat), tubuh akan kembali normal dalam beberapa detik. Jika sumber panas tidak segera dihilangkan atau diberikan rata-rata atau pada tingkat yang melebihi kapasitas kulit untuk menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit. Paparan panas yang relatif rendah yang lama atau paparan pendek temperaturnya yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan kulit yang progresif pada tingkat yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar pada ukuran yang berarti menyebabkan kerusakan sel melalui semua lapisan, meskipun tidak sama pada semua area. Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan wajah. Kulit umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma. 2. Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan. Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang normal adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan (inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis. Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer. Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh (histamin, bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah (vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan jaringan bersifat luas, substansi ini disekresi dalam jumlah besar, diedarkan secara sistemik dan menyebabkan perubahan vaskuler pada semua jaringan. perubahan vaskuler ini bertanggungjawab terhadapmanifestasi klinik dini pembuluh darah (kardiovasculer) dan komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga mempengaruhi darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi (chemotaksik) yang disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal leukosit khusus pada lokasi luka dan merubah sumsum tulang dan kematangan leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. 3. Aktifitas Respon Kompensasi Sistem Syaraf Simpatis.
  • 8. Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan simpatis pada sistem syaraf otonom pada hubungan sistem endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi yang mengancam kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang berbentuk gejala adaptasi umum (general adaptif syndrom) atau reaksi bertempur dan lari (fight or flight) karena mereka mempersiapkan tubuh untuk aktifitas yang mengijinkan perubahan pada keadaan semula. Respon terhadap stress segera menimbulkan perubahan fisiologi (adaptasi) yang merangsang atau menambah fungsi untuk keperluan bertempur atau lari (fight or flight) atau menambah fungsi agar tidak segera menyebabkan fight or flight. Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan kedalaman pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung, vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, hati, muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme dan pembentukan substansi energi tinggi dan penurunan persediaan glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran pencernaan (traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan (Gastrointestinal) dan sekresi. Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu mempertahankan fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk keadaan. Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi patologis menuju kehabisan sumber yang bersifat adaptasi. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar Perubahan Tingkatan hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama) Tingkatan diuretik (12 jam – 18/24 jam pertama) Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari Pergeseran cairan ekstraseluler. Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsentra si oedem pada lokasi luka bakar. Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi. Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang. Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat. Diuresis. Kadar sodium/natriu m. Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem. Defisit sodium. Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu). Defisit sodium. Kadar potassium. K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, Hiperkalemi K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang Hipokalemi.
  • 9. K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang. melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar). Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas. Hipoproteinemi a. Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme. Hipoproteinemia. Keseimbanga n nitrogen. Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan. Keseimbangan nitrogen negatif. Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas. Keseimbangan nitrogen negatif. Keseimbnaga n asam basa. Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum. Asidosis metabolik. Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme. Asidosis metabolik. Respon stres. Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison. Aliran darah renal berkurang. Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi. Stres karena luka. Eritrosit Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil. Luka bakar termal. Tidak terjadi pada hari-hari pertama. Hemokonsentrasi . Lambung. Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri. Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison. Akut dilatasi dan paralise usus. Peningkatan jumlah cortison. Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar. Disfungsi jantung. Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic. CO menurun.
  • 10. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar A. Luka bakar grade II: 1) Dewasa > 20% 2) Anak/orang tua > 15% B. Luka bakar grade III. C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll. Penatalaksanaan A. Resusitasi A, B, C. 1) Pernafasan: a) Udara panas  mukosa rusak  oedem  obstruksi. b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi  Bronkhokontriksi  obstruksi  gagal nafas. 2) Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler  hipovolemi relatif  syok  ATN  gagal ginjal. B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. C. Resusitasi cairan  Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun : BB x 100 cc 1 – 3 tahun : BB x 75 cc 3 – 5 tahun : BB x 50 cc ½  diberikan 8 jam pertama ½  diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. D. Monitor urine dan CVP. E. Topikal dan tutup luka - Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. - Tulle.
  • 11. - Silver sulfa diazin tebal. - Tutup kassa tebal. - Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor. F. Obat – obatan: o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. o Analgetik : kuat (morfin, petidine) o Antasida : kalau perlu KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a) Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. b) Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). c) Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. d) Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. e) Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. f) Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
  • 12. g) Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. h) Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). i) Keamanan: Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). j) Pemeriksaan diagnostik: (1) LED: mengkaji hemokonsentrasi. (2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. (3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap. (4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
  • 13. (5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas. (6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. (7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. (8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 2. Diagnosa Keperawatan Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area 1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler. 2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah. 3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema. 4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni. 5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak. 6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar. 7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit. 8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme. 9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur. 10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. 3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. 5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
  • 14. 8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. Rencana Intervensi Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhi al; oedema mukosa; kompressi jalan nafas . Bersihan jalan nafas tetap efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyano sis. Kaji refleks gangguan/menelan; perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan. Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi Dugaan cedera inhalasi Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik. Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar. Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida. Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan
  • 15. Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering. Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril. Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara periodik. Selidiki perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental. Awasi 24 jam keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan. Lakukan program kolaborasi meliputi : Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker wajah Awasi/gambaran seri GDA Kaji ulang seri rontgen Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri intensif. Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi. nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher. Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret. Membantu mempertahankan jalan nafas bersih, tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi. Peningkatan sekret/penurunan kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi. Meskipun sering berhubungan dengan nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya/memburuknya hipoksia. Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan : Cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena edema. O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernafasan dan menurunkan viskositas sputum. Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman untuk pengobatan. PaO2 kurang dari 50, PaCO2 lebih besar dari 50 dan penurunan pH menunjukkan inhalasi asap
  • 16. dan terjadinya pneumonia/SDPD. Perubahan menunjukkan atelektasis/edema paru tak dapat terjadi selama 2 – 3 hari setelah terbakar Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis. Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar mempengaruhi fungsi paru/oksegenasi. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetaboli k, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. Pasien dapat mendemostras ikan status cairan dan biokimia membaik. Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi. Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak Timbang berat badan setiap hari Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi Selidiki perubahan mental Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam. Hemates drainase NG dan feces secara periodik. Lakukan program kolaborasi Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler. Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin. Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine. Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
  • 17. meliputi : Pasang / pertahankan kateter urine Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ). Berikan obat sesuai idikasi : - Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol) - Kalium - Antasida Pantau: - Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi. - Warna urine. - Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi. - Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit. - Berat badan setiap hari. - CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan. - Status umum setiap 8 jam. Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka bakar. Mulai terapi IV yang Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama). Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine. Memungkinkan infus cairan cepat. Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi. Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit. Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis. Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster. Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca
  • 18. ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif. Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat. Inspeksi adekuat dari luka bakar. Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular. Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi. Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler. Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya
  • 19. perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s). Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. Pasien dapat mendemonstr asikan oksigenasi adekuat. Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas. Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum. Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium). Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan. Mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli. Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri. Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis. Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma. Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi: tak Pantau: - Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil
  • 20. Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik. tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam. - Suhu setiap 4 jam. - Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan. Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan. Bila riwayat imunisasi tak yang diharapkan. Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi. Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri. Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri. Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan. Melindungi terhadap
  • 21. adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral. tetanus. Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. Pasien dapat mendemonstr asikan hilang dari ketidaknyama nan. Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks. Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas. Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan. Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri. Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler. Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas. Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara. Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disf Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat. Kriteria Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam. Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
  • 22. ungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/inte rupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba. Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan. Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan. Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan. Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit. Memumjukka n regenerasi jaringan Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan. Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai. Lakukan program kolaborasi : - Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis. Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft. Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit. Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi. Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal. Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif. Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan
  • 23. khusus untuk mempertahankan kelenturan. Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam. aftar pustaka Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328. Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779. Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya. Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia. Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta. Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
  • 24. Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. London. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.