1. IUS 4613
TASAWWUF PERBANDINGAN
TAJUK :
والتجلي الستر
DISEDIAKAN OLEH :
QATRURRAIHAN BINTI ROSNI
(O37578)
IJAZAH SARJANA MUDA PENGAJIAN ISLAM (USULUDDIN)
DENGAN KEPUJIAN
SEMESTER 5
2. • Tertutup atau tersembunyi.
• Sitru orang awam dengan orang khusus
berbeza
• Orang awam sitrunya menutupi
kesendirinya, ini merupakan satu
keseksaan.
• Orang khusus sitrunya adalah menutupi
kemasyhurannya dan ini merupakan satu
kerahmatan.
SITRU
• Pencerahan atau penyingkapan.
• Tersingkapnya tirai penyekat dari alam
ghaib, atau proses mendapat
penerangan dari nur ghaib.
• Allah menyingkapkan diri-Nya kepada
makhluk-Nya.
TAJALLI
3. 3 CARA UNTUK MEREALISASIKAN
DALAM BERTASAWUF
TAKHALLI TAJALLITAHALLI
4. TAKHALLI
• Takhalli atau penarikan diri. Sang hamba yang menginginkan dirinya dekat dengan
Allah haruslah menarik diri dari segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya
dari Allah. Takhalli merupakan segi filosofis yang terberat, keranaa terdiri dari
mawas diri, pengekangan segala hawa nafsu dan mengkosongkan hati dari segala-
galanya, kecuali dari diri yang dikasihi iaitu Allah SWT.
• Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan
dari kotoran penyakit hati yang merosak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan
menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan
dorongan hawa nafsu jahat. Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua :
maksiat lahir dan batin. Maksiat batin yang terdapat pada manusia tentulah lebih
berbahaya lagi, karena ia tidak kelihatan tidak seperti maksiat lahir, dan kadang-
kadang begitu tidak di sadari. Maksiat ini lebih sukar dihilangkan.
• Perlu diketahui bahwa maksiat batin itu pula yang menjadi penggerak maksiat
lahir. Selama maksiat batin itu belum boleh dihilangkan maka maksiat lahir tidak
boleh di bersihkan. Maksiat lahir adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan
oleh anggota lahir. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat tercela yang
dilakukan oleh anggota batin dalam hal ini adalah hati, sehingga tidak mudah
menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah tabir (hijab)
5. TAHALLI
• Tahalli berarti berhias. Maksudnya adalah membiasakan diri dengan
sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam
setiap gerak perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik
kewajiban luar maupun kewajiban dalam atau ketaatan lahir
ataupun batin. Ketaatan lahir maksudnya adalah kewajiban yang
bersifat formal, seperti solat, puasa, zakat, haji, dan lsebagainya.
Sedangkan ketaatan batin seperti iman, ihsan, dan sebagainya.
• Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan
pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan
diri dari segala sifat dan sikap mental yang baik dapat dilalui,
selepas itu harus dilanjutkan terus ketahap berikutnya, iaitu tahalli.
Pada peraktik pengisian jiwa dengan sifat-sifat yang baik setelah
dikosongklan dari sifat-sifat buruk, tidaklah bererti bahawa jiwa
harus dikosongkan terlebeh dahulu baru kemudian di isi. Akan
tetapi, ketika menghilangkan kebiasaan yang buruk, bersamaan
dengan itu pula diisi dengan kebiasaan yang baik.
6. TAJALLI
• Setelah seseorang melalui dua tahap tersebut maka tahap ketiga yakni tajalli,
seseorang hatinya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu sifat-sifat kemanusian
atau memperoleh nur yang selama ini tersembunyi (Ghaib) atau fana segala selain
Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya.
• Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib, atau proses mendapat
penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu meditasi. Dalam sufisme, proses
tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib dalam hati seorang mediator disebut
Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang merupakan anugrah dari Tuhan dan
diluar adikuasa manusia.
• Tajalli berarti Allah menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Penyingkapan
diri Tuhan tidak pernah berulang secara sama dan tidak pernah pula berakhir.
Penyingkapan diri Tuhan itu berupa cahaya baatiniyah yang masuk ke hati. Apabila
seseorang bisa melalui dua tahap takhalli dan tahalli maka dia akan mencapai tahap
yang ke tiga, iaitu tajalli, yang berarti lenyap atau hilangnya hijab dari sifat
kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi atau fana` segala
sesuatu kecuali Allah, ketika tampak wajah Allah. Tajalli merupakan tanda-tanda
yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat disaksiakan. Setiap
tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan
tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi perbedaan yang dijumpai dalam berbagai
penyingkapan itu tidak menandakan adanya perselisihan diantara guru sufi.
Masing-masing manusia unik, oleh karena itu masing-masing tajalli juga unik.
Sehingga tidak ada dua orang yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli
melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjupan
7. TINGKATAN TAJALLI
• Al-Jilli membahagikan tajalli kepada empat tingkatan iaitu :
Tajalli Af’al : tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya
segala aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya, dan ketika itu dia
melihat-Nya.
Tajalli Asma’: lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari
genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh
kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya
dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.
Tajalli Sifat : menerimanya seorang hamba atas sifat-sifat ketuhanan,
artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanapa hullul dzat-Nya
Tajalli Zat : apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya
yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya kurniaan
ketuhanan yang boleh berupa sifat dan boleh pula berupa zat,
disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna. Dengan fana`nya hamba
maka yang baqa` hanyalah Allah
8. KESIMPULAN
• Pembukaan (tajalli) itu adalah menyingkap
hijab dari hamba dan ini bukanlah bererti ada
pertukaran dalam zat Allah.
• Menutup hijab pula bererti sifat kehambaan
menutup pandangan hamba itu untuk melihat
perkara-perkara yang ghaib.
• Menyingkap hijab pula ialah Allah s.w.a
mengawal kita semasa pembukaan kepada
perkara yang ghaib itu.
9. RUJUKAN
• Aul Qasim A. Karim, 465H, Risalah
Qusyairiyah, Beirut, Darul Al-Kitab Ilmiah.
• Abu Bakar Al Kalabazi, 1978, Mazhab Orang
Sufi, Kota Bharu, Pustaka Aman Press.
• http://komenkcb.blogspot.my/2012/03/konse
p-takhali-tahali-dan-tajjali.html